PENGENDALIAN HAYATI
HAMA, PENYAKIT DAN GULMA PADA JAGUNG
(Zea mays L.)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhir dari mata kuliah Pengendalian Hayati
Disusun oleh:
Kelompok 2
Rikza Maulana
(2403314116)
Jajang Nurjaman
(2403312041)
(2403314072)
(2403314087)
Hendi Sukandar
(2403314055)
Rila Riliana
(2403314117)
Dosen Pengajar :
Jenal Mutakin, SP., MP.
Hanny Hidayati Nafiah, SP., MP.
DAFTAR ISI
I.
Pendahuluan ..............................................................................................
11
16
29
I.
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah supaya kita dapat mengetahui jenis hama
dan penyakit yang menyerang tanaman jagung serta cara pengendaliannya
terutama pemanfaatan musuh alaminya.
serangga
sekaligus,
melemahkan
serangga,
sehingga
dapat
Parasitoid :
Patogen :
Jamur tersebut masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit diantara ruasruas tubuh
Bioteknologi
Ngengat aktif malam hari, dan menghasilkan beberapa generasi pertahun, umur
imago/ngengat dewasa 7 11 hari.
Telur diletakkan berwarna putih, berkelompok, satu kelompok telur beragam
antara 30-50 butir, seekor ngengat betina mampu meletakkan telur 602-817 butir,
umur telur 3-4 hari. Ngengat betina lebuh menyukai meletakkan telur pada
tanaman jagung yang tinggi dan telur diletakkan pada permukaan bagian bawah
daun utamanya pada daun ke 5-9, umur telur 3-4 hari,
Larva, larva yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan
berpindah-pindah, larva muda makan pada bagian alur bunga jantan, setelah instar
lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari.
Pupa biasanya terbentuk di dalam batang, berwarna cokelat kemerahan, umur
pupa 6-9 hari.
Gejala serangan
Larva O. Furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap
bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada
batang, bunga jantan atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah,
tumpukan tassel yang rusak.
Pengendalian
Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma spp.
Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis. Predator Euborellia
annulata memangsa larva dan pupa O. Furnacalis. Bakteri Bacillus thuringiensis
Kurstaki
mengendalikan
larva
O.
Furnacalis,
Cendawan
sebagai
Bioekologi
Ngengat dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap
belakang berwarna keputihan, aktif pada malam hari.
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang
tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing
berisi 25-500 butir) tertutup bulu seperti beludru.
Larva mempunyai warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau
muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Ulat
menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam
tanah (tempat yang lembab). Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara
bergerombol dalam jumlah besar.
Pupa. Ulat berkepompong dalam tanah , membentuk pupa tanpa rumah pupa
(kokon) berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm.
Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari (lama stadium telur 2-4 hari, larva yang
terdiri dari 5 instar : 20 46 hari, pupa 8 11 hari).
Gejala serangan, larva yang masih kecil merusak daun yang menyerang secara
serentak berkelompok. Dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas,
memakan biji yang sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan
menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung.
Pengendalian
Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif
untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trichogramma spp yang
merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit
pada larva muda. Cendawan, Metarhizium anisopliae.menginfeksi larva.
Bakteri, Bacillus thuringensis dan Virus Helicoverpa armigera Nuclear
Polyhedrosis Virus (HaNPV).menginfeksi larva.
4.
Imago, lama hidup serangga dewasa bervariasi antara 5 23 hari dimana betina
hidup dua kali lebih lama daripada jantan. Serangga dewasa sangat aktif terbang
dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas
permukaan tanah. Imago kecil dengan ukuran panjang 2,5 mm 4,5 mm.
Telur imago betina mulai meletakkan telur 3 5 hari setelah kawin dengan
jumlah telur 7 22 butir atau bahkan hingga 70 butir. Imago betina meletakkan
selama 3 7 hari, diletakkan secara tunggal, berwarna putih, memanjang
diletakkan dibawah permukaan daun.
Larva terdiri dari tiga instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan
selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap. Larva yang baru menetas
melubangi batang yang kemudian membuat terowongan hingga dasar batang
sehingga tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati.
Pupa terdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah, umur
pupa 12 hari pada pagi atau sore hari. Puparium berwarna coklat kemerahmerahan sampai coklat dengan ukuran panjang 4,1 mm.
Gejala serangan
Tanaman muda menguning karena larva yang baru menetas melubangi
batang, kemudian membuat terowongan hingga ke dasar batang sehingga tanaman
menguning, akhirnya mati. Jika tanaman mengalami proses pemulihan, maka
pertumbuhannya akan kerdil.
Pengendalian
Bioekologi
Sitophilus zeamais Motsch dikenal dengan maize weevil atau kumbang
bubuk, dan merupakan serangga yang bersifat polifag, selain menyerang jagung,
juga beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa dan
jambu mente, S. zeamais lebih dominan terdapat pada jagung dan beras. S.
zeamais merusak biji jagung dalam penyimpanan dan juga dapat menyerang
tongkol jagung yang masih berada di pertanaman.
Telur diletakkan satu per satu pada lubang gerekan didalam biji, Keperidian
imago sekitar 300-400 butir telur; stadia telur kurang lebih enam hari pada suhu
250C.
Larva kemudian menggerek biji dan hidup di dalam biji, umur kurang lebih 20
hari pada suhu 250C dan kelembaban nisbi 70%.
Pupa terbentuk di dalam biji dengan stadia pupa berkisar 5-8 hari.
Imago yang terbentuk berada di dalam biji selama beberapa hari sebelum
membuat lubang keluar. Imago dapat bertahan hidup cukup lama yaitu dengan
makan sekitar 3-5 bulan jika tersedia makanan dan sekitar 36 hari jika tanpa
makan.
Siklus hidup sekitar 30-45 hari pada kondisi suhu optimum 290C, kadar air biji
14% dan kelembaban nisbi 70%. Perkembangan populasi sangat cepat bila bahan
simpanan kadar airnya di atas 15%.
Pengendalian
Penggunaan agensi patogen dapat mengendalikan kumbang bubuk seperti
Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml takaran 20 ml/kg biji dapat
mencapai mortalitas 50%. Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae
(Howard) mampu menekan kumbang bubuk.
10
6.
Belalang yang menyerang tanaman jagung ada dua jenis, yaitu Locusta
sp., dan Oxya chinensis. Seperti halnya ulat tanah, hama jenis ini menyerang
tanaman jagung saat masih muda, dengan cara memakan tunas jagung muda (baru
tumbuh). Hama belalang pada tanaman jagung merupakan hama migran, dimana
tingkat kerusakannya tergantung dari jumlah populasi serta tipe tanaman yang
diserang.
Belalang (Locusta sp)
o Deskripsi
Pada fase hidup menyendiri, Belalang jantan mempunyai ukuran panjang 30
40 mm dan betina 30 70 mm. Namun dalam fase berkelompok, ukuran
pejantan lebih besar yaitu 42 - 45 mm dan betina 37 - 60 mm. Warna kulit
Belalang ini beraneka warna, di mana Belalang dewasa berwana hijau keabuabuan sampai kehitam-hitaman. Namun Belalang muda berwarna kehitamhitaman dan kehijauan (tergantung fasenya). Bentuk sayap berbintik-bintik.
o Biologi
Belalang (Locusta sp) ini menyerang tanaman tergantung pada keadaan
iklim (terutama musim kemarau atau kering). Belalang (Locusta, sp) ini dapat
hidup terpisah-pisah seperti di Sulawesi, Kalimantan dan Irian Jaya tetapi dari
Philipina kadang-kadang datang secara berkelompok.
Siklus hidup dari telur ke telur mencapai 70 - 110 hari, dengan masa
inkubasi telur 15 hari, 30 - 50 hari untuk stadia larva dan aktivitas serangga
dewasa dapat berlangsung sampai 50 hari. Telur-telur diletakkan pada permukaan
tanah yang tidak tertutup. Belalang betina mampu bertelur sampai 200 butir pada
7 - 8 tempat. Pada serangan yang parah (hebat) keberadaan musuh alami belum
dapat mengendalikan Belalang ini.
Belalang Hijau (Oxya chinensis )
Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap
depan tebal dan permukaan luarnya halus yang mengandung zat tanduk sehingga
disebut elytra, sedangkan sayap belakang tipis seperti selaput.Apabila istirahat,
11
12
Cara pengendalian :
Penyemprotan
fungisida
menggunakan
bahan
aktif
benomil.
tanaman
yang
lebih
tua
masih
terbentuk
buah
dan
umumnya
pertumbuhannya kerdil, tetapi bila bertongkol, tongkolnya tidak normal dan dapat
pula menyebabkan tanaman mati.
Penyebab
Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora
maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan
Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera
Utara dan Batu Malang Jawa Timur.
Cara pengendalian :
Menanam varietas tahan: Bima 1, Bima 3, Bima 9, Bima 14, Bima 15,
Sukmaraga, Lagaligo, Srikandi, Lamuru dan Gumarang
13
Tidak penggunakan benih yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus
14
busuk
batang
jagung
dapat
disebabkan
oleh
delapan
15
b. Busuk tongkol
Gejala serangan:
Permukaan biji pada tongkol berwarna merah jambu sampai coklat, kadangkadang diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas yang berwarna merah
jambu. Cendawan berkembang pada sisa tanaman dan di dalam tanah, cendawan
ini dapat terbawa benih , dan penyebarannya dapat melalui angin atau tanah.
Penyebab penyakit busuk tongkol fusarium disebabkan oleh infeksi
cendawan Fusarium moniliforme
Cara pengendalian :
Pemeliharaan
tanaman
yang
sebaik-baiknya,
antara
lain
dengan
pemupukan seimbang.
16
tanaman (baik daun, pelepah, batang, tangkai kelobot, biji, maupun tongkol
jagung). Permukaan biji terinfeksi tertutup miselium berwarna abu-abu sampai
hitam sehingga dapat menurunkan hasil produksi secara signifikan. Cendawan ini
dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman di
lahan atau pada biji jagung di penyimpanan. Konidia yang terbawa angin atau
percikan air hujan dapat menimbulkan infeksi pertama pada tanaman jagung.
Penyebab
Penyakit bercak daun penyebabnya adalah Bipolaris maydis Syn. Pada B.
maydis ada dua ras yaitu ras O dan ras T.
Pengendalian
Penggunaan fungisida
Pergiliran tanaman.
2.4. Gulma
Gulma adalah tanaman pengganggu yang tumbuh diantara tanaman utama.
Gulma mengganggu karena bersaing dengan tanaman utama terhadap kebutuhan
unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh, sehingga produksi tanaman menjadi
tidak optimal. Berdasarkan morfologinya jenis gulma yang tumbuh diantara
tanaman jagung antara lain : 1. jenis gulma golongan berdaun lebar ( broad
leaves) seperti : krokot (Portulaca sp), Kirinyuh (Chromolaena odorata); 2. Jenis
gulma golongan rumput (grasses) seperti : rumput grinting (Cynodon dactylon),
lulangan (Eluisine indica); 3. Jenis gulma dari golongan teki (Sedges) seperti :
rumput teki (Cyperus rotundus).
17
beberapa
metode/cara
pengendalian
gulma
yang
dapat
2.
Pengendalian
secara
mekanis/fisik
(pengerjaan
tanah,
penyiangan,
18
3.
4.
5.
6.
19
dengan 2 butir biji. Brkembang biakdengan biji dan ruas batang yang keluar akar.
Tumbuh di tempat terbuka atau agak terlindung hingga 1.700 m dpl.
4. Borreria laevis (Famili Rubiaceae)
Batang tegak hingga 50 cm, bersegi empat berbulu pendek, berwarna hijau
sampai kekuningan berumur semusim. Daun berhadapan, bulat panjang berbentuk
lanset, ujung lancip, tepi kasar berwarna keunguan, permukaan licin. Bunga
mengelompok di ketiak daun, berwarna putih keunguan. Berkembang biak dengan
biji. Tumbuh di tempat terbuka atau agak terlindung hingga 1.100 m dpl.
5. Axonopus compressus (Famili Poaceae)
Tumbuh menjalar dan menanjak hinga 50 cm. Batang berbuku, padat, tiap
buku berakar, berumur tahunan. Daun berbentuk lanset, tepinya berbulu halus,
permukaan atas berbulu jarang, permukaan bawah gundul, lidah daun pendek,
berbulu pendek. Bunga berbentuk malai, mirip bulir, bercabang dua hingga
banyak, anak bulir jorong. Berkembang biak dengan biji dan setek batang.
Tumbuh di tempat terbuka/agak terlindung hingga 1.400 m dpl.
6. Cynodon dactylon (Famili Poaceae)
Batang tumbuh menjalar membentuk rimpang, buluh yang berbunga tegak
atau menanjak hingga 40 cm, buluh samping panjang, yang tua berongga,
berumur tahunan. Ruas buluh berseling antara yang panjang dan yang pendek,
daun dalam dua baris. Bunga berbentuk bulir ganda terdiri dari dua sampai
beberapa cabang, anak bulir berwarna putih lembayung. Berkembang biak dengan
biji dan setek batang. Tumbuh di tempat terbuka/terlindung hingg 1.650 m dpl.
7. Digitaria ciliaris (Famili Poaceae)
Batang menjalar kemudian menanjak hingga 60 cm, berumur semusim.
Daun bebentuk pita, lunak, berambut pada permukaannya, lidah daun rata. Bunga
berbentuk bulir majemuk menjari. Anak bulir berpasangan dua-dua, berbentuk
lanset. Berkembang biak dengan biji,dapat juga dari potongan buluh (ruas
batang). Tumbuh di tempat terbuka hingga 900 m dpl.
8. Eleusine indica (famili Poaceae)
Rumput berumpun, tegak atau menanjak, hingga 50 cm, pangkalnya
membentuk roset, berumur semusim atau tahunan namun tidak berumur panjang.
20
Daun berbentuk pita, lidah daun berbulu halus. Bunga berbentuk bulir terdiri dari
2 hingga 12 cabang tersusun secara enjari. Berkembang biak dengan biji. Tumbuh
di mana-mana hingga 2.000 m dpl.
9. Cyperus rotundus (Famili Cyperaceae)
Batang tumbuh berumpun, tegak hingga 50 cm, berumbi batang, banyak
membentuk rangkaian umbi dengan stolon, tiap umbi mempunyai beberapa mata
tunas, berumur tahunan. Daun berbentuk pita bersegi tiga, permukaan licin,
mengelompok dekat pangkal batang. Bunga bulir tunggal atau majemuk,
mengelompok atau membuka, berwarna cokelat. Berkembang biak dengan umbi
dan biji. Tumbuh di tempat terbuka atau agak terlindung hingga 1.000 m dpl.
10. Cyperus kyllingia (famili Cyperaceae)
Teki-tekian tumbuh tegak hingga 55 cm, berumur tahunan, ada yang
berimpang/berumbi ada yang tidak berumbi, berumur tahunan. Daun berbentuk
pita bersegi tiga permukaan licin dan kaku, pada pangkalnya berwarna
kemerahan. Bunga berbentuk bongkol, terdapat pada ujung tangkai bunga,
berwarna putih. Berkembang biak dengan biji dan rimpang. Tumbuh di tempat
terbuka atau agak terlindung hingga 1.300 m dpl. (Agus sudiman; Peneliti Balittro
Bogor).
11. Kirinyuh Chromolaena odorata (famili Asteraceae/Composite)
C. odorata dikenal dengan nama Kirinyuh. Tumbuhan ini termasuk dalam
berdaun oval dan bergerigi pada bagian tepi, serta berbunga pada musim kemarau,
serentak selama 3-4 minggu (Prawiradiputra, 1985). Tumbuhan ini dapat tumbuh
pada ketinggian 1.000-2.800 m dari permukaan laut, tetapi di Indonesia banyak
ditemukan di dataran rendah (0-500 m dpl) seperti di perkebunan karet, kelapa
sawit, kelapa, dan jambu mete serta padang penggembalaan. Sifatnya yang tidak
tahan naungan, membuat tumbuhan ini tumbuh subur dengan adanya sinar
matahari yang cukup (FAO, 2006).
Kirinyuh memiliki kemampuan mendominasi area dengan sangat cepat. Hal
ini didukung karena jumlah biji yang dihasilkan sangat melimpah. Setiap
tumbuhan dewasa mampu memproduksi sekitar 80 ribu biji setiap musim
(Departemen Sumber Daya Alam, Mineral dan Air dari Australia; 2006). Pada
21
saat biji pecah dan terbawa angin, lalu jatuh ke tanah, biji tersebut dapat dengan
mudah berkecambah. Dalam waktu dua bulan saja, kecambah dan tunas-tunas
telah terlihat mendominasi area. Kepadatan tumbuhan bisa mencapai 36 batang
tiap meter persegi, yang berpotensi menghasilkan kecambah, tunas, dan tumbuhan
dewasa berikutnya (Yadav dan Tripathi 1981).
12. Krokot (Portulaca oleracea)
Krokot merupakan jenis gulma berdaun lebar mempunyai batang berbentuk
bulat, lembut berwarna coklat keunguan panjangnya 10-50 cm. Memiliki mahkota
daun berjumlah lima berwarna kuning dan kecil. Bijinya banyak dengan warna
hitam coklat kilap. Jenis tanaman ini di perkirakan berasal dari daratan amerika
tropis di Brasil yang tumbuh didataran rendah sampai 1800 m dpl.
B. Pengendaliannnya
1.
Menggunakan biji tanaman yang bersih dan tidak tercampur biji lain
terutama biji-biji gulma.
Membersihkan tanah-tanah yang berasal dari tempat lain, tubuh dan kaki
ternak dari biji-biji gulma.
22
Menyaring air pengairan agar tidak membawa biji-biji gulma ke petakpetak pertanaman yang diairi.
b.
Karantina Tumbuhan
Karantina tumbuhan bertujuan mencegah masuknya organisme pengganggu
Pengendalian Mekanis
Pengendalian mekanis merupakan usaha menekan pertumbuhan gulma
Penyiangan (Weeding)
Penyiangan yang tepat biasanya dilakukan pada saat pertumbuhan aktif dari
gulma. Penundaan sampai gulma berbunga mungkin tak hanya gagal membongkar
23
akar gulma secara maksimum, tetapi juga gagal mencegah tumbuhnya biji-biji
gulma yang viabel sehingga memberi kesempatan untuk perkembangbiakan dan
penyebarannya.
Penyiangan sesudah gulma dewasa akan banyak membongkar akar tanaman
dan menimbulkan kerusakan fisik. Sedang penyiangan yang terlalu sering akan
menimbulkan kerusakan akar tanaman pokok
c.
Pembabatan (Mowing)
Pembabatan pada umumnya hanya efektif untuk mengendalikan gulma-
gulma yang bersifat setahun (annual) dan kurang efektif untuk gulma tahunan
(perennial). Efektivitas cara ini sangat ditentukan oleh saat dan interval
pembabatan. Pembabatan sebaiknya dilakukan pada saat daun gulma sedang
tumbuh lebat, menjelang berbunga dan sebelum membentuk biji.
e.
Pembakaran (Burning)
Pembakaran merupakan salah satu cara mengendalikan gulma. Suhu kritis
yang menyebabkan kematian (Termodeash Point) pada sel adalah 4555 C, tetapi
biji yang kering lebih tahan daripada tumbuhan yang hidup.
Sebenarnya yang dimaksud dengan pembakaran adalah penggunaan api
untuk pengendalian gulma dengan alat pembakar (burner) seperti alat untuk
mengelas, flame cultivator atau weed burner yang menggunakan bahan bakar
butane dan propone. Atau pembakaran dengan memberikan panas dalam bentuk
uap (sceaming), terutama dalam usaha mematikan biji gulma pada tempat-tempat
tertentu seperti pembuatan bedengan.
f.
Penggenangan
Bila tersedia air, penggenangan dapat mengurangi pertumbuhan gulma.
24
pengendalian alami dan pengendalian hayati. Perbedaan utama terletak pada ada
atau tidaknya campur tangan manusia dalam ekosistem. Dalam pengendalian
alami disamping musuh alami sebagai pengendali hayati masih ada iklim dan
habitat sebagai faktor pengendali non hayati. Sedang pada pengendalian hayati
ada campur tangan manusia yang mengelola gulma dengan memanipulasi musuh
alaminya.
Pengendalian hayati merupakan metode yang paling layak dan sekaligus
paling sulit dipraktekkan karena memerlukan derajat ketelitian tinggi dan
serangkaian test dalam jangka waktu panjang (bertahun-tahun) sebelum suatu
organ pengendali hayati dilepas untuk pengendalian suatu species gulma. Dasar
pengendalian hayati adalah kenyataan bahwa di alam ada musuh-musuh alami
yang mampu menekan beberapa species gulma.
Musuhmusuh Alami Gulma
Ada beberapa syarat utama yang dibutuhkan agar suatu makhluk dapat digunakan
sebagai pengendali alami :
25
adalah
(Lepidoptera:
ngengat Pareuchaetes
Arctiidae).
Kemudian
pseudoinsulata Rego
menyusul
Barros
ngengat Actinote
a.
26
Rotasi
tanaman
atau
pergiliran
tanaman
sebenarnya
bertujuan
memanfaatkan tanah, air, sinar matahari dan waktu secara optimum sehingga
diperoleh hasil yang memadai. Dengan pergiliran tanaman maka pada umumnya
permukaan tanah akan selalu tertutup oleh naungan daun tanaman, sehingga
gulma tertekan.
b.
Pemulsaan (Mulching)
Mulsa akan mempengaruhi cahaya yang akan sampai ke permukaan tanah
27
Pengendalian Kimia
Pengendalian
gulma
dengan
menggunakan
senyawa
kimia
tanpa
Banyak gulma yang bersifat pohon lebih mudah dibasmi dengan herbisida.
Disamping kelebihan dan keuntungan, herbisida mempunyai keurangankekurangan yang dapat merugikan, antara lain dapat menimbulkan : Efek
samping Species gulma yang resisten Polusi Residu dapat meracuni
tanaman.
Penggunaan
herbisida
yang
berhasil
sangat
tergantung
akan
28
Faktor Herbisidanya :
Struktur
Konsentrasi
Faktor Lingkungan :
Temperatur,
Cahaya,
Hujan,
Faktor-faktor tanah
Cara Pemakaian/Aplikasi :
Volume penyemprotan,
Waktu penyemprotan.
III. KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2015. Makalah Musuh Alami Dan Hama Pada Tanaman Jagung.
http://agussalim11.blogspot.co.id/2015/10/makalah-musuh-alami-dan-hama
-pada.html diakses pada tanggal 08 November 2016.
Anonim. 2012. Mengenal Belalang (Locusta migratoria) Pada Areal Tanaman
Kelapa Sawit. https://wwwpabriksawitcom.blogspot.co.id/2012/01/mengena
l-belalang-locusta-migratoria.html diakses pada tanggal 08 November 2016.
Mita, Nasra. 2016. Komunikasi pertanian mengendalikan hama pengerek batang
(Ostrinia fumacalis)
2013.
Musuh
alami
golongan
pemakan
gulma.