Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI AGENS HAYATI

ACARA III
PENGENALAN PREDATOR DAN PARASITOID

Oleh:
Regita Martagustin
A1D020089

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

I. PENDAHULUAN ............................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1

B. Tujuan ...........................................................................................................2

II. DASAR TEORI ............................................................................................3

III. METODE PRAKTIKUM .............................................................................6

A. Bahan dan Alat ............................................................................................. 6

B. Prosedur Kerja .............................................................................................. 6

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 7

A. Hasil ..............................................................................................................7

B. Pembahasan ................................................................................................ 10

V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................17

A. Kesimpulan .................................................................................................17

B. Saran ........................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18

LAMPIRAN .......................................................................................................... 19

i
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian di Indonesia masih


cukup luas. Kegiatan pertanian tidak lepas dengan adanya masalah terkait
organisme pengganggu tanaman. Organisme pengganggu tanaman merupakan
organisme yang dalam proses hidupnya dapat mengganggu pertumbuhann dan
perkembangan tanaman serta dapat menyebabkan kerugian secara ekonomis.
Tanaman yang terserang akan mengalami masalah dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya hal ini berujung pada menurunnya hasil produksi dari tanaman
tersebut. Masyarakat Indonesia dalam upaya yang dilakukan untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman umumnya masih menggunakan
pestisida kimia untuk mengurangi populasi organisme pengganggu tanaman di
lahan pertanaman. Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan
memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga
digunakan dirumah tangga untuk memberantas nyamuk, kecoa serta berbagai
serangga penganggu lainnya. Dilain pihak pestisida ini secara nyata banyak
menimbulkan keracunan pada orang. Residu sejumlah bahan kimia yang
ditinggalkan pestisida sintetik melalui berbagai siklus secara langsung atau tidak
langsung akan mempengaruhi manusia.
Salah satu upaya untuk menangani organisme penganggu tanaman
khususnya hama secara aman dan tidak menimbulkan residu yang dapat merusak
lingkungan adalah dengan memanfaatkan agensi biologi dengan prinsip
pengendalian hayati. Prinsip pengendalian hama secara pengendalian hayati yaitu
dengan cara memanfaatkan organisme lain untuk membunuh atau mengendalikan
populasi dari hama. Salah satu pengendalian hayati yang dapat dilakukan adalah
dengan memanfaatkan musuh alami dari hama tersebut. Musuh alami yang
digunakan dalam pengendalian hama terdiri dari parasitoid, patogen, dan predator.
Agens hayati yang digunakan dalam mengendalikan hama harus memiliki sifat

1
menekan pertumbuhan hama dan mampu menyebabkan kerusakan pada tubuh
hama. Perlu adanya pehamanan lebih lanjut terkait pemanfaatan musuh alami
sebagai pengendali hama seperti penggolongan, cara perbanyakan, dan
karakteristiknya sehingga kedepannya penggunaan pestisida kimia dapat terus
berkurang dan pertanian di Indonesia mengedepankan aspek ekologis dengan
prinsip pertanian berkelanjutan.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum acara tiga ini, yaitu:


1. Mengenal predator dan parasitoid.
2. Dapat mengetahui karakteristik predator dan parasitoid.
3. Dapat mengidentifikasi predator dan parasitoid.

2
II. DASAR TEORI

Pengendalian hayati merupakan suatu kegiatan pemanfaatan


mikroorganisme yang bertujuan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT). Diketahui, dalam kegiatan pengendalian hayati berupa
pemberian mikroorganisme antagonis dengan dosis atau pengaturan tertentu.
Selain itu, untuk melakukan pengendalian hayati pada hama, diperlukan
pengetahuan dasar ekologi, mengenai pengaturan populasi oleh pengendali alami
ataupun keseimbangan ekosistemnya. Dengan memahaminya populasi dan fungsi
dari musuh alami, maka dapat diketahui adanya kesempatan untuk mengendalikan
musuh alami dengan cara mengintroduksi, memperbanyak dan melepaskan, serta
dengan kegiatan mengurangi berbagai dampak negatif terhadap musuh alami
(Sopialena, 2018). Pengendalian organisme penganggu tanaman saat ini mulai
marak digunakannya pendekatan ekologi akibat kesadaran akan pentingnya
menjaga lingkungan pertanian semakin meningkat. Strategi dalam pengendalian
organisme pengganggu tanaman dengan pendekatan ekologi sebagai dasar
pengendalian hama secara hayati ini meminimalkan risiko yang berpotensi
merugikan dengan melakukan pengelolaan segala komponen pada lingkungan
tersebut (Aprilianto & Sarno, 2018). Pengendalian hayati dalam pengertian
ekologi didifinisikan sebagai pengaturan populasi organisme dengan musuh-
musuh alami atau agensia hayati hingga kepadatan populasi organisme tersebut
berada dibawah rata-ratanya dibandingkan bila tanpa pengendalian (Sunarno,
2012). Pengendalian hayati merupakan suatu alternatif dalam pengendalian
organisme pengganggu tanaman khususnya hama serangga yang bertujuan
mengurangi jumlah serta aktivitas serangga hama sehingga tidak menimbulkan
kerusakan dan sebagai vektor penyakit pada tanaman dengan menggunakan satu
atau lebih agens hayati melalui manipulasi lingkungan, inang atau antagonistik.
Pengendalian hayati untuk mengendalikan hama bisa dilakukan dengan
memanfaatkan agensia hayati berupa musuh alami. Pemanfaatan agen hayati
dalam proses produksi suatu produk tanaman khususnya dalam menekan

3
kehilangan atau kerugian hasil akibat organisme pengganggu tanaman merupakan
salah satu aspek penting yang sangat berpeluang untuk menjawab tuntutan
masyarakat akan produk tanaman yang minim penggunaan pestisidanya (Korlina,
2011).
Terdapat dua musuh alami, yaitu :
1) Predator, merupakan binatang baik laba-laba, capung, kumbang, dan
hewan lainnya yang memburu, memakan dan menghisap cairan tubuh
hewan lainnya sehingga akhirnya mengakibatkan kematian serangga hama
(Heviyanti & Mulyani, 2016). Ciri-ciri predator yaitu pada umumnya
memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari mangsanya, bersifat
monofagus atau oligofagus (memangsa satu atau dua jenis inang), akan
tetapi predator lebih banyak bersifat poli-fagus, yaitu memangsa berbagai
jenis inang (Santoso & Baehaki, 2005; Heviyanti & Mulyani, 2016).
Diketahui pula terdapat beberapa ordo serangga dimana anggota-
anggotanya banyak berperan sebagai musuh alami terutama sebagai
predator yang digunakan dalam pengendalian hayati. Ordo-ordo tersebut
diantaranya adalah Coleoptera, Hymenoptera, Diptera, Neuroptera, dan
Hemiptera. Beberapa famili predator yang terkenal adalah Coccinellidae,
Carabidae, Chrysopidae, Reduviidae, Tettigonidae, Gryllidae, Vellidae,
Gerridae, Coenagrionidae, Formicidae dan Lycosidae (Heviyanti &
Mulyani, 2016).
2) Parasitoid adalah merupakan salah satu agens hayati yang mempengaruhi
dinamika populasi hama. Informasi terkait keberagaman dan kelimpahan
parasitoid pada suatu daerah sangat diperlukan untuk dapat menggali
potensinya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan dalam pengendalian hama.
Semakin beragam jenis parasitoid, akan semakin mendukung stabilitas
ekosistem (Wibowo et al., 2015). Parasitoid ini bekerja dengan cara
menjadikan hama sebagai inang dalam proses siklus hidupnya sehingga
parasitoid ini menyerang hama dari dalam tubuhnya. Predator merupakan
pemangsa organisme lain yang hidup bebas di alam untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan dapat menyerang mulai dari fase pradewasa sampai

4
dengan fase dewasa. Predator membutuhkan beberapa mangsa selama
hidupnya sehingga dapat dimanfaatkan dalam menekan jumlah populasi
hama di lapangan (Pebrianti et al., 2016)
Pemanfaatan musuh alami memiliki berbagai keuntungan seperti tidak
menimbulkan pencemaran, dan untuk memiliki biaya yang relatif murah untuk
jangka panjang. Pengendalian hama dengan menggunakan musuh alami
bekerja dengan cara memanfaatkan agensia hayati seperti parasitoid, predator
dan patogen terhadap mangsa atau inang, sehingga menghasilkan suatu
keseimbangan umum yang lebih rendah daripada keadaan yang ditunjukkan
apabila musuh alami tersebut tidak ada atau tidak bekerja (Henuhili &
Aminatun, 2013).

5
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah kaca pembesar,
mikroskop, kamera, vial/testube, kuas. Sedangkan bahan yang digunakan dalam
praktikum kali ini adalah kertas label, kapas, tabel pengamatan, serangga predator
dan parasitoid yang dikoleksi dan lapang, alkohol 70%.

B. Prosedur Kerja

1. Predator
a. Sejumlah serangga (ordo koleoptera, mantodean, atau ordo lain yang
ditemukan) yang akan diamati disiapkan.
b. Serangga predator yang di dapat diamati dan diidentifikasi
ciri/karakteristik penting serangga predator tersebut.
c. Hasil identifikasi ditulis pada lembar pengamatan.
2. Parasitoid
a. Kelompok telur serangga di lapang dikoleksi.
b. Kelompok telur yang didapat dipotong.
c. Bagian tangkai daun dilapisi aatau ditutup dengan kapas basah untuk
mengurangi evaporasi pada bagian tanaman sampel.
d. Sampel dimasukkan dalam vial/testube kemudian ditutup rapat dengan
kapas.
e. Disimpan pada suhu kamar selama satu minggu.
f. Parasitoid yang muncul diamati dan diidentifikasi ciri/karakter dari
serangga parasitoid tersebut.

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Pengenalan Parasitoid dan Predator


No. Nama Gambar Keterangan Klasifikasi
1. Paederus Memiliki bentuk Kingdom:
fuscipes ramping. Pada saat Animalia
berjalan, bagian
(predator) belakang tubuhnya Filum: Arthropoda
melengkung ke atas. Kelas: Insecta
Bagian tomcat
berwarna hitam, Ordo: Coleoptera
mempunyai sayap Family:
biru kehitaman dan
Stapylinidae
hanya menutup
bagian depan Genus: Paederus
tubuhnya saja. Spesies : Paederus
Bagian thorax dan
abdomen berwarna fuscipes
orange atau merah.

2. Kumbang Tubuhnya berbentuk Kingdom:


koksi nyaris bundar Animalia
dengan sepasang
sayap keras di Filum: Arthropoda
punggungnya. Sayap Kelas: Insecta
keras di
punggungnya Ordo: Coleoptera
berwarna-warni, Family:
namun, umumnya
Coccinelidae
mencolok ditambah
dengan pola. Genus: Cocinella
sp.

7
3. Belalang Memiliki bentuk Kingdom:
sembah tubuh ramping pada Animalia
(Mantis baigan caput
religiosa) terdapat sepasang Filum: Arthropoda
antena, dengan tipe Kelas: Insecta
antena filiform, mata
berbentuk faset Ordo: Mantodea
(mata majemuk) Genus: Mantis sp.
hipognatus
(vertikal). Pada
bagian toraks
terdapat protoraks,
mesotoraks, dan
metatoraks dimana
masing-masing
bagian tersebut
terdapat sepasang
tungkai. Memiliki
dua pasang sayap
yang terdiri dari
sayap depan dan
sayap belakang.
Belalang jantan
biasanya dapat
terbang dan belalang
betina tidak dapat
terbang.
4. Sycanus sp Tubuh imago betina Kingdom:
(predator) diketahui lebih Animalia
panjang
dibandingkan Divisi: Arthropoda
dengan tubuh imago Kelas: Insecta
jantan yang
berukuran lebih Ordo: Hemiptera
pendek. Imago ini Family: reduvidae
memiliki warna
Genus: Sycanus sp.
hitam, bagian leher
panjang dan
memiliki dua antena
serta satu stilet yang
selalu ditekuk ke
dalam kecuali saat

8
memangsa.
5. Laba-laba Laba-laba memiliki Kingdom:
(Oxyopes 2 bidang tubuh. Animalia
sp.) Tidak terdapat mulut
atau gigi untuk Filum: Arthropoda
mengunyah, Kelas: Arachnida
digantikan dengan
peralatan penghisap Ordo: Araneae
untuk menyedot Family: Oxyopidae
cairan. Terdapat 8
Genus: Oxyopes
kaki, dengan
terdapat mata
tunggal dan lensa.
Terdapat kombinasi
kepala dan dada.
6. Eriborus Pada bagian kepala Kingdom:
(parasitoid di berwarna oranye Animalia
terang. Rahang
larva pupa) bawah bengkok, gigi Filum: Arthropoda
dalam lateral dengan Kelas:Insecta
keduanya berada di
belakang. Matanya Ordo:
majemuk perak, Hymenoptera
antena sleuruhnya
Family:
berwarna coklat tua.
Kaki protoraks dan Ichneumonidae
mesotoraks dengan Genus: Eriborus
pola warna yang
mirip. Ovipositornya
berwarna coklat tua.
7. Braconidae Tubuh berwarna Kingdom:
(parasitoid hitam pekat. Animalia
larva) Memiliki sepasang
faset yang berwarna Filum: Arthropoda
coklat kehitaman. Kelas: Insecta
Antena berbentuk
filiform panjang Ordo:
menyerupai benang Hymenoptera
dan beruas-ruas.
Family:
Flagellum terdiri
Braconidae
dari 26 ruas yang

9
masing-masing ruas
ditumbuhi rambut
halus. Kedua pasang
sayap transparan,
pasang sayap depan
dan belakang
memiliki venasi
yang khas ditumbuhi
rambut-rambut halus
yang jarang.
8. Telenomus Memiliki panjang Kingdom:
sp. tubuh 0,75 mm Animalia
dengan tubuh
(parasitoid berwarna hitam dan Filum: Arthropoda
telur) mata merah yang Kelas: Insecta
khas. Sayap depan
lebar dengan Ordo:
rambut-rambut yang Hymenoptera
membentuk garis.
Family:
Rambut-rambut pada
sayap depan Scelionidae
panjang. Ovipositor Genus: Telenomus
keluar di ujung
abdomen. Ovipositor sp.
pada betina hampir
satu setengah kali
lebih panjang
daripada tibia
belakang.

B. Pembahasan

Praktikum kali ini, dilakukan kegiatan pengamatan morfologi dan


indentifikasi serangga predator dan parasitoid yang ditemukan. Serangga predator
dan parasitoid yang dijadikan sampel untuk pengamatan pada acara kali ini yaitu
predator, serangga yang dijadikan sampel pengamatan yaitu, Syacanus sp.,

10
Oxyopes, Paederus, Coccinella sp., dan Mantis sp. Sedangkan parasitoid di larva
pupa yaitu Eriborus, parasitoid larva yaitu Braconidae, parasitoid telur yaitu
Telenomus sp.
Predator
1. Paederus
Paderus merupakan serangga predator atau yang umum dikenal sebagai
tomcat. Upaya pengendalian menggunakan musuh alami dari golongan
serangga predator berupa kumbang tomcat berperan penting dalam
menekan populasi serangga hama. Kumbang tomcat termasuk ordo
Coleoptera dan family Staphylinidae. Kumbang ini memangsa hama utama
tanaman padi, yaitu nimfa dan imago Nilaparvata lugens (Stål),
Sogatella furcifera (Horváth), Laodelphax striatellus Fallen, Nephotettix
cincticeps Matsumura, Tryporyzaincertulas (Walker), larva Cnaphalocrocis
medinalis (Guenee), dan Naranga aenescens Moore (Lou, et al., 2013; Ritanti,
2021).
Diketahui, serangga ini memiliki klasifikasi sebagai berikut,
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Coleoptera
Family: Stapylinidae
Genus: Paederus
Kumbang tomcat memiliki siklus hidup sempurna yang terdiri dari 5 stadia
yaitutelur, larva, prapupa, pupa, dan imago. Pada stadia larva, kumbang tomcat
mengalami 2 tahap instar (Sudarjat, et al., 2009; Ritanti, 2021). Serangga ini
memiliki bentuk ramping. Pada saat berjalan, bagian belakang tubuhnya
melengkung ke atas. Bagian tomcat berwarna hitam, mempunyai sayap biru
kehitaman dan hanya menutup bagian depan tubuhnya saja. Bagian thorax dan
abdomen berwarna orange atau merah.
2. Coccinella sp.

11
Coccinella sp. atau yang dapat dikenal sebagai kumbang koksi merupakan
serangga predator yang memangsa kutu Aphis gossypii (Hamid, 2017).
Kumbang koksi memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Coleoptera
Family: Coccinelidae
Genus: Cocinella sp
Kumbang coccinellid umumnya berukuran kecil sampai sedang, yaitu 0,25
cm-1,5 cm. Tubuh kumbang coccinellid berbentuk seperti cakram, oval
sampai bulat dan dorsal cembung. Permukaan tubuhnya mengalami
sklerotisasi. Permukaan dorsal tubuh berwarna cerah kuning, oranye,
kemerahan memiliki bercak- bercak hitam. Permukaan ventral tubuh rata dan
berwarna pucat. Jumlah segmen abdomen dan tarsus tungkainya sering
digunakan untuk penentuan karakter spesies (Gambar 1) (Amir, 2002; Hamid,
2017). Frank dan Slosser (1996); Hamid, (2017) menginformasikan kumbang
coccinellid berukuran kecil sampai sedang, sisi dorsal cembung, berwarna
dan berpola bercak. Tungkainya memiliki empat tarsal. Telurnya berwarna
kuning-oranye diletakkan berlompok pada jaringan tanaman. Pupanya
melekat pada jaringan tumbuhan, selama musim dingin lalu menjadi imago.
Kumbang coccinellid adalah sebagai predator penting pemangsa kutu daun.
Larvanya berbentuk panjang, pipih dan menjadi predator yang bermobilitas
tinggi.
3. Mantis sp.
Mantis atau belalang sembah, merupakan predator yang memangsa serangga
kutu daun. Diketahui klasifikasi dari Mantis sp., yaitu:
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Mantodea

12
Genus: Mantis sp.
Diketahui, mantis sp. memiliki ukuran tubuh kecil sampai sangat besar (100
mm). Mulutnya bersifat hypognathous, mata majemuk berkembang baik, ada
tiga ocelus dan antena filiform. Ciri lain, sayap depan menebal dinamakan
tegmina, sayap belakang berbentuk membrane. Tungkai depannya untuk
menangkap mangsa atau raptorial serta femur dan tibia tungkai depan
terdapat duri-duri. Protoraks memanjang, timpanum tunggal pada
metasternum, abdomen pendek, sersi memiliki banyak segmen dan ada
sepasang stilus pada jantan. Kepala Mantis sp. berbentuk segitiga (Hamid,
2017).
4. Sycanus sp.
Diketahui, serangga ini tergolong dalam serangga predator yang mana
mampu untuk mengendalikan serangga hama S. asigna pada kelapa sawit
(Pratama, 2021). Serangga ini memiliki klasifikasi, sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Divisi: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Hemiptera
Family: reduvidae
Genus: Sycanus sp.
Sycanus sp. ini memiliki telur berwarna coklat, kemudian diletakkan secara
berkelompok yang direakatkan satu sama lain secara tegak lurus dari atas
kebawah atau sebaliknya. Pada siklus hidupnya, diketahui nimfa mengalami 5
instar. Nimfa yang baru menetas biasanya berkumpul di sekitar kelompok
telur. Nimfa memakan sisa-sisa telur yang belum menetas untuk menambah
energi pada tubuh. Kemudian setelah 2 hari, nimfa akan aktif beraktivitas
dalam mencari mangsanya untuk kelangsungan hidupnya. Nimfa instar 1
yang menetas dari 1 kelompok telur berwarna orange. Nimfa instar ke-2, ke-3,
dan ke-4 memiliki warna orange pada bagian abdomen berwarna coklat
kehitaman. Kemudian menuju instar ke-4 mengalami pristiwa pergantian kulit,
setelah hal itu terjadi nimfa menjadi instar ke-5 dimana memiliki ciri

13
berwarna kuning orange. Ketika makanan tidak tersedia maka nimfa lainnya
dapat menjadi mangsanya dikarenakan predator ini bersifat kanibal. Kurang
lebih 7 hari imago Sycanus sp. betina dan jantan melewati siklus hidupnya.
Imago betina dapat dibedakan dengan imago jantan yaitu dapat dilihat pada
bagian ujung abdomen, ujung abdomen imago betina lebih besar
dibandingkan dengan imago jantan (Sahid et al., 2016; Pratama, 2021).
5. Oxyopes
Oxyopes merupakan predator jenis laba-laba. Laba-laba merupakan artropoda
predator yang memangsa hama dan memangsa semua jenis hama. Laba-laba
yang menjadi artropoda predator memiliki spesies yang melimpah dan dari
berbagai famili artropoda predator ini umumya bersifat mengutungkan bagi
para petani di lahan ekosistem sawah, karena mampu menjaga agar tidak
terjadi ledakan populasi hama (Budiarti, 2021). Diketahui predator ini
memiliki klasifikasi, sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Arachnida
Ordo: Araneae
Family: Oxyopidae
Genus: Oxyopes
Laba-laba memiliki 2 bidang tubuh. Tidak terdapat mulut atau gigi untuk
mengunyah, digantikan dengan peralatan penghisap untuk menyedot cairan.
Terdapat 8 kaki, dengan terdapat mata tunggal dan lensa. Terdapat kombinasi
kepala dan dada.
Parasitoid
6. Parasitoid Eriborus
Parasitoid ini adalah jenis parasitoid pada larva pupa, dengan klasifikasi,
sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas:Insecta

14
Ordo: Hymenoptera
Family: Ichneumonidae
Genus: Eriborus
Parasitoid eriborus termasuk parasitoid koinobiont yang bersifat soliter, hidup
dalam tubuh inang dimana inang tetap berkembang dan hanya satu turunan
parasitoid yang muncul dari satu inang (Nelly & Buchori, 2016). Secara
morfologi diketahui, Eriborus memiliki beberapa ciri, sebagai berikut, pada
bagian kepala berwarna oranye terang. Rahang bawah bengkok, gigi dalam
lateral dengan keduanya berada di belakang. Matanya majemuk perak, antena
sleuruhnya berwarna coklat tua. Kaki protoraks dan mesotoraks dengan pola
warna yang mirip. Ovipositornya berwarna coklat tua.
7. Parasitoid Braconidae
Parasioid ini tergolong dalam parasitoid pada larva. Berdasarkan hasil
identifikasi yang dilakukan pada saat pengamatan, baru diketahui sampai
pada tahap family dengan melihat ciri-ciri fisiknya. Sehingga, dapat
diiketahui, klasifikasi dari parasitoid ini, yaitu:
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Hymenoptera
Family: Braconidae
Parasitoid ini dapat diklasifikasi sebagai parasiotid family Braconidae karena
memiliki beberapa ciri fisik, secara umum, diketahui sebagai berikut
imagonya berwarna coklat, hitam hingga hitam gelap. Berukuran 1,50 mm.
Lama hidup imago berkisar antara 10 – 14 hari. Imago jantan dan betina
dapat dibedakan dari ujung abdomennya. Ujung abdomen imago jantan
tampak tumpul sedangkan imago betina lancip karena terdapat ovipositor.
Ukuran imago betina relatif lebih besar dibandingkan imago jantan. Panjang
imago jantan 1,72 ± 0,13 mm dan imago betina 1,80 ± 0,11. Lama hidup
imago berkisar antara 10 – 15 hari (Schuster & Wharton, 1993; Sari et al.,
2022). Memiliki sepasang faset yang berwarna coklat kehitaman. Antena

15
berbentuk filiform panjang menyerupai benang dan beruas-ruas. Flagellum
terdiri dari 26 ruas yang masing-masing ruas ditumbuhi rambut halus. Kedua
pasang sayap transparan, pasang sayap depan dan belakang memiliki venasi
yang khas ditumbuhi rambut-rambut halus yang jarang.
8. Parasitoid Telenomus sp.
Parasitoid Telenomus sp. merupakan parasitoid yang memarasit telur.
Diketahui, parasitoid ini memiliki klasifikasi, sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Hymenoptera
Family: Scelionidae
Genus: Telenomus sp.
Diketahui, parasitoid Telenomus sp. dapat diindentifikasi sebagai berikut.
Prasioitd ini tergolong kecil dengan ukuran/panjang tubuh berkisar 0,5-1 mm.
Parasitoid ini memiliki warna tubuh hitam kemilau, metasoma lebih kecil dari
bagian mesosoma sehingga thoraks pada bagian mesoscutum agak cembung
ke bagian posterior, antena terdiri dari 10 –11 segmen, sayap belakang lebih
kecil dari pada sayap depan dan memiliki satu kait kecil, sedangkan pada
bagian tungkai tarsus berjumlah 5 bagian dan terdapat duri–duri halus. Goulet
dan Hubber (1993); Junaedi et al., (2016), mengemukakan bahwa sayap
depan Telenomus sp. mempunyai pembulu darah dibelakang stigmal.
Pada umumnya parasitoid ini membungkuk karena bentuk tubuh cembung
dengan kepala melintang. Parasit telur Telenomus sp. merupakan parasit kecil
berwarna hitam yang memparasiti telur-telur pengerek batang padi.
Wigenasantana (1990); Junaedi et al., (2016), mengungkapkan bahwa seekor
Telenomus dapat memarasit 20-40 butir telur penggerek dan mampu
hidup selama 2-4 hari atau lebih lama tergantung pada ketersediaan
nektar/larutan gula.

16
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara kali ini, yaitu :
1. Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan,
membunuh atau memangsa atau serangga lain. Sedangkan parasitoid adalah
serangga yang menumpang pada atau dalam serangga lain (disebut inang) dan
mengambil nutrisi dari inang tersebut untuk pertumbuhan dan kelangsungan
hidupnya
2. Predator umumnya bersifat polifag dan membutuhkan banyak mangsa selama
siklus hidupnya, umumnya memiliki ukuran yang lebih besar daripada
mangsanya dan bergerak aktif. Parasitoid mampu memarasit inangnya pada
fase tertentu, seperti fase telur, larva, atau imago, dan biasnaya menjadi
predator selama menjadi larva dan pra dewasa, setelah dewasa biasanya
membutuhkan nectar sebagai pakan. Predator hanya memerlukan satu inang
untuk menyelesaikan siklus hidupnya.
Hasil identifikasi menunjukan bahwa predator meliputi tomcat Paederus
fuscipes, Coccinella sp., Sycanus sp. Mantis sp., Oxyopes, sedangkan
parasitoid meliputi Eriborus, Braconidae, dan Telenomus.

B. Saran

Sebaiknya pengamatan dan identifikasi yang dilakukan dalam mengetahui


karakteristik dari predator dan parasitoid diharapkan jauh lebih cermat, agar hasil
pengamatan yang didapatkan dapat sesuai, dan predator dan parasitoid yang
diidentifikasi dapat sesuai dengan studi literatur yang ada.

17
DAFTAR PUSTAKA

Apriliyanto, E. dan Sarno. 2018. Pemantauan keanekaragaman hama dan musuh


alami pada ekosistem tepi dan tengah tanaman kacang tanah (Arachis
hypogaea L.). Scientific Journal. 35(2): 69-74.
Atmowidi, T. & Prawasti, T. S. 2013. Kajian biologi Kumbang Rove (Paederus sp.
dan organisme simbion penghasil senyawa toksik. Laporan Akhir,
Institut Pertanian Bogor.
Basnet, K., & Mukhopadhyay, A. 2014. Biocontrol potential of the lynx spider
Oxyopes javanus (Araneae: Oxyopidae) against the tea mosquito bug,
Helopeltis theivora (Heteroptera: Miridae). International Journal of
Tropical Insect Science, 34(4), 232-238.
Budiarti, L., Kartahadimadja, J., Sari, M. F., Ahyuni, D., & Dulbari, D. 2021.
Keanekaragaman Artropoda Predator Di Agroekosistem Sawah Pada
Berbagai Galur Padi Politeknik Negeri Lampung. Agroscript: Journal Of
Applied Agricultural Sciences, 3(1), 31-47.
Hamid, R. 2017. Studi Morfologi Musuh Alami Aphis Gossypii (Glover)
(Hemiptera: Aphididae). Jurnal Pembelajaran Biologi: Kajian Biologi
Dan Pembelajarannya, 4(2), 97-112.
Heviyanti, M., Cut M. 2016. Keanekaragaman Predator Serangga Hama Pada
Tanaman Padi Sawah (Oryzae Sativa, L.) Di Desa Paya Rahat
Kecamatan Banda Mulia, Kabupaten Aceh Tamiang. Agrosamudra, 3(2):
28-37.
Junaedi, E., Mohammad Y., Hasriyanty. 2016. Jenis Dan Tingkat Parasitasi
Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Putih (Scirpophaga Innotata
Walker) Pada Pertanaman Padi (Oryza Sativa L.) Di Dua Ketinggian
Tempat Berbedadi Kabupaten Sigi. J. Agroteknis, 4(3): 280-287.
Lohaus K., Vidal S., Theis C. 2013. Farming practices change food web structures
in cereal aphidparasitoid-hyperparasitoid communities. Oecologia, 171:
249–259.
Nelly, N., Damayanti B. 2016. Pengaruh Suhu Dan Kerapatan Inang Terhadap
Superparasistisme Oleh Eriborus Argenteopilosus: Implikasi Bagi
Pengendalian Hayati. J. Hpt Tropika, 16(1): 90-97.
Maramis, R. T. 2014. Diversitas Laba-laba (Predator Generalis) pada Tanaman
Kacang Merah (Vigna angularis) di Kecamatan Tompaso, Kabupaten
Minahasa. Jurnal Bios Logos, 4(1): 33- 40.
Pratama, Y. (2021). Pengendalian Hama Pemakan Daun (Setothosea Asigna)
Dengan Menggunakan Predator (Sycanus Annulicornis) Pada Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.). (Doctoral Dissertation).
Ritanti, I. R., & Haryadi, N. T. (2021). Biologi Kumbang Tomcat (Paederus
Fuscipes Curtis) (Coleoptera: Staphylinidae) Sebagai Predator. Jurnal
Hpt (Hama Penyakit Tumbuhan), 9(2), 35-40.

18
LAMPIRAN

Lampiran 3.1 Lembar ACC

19

Anda mungkin juga menyukai