DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
tugas dari mata kuliah ekologi serangga. Dalam penulisan makalah ini kami
materi, mengingatakan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini. Atas tersusunya makalah ini, maka kami menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu hingga makalah ini
pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
masalah, karena meskipun dapat membunuh hama tetapi penggunaan bahan kimia
terbunuhnya musuh- musuh alami, hal terpenting dari semuanya yakni dampak
cara yang berbeda, yang efektif dan aman bagi lingkungan juga kesehatan
(Manikome, 2021).
bagi beberapa hama dan dapat membunuh serta menekan populasi hama.
sangat menarik perhatian dunia, hal ini karena pengendalian secara alami sangat
dibuat sendiri dan murah, serta relatif aman terhadap lingkungan, tidak
1
hama, serta kompatibel bila digabungkan dengan cara pengendalian yang lain
Timur, karena selain dapat dijadikan sebagai biopestisida juga dijadikan bumbu
masak berbagai macam produk olahan makanan dan obat herbal alami. Tanaman
kemangi diketahui memiliki senyawa utama (bahan aktif) dalam minyak yang
pada tipe eugenol yang berfungsi sebagai penarik “atraktan” (Manikome, 2022).
kubis adalah banyaknya serangan hama dan penyakit. Kubis merupakan salah satu
jenis sayuran yang mempunyai peran penting untuk kesehatan manusia yang
banyak mengandung mineral dan vitamin yang dibutuhkan manusia. Dalam hal
organisme penganggu tanaman (OPT). Salah satu hama penting yang menyerang
hama ini menyerang tanaman kubis sejak fase pembibitan hingga pembentukan
2
salah satu solusi dan sumber informasi bagi petani kubis ataupun pembaca dalam
biopestisida?
1.3 Tujuan
sebagai biopestisida.
Kubis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biopestisida
hewan, tanaman, bakteri dan mineral. Salah satu jenis dari biopestisida adalah
pestisida nabati (Saragih dkk., 2019). Salah satu pengendalian ramah lingkungan
dan efektif yang dapat diterapkan yakni penggunaan insektisida nabati yang
berbahan baku dari tumbuh- tumbuhan yang tentunya mengandung senyawa aktif
yang berpengaruh pada aktivitas biologi, baik terhadap aspek fisiologis, tingkah
(Manikome, 2022).
satu komponen dalam konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang ramah
serangan hama dan penyakit (preventif) pada tanaman (Sutriadi dkk., 2019).
merusak perkembangan telur, larva, dan pupa dari serangga hama; (2)
4
menggganggu komunikasi serangga hama; (3) menyebabkan serangga hama
serangga hama; dan (7) mengusir serangga hama (Sutriadi dkk., 2019).
nabati misalnya kunyit, daun randu, biji srikaya, daun kenikir, daun/biji mimba,
senyawa fitokimia seperti eugenol, alakaloid, polifenol, tanin, dan saponin dapat
sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda dengan pestisida nabati, sebagai contoh
menyengat.
telur.
4. Racun syaraf .
5
6. Attraktan, sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat digunakan sebagai
perangkap.
Pengganggu Tanaman (OPT). Hasil ekstraksi senyawa kimia ini berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati yang lebih selektif dan kurang persisten di
di dalam organ tanaman itu, materi yang dimaksud umumnya mengarah kepada
kandungan metabolit sekunder yang ada pada tanaman. Sebagian besar tanaman
tanin, dan lain-lain) yang membuat tanaman lain tidak dapat tumbuh di sekitarnya.
Hal ini disebut sebagai alelopati. Berbagai senyawa metabolit sekunder telah
digunakan sebagai obat atau model untuk membuat obat baru, contohnya adalah
aspirin yang dibuat berdasarkan asam salisilat yang secara alami terdapat pada
tumbuhan tertentu. Manfaat lain dari metabolit sekunder adalah sebagai pestisida
6
minyak herbal, pewarna, permen karet, dan plastik alami adalah resin, antosianin,
Biopestisida
produk olahan makanan dan obat herbal alami. Tanaman kemangi diketahui
memiliki senyawa utama (bahan aktif) dalam minyak yang dimilikinya, dan
methyl cinnamate, dan eugenol. Senyawa tertinggi terdapat pada tipe eugenol
Salah satu tumbuhan yang bisa dijadikan pestisida nabati ialah kemangi
serangan hama pada tanaman, kemangi juga dapat berperan sebagai fungisida
terkandung di dalam kemangi. Ekstrak etanol 96% daun kemangi juga terbukti
atsiri. Penelitian lain juga membuktikan bahwa ekstrak daun kemangi dapat
7
digunakan sebagai racun pembunuh tungau baik dengan bentuk salep ataupun
Daun kemangi mengandung minyak atsiri dengan bahan aktif eugenol dan
sineol yang mempunyai potensi sebagai larvasida dan hormon juvenil yang
senyawa bioaktif yang diduga berfungsi sebagai larvasida dari kemangi adalah
eugenol dan methyl clavical. Minyak kemangi berfungsi sebagai larvasida dengan
cara kerja sebagai racun kontak (contact poison) melalui permukaan tubuh larva
karena fenol (eugenol) mudah terserap melalui kulit. Menurut (Prasodjo, 1984),
racun kontak akan meresap ke dalam tubuh binatang akan mati bila tersentuh kulit
luarnya. Racun kontak akan masuk dalam tubuh larva melalui kutikula sehingga
apabila insektisida kontak langsung pada kulit maka sedikit demi sedikit molekul
insektisida akan masuk ke dalam tubuh larva. Seiring bertambahnya waktu maka
kematian. Fenol dapat menyebabkan cacat bakar dan amat beracun. Eugenol
menyebabkan alergi jika terpapar pada kulit. Eugenol dosis tinggi bahkan dapat
mengakibatkan efek seperti terbakar. Hal ini yang mengakibatkan kematian larva
dan bentuk fisik larva terlihat seperti terbakar. Eugenol juga bekeja pada sistem
syaraf. Eugenol merupakan senyawa fenol yang memiliki gugus alkohol sehingga
kelompok ether. Menurut (Wilbraham dan Matta, 1992), methyl clavical juga
memiliki efek anastetikum. Seperti halnya contoh kelompok ether yang lain,
diduga methyl clavical bekerja mengganggu kerja susunan syaraf larva. Semakin
tinggi ekstrak kemangi yang digunakan maka semakin tinggi zat bioaktif didalam
8
kemangi yang bekerja mempengaruhi proses ekdisis larva sangat rendah (hanya
13%) dibanding konsentrasi kemangi yang lain (Ridhwan dan Isharyanto, 2016).
pengaruh terhadap mortalitas larva adalah saponin. Saponin dalam lerak dapat
hemolisis sel darah merah. Dari bermacam-macam senyawa yang terdapat dalam
Ocimum sanctum L., minyak atsiri merupakan salah satu komponen yang
mendapat perhatian secara komersial. Minyak atsiri ini banyak digunakan sebagai
aroma pada makanan, minuman, dan juga digunakan dalam industri parfum.
Walaupun termasuk dalam marga yang sama, tetapi kandungan minyak atsiri dari
masing-masing jenis berbeda satu sama lain, baik komposisi senyawa penyusun
minyak atsiri ataupun kadarnya, karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi
produksi minyak atsiri tanaman yang salah satunya adalah tempat tumbuh
pavonana F. Salah satu hama penting tanaman kubis yaitu ulat krop kubis
kubis sebesar 79,81 persen. Oleh karena itu dengan menggunakan ekstrak Daun
9
penelitian Mawuntu, 2016 yang menyatakan bahwa kandungan fitokimia yang
ekstrak tinggi pula sehingga residu yang tertinggal pada tanaman cukup besar dan
menyebabkan mortalitas larva yang tinggi, jadi pada dasarnya semakin tinggi
konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi pula persentasi mortalitas larva. Hal
yang sama juga dikemukakan oleh Rangga, dkk. 2018 dimana proses metabolism
racun yang masuk ke tubuh serangga menyebabkan energi yang dibutuhkan untuk
proses netralisir semakin besar pula, sehingga banyaknya energi yang digunakan
hingga akhirnya mati. Adapun hasil penelitian Nugroho, 2018 juga menyatakan
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
hewan, tanaman, bakteri dan mineral. Salah satu jenis dari biopestisida
3. Daun kemangi mengandung minyak atsiri dengan bahan aktif eugenol dan
ekstrak menyebabkan bahan aktif ekstrak tinggi pula sehingga residu yang
yang tinggi, jadi pada dasarnya semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka
11
semakin tinggi pula persentasi mortalitas larva. Kemudian pada proses
akhirnya mati.
12
DAFTAR PUSTAKA
Sutriadi, M. T., Elisabeth, S. H., Sri, W., dan Anicetus, W. 2019. Pestisida Nabati:
Prospek Pengendali Hama Ramah Lingkungan. Jurnal Sumberdaya Lahan.
13(2): 89-101.
Ridhwan, M., dan Isharyanto. 2016. Potensi Kemangi Sebagai Pestisida Nabati.
Serambi Saintia. 4(1): 18-26.
13