OLEH
I Putu Diva Pramana Yasa (18021061)
I Putu Maheswara Dharma Sanjaya (18021062)
I Wayan Arda (18021063)
Ni Kadek Ary Pridayanti (18021064)
Ni Wayan Serina Arista Putri (18021065)
KELAS A3B
Dosen Pengampu : apt. I Putu Gede Adi Purwa Hita, S.Farm, M.Farm
Om Swastyastu,
Puja dan puji syukur penulis haturkan kepada Ida Sang Hyang Widhi
Wasa
(Tuhan Yang Maha Esa) karena berkat rahmat-Nya yang tak terhingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Review Jurnal Tanaman Digitalis”
Makalah ini disusun dalam rangka menempuh mata kuliah Fitokimia yang
diampu oleh., Bapak apt. I Putu Gede Adi Purwa Hita, S.Farm, M.Farm pada
Semester V Tahun Akademik 2020/2021 Program Studi Farmasi Klinis
Universitas Bali Internasional. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk meberikan
peningkatan pemahaman terhadap Peralihan Antibiotik kepada pembaca.
Adapun hambatan dan kesulitan yang dialami dalam penyusunan makalah
ini, seperti mencari materi baik di jurnal maupun di buku. Namun demikian,
berkat dukungan dan bantuan dari banyak pihak yang sudah memberikan
masukan, semangat, dan doa kepada penulis dalam menghadapi setiap tantangan,
sehingga hambatan tersebut bisa diatasi. Oleh karena itu Penulis mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Bapak apt. I Putu Gede Adi Purwa Hita, S.Farm, M.Farm
pengampu Mata Kuliah Fitokimia yang telah menugaskan mahasiswa untuk
menyusun makalah;
2. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan moral maupun
material sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari yang sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diperlukan
untuk menyempurnakan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan kontribusi yang besar terhadap para pembaca sehingga
dapat menjadikan acuan bahan diskusi.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
BAB II ISI................................................................................................................2
2.1 Determinasi Tanaman................................................................................2
2.2 Morfologi Tanaman...................................................................................3
2.3 Kandungan Metabolit Digitalis.................................................................8
2.4 Uji Kandungan Metabolit........................................................................10
2.5 Aktivitas Biologis....................................................................................11
2.5.1 Efek kardiovaskular:..............................................................................12
2.5.2 Efek sitotoksik:......................................................................................14
2.5.3 Penghambatan IL-8:..............................................................................16
2.5.4 Efek perlindungan hepato-, neuro-, dan cardio-:...................................17
2.5.5 Efek antidiabetik:...................................................................................18
2.5.6 Efek antioksidan:...................................................................................18
2.5.7 Efek insektisida:....................................................................................18
2.5.8 Efek samping dan toksisitas:.................................................................18
BAB III PENUTUP...............................................................................................20
3.1 Kesimpulan..............................................................................................20
3.2 Saran........................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia yang dikenal sebagai salah satu dari tujuh negara yang
keanekaragaman hayatinya terbesar kedua setelah Brazil, tentu sangat
potensial dalam mengembangkan obat herbal yang berbasis pada tanaman
obat kita sendiri. Lebih dari 1000 spesies tumbuhan dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku obat. Tumbuhan tersebut menghasilkan metabolit
sekunder dengan struktur molekul dan aktivitas biologik yang beraneka
ragam, sehingga memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan
menjadi obat berbagai penyakit (Radji, 2005).
1
primer dan metabolit sekunder. Senyawa metabolit primer berkaitan
langsung dengan kelangsungan hidup tumbuhan, contohnya karbohidrat,
lipid dan ptotein. Metabolit sekunder merupakan senyawa hasil metabolisme
metabolit primer dan digunakan untuk melindungi tumbuhan dari faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan serta melawan serangan patogen
BAB II
ISI
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
2
Infrakingdom : Streptophyta
Superdivision : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Subdivision :Spermatophytina
Class : Magnoliopsida;
Superorder : Asteranae
Order : Lamiales
Family :Plantaginaceae
Genus : Digitalis
3
Habitus : Herba, dua musim, tinggi 30-50 cm
(Ali-Esmail, 2017)
1. Digitalis lanata
Digitalis lanata adalah tanaman dua tahunan atau abadi yang
tumbuh hingga ketinggian sekitar 1,2 meter. Bunga dan buah;
Perbungaannya panjang dan berbunga padat, dengan ras yang
menghadap ke segala arah. Bunga struktur ada di balita. Sepal
menyatu, kelopak tubular. Kelopak bunga menyatu berbentuk lonceng
4
mahkota, yang berambut kelenjar, di luar, putih dengan bintik-bintik
kuning-coklat, panjang 18 hingga 25 mm dan berbibir dua tidak
merata. Bibir atas memiliki 4 poin, dan datar. Bibir bawah hampir
sama. Ada 4 benang sari, sering terbentang keluar dari tabung corolla.
Ovarium lebih unggul, 2 bilik, kelenjar berambut, secara bertahap
bergabung stigma. Buahnya memiliki panjang 10 mm, seperti kapsul
rapuh. Bijinya sekitar 1,5 mm panjang dan merah-coklat. Daun,
Batang dan Akar. Daunnya sesil, sederhana, lanset sempit, panjang 15
hingga 35 cm, keseluruhan dan di area atas dari sumbu menembak.
(Ali-Esmail, 2017)
2. Digitalis purpurea
Digitalis purpurea adalah tanaman dua tahunan atau abadi yang
tumbuh hingga ketinggian sekitar 1,2 meter. Bunga dan Buah; bunga
berwarna merah tua dengan bintik-bintik putih di atasnya; bagian
dalam. Bunga-bunga tampak menggantung panjang rasem. Mereka
memiliki 5 sepal bebas dan berujung pendek. Panjang mahkota sekitar
4 cm, campanulate, bilabiate dengan bibir atas tumpul dan ujung bulat
telur di atas bibir bawah. Bunga itu berkilau di bagian luar dan
memiliki awan putih di bagian dalam. Ada 2 panjang dan 2 benang
sari pendek, dan 1 ovarium superior. Buahnya adalah 2-valved, ovate,
glandular, kapsul vili. Itu tanaman dengan akar keran yang bercabang.
Di tahun pertama itu mengembangkan roset daun. Pada detik itu
menghasilkan 2 m tinggi, tegak, tidak bercabang, abu-abu, batang
tomentose. Daunnya bergantian, bulat telur, lancip ke atas dan
petiolate. Hampir semua daun adalah crenate; hanya yang tertinggi
seluruhnya terpinggirkan.
5
(Ali-Esmail, 2017)
B. Mikroskopis
Pada penampang serbuk daun melintang Digitalis purpurea L. ini dapat
diamati pada jaringan epidermis bagian bawah bersama dengan stomata
yang berbentuk lonjong. Sedangkan pada jaringan epidermis atas
dilengkapi dengan rambut yang terlihat, yang mana ciri dari rambut yang
disajikan yaitu bersel satu dengan ujung membulat dan pada epidermis
atas ini tidak ditemukan adanya stomata seperti yang terlihat pada
epidermis bagian bawah. Dinding sel jelas terlihat bergelombang, hal ini
banyak terlihat namun tidak khas. Untuk rambut bayi yang berukuran
kecil dengan kepala bersel dua jarang ditemukan, namun ini merupakan
salah satu ciri khas dari tanaman Digitalis. Secara mikroskopi pada
tanaman ini juga dapat ditemukan adanya suatu fragmen rambut yang
bersegmen dengan ujung membulat, kutikula dengan bintik-bintik halus
dan ini akan sangat banyak ditemui (Sthal, 1985).
Keterangan Gambar :
6
P : Mesofil daun yang mengandung kloroplastida
G : Rambut-rambut kelenjat
C : Kolenkim
T : Pembuluh xylem
S : Pembuluh Tapis
(Claus, 1965)
Keterangan :
7
a2 : Fragmen epidermis permukaan daun bagian atas dengan reambut.
Dinding sel sering kali rata, bahkan sering kali lurus. Banyak kulit putih
yang mempunyai ciri rambut yang bersel ujung membulat.
(Becker, 1965)
8
menggolongkan tumbuhan yang tidak dikenal. Tumbuhan dari takson yang sama
mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat erat, terutama pada takson tingkat
familia, genus dan spesies (Endarini, 2016)
Digitalis berasal dari istilah latin digitus, yang berarti jempol. Ini
menggambarkan bentuk bunga Digitalis pupurea yang seperti jempol. Purpurea
dari bahasa latin, artinya ungu. Tanaman ini umumnya tumbuh di daerah Eropa
dan Amerika bagian Barat serta di Kanada.
Secara umum daun digitalis adalah tanaman obat yang berpotensi keras dan
berbahaya bagi manusia karena aksinya langsung menuju jantung. Dosis yang
9
terlalu besar akan memberikan gejala keracunan berupa hilangnya selera makan
(anoreksia), mual, hipersalivasi, muntah, diare, kepala pening, mengantuk,
bingung, gangguan konsentrasi, menghadapi bayangan fatamorgana, bahkan
kematian (Julianto, 2019)
10
Courtesy images of Julianto 2019
11
Uji glikosida jantung ini menggunakan uji Keller-Killiani. Ekstrak daun
Digitalis diambil sebanyak 5 ml dan dicampur dengan 2 ml asam asetat glasial
yang berisi satu tetes larutan FeCl3. Hasil dari uji glikosida jantung ditentukan
dengan penambahan 1 ml H2SO4 pekat ke dalam campuran. Terbentuknya suatu
cincin berwarna coklat yang ada pada permukaan menandakan adanya digitoksin
(glikosida jantung). Suatu cincin yang berwarna ungu mungkin akan nampak di
bawah cincin yang berwarna coklat, sementara pada saat berada dalam lapisan
asam asetat,secara berangsur-angsur akan terbentuk lapisan yang berwarna
kehijau-hijauan di bawah cincin yang berwarna ungu sebelumnya (Ali Esmail,
2017)
Untuk uji glikosida jantung, diketahui bahwa senyawaan ini tidak larut
dalam pelarut nonpolar, oleh karenanya digunakan pelarut metanol dalam
mengekstraknya. Filtrat yang dihasilkan direaksikan dengan asam asetat glasial
yang mengandung satu tetes FeCl3. Terjadi perubahan warna dari hijau tua
menjadi kuning kehijauan. Setelah itu direaksikan lagi dengan H2SO4 pekat dan
hasilnya terbentuk suatu cincin berwarna coklat pada permukaan larutan yang
menandakan adanya senyawa digitoksin. Setelah itu cincin yang berwarna ungu
kemungkinan akan nampak di bawah cincin yang berwarna coklat, dan pada saat
berada dalam lapisan asam asetat secara berangsur-angsur akan terbentuk lapisan
kehijau-hijauan di bawah cincin yang berwarna ungu (Ali Esmail, 2017)
2.5 Aktivitas Biologis
12
Digitalis telah digunakan sejak awal dalam kasus jantung. Ia
meningkatkan aktivitas semua bentuk jaringan otot, tetapi lebih khusus lagi pada
jantung dan arteriol, sifat obat yang paling penting adalah aksinya pada sirkulasi
Digitalis terutama digunakan dalam mengobati penyakit jantung. Dalam kasus
gagal jantung yang tersumbat, ini mempromosikan dan merangsang aktivitas
semua jaringan otot. (Anil Reddy, 2010)
13
miosit untuk secara aktif memompa Na + dari sel. Ini menurunkan gradien
konsentrasi Na + dan, akibatnya, kemampuan Na + / Ca 2 + - exchanger untuk
memindahkan kalsium keluar dari sel. Selanjutnya, Na + seluler yang lebih
tinggi ditukar dengan Ca ekstraseluler 2+ oleh Na + / Ca 2+ - exchanger,
meningkatkan Ca intraseluler 2+. Peningkatan kecil tetapi penting secara
fisiologis terjadi pada Ca bebas 2+ yang tersedia pada siklus kontraksi otot
jantung berikutnya, sehingga meningkatkan kontraktilitas jantung. Ketika Na +
/ K + -ATPase secara nyata dihambat oleh digitalis, potensi membran istirahat
dapat meningkat (-70 mV bukan -90 mV), yang membuat membran lebih
terangsang dan meningkatkan risiko aritmia (toksisitas). (Ali-Esmai, 2017)
14
- Efek elektrofisiologi: Efek utama pada irama jantung dari preparat
digitalis diyakini karena penghambatan pompa natrium. Namun, sel-sel di
berbagai bagian jantung menunjukkan kepekaan yang berbeda terhadap
digitalis, dan keduanya secara langsung dan terjadi efek yang dimediasi pada
saraf. Memang, pada tingkat terapeutik, obat ini menurunkan otomatisitas dan
meningkatkan potensi diastolik maksimum, efek yang dapat diblokir oleh
atropin, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi (toksik) menurunkan potensi
diastolik dan meningkatkan otomatisitas. Demikian pula, efek aritmogenik
toksik dari glikosida jantung disebabkan oleh kombinasi efek langsung pada
miokardium dan peningkatan aktivitas otonom yang dimediasi oleh saraf. Baik
sistolik dan diastolik [Ca+2] meningkat selama aritmia yang diinduksi digitalis,
meningkat yang mengarah ke gagasan bahwa intraseluler (Ca+2 kelebihan
beban)berkontribusi pada efek aritmogenik yang diamati. Siklus Ca + spontan 2
pelepasan dan pengambilan kembali kemudian terjadi, mengakibatkan setelah
depolarisasi dan setelah kontraksi. Setelah depolarisasi adalah hasil dari Ca +2
mengaktifkan arus ke dalam transien dan dianggap sebagai manifestasi
makroskopik Ca+2 mengaktifkan saluran kation nonspesifik, ditambah Na+
-Ca_2 exchange. (Ali-Esmai, 2017)
2.5.2 Efek sitotoksik:
15
Laporan tersebut menunjukkan aktivitas antikanker. Penelitian dilakukan pada
3 baris sel kanker manusia. Hasil dari satu studi mengungkapkan perbedaan
yang mencolok dalam sitotoksisitas antara glikosida jantung, baik dalam
potensi dan selektivitas, dan cara kerja yang berbeda dari obat antikanker yang
umum digunakan. Lebih banyak penelitian diperlukan untuk mengklarifikasi
kemungkinan peran glikosida jantung dalam kemoterapi penyakit ganas. (Anil
Reddy, 2010)
16
pasien yang tidak menggunakan glikosida jantung. Angka kematian pada
pasien yang diobati dengan terapi glikosida jantung juga lebih rendah
dibandingkan pada pasien yang tidak menggunakan glikosida jantung. (Ali-
Esmai, 2017)
17
mikroviskositas dan penurunan difenilheksatriena, ikatan fluorofor pengikat
lipid dengan cara yang bergantung pada dosis. Para penulis menyimpulkan
bahwa oleandrin menghambat respons biologis yang dimediasi IL-8 dalam
berbagai jenis sel dengan memodulasi IL-8R melalui perubahan fluiditas
membran dan mikroviskositas. Oleh karena itu, oleandrin dapat membantu
mengatur respons biologis yang dimediasi oleh IL-8 yang terlibat dalam
inflamasi, angiogenesis, tumorogenesis, metastasis, dan neovaskularisasi. (Ali-
Esmai, 2017)
18
singkat (4 menit) diikuti dengan pencucian 8 menit sebelum 30 menit dari
iskemia dan reperfusi global, peningkatan fungsi jantung, penurunan pelepasan
dehidrogenase laktat dan pengurangan ukuran infark hingga 40%. Analisis
Western blot mengungkapkan bahwa ouabain mengaktifkan kardioprotektif
fosfolipase C gamma1 / protein kinase.Cepsilon (PLC-gamma1 / PKCepsilon)
jalan. Pra-pengobatan jantung dengan penghambat keluarga Src kinase 4-
amino-5- (4-klorofenil) 7- (t-butil) pirazolol [3,4-d] pirimidin (PP2) diblokir
tidak hanya aktivasi jalur PLCgamma1 / PKCepsilon yang diinduksi ouabain,
tetapi juga proteksi jantung. Perlindungan juga diblokir oleh PKCepsilon
translokasi penghambat peptida (TIPS PKCepsilon). (Ali-Esmai, 2017).
2.5.5 Efek antidiabetik:
19
karena aksi langsung digitalis di CTZ. Penderita juga dapat mengalami
penglihatan kabur, penglihatan kekuningan (xanthopsia), dan berbagai aritmia
jantung. Diare dapat dicatat, seperti ketidaknyamanan perut, atau nyeri, sakit
kepala, malaise dan kantuk adalah gejala umum, nyeri saraf mungkin yang
paling awal paling parah, atau satu-satunya gejala, digitalis delerium, dapat
terjadi dengan kebingungan, disorientasi, afasia dan gangguan mental. (Ali-
Esmai, 2017)
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Determinasi tanaman digitalis Kingdom (Plantae), Division
(Tracheophyta), Class (Magnoliopsida), Order (Lamiales), Family
(Plantaginaceae), Genus (Digitalis), Species (Digitalis lanata (Grecian
foxglove) and Digitalis purpurea (Purple foxglove))
2. Morfologi tanaman merupakan herba dua tahunan tingginya sekitar 1,2
meter. Daun berbulu dan berbentuk telur, . memiliki bunga dan telur
putih atau ungu berbentuk buah/ terompet
3. Kandungan metabolit digitalis terdiri dari glikosida jantung,
diantaranya digitoksin (0,2-0,4%), digitalin, gitalin, gitoksin dan
digitonin (glikosida saponin). Dan pengujian biasanya dilakukan
dengan metode killer-killiani.
21
4. Aktivitas biologis tanaman digitalis terdiri dari efek kardiovaskular,
sitotoksik, antidiabetes, antioksidan, insektisida, imunologi, hepato,
saraf dan kardioprotektif
3.2 Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Ali-Esmail. (2017). Phytochemical constituents and medicinal properties of
Digitalis lanata and Digitalis purpurea-A review. Indo American Journal
of Pharmaceutical Sciences, 4(2), 225-234.
Becker, C.A.1965. Flora of Java, Vol. II : N.V.F. Noordhoff. Netherland :
Groningen-The Netherland
Campbell, N.A., L.G. Mitchell & J.B. Reece. 1999. Biologi Jilid 2 Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga
Claus,E.P. 1965. Pharmacognosy, Fifth Edition. Washington: Lea & Febiger.
Endarini, Lully Hanni. 2016. Farmakognosi dan Fitokimia. Jakarta : Pusdik SDM
Kesehatan