Anda di halaman 1dari 17

PEMANFAATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

PADA SUMBERDAYA IKAN MENGGUNAKAN


TANAMAN HERBAL MAYANA/MIANA

Makalah dubuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan
Dosen Pengampuh: Prof. Dr. Ir. Yuniarti Koniyo MP

Disusun

Nama : Zeri Lasaguni


Nim : 1111422033

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan
arahan yang diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Pemanfaatan Dan Pencegahan Penyakit Pada Sumberdaya Ikan Menggunakan
Tanaman Herbal Mayana”. Motivasi penyusunan makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah tersebut.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini tepat waktu.
Sebagai penulis, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata selesai.
Oleh karena itu, demi kesempurnaan makalah ini, saya sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan data dan bermanfaat untuk
menciptakan pengalaman dan memperluas informasi bagi kita semua.

Gorontalo, 18 Oktober 2023


Penulis

Zeri Lasaguni
NIM 1111422033

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 4
D. Perumusan Masalah .............................................................................. 4
E. Tujuan Masalah ..................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Biologi dan ekologi tanaman herbal .................................................... 6
B. Kandungan dan komposisi senyawa bioaktif tanaman ......................... 7
C. Manfaat tanaman herbal Mayana .......................................................... 9
D. Penggunaan tanaman herbal daun mayana untuk pencegahan dan
pengendalian penyakit pada sumberdaya ikan ...................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 12
B. Saran ..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan Miana yang memiliki nama ilmiah Coleus scutellarioides (L)
Benth. menurut klasifikasi sistem APG IV (2016) dikelompokan dalam famili
Lamiaceae yang tergolong dalam bangsa Lamiales, kelas Eudicots.
Berdasarkan sejarah penamaan tumbuhan Miana, penetapan nama tumbuhan
tersebut sempat bias. Hal itu terjadi karena penggunaan nama ilmiah yang
berbeda pada jenis yang sama, yakni jenis hibrid alaminya (Bajaj 1994).
Penggunaan bahan alam terutama dari tumbuhan sebagai obat tradisional
telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya produk ramuan tradisional, baik yang diolah dengan tehnik
sederhana maupun modern. Pemanfaatan tanaman yang dijadikan sebagai obat
pada umumnya untuk mencegah berbagai macam penyakit, pemeliharaan
maupun pemulihan kesehatan (Bellanti, 1993).
Daun mayana adalah daun pucuk Plectranthus scutellarioides (L.) Benth,
sinonim Coleus scutellaroides (L.) Benth, suku Lamiaceae. Dilihat secara
makroskopik berupa daun tunggal berwarna ungu kecoklatan sampai ungu
kehitaman, setiap daerah mempunya nama yang berbeda untuk sebutan daun
mayana ini, penggunaan secara empiris sebagai obat wasir, peluruh haid dan
penambah nafsu makan. Penelitian terhadap aktivitas antibakteri dan peluruh
dahak penderita TBC telah dilakukan terhadap ekstrak uji daun mayana dan
menunjukkan hasil yang positif, begitu pula dengan uji metabolit sekunder
menyatakan positif tanin katekat dan flavonoid yang banyak (Nugroho, 2003).
Daun miana termasuk salah satu genus Coleus. Daun miana pada setiap
wilayah di Indonesia memiliki julukan yang berbeda. Di Jawa Barat dikenal
dengan jawer kotok atau jengger ayam, Jawa Tengah (Iler), Jawa Timur
(Kentangan); di Sulawesi (Manado) dikenal dengan Mayana, Ati-Ati (Bugis),
Bunga Lali Manu (Makassar); di daerah Sumatera Barat dikenal dengan Miana
atau Pilado (Ridwan, et.al, 2010). Secara morfologi hasil observasi pribadi,
daun miana memiliki bentuk daun bulat, tepi daun crenate, dan memiliki

1
beragam warna yaitu merah muda, hijau, ungu, cokelat kemerahan atau gradasi
antara warna tersebut.
Banyak upaya yang telah dilakukan para ahli untuk menanggulanginya
baik upaya-upaya pencegahan maupun pengobatan. Upaya pencegahan dan
pengobatan yang selama ini banyak dilakukan adalah dengan menggunakan
bahan kimia dan antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak tepat
dapat menimpulkan resistensi terhadap bakteri serta dapat mencemari
lingkungan (Mariyono dan Sundana, 2002). Dengan demikian perlu dicari
alternatif lain untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu cara pengobatan
alternatif yang aman dan ramah lingkungan adalah menggunakan fitofarmaka.
Fitofarmaka atau tanaman obat adalah obat alamiah yang bahan bakunya
disarikan dari tanaman untuk digunakan dalam pengobatan. Tanaman yang
mungkin dapat digunakan untuk tujuan tersebut antara lain daun Miana. Daun
miana mengandung bahan aktif alami (fito-kimia) berupa flavanoid, saponin
dan tanin (Ridwan dan Ayunita, 2007).
Penggunaan sebagai antibakteri berdasarkan penelitian Darwis et al.,
tahun 2013 ekstrak metanol daun miana menunjukkan daya hambat ekstrak
terhadap bakteri uji yakni Staphylococcus aureus. Mpila et al., tahun 2012
menyatakan ekstrak etanol daun miana memberikan aktivitas antibakteri
terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus, P. aeruginosa dan E. coli. Efek
aktivitas antibakteri karena adanya kandungan senyawa aktif dari daun miana
berdasarkan beberapa studi yakni kandungan senyawa flavonoid, senyawa
polifenol, tannin, saponin, minyak atsiri, alakaloid dan asam rosmarinik
(Wakhidah, 2018) (Muljono at al., 2016).
Penyakit merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi dalam
aktivitas budidaya yang menyebabkan kerugian ekonomi yang besar (Ariefqi
dkk., 2020). Penyakit ikan dapat disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, dan
jamur yang menyerang ikan dalam sistem budidaya (Post, 1987). Penanganan
penyakit pada budidaya ikan biasanya menggunakan bahan kimia sintetis dan
antibiotik, namun penggunaan dalam jangka panjang tidak direkomendasikan
karena berdampak pada pencemaran lingkungan, resisten antibiotik
(antimicrobial resistance/AMR), dan akumulasi residu racun pada ikan (Stratev

2
et al., 2018). Penelitian-penelitian menyangkut penggunaan herbal sebagai
imunostimulan untuk mengontrol penyakit infeksi melalui peningkatan respon
imun ikan dalam usaha budidaya saat ini mulai banyak dilakukan (Prayoga,
2019; Ariefqi dkk.,2020).
Usaha penanggulangan penyakit pada ikan yang efisien adalah dengan
pemberian imunostimulan dari tanaman alami atau tanaman obat. Pemanfatan
tanaman obat perlu dikembangkan sebagai suplemen alternatif dengan tujuan
untuk meningkatkan pertumbuhan hingga sistem imun ikan (Murty and Kiran,
2013).
Penanganan penyakit pada budidaya ikan perlu diperhatikan baik secara
ekologi maupun ekonomi. Penggunaan bahan kimia sintetis dalam jangka
waktu yang lama untuk dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan,
manusia, biota yang dipelihara dan kerugian ekonomi. Oleh karena itu
dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan alami yang ramah
lingkungan yaitu miana sebagai imunostimulan untuk memacu respon imun
dan pertumbuhan ikan nila. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
ekstrak daun miana dalam meningkatkan aktivitas fagositosis benih ikan nila
dan menetapkan konsentrasi ekstrak daun miana yang mampu meningkatkan
aktivitas fagositosis.
Dalam kegiatan budidaya keberadaan patogen merupakan salah satu
risiko yang harus dihadapi, bahkan infeksi yang terjadi terkadang melibatkan
lebih dari satu jenis agen penyakit (ko-infeksi) Secara alami ko-infeksi dapat
terjadi baik antar spesies (ko-infeksi homolog), atau antar agen penyakit (ko-
infeksi heterolog). Kedua tipe ko-infeksi ini masing-masing cukup
mempengaruhi tingkat keparahan dari serangan penyakit terhadap ikan
budidaya (Kotob et al., 2016).
Tanaman obat herbal yang digunakan sebanyak enam jenis yakni: daun
kipahit, pepaya, mengkudu, jambu biji, dan rimpang kunyit. Semua bahan
diperoleh dari kebun tanaman obat herbal Balai Tanaman Obat Herbal dan
Tumbuhan Tropis (Balitro). Proses ektstraksi dilakukan dengan metode
maserasi menggunakan pelarut akuades steril. Untuk melakukan ekstraksi
tanaman obat herbal, 10 g serbuk tanaman obat herbal dimasukkan ke dalam

3
tabung erlemeyer dan ditambahkan pelarut berupa akuades steril sebanyak 100
mL (Daud et al., 2002). Rendaman tanaman obat herbal kemudian disaring
untuk membuang sisa serbuk tanaman, hasil ekstrak kemudian digunakan
untuk uji lebih lanjut. Kombinasi dari keenam tanaman obat herbal yang
digunakan mempunyai rasio daun kipahit: daun mengkudu : daun sirih : daun
pepaya : daun jambu biji : rimpang kunyit= 1:1:3:2:1:1. Tanaman obat herbal
dalam bentuk ekstrak digunakan pada uji-uji in vitro yakni uji anti-bakteri dan
anti-jamur, sedangkan tanaman obat herbal dalam bentuk serbuk digunakan
pada uji-uji in vivo yakni uji anti-parasit dan uji-dosis

1.2 Identifikasi Masalah


Identifikasi permasalahan dalam makalah ini, antara lain:
a. Tanaman herbal mayana sebagai oemanfaatan penyakit pada sumberdaya
ikan
b. Tanaman mayana sebagai pengendalian penyakit pada sumberdaya ikan

1.3 Pembatasan Masalah


Agar makalah pembahasannya fokus, maka saya membatasi hal hal berikut ini:
a. Memahami tentang tanaman herbal mayana
b. Memahami tentang sumberdaya ikan

1.4 Perumusan Masalah


a. Jelaskan biologi dan ekologi tanaman herbal
b. Jelaskan kandungan dan komposisi senyawa bioaktif tanaman
c. Apakah manfaat dari tanaman herbal bawang putih
d. Jelaskan penggunaan tanaman herbal untuk pencegahan dan pengendalian
penyakit pada sumberdaya ikan

1.5 Tujuan Masalah


a. Untuk mengetahui tentang biologi dan ekologi tanaman herbal
b. Untuk mengetahui tentang kandungan dan komposisi senyawa bioaktif
tanaman

4
c. Untuk mengetahui tentang manfaat dari tanaman herbal bawang putih
d. Untuk mengetahui tentang penggunaan tanaman herbal untuk [encegahan
dan pengendalian penyakit pada sumberdaya ikan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biologi Dan Ekologi Tanaman Herbal

Slembrouck dkk. (2005) menyatakan bahwa dalam sistem budidaya baik


semi intensif maupun intensif kepadatan ikan yang tinggi menyebabkan ikan
rentan terhadap kondisi stres, sehingga ikan cenderung terserang penyakit.
Kepadatan yang tinggi memudahkan penyebaran penyakit, karena adanya
kontaminasi antar sesama ikan yang mendorong menyebarnya pathogen.
Pengeloaan yang kurang baik dan tidak tepat juga menyebabkan lambatnya
pertumbuhan ikan yang dibudidayakan/dipelihara.
Miana merupakan salah satu jenis tanaman yang digunakan sebagai
tanaman hias. Secara tradisional tanaman miana telah banyak digunakan oleh
masyarakat sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai jenis
penyakit seperti asma, batuk, penyakit hepatitis, penurun demam, dan flu
(Dalimartha, 2008). Menurut Swantara (2010), tanaman ini mengandung bahan
bioaktif seperti minyak atsiri, tanin, flavonoid, alkaloid, saponin, lemak,
fitosterol, kalsium oksalat dan polisakarida. thymol, karvakrol dan eugenol
yang umumnya bersifat sebagai antimikroba
Pemberian ekstrak miana dengan dosis berbeda pada pakan memberikan
pengaruh yang nyata terhadap peningkatakan aktivitas fagositosis benih ikan.
Aktivitas fagositosis oleh sel fagosit/makrofag dari ikan nila setelah diberikan
pakan dengan penambahan ekstrak miana sebanyak 2% sangat nyata lebih
tinggi dibandingkan dengan aktivitas fagositosis yang tidak diberi perlakuan
ekstrak miana.

6
Meningkatnya aktivitas fagositosis mengindikasikan adanya peningkatan
kekebalan tubuh (Rustikawati, 2011). Peningkatan aktivitas fagositosis pada
ikan nila ini dikarenakan ekstrak daun miana mengandung senyawa flavanoid
yang dapat meningkatkan aktifitas fagositosis. Rosnizar dkk. (2017)
menyatakan bahwa senyawa flavonoid dapat meningkatkan kemampuan
fagositosis secara cepat dalam menghancurkan antigen dan mikroorganisme
intraseluler serta meningkatkan pertahanan terhadap antigen ekstraseluler.
Kandungan senyawa tannin dalam ekstrak miana juga memiliki aktivitas
antibakteri dengan kemampuannya untuk mengaktifkan enzim dan adhesin sel
mikroba, serta mengganggu transport protein pada lapisan sel (Cowan, 1999)
Tanaman obat sudah banyak digunakan dalam penelitian dan aktivitas
budidaya untuk meningkatkan resistensi ikan terhadap serangan penyakit.
Payung dan Manoppo (2015) melaporkan bahwa penambahan ekstrak jahe
dalam pakan ikan memberikan pengaruh yang nyata terhadap ikan nila yang
dipelihara selama 4 minggu dengan rata-rata berat awal 27,31 g/ekor.

2.2 Kandungan Dan Komposisi Senyawa Bioaktif Tanaman


a. Kandungan tanaman bawang putih
Ekstrak daun miana yang diperoleh merupakan hasil dari metode
maserasi. Metode maserasi dipilih karena paling sederhana, tidak
memerlukan peralatan khusus dan menggunakan suhu rendah untuk
menghindari kerusakan senyawa zat aktif (Himawan et al., 2018).
Kemampuan aktivitas ekstrak daun miana sebagai antibakteri karena
memiliki kandungan senyawa aktif yaitu senyawa fenolik (flavonoid dan
polifenol), tanin, alkaloid, saponin dan minyak atsiri yang memiliki peran
masing-masing (Fati et al., 2020), (Mpila et al., 2012). Flavanoid memiliki
aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus karena dapat
mendenaturasi dan mengumpalkan protein dengan merusak dinding sel
bakteri yang tersusun dari lipid dan asam amino yang bereaksi dengan
gugus alkohol dari senyawa fenolik. Selain itu, fenol dapat menyebabkan
perubahan pada mikrosom, dan lisosom, serta mekanisme permeabilisasi
dinding sel yang menyebabkan kematian sel (Karo et al., 2018). Senyawa

7
aktif dari tanin memberi efek pada bakteri gram negatif dan postif dengan
menghambat kerja sel mikroba pada permukaan sel. Senyawa saponin
bekerja dengan cara menggangu stabilitas sel bakteri menyebabkan sel
bakteri lisis (Basir et al., 2020)

b. Komposisi senyawa bioaktif tanaman daun miana/mayana


Daun miana atau yang biasa disebut dengan tanaman iler menurut
Lisdawati (2008) mempunyai nama ilmiah (Coleus benth). Tanaman ini
tergolong ke dalam famili Lamiaceae, yaitu tumbuhan liar yang terdapat
di ladang atau di kebun-kebun sebagai tanaman hias. Berbatang basah
yang tingginya mencapai 1 meter. Daunnya berbentuk segitiga atau bentuk
bulat telur dengan warna yang sangat bervariasi, dari warna hijau hingga
merah keungu-unguan dan mempunyai tepi yang beringgit. Pada saat
dewasa atau tanaman ini mempunyai bunga yang berwarna merah atau
ungu atau kuning. Senyawa kimia yang terkandung dalam daun miana
(Coleus benth) adalah golongan minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, steroid,
tanin, dan saponin (Iler, 2012).
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman.
Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial
karena pada suhu kamar mudah menguap. Istilah esensial dipakai karena
minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar
dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada
penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya,
minyak atsiri harus disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap,
diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk
(Gunawan & Mulyani, 2004).
Flavonoid adalah senyawa fenolik alam yang potensial sebagai
antioksidan dan mempuyai bioaktifitas sebagai obat. Senyawa-senyawa ini
merupakan zat warna merah, ungu, dan biru, dan sebagian zat warna
kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan dan terdapat pada
batang, daun, bunga, dan buah. Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi
sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker.

8
Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel,
meningkatkan efektifitas vitamin C, anti-inflamasi, mencegah keropos
tulang, dan sebagai antibiotik.
Mungkin banyak orang di Indonesia belum banyak mengetahui
tentang keberadaan daun miana ini, sehingga tidak mengetahui kandungan
dan manfaat yang ada di dalam daun tersebut. Secara empiris daun miana
ini dapat berefek farmakologis antara lain, sebagai penambah nafsu
makan, antimalaria, penambah darah, selain itu bisa untuk terapi penyakit
jantung. Bagian yang digunakan atau dimanfaatkan adalah daunnya.
Tanaman iler ini banyak tumbuh pada daerah yang memiliki tanah
agak lembab atau sedikit berair. Di daerah tertentu seperti Manado,
Kupang, Papua, dan Toraja daun miana diolah sebagai sayuran untuk
memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari (Iler, 2012).

2.3 Manfaat Tanaman Herbal Miana/Mayana


Kendala yang sering dihadapi oleh pengelola panti benih dan pengusaha
pembesaran ikan air tawar adalah terjadinya serangan penyakit. Salah satu
penyakit yang sering menyerang ikan mas dan ikan air tawar lainnya adalah
penyakit yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila. Ikan yang terserang
bakteri ini akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian
dada, perut, dan pangkal sirip (Yuhana dkk, 2008). Serangan bakteri A.
hydrophila ini bersifat patogenik, menyebar secara cepat pada padat penebaran
tinggi dan dapat mengakibatkan kematian massal (Haniffa and Shanthi, 2012).
Selanjutnya menurut Cipriano (2001), serangan bakteri ini, dapat mematikan
benih dengan tingkat kematian mencapai 80-100% dalam waktu 1-2 minggu.
Berbagai penelitian khasiat obat sudah banyak dilakukan, termasuk
pengobatan tradisional digunakan sebagai terapi dan pencegahan penyakit pada
ikan. Penggunaan bahan kimia sintetis serta antibiotik yang tidak tepat untuk
jangka panjang tidak direkomendasikan karena risiko terhadap resisten
antibiotik (antimicrobial resistance/AMR), pencemaran lingkungan, dan
akumulasi residu racun pada ikan (Stratev et al., 2018). Pemanfaatan tanaman
obat berkhasiat (herbal) pun menjadi salah satu fokus dalam pengembangan

9
suplemen alternatif dengan tujuan meningkatkan kinerja pertumbuhan,
kesehatan, bahkan hingga sistem kekebalan ikan. Produk herbal cenderung
lebih murah, mudah disiapkan serta biodegradable (Syahidah et al., 2015).
Dalam hal ini, Indonesia juga mempunyai potensi baik dalam pengembangan
produk herbal yang melimpah sebagai alternatif

2.4 Penggunaan Tanaman Herbal Daun Mayana Untuk Pencegahan Dan


Pengendalian Penyakit Pada Sumberdaya Ikan
Salah satu kendala dalam usaha pengembangan budidaya ikan adalah
terjadinya serangan hama dan penyakit ikan. Berkembangnya penyakit ikan
dalam proses budidaya ikan pada dasarnya disebabkan terjadinya ketidak
seimbangan interaksi faktor lingkungan, mikroba air dan ikan.
Ketidakseimbangan ini dapat disebabkan perubahan kualitas air menjadi buruk
sehingga mikroba pathogen berkembang dalam air dan menyerang ikan
budidaya (Kordi, 2009). Selama ini pencegahan terhadap serangan bakteri pada
umumnya dilakukan dengan pemberian antibiotik dan bahan kimia. Akan
tetapi, penggunaan antibiotik dapat menimbulkan efek samping bagi patogen
itu sendiri maupun terhadap ikan yang dipelihara. Pemberian antibiotik secara
terus menerus dengan dosis/konsentrasi yang kurang/tidak tepat, akan
menimbulkan masalah baru yaitu meningkatnya resistensi mikroorganisme
terhadap bahan tersebut. Selain itu, residu dari antibiotik dapat mencemari
lingkungan perairan yang mengakibatkan kualitas air menjadi turun dan
manusia yang mengonsumsinya (Aldermann, 2004)
Beberapa tumbuhan obat tradisional yang diketahui dapat dimanfaatkan
dalam pencegahan berbagai agen penyebab penyakit ikan adalah sirih (Piper
betle L.) dan bawang putih (Allium sativum). Daun sirih diketahui berdaya
antioksidasi, antiseptik, bakterisida, dan fungisida. Haryani dkk, (2012)
membuktikan bahwa dengan merendam ikan mas koki selama 48 jam dengan
dosis 1245 daun pepaya memberikan hasil kelangsungan hidup sebesar 99%.
Bawang putih mempunyai salah satu bahan aktif yaitu allicin, yang merupakan
suatu senyawa yang terdiri atas 40% sulfur, tanpa nitrogen maupun halogen
dan mempunyai sifat antibakteri. Berdasarkan penelitian Lengka dkk, (2013),

10
bawang putih dengan dosis 30g/kg pakan dan diberikan selama satu bulan
efektif meningkatkan respon imun non spesifik dan pertumbuhan mas.
Sedangkan Fakhrizal (2010) menyatakan bahwa dosis 30% ekstrak bawang
putih dengan lama perendaman selama 1 menit dapat mematikan kutu ikan
(Argulus sp.)
Kesadaran pembudidaya yang semakin meningkatnya akan bahaya
penggunaan bahan-bahan kimia sintetik dalam industri perikanan merupakan
kemajuan yang patut di apresiasi. Dengan mengurangi penggunaan bahan
kimia sintetis secara masif, dapat berdampak pada meningkatnya kualitas
sumber pangan yang berasal dari ikan budidaya. Tidak dipungkiri, bahan kimia
sintetis telah terbukti ampuh dalam menanggulangi permasalahan kesehatan
pada komoditas perikanan budidaya. Namun residu yang tertinggal pasca
penggunaan bahan kimia sintetik berdampak negatif, baik pada lingkungan dan
pada ikan yang dibudidaya yang nantinya mempengaruhi kualitas hidup
manusia sebagai konsumen terahir dari ikan hasil yang dibudidaya.
Mekanime sifat anti-bakteri dari tanaman obat herbal karena adanya
kemampuan dari bahan aktif tanaman obat herbal yang mampu menurunkan
integritas dan permeabilitas dari dinding sel bakteri target (Chitemerere &
Mukanganyama, 2014). Penurunan integritas dan permeabilitas bakteri
diakibatkan adanya interaksi antara bahan aktif dengan membran bakteri,
sebagai contoh polifenol mampu merubah struktur membrane protein
sedangkan saponin mampu merubah struktur dari membrane kolesterol (Wink,
2015).

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebuah studi yang melakukan fokus penelitian di daerah Jawa Barat
menyebutkan bahwa 50% petani pembudidaya di daerah tersebut
menggunakan tanaman obat herbal dalam kegiatan budidayanya. Hal ini
terutama ada di daerah Sukabumi, Bogor, Cirebon, dan Bandung, dengan
komoditas terbanyak adalah ikan koi, lele, dan ikan hias (Caruso et al., 2013).
Jenis tanaman obat herbal yang banyak digunakan oleh pembudidaya antara
lain, daun kipahit, mengkudu, sirih, pepaya, jambu biji, dan rimpang kunyit.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang saya buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Saya mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
dimengerti, dan lugas. Karena saya hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan dan saya juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga
dapat diterima di hati dan saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Raa, J. (2000). The use of immune- immune - stimulants in fish and shellfish feeds
. 1. Chemical Nature of Immune-Stimuluts, 47–56.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/admin,+4.pdf
Ariefqi, M. N., Syamsunarno, M. R. A. A., & Rosdianto, A. M. (2020). Kajian
Pustaka: Pemanfaatan Herbal Berkhasiat Sebagai Suplemen dalam
Penanggulangan Penyakit pada Ikan Budidaya. Indonesia Medicus Veterinus,
9(6), 1000–1009. https://doi.org/10.19087/imv.2020.9.6.1000
Nafiqoh, N., Gardenia, L., Sugiani, D., & Purwaningsih, U. (2020). Potensi
Kombinasi Tanaman Obat Herbal Sebagai Bahan Pengendali Penyakit Bakteri
, Jamur , Dan Parasit Pada Ikan Lele. Media Akuakultur, 15(2), 105–111.
http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma/article/view/8493
Suryaningtyas, E. W., Restu, I. W., Perwira, I. Y. P., Karang, I. W. G. A., Dharma,
I. G. B. S., & Faiqoh, E. (2018). Penyuluhan Penanganan Penyakit Ikan
Dengan Memanfaatkan Herbal Pada Pembudidaya Ikan Di Danau Batur, Bali.
Buletin Udayana Mengabdi, 17(4), 80–84.
https://doi.org/10.24843/bum.2018.v17.i04.p13
Wakhidah, A. Z., & Silalahi, M. (2018). ETNOFARMAKOLOGI TUMBUHAN
MIANA (Coleus scutellariodes (L.) Benth) PADA MASYARAKAT
HALMAHERA BARAT, MALUKU UTARA. Jurnal Pro-Life, 5(2), 2579–
7557. http://explorer.natureserve.org.
Ubaedilah, N. A., & Supriyatna, A. (2023). Analisis dan Penerapan Manfaat
Kandungan Senyawa Daun Miana (Coleus scutellarioides (L.) Benth.) di
Kiaracondong, Kota Bandung. Hippocampus: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(1), 75–82. https://doi.org/10.47767/hippocampus.v2i1.547
Rizal, N. M., Nurhaeni, N., & Ridhay, A. (2018). AKTIVITAS ANTIBAKTERI
EKSTRAK DAUN MAYANA (Coleus atropurpureus [L] Benth)
BERDASARKAN TINGKAT KEPOLARAN PELARUT. KOVALEN:
Jurnal Riset Kimia, 4(2), 180–189.
https://doi.org/10.22487/kovalen.2018.v4.i2.10001
Hidayat fahrul, D. (2023). Pemanfaatan ekstrak daun miana (Coleus atropurpureus

13
L. (Bent)) untuk meningkatkan respon imun benih ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Journal Budidaya Perairan, 11(2), 31–41.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/mayana/10+artikel+jurnal_Resiska+Ta’du
ng+90-97.pdf
Syahrana, N. A., Annisa, N., Haeria, & Nonci, F. Y. (2022). Uji Efektivitas Krim
Ekstrak Metanol Daun Miana (Coleus scutellarioides L) Terhadap Bakteri
Staphylococcus Aureus. Jurnal Farmasi Pelamonia, 5–9.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/mayana/document.pdf
Yuliana, S. (2018). Pemanfaatan Daun Miana yang Dicampur Madu dalam
Pengobatan Ikan Mas (Cyprinus Carpio) yang Terinfeksi Aeromonas
Hydropilla. Prosiding Simposium Nasional Kelautan Dan Perikanan V, 2010,
313–322.
http://journal.unhas.ac.id/index.php/proceedingsimnaskp/article/view/4663

14

Anda mungkin juga menyukai