Anda di halaman 1dari 16

Makalah kelompok 5

“Pemanfaatan Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum americanum L.)


sebagai Biopestisida terhadap Hama Crocidolomia pavonana F.
pada Tanaman Kubis”

Disusun oleh kelompok 5:

1. Yunika Nur Insani (H041201001)


2. Febby Febriyanti S (H041201017)
3. Belusyifa Irhamni (H041201036)
4. Miftahul Janna (H041201039)

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

Tuhan Semesta alam yang dengan kehendaknya, akhirnya kami dapat

menyelesaikan makalah ekologi serangga yang berjudul “Pemanfaatan Ekstrak

Daun Kemangi (Ocimum americanum L.) sebagai Biopestisida terhadap Hama

Crocidolomia pavonana F. pada Tanaman Kubis” untuk memenuhi salah satu

tugas dari mata kuliah ekologi serangga. Dalam penulisan makalah ini kami

merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun

materi, mengingatakan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran

dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah

ini. Atas tersusunya makalah ini, maka kami menyampaikan rasa hormat dan

terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu hingga makalah ini

terselesaikan. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan

pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan

yang diharapkan dapat tercapai.

Makassar, 9 April 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................3

1.3 Tujuan .............................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4

2.1 Biopestisida ...................................................................................................4


2.2 Metabolit Sekunder sebagai Biopestisida ......................................................6
2.3 Kandungan pada Daun Kemangi (Ocimum americanum L.) sebagai
Biopestisida ...................................................................................................7
2.4 Pengaruh Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap Hama
Crocidolomia pavonana F. pada Tanaman Kubis .........................................9
BAB III PENUTUP ..............................................................................................11
3.1 Kesimpulan ................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan insektisida kimiawi di lingkungan pertanian merupakan

masalah, karena meskipun dapat membunuh hama tetapi penggunaan bahan kimia

juga dapat menyebabkan terjadinya resurjensi hama, resistensi hama serta

terbunuhnya musuh- musuh alami, hal terpenting dari semuanya yakni dampak

negative terhadap kesehatan lingkungan dan konsumen. Upaya meminimalkan

pengendalian dengan bahan kimia yakni perlu dilakukan pengendalian dengan

cara yang berbeda, yang efektif dan aman bagi lingkungan juga kesehatan

konsumen bahkan kesehatan petani sendiri. Salah satu pengendalian ramah

lingkungan dan efektif yang dapat diterapkan yakni penggunaan biopestisida

(Manikome, 2021).

Biopestisida diketahui sebagai antifeedant, racun kontak dan racun perut

bagi beberapa hama dan dapat membunuh serta menekan populasi hama.

Penelitian tentang tumbuh-tumbuhan yang dijadikan sebagai bahan biopestisida

yang berfungsi untuk mengendalikan organisme penganggu tanaman saat ini

sangat menarik perhatian dunia, hal ini karena pengendalian secara alami sangat

diperlukan. Penggunaan biopestisida merupakan salah satu solusi terbaik untuk

mengatasi dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia. Biopestisida

mempunyai beberapa keunggulan antara lain bahannya mudah didapat, mudah

dibuat sendiri dan murah, serta relatif aman terhadap lingkungan, tidak

menyebabkan keracunan pada tanaman, tidak menimbulkan kekebalan terhadap

1
hama, serta kompatibel bila digabungkan dengan cara pengendalian yang lain

yang dikenal sebagai pengendalian hama terpadu, sehingga menghasilkan produk

pertanian yang sehat dan aman dikonsumsi (Manikome, 2022).

Jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai biopestisida salah satunya

ialah daun kemangi (Ocimum basilicum). Kemangi merupakan jenis tanaman

yang banyak dibudidayakan di Indonesia khususnya wilayah Indonesia bagian

Timur, karena selain dapat dijadikan sebagai biopestisida juga dijadikan bumbu

masak berbagai macam produk olahan makanan dan obat herbal alami. Tanaman

kemangi diketahui memiliki senyawa utama (bahan aktif) dalam minyak yang

dimilikinya, dan dibedakan menjadi 4 yakni methyl chavicol linalool, methyl

chavicol, camphor methyl cinnamate, dan eugenol. Senyawa tertinggi terdapat

pada tipe eugenol yang berfungsi sebagai penarik “atraktan” (Manikome, 2022).

Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang dibudidayakan di

Kabupaten Halmahera Utara, tetapi kendala utama dalam sistem pemeliharaan

kubis adalah banyaknya serangan hama dan penyakit. Kubis merupakan salah satu

jenis sayuran yang mempunyai peran penting untuk kesehatan manusia yang

banyak mengandung mineral dan vitamin yang dibutuhkan manusia. Dalam hal

budidaya, petani kubis seringkali menghadapi permasalahan tentang pengendalian

organisme penganggu tanaman (OPT). Salah satu hama penting yang menyerang

tanaman kubis ialah Crocidolomia pavonana Fabricius (Lepidoptera; Crambidae)

hama ini menyerang tanaman kubis sejak fase pembibitan hingga pembentukan

krop (Manikome, 2022). Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis membuat

makalah tentang ekstrak daun kemangi sebagai biopestisida terhadap hama

Crocidolomia pavonana pada tanaman kubis. Dimana diharapkan dapat menjadi

2
salah satu solusi dan sumber informasi bagi petani kubis ataupun pembaca dalam

melakukan teknik pengendalian yang efektif dan aman.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Biopestisida?

2. Bagaimanakah senyawa metabolit sekunder sebagai Biopestisida?

3. Apa kandungan daun kemangi Ocimum americanum L. sebagai

biopestisida?

4. Bagaimanakah pengaruh Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum americanum

L.) terhadap Hama Crocidolomia pavonana F. pada Tanaman Kubis?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu Biopestisida.

2. Untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder sebagai biopestisida.

3. Untuk mengetahui kandungan daun kemangi Ocimum americanum L.

sebagai biopestisida.

4. Untuk mengetahui pengaruh Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum

americanum L.) terhadap Hama Crocidolomia pavonana F. pada Tanaman

Kubis.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biopestisida

Biopestisida adalah pestisida yang diturunkan dari bahan alam seperti

hewan, tanaman, bakteri dan mineral. Salah satu jenis dari biopestisida adalah

pestisida nabati (Saragih dkk., 2019). Salah satu pengendalian ramah lingkungan

dan efektif yang dapat diterapkan yakni penggunaan insektisida nabati yang

berbahan baku dari tumbuh- tumbuhan yang tentunya mengandung senyawa aktif

yang berpengaruh pada aktivitas biologi, baik terhadap aspek fisiologis, tingkah

laku, menurunkan laju konsumsi, laju pertumbuhan bahkan perubahan morfologis

(Manikome, 2022).

Pestisida hayati (pestisida nabati dan pestisida mikroba) merupakan salah

satu komponen dalam konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang ramah

lingkungan. Menurut Schumann dan D’Arcy, pestisida hayati (biopestisida)

adalah senyawa organik dan mikroba antagonis yang menghambat atau

membunuh hama dan penyakit tanaman. Biopestisida memiliki senyawa organik

yang mudah terdegradasi di alam. Namun di Indonesia jarang dijumpai tanaman

yang berkhasiat menghambat atau mematikan hama dan penyakit tanaman.

Penggunaan biopestisida kurang disukai petani karena efektivitasnya relatif tidak

secepat pestisida kimia. Biopestisida cocok untuk pencegahan sebelum terjadi

serangan hama dan penyakit (preventif) pada tanaman (Sutriadi dkk., 2019).

Senyawa insektisida dapat menghambat atau mematikan hama dengan (1)

merusak perkembangan telur, larva, dan pupa dari serangga hama; (2)

4
menggganggu komunikasi serangga hama; (3) menyebabkan serangga hama

menolak makan; (4) menghambat reproduksi serangga hama betina; (5)

mengurangi nafsu makan serangga hama; (6) memblokir kemampuan makan

serangga hama; dan (7) mengusir serangga hama (Sutriadi dkk., 2019).

Bahan-bahan alami potensial menggantikan pestisida kimiawi tersedia

melimpah dan mudah diperoleh di sekitar lingkungan kegiatan pertanian.

Beberapa bahan berbasis sumberdaya lokal dapat digunakan sebagai pestisida

nabati misalnya kunyit, daun randu, biji srikaya, daun kenikir, daun/biji mimba,

daun/biji mindi, biji mahoni, dan brotowali. Tumbuhan yang mengandung

senyawa fitokimia seperti eugenol, alakaloid, polifenol, tanin, dan saponin dapat

dimanfaatkan sebagai insektisida nabati (Sutriadi dkk., 2019).

pada umumnya pestisida sintetik dapat membunuh langsung organisme

sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda dengan pestisida nabati, sebagai contoh

insektisida nabati yang umumnya tidak dapat mematikan langsung serangga,

biasanya berfungsi seperti berikut (Ridhwan dan Isharyanto, 2016):

1. Refelen, yaitu menolak kehadiran serangga terutama disebabkan baunya yang

menyengat.

2. Antifidan, menyebabkan serangga tidak menyukai tanaman, misalnya

disebabkan rasa yang pahit.

3. Mencegah serangga meletakkkan telur dan menghentikan proses penetasan

telur.

4. Racun syaraf .

5. Mengacaukan sistem hormon didalam tubuh serangga.

5
6. Attraktan, sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat digunakan sebagai

perangkap.

2.2 Metabolit Sekunder sebagai Biopestisida

Tanaman secara alamiah diketahui menghasilkan senyawa sekunder yang

dapat dimanfaatkan untuk melindungi dirinya dari serangan Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT). Hasil ekstraksi senyawa kimia ini berpotensi untuk

dimanfaatkan sebagai pestisida nabati yang lebih selektif dan kurang persisten di

alam jika dibandingkan dengan bahan aktif pestisida sintetis sehingga

penggunaannya aman bagi para petani, pengguna, dan lingkungan di sekitarnya

(Rahayuningtias dan Harijani, 2017).

Pemanfaatan ekstrak tanaman berarti mengisolasi materi yang terkandung

di dalam organ tanaman itu, materi yang dimaksud umumnya mengarah kepada

kandungan metabolit sekunder yang ada pada tanaman. Sebagian besar tanaman

penghasil senyawa metabolit sekunder memanfaatkan senyawa tersebut untuk

mempertahankan diri dan berkompetisi dengan makhluk hidup lain di sekitarnya.

Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder (seperti: quinon, flavonoid,

tanin, dan lain-lain) yang membuat tanaman lain tidak dapat tumbuh di sekitarnya.

Hal ini disebut sebagai alelopati. Berbagai senyawa metabolit sekunder telah

digunakan sebagai obat atau model untuk membuat obat baru, contohnya adalah

aspirin yang dibuat berdasarkan asam salisilat yang secara alami terdapat pada

tumbuhan tertentu. Manfaat lain dari metabolit sekunder adalah sebagai pestisida

dan insektisida, contohnya adalah rotenon dan rotenoid. Beberapa metabolit

sekunder lainnya yang telah digunakan dalam memproduksi sabun, parfum,

6
minyak herbal, pewarna, permen karet, dan plastik alami adalah resin, antosianin,

tanin, saponin, dan minyak volatil (Pohan, 2014).

2.3 Kandungan Daun Kemangi (Ocimum americanum L.) sebagai

Biopestisida

Kemangi merupakan jenis tanaman yang banyak dibudidayakan di

Indonesia khususnya wilayah Indonesia bagian Timur, karena selain dapat

dijadikan sebagai biopestisida juga dijadikan bumbu masak berbagai macam

produk olahan makanan dan obat herbal alami. Tanaman kemangi diketahui

memiliki senyawa utama (bahan aktif) dalam minyak yang dimilikinya, dan

dibedakan menjadi 4 yakni methyl chavicol linalool, methyl chavicol, camphor

methyl cinnamate, dan eugenol. Senyawa tertinggi terdapat pada tipe eugenol

yang berfungsi sebagai penarik “atraktan” (Manikome, 2022).

Salah satu tumbuhan yang bisa dijadikan pestisida nabati ialah kemangi

dengan kangandung linalol, eugenol, metyl cinnamate, alfa-cubebene,

caryophyllene, beta ocimene, alfa farnesene dan 1,8-cineol. Selain mengatasi

serangan hama pada tanaman, kemangi juga dapat berperan sebagai fungisida

yang mampu menekan pertumbuhan cendawan patogen. Selain berguna sebagai

pestisida, ekstrak daun kemangi juga memiliki manfaat di dunia kesehatan,

dintaranya adalah sebagai analgesik, anti-inflamasi, sedatif, dan imunomodulator

yang diduga merupakan akibat dari adanya seyawa β-Caryophyllene yang

terkandung di dalam kemangi. Ekstrak etanol 96% daun kemangi juga terbukti

memiliki aktivitas antioksidan yang timbul karena adanya kandungan minyak

atsiri. Penelitian lain juga membuktikan bahwa ekstrak daun kemangi dapat

7
digunakan sebagai racun pembunuh tungau baik dengan bentuk salep ataupun

spray untuk mengatasi hama tungau (Thaibah dkk., 2021).

Daun kemangi mengandung minyak atsiri dengan bahan aktif eugenol dan

sineol yang mempunyai potensi sebagai larvasida dan hormon juvenil yang

menghambat perkembangan larva nyamuk (Anopheles aconitus). Sedangkan

senyawa bioaktif yang diduga berfungsi sebagai larvasida dari kemangi adalah

eugenol dan methyl clavical. Minyak kemangi berfungsi sebagai larvasida dengan

cara kerja sebagai racun kontak (contact poison) melalui permukaan tubuh larva

karena fenol (eugenol) mudah terserap melalui kulit. Menurut (Prasodjo, 1984),

racun kontak akan meresap ke dalam tubuh binatang akan mati bila tersentuh kulit

luarnya. Racun kontak akan masuk dalam tubuh larva melalui kutikula sehingga

apabila insektisida kontak langsung pada kulit maka sedikit demi sedikit molekul

insektisida akan masuk ke dalam tubuh larva. Seiring bertambahnya waktu maka

akumulasi dari insektisida yang masuk ke tubuh larva dapat menyebabkan

kematian. Fenol dapat menyebabkan cacat bakar dan amat beracun. Eugenol

menyebabkan alergi jika terpapar pada kulit. Eugenol dosis tinggi bahkan dapat

mengakibatkan efek seperti terbakar. Hal ini yang mengakibatkan kematian larva

dan bentuk fisik larva terlihat seperti terbakar. Eugenol juga bekeja pada sistem

syaraf. Eugenol merupakan senyawa fenol yang memiliki gugus alkohol sehingga

dapat melemahkan dan mengganggu sistem syaraf. Methy clavical termasuk

kelompok ether. Menurut (Wilbraham dan Matta, 1992), methyl clavical juga

memiliki efek anastetikum. Seperti halnya contoh kelompok ether yang lain,

diduga methyl clavical bekerja mengganggu kerja susunan syaraf larva. Semakin

tinggi ekstrak kemangi yang digunakan maka semakin tinggi zat bioaktif didalam

8
kemangi yang bekerja mempengaruhi proses ekdisis larva sangat rendah (hanya

13%) dibanding konsentrasi kemangi yang lain (Ridhwan dan Isharyanto, 2016).

Senyawa lain yang terkandung dalam kemangi dan diduga memiliki

pengaruh terhadap mortalitas larva adalah saponin. Saponin dalam lerak dapat

merusak dinding traktus digestivus. Saponin merupakan surfaktan kuat,

konsentrasi rendah dapat bersifat toksik pada mamalia karena menyebabkan

hemolisis sel darah merah. Dari bermacam-macam senyawa yang terdapat dalam

Ocimum sanctum L., minyak atsiri merupakan salah satu komponen yang

mendapat perhatian secara komersial. Minyak atsiri ini banyak digunakan sebagai

aroma pada makanan, minuman, dan juga digunakan dalam industri parfum.

Walaupun termasuk dalam marga yang sama, tetapi kandungan minyak atsiri dari

masing-masing jenis berbeda satu sama lain, baik komposisi senyawa penyusun

minyak atsiri ataupun kadarnya, karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi

produksi minyak atsiri tanaman yang salah satunya adalah tempat tumbuh

(Ridhwan dan Isharyanto, 2016).

2.4 Pengaruh Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap

Hama Crocidolomia pavonana F. pada Tanaman Kubis

Sembel (2010) melaporkan bahwa ada 2 jenis hama penting yang

menyerang tanaman kubis di lapang yaitu Plutellaxylostella L. dan Crocidolomia

pavonana F. Salah satu hama penting tanaman kubis yaitu ulat krop kubis

(Crocidolomia pavonana F), ulat ini mampu menyebabkan penurunan produksi

kubis sebesar 79,81 persen. Oleh karena itu dengan menggunakan ekstrak Daun

Kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap Hama Crocidolomia pavonana F.

pada Tanaman Kubis dapat menyebabkan motilitas terhadap hama. Menurut

9
penelitian Mawuntu, 2016 yang menyatakan bahwa kandungan fitokimia yang

tinggi yang terkandung dalam konsentrasi ekstrak menyebabkan bahan aktif

ekstrak tinggi pula sehingga residu yang tertinggal pada tanaman cukup besar dan

menyebabkan mortalitas larva yang tinggi, jadi pada dasarnya semakin tinggi

konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi pula persentasi mortalitas larva. Hal

yang sama juga dikemukakan oleh Rangga, dkk. 2018 dimana proses metabolism

serangga membutuhkan energi, jadi pada dasarnya semakin banyak senyawa

racun yang masuk ke tubuh serangga menyebabkan energi yang dibutuhkan untuk

proses netralisir semakin besar pula, sehingga banyaknya energi yang digunakan

untuk menetralisir senyawa racun tersebut menyebabkan penghambatan terhadap

metabolisme yang lain sehingga serangga akan mengalami kekurangan energi

hingga akhirnya mati. Adapun hasil penelitian Nugroho, 2018 juga menyatakan

bahwa aktivitas menghambat makan tersebut dapat meningkatkan kepekaan

serangga terhadap insektisida, termasuk insektisida nabati. Hal tersebut berarti

semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang diuji mengakibatkan larva gagal

mendapatkan stimulus rasa sehingga tidak dapat mengenali makanannya, dapat

berakibat larva mati karena mengalami kelaparan (Manikome, 2022).

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makala ini yaitu:

1. Biopestisida adalah pestisida yang diturunkan dari bahan alam seperti

hewan, tanaman, bakteri dan mineral. Salah satu jenis dari biopestisida

adalah pestisida nabati.

2. Sebagian besar tanaman penghasil senyawa metabolit sekunder

memanfaatkan senyawa tersebut untuk mempertahankan diri dan

berkompetisi dengan makhluk hidup lain di sekitarnya. Tanaman dapat

menghasilkan metabolit sekunder (seperti: quinon, flavonoid, tanin, dan

lain-lain) yang membuat tanaman lain tidak dapat tumbuh di sekitarnya.

Manfaat lain dari metabolit sekunder adalah sebagai pestisida dan

insektisida, contohnya adalah rotenon dan rotenoid.

3. Daun kemangi mengandung minyak atsiri dengan bahan aktif eugenol dan

sineol yang mempunyai potensi sebagai larvasida dan hormon juvenil

yang menghambat perkembangan larva nyamuk (Anopheles aconitus).

Sedangkan senyawa bioaktif yang diduga berfungsi sebagai larvasida dari

kemangi adalah eugenol dan methyl clavical.

4. Kandungan fitokimia yang tinggi yang terkandung dalam konsentrasi

ekstrak menyebabkan bahan aktif ekstrak tinggi pula sehingga residu yang

tertinggal pada tanaman cukup besar dan menyebabkan mortalitas larva

yang tinggi, jadi pada dasarnya semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka

11
semakin tinggi pula persentasi mortalitas larva. Kemudian pada proses

metabolisme serangga membutuhkan energi, jadi pada dasarnya semakin

banyak senyawa racun yang masuk ke tubuh serangga menyebabkan

energi yang dibutuhkan untuk proses netralisir semakin besar pula,

sehingga banyaknya energi yang digunakan untuk menetralisir senyawa

racun tersebut menyebabkan penghambatan terhadap metabolisme yang

lain sehingga serangga akan mengalami kekurangan energi hingga

akhirnya mati.

12
DAFTAR PUSTAKA

Pohan, S. D. 2014. Pemanfaatan Ekstrak Tanaman sebagai Pestisida Alami


(Biopestisida) dalam Pengendalian Hama Serangga. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat. 20(75): 94-99.

Sutriadi, M. T., Elisabeth, S. H., Sri, W., dan Anicetus, W. 2019. Pestisida Nabati:
Prospek Pengendali Hama Ramah Lingkungan. Jurnal Sumberdaya Lahan.
13(2): 89-101.

Manikome, N. 2022. Pemanfaatan Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum americanum


L.) sebagai Biopestisida terhadap Hama Crocidolomia pavonana F. pada
Tanaman Kubis. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan. 15(1): 495-503.

Manikome, N. 2021. Aplikasi Insektisida Nabati Daun Kemangi (Ocimum


basilicum) untuk Pengendalian Hama Plutella xylostella L. pada Tanaman
Kubis. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan. 14(2): 567-573.

Saragih, G., Saragih, B. R., Yunianto., dan Harmileni. 2019. Pembuatan


Biopestisida dari Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata) Untuk
Pengendalian Hama Ulat Api (Setothosea asigna V.Eecke) Pada Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq). Jurnal Biosains. 5(1): 8-13.

Rahayuningtias, S. dan Harijani, W. Sri. 2017. Kemampuan Pestisida Nabati


(Mimba, Gadung, Laos dan Serai), Terhadap Hama Tanaman Kubis
(Brassica oleracea L). Agritrop. 15 (1): 110 – 118.

Ridhwan, M., dan Isharyanto. 2016. Potensi Kemangi Sebagai Pestisida Nabati.
Serambi Saintia. 4(1): 18-26.

Thaibah, M., Helda, O. R., Muhammad, I. P. 2021. Aplikasi Pestisida Nabati


Larutan Kemangi Terhadap Hama Penghisap Daun Cabai. Proteksi
Tanaman Tropika. 4(3): 407-412.

13

Anda mungkin juga menyukai