I.
PENDAHULUAN
II.
KEGIATAN PEMBELAJARAN
yang
mati
mempertahankan
berfungsi
sebagai
mulsa
yang
bermanfaat
gulma
diperlukan
untuk
memudahkan
pengendalian.
Tepat mutu
Tepat waktu
Tepat sasaran
Tepat takaran
Tepat konsentrasi
Selain itu, harus pula mempertimbangkan efisiensi, efektifitas, dan aman bagi
lingkungan.
2. Cara Kerja Herbisida
Cara kerja herbisida di kelompokkan menjadi dua yaitu: herbisida
kontak dan sistemik.
1) Herbisida Kontak.
Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena
semprotan
berfotosintesis.
Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam
setelah
Sehingga
2) Herbisida Sistemik.
Cara kerja herbisida ini di alirkan ke dalam jaringan tanaman gulma
dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai
ke perakarannya. Keistimewaannya, dapat mematikan tunas - tunas yang ada
dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Contoh
herbisida sistemik adalah glifosat, sulfosat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik,
yaitu:
Gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif
Cuaca cerah waktu menyemprot.
Tidak menyemprot menjelang hujan.
Keringkan areal yang akan disemprot.
Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut.
Boleh dicampur dengan herbisida 2,4D amina atau dengan herbisida
Metsulfuron.
3) Selektivitas Herbisida
Herbisida ada yang selektif dan tidak selektif. Herbisida selektif hanya
membasmi gulma dan tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Contoh :
Herbisida propanil, membasmi gulma golongan berdaun pita,
Herbisida
semprotnya 1,5 meter, maka apabila luas areal yang akan disemprot adalah 1
Ha (10.000m2) maka banyaknya air yang dibutuhkan adalah :
Volume air =
=
= 500 liter/Ha
Apabila takaran herbisida yang akan digunakan adalah tiga liter (3000 ml)/Ha
maka herbisida yang dibutuhkan untuk 15 liter air air pencampur adalah :
Volume herbisida =
= 90 ml herbisida/15 liter air
5. Cara mengaplikasikan herbisida
Herbisida akan berhasil dan efektif apabila digunakan dengan benar sesuai
petunjuk yaitu :
-
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Menutup kran nozel, gerakkan tuas pompa hand sprayer 3-5 kali, selanjutnya
buka kran nozel
Menggunakan tangan
Tehnik pengendalian gulma dengan mekanik pada jenis-jenis gulma
terutama gulma yang berdaun lebar, yang baru tumbuh dan mempunyai
perakaran yang dangkal dapat dilakukan dengan cara mencabut secara manual
dengan meng gunakan tangan.
10
dibersihkan dari tanah yang masih terikut dan selanjutnya gulma-gulma tersebut
dibuang.
tanaman
umumnya
dilakukan
petani
dengan
11
12
a.
13
14
15
16
3.
jagung. Rata-rata produksi telur imago betina adalah 730 butir, telur menetas
dalam tiga hari setelah diletakkan .
Larva, larva spesies ini terdiri dari lima sampai tujuh instar.
Khususnya pada jagung, masa perkembangan larva pada suhu 24 sampai
27,2oC adalah 12,8 sampai 21,3 hari. Larva serangga ini memiliki sifat
kanibalisme. Spesies ini mengalami masa pra pupa selama satu sampai empat
hari. Masa pra pupa dan pupa biasanya terjadi dalam tanah dan kedalamannya
bergantung pada kekerasan tanah.
Pupa, pupa pada umumnya pupa terbentuk pada kedalaman 2,5 sampai
17,5 cm. Terkadang pula serangga ini berpupa pada permukaan tumpukan
limbah tanaman atau pada kotoran serangga ini yang terdapat pada tanaman.
Pada kondisi lingkungan mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada
suhu 35oC sampai 30 hari pada suhu 15oC.
17
1.
Hayati
Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif
untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trichogramma
spp. yang merupakan parasit telur sedangkan Eriborus argentiopilosa
(Ichneumonidae)
parasit
pada
larva
muda.Cendwan,Metarhizium
Pengelolaan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam
tanah dan dapat mengurangi populasi H. armigera berikutnya.
18
3.
tongkol dan diteruskan (1-2) hari hingga rambut jagung berwarna coklat.
4.
23 hari dimana betina hidup dua kali lebih lama dari pada jantan. Serangga
dewasa sangat aktif terbang dan sangat tertarik pada kecambah atau
tanaman yang baru muncul di atas permukaan tanah. Imago kecil dengan
ukuran panjang 2,5 mm sampai 4,5 mm.
Telur, Imago betina mulai meletakkan telur tiga sampai lima hari
setelah kawin dengan jumlah telur tujuh sampai 22 butir atau bahkan
hingga 70 butir. Imago betina meletakkan selama tiga sampai tujuh hari,
diletakkan secara tunggal, berwarna putih, memanjang, diletakkan
dibawah permukaan daun.
Larva terdiri dari tiga instar yang berwarna putih krem pada
awalnya dan selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap. Larva yang
baru menetas melubangi batang yang kemudian membuat terowongan
hingga dasar batang sehingga tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati.
Pupa, pupa terdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah
permukaan tanah, umur pupa 12 hari pada pagi atau sore hari. Puparium
berwarna coklat kemerah-merahan sampai coklat dengan ukuran panjang
4,1 mm.
19
Gambar 11. Imago, larva, pupa, gejala serangan lalat bibit (Atherigona sp.)
Inang tanaman Jagung, padi gogo, sorgum, gandum, rumput, Cynodon sp.,
Panicum sp., dan Paspalum.
b. Mengendalikan lalat bibit (Atherigona sp.)
1. Mengendalikan secara hayati
Parasitoid yang memarasit telur adalah Trichogramma spp. dan
parasit larva adalah Opius sp. dan Tetrastichus sp.
Predator Clubiona
20
21
22
antara lain kacang hijau, kedelai, kacang panjang, ubi kayu, tomat, ubi jalar
dan kapas.
b.
Gejala serangan daun biasanya bagian pertama yang diserang dan termakan
hampir keseluruhan daun termasuk tulang daun jika serangannya parah.
Spesies ini dapat pula memakan batang dan tongkol jagung jika populasinya
sangat tinggi dengan sumber makanan terbatas
Mengendalikan Belalang
1.
Mengatur pola tanam dengan tanaman alternatif yang tidak atau kurang
disukai belalang atau penanaman tumpang sari dan diversifikasi pada areal
yang sudah terserang belalang apabila musim tanam belum terlambat, maka
upayakan segera dilakukan penanaman kembali dengan tanaman yang tidak
disukai belalang seperti, kedelai, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kacang
23
panjang, tomat, atau tanaman yang kurang disukai belalang seperti kacang
tanah, petsai, kubis, sawi.
3. Mengendalikan secara Mekanis
Melakukan gerakan massal pengendalian mekanis sesuai stadia populasi,
dilakukan kegiatan pengumpulan kelompok telur yaitu dengan melakukan
pengolahan tanah sedalam 10 cm, kelompok telur diambil dan dimusnahkan,
kemudian lahannya segera ditanami kembali dengan tanaman yang tidak
disukai belalang.
Pengendalian nimfa dengan cara memukul, menjaring, membakar atau
perangkap lainnya. Pengendalian pada saat nimfa adalah kunci penting
menghalau nimfa ke suatu tempat yang sudah disiapkan di tempat terbuka
untuk kemudian dimatikan.
4. Mengendalikan secara Kimiawi
Pada keadaan populasi tinggi, dalam waktu singkat harus diupayakan
penurunan populasi. Apabila cara-cara lain sudah ditempuh populasi masih
tetap tinggi alternatif lainnya yaitu penggunaan insektisida yang efektif dan
diijinkan. Pengendalian yang tepat dilakukan sejak stadia nimfa kecil karena
belum merusak, lebih peka terhadap insektisida, dapat dilakukan pada siang
hari. Apabila terpaksa karena terlambat atau tidak diketahui sebelumnya,
pengendalian terhadap imago dilaksanakan pada malam hari pada saat
belalang beristirahat. Jenis insektisida yang dapat digunakan untuk
mengendalikan belalang adalah jenis insektisida berbahan aktif organofosfat
seperti fenitrothion.
5. Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais (MOTSCH))
a. Ciri-ciri Bioekologi Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais)
Sitophilus zeamais Motsch dikenal dengan maize weevil atau kumbang
bubukan merupakan serangga yang bersifat polifag, selain menyerang jagung,
juga beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa dan
jambu mente, S. zeamais lebih dominan terdapat pada jagung dan beras. S.
24
zeamais merusak biji jagung dalam penyimpanan dan juga dapat menyerang
tongkol jagung yang masih berada di pertanaman.
Telur, telur diletakkan satu per satu pada lubang gerekan didalam biji,
Keperidian imago sekitar 300-400 butir telur; stadia telur kurang lebih enam
hari pada suhu 250C
Larva, larva kemudian menggerek biji dan hidup di dalam biji, umur
kurang lebih 20 hari pada suhu 250C dan kelembaban nisbi 70%.
Pupa, pupa terbentuk di dalam biji dengan stadia pupa berkisar 5-8
hari. Imago, imago yang terbentuk berada di dalam biji selama beberapa hari
sebelum membuat lubang keluar. Imago dapat bertahan hidup cukup lama
yaitu dengan makan sekitar 3-5 bulan jika tersedia makanan dan sekitar 36
hari jika tanpa makan.
Siklus hidup, siklus hidup sekitar 30-45 hari pada kondisi suhu
optimum 290C, kadar air biji 14% dan kelembaban nisbi 70%. Perkembangan
populasi sangat cepat bila bahan simpanan kadar airnya di atas 15%.
25
50C dan
biji rusak
26
senegelensis, Acorus calamus, bunga dari Pyrethrum sp., Capsicum sp., dan
tepung biji dari Annona sp. dan Melia sp.
Penggunaan agensi patogen dapat mengendalikan kumbang bubuk
seperti Beauveria bassiana pada konsentrasi 109
ml/kg biji dapat mencapai mortalitas 50%.
konidia/ml takaran 20
Penggunaan parasitoid
kumbang
bubuk
secara
kimia
melalui
melalui sistem
27
berpotensil sebagai parasit pada hama ini. Coccinella sp. dan Micraspis sp.
dapat dimanfaatkan sebagai predator
2) Mengendalikan dengan Kultur Teknis
Dengan polikultur akan meningkatkan predasi dari predator kutu daun
dibandingkan dengan monokultur jagung.
3) Mengendalikan secara Kimiawi
Umumnya,
kutu
daun
dapat
dengan
mudah
dikendalikan
dengan
28
Penyebab penyakit
Gejala penyakit ini terjadi pada permukaan daun jagung berwarna putih
sampai kekuningan diikuti dengan garis-garis klorotik, ciri lainnya adalah
pada pagi hari di sisi bawah daun jagung terdapat lapisan beludru putih
yang terdiri dari konidiofor dan konidium cendawan. Penyakit bulai pada
tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas keseluruh
bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik
terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun
yang dibentuk terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada
umur masih muda biasanya tidak membentuk buah, tetapi bila infeksinya
pada tanaman yang lebih tua masih terbentuk buah dan umumnya
pertumbuhannya kerdil.
Berdasarkan tingkatan umur dibedakan 3 tipe gejala
1. Tanaman jagung berumur 2-3 minggu yang terserang penyakit bulai
ditandai dengan bentuk daun meruncing dan kecil. Daun Nampak kaku
dan pertumbuhan batang terhambat. Warna daun menguning atau
kuning kehijauan sampai kuning keputihan. Pada sisi bawah dain
terdapat lapisan spora cendawan yang berwarna putih. Gejala ini
tamptak jelas jika diamati pada pagi hari pukul 07.00
2. Tanaman jagung berumur 3-5 minggu yang terserang penyakit bulai
mengalami gangguan pertumbuhan . pada daun yang sedang membuka
terjadi perubahan warna dimulai dari pangkal daun. Pada tanaman
29
Cara Pengendalian
Penyebab penyakit
Penyebab penyakit bercak daun disebab oleh
30
Gejala serangan
Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras
patogennya yaitu ras O, bercak berwarna coklat kemerahan dengan ukuran
0,6 x (1,2_1,9) Cm. Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6_1,2) x
(0,6_2,7) Cm, berbentuk kumparan dengan bercak berwarna hijau kuning atau
klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Kedua ras ini, ras T lebih
virulen dibanding ras O dan pada bibit jagung yang terserang menjadi layu
atau mati dalam waktu 3_4 minggu setelah tanam. Tongkol yang terinfeksi
dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapat gugur. Bercak pada ras
T terdapat pada seluruh bagian tanaman (daun, pelepah, batang, tangkai
kelobot, biji dan tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi miselium
berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil yang cukup
besar. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan hidup
dalam sisa tanaman di lapang atau pada biji di penyimpanan. Konidia yang
terbawa angin atau percikan air hujan dapat menimbulkan infeksi pertama
pada tanaman jagung.
Gambar 17. Gejala bercak daun yang disebabkan ras O dan ras T
31
Cara Pengendalian
1. Menanam varietas tahan : Bima 1, Srikandi Kuning -1, Sukmaraga dan
Palakka
2. Eradikasi (pencabutan) tanaman yang terinfeksi bercak daun
3. Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim
3. Penyakit Hawar daun (Northern leaf blight)
Penyebab penyakit
Penyebab penyakit hawar daun adalah Helminthosporium turcicum
Gejala serangan
Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian
bercak semakin memanjang
berbentuk
nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang
hawar 2,5_15 Cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian
berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman
cepat mati atau mengering dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau
klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman
pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang.
32
Cara Pengendalian
1. Menanam varietas tahan Bisma, Pioner2, pioner 14, Semar 2 dan 5
2. Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun
3. Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate
4. Penyakit Karat (Southern rust)
Penyebab Penyakit
Gejala serangan
Penyakit ini menyerang tanaman jagung dewasa. Gejala serangan tampak pada
daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecokelatan seperti karat dan
terdapat serbuk yang berwarna kuning kecokelatan. Serangan berat
menyebabkan
terhambatnya
pertumbuhan
tanaman
dan
gagalnya
33
Cara Pengendalian
34
Cara Pengendalian
Penyebab Penyakit
Penyakit
busuk
batang
jagung
dapat
disebabkan
oleh
delapan
Gejala serangan
Tanaman jagung terserang penyakit yang disebabkan oleh cendawan pathogen
akan tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya gejala tersebut
terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal batang
yang terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam
busuk, sehingga mudah rebah, pada bagian kulit luarnya tipis. Pada pangkal
35
batang terinfeksi tersebut ada yang memperlihatkan warna merah jambu, merah
kecoklatan atau coklat.
Cara Pengendalian
1. Pengendalian penyakit busuk batang jagung dapat dilakukan
dengan menanam varietas tahan, hasil pengujian 54 varietas/galur
jagung terhadap Fusarium sp. melalui inokulasi tusuk gigi di dapat 17
varietas/galur yang paling tinggi ketahanannya yaitu BISI-1, BISI-4,
BISI-5, Surya, Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923,
Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13, Pioneer-14, Semar-9,
Palakka, dan J1-C3.
2. Pergiliran tanaman, pemupukan berimbang, menghindari pemberian N
tinggi, K rendah, dan drainase yang baik.
3. Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati
dapat dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.
7.
Penyebab Penyakit
Gejala serangan
Gejala serangan, permukaan biji pada tongkol berwarna merah jambu sampai
coklat, kadang-kadang diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas yang
36
Penyebab penyakit
Penyakit busuk tongkol Diplodia disebabkan oleh infeksi cendawan
Diplodia maydis
Gejala serangan
Kelobot yang terinfeksi pada umumnya berwarna coklat, infeksi pada
kelobot setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung, menyebabkan biji
berubah menjadi coklat, kisut dan busuk. Miselium berwarna putih,
piknidia berwarna hitam tersebar pada klobot infeksi dimulai pada dasar
tongkol berkembang ke bongkol kemudian merambat ke permukaan biji
dan menutupi klobot. Cendawan dapat bertahan hidup dalam bentuk spora
dan piknidia yang berdinding tebal pada sisa tanaman di lapang.
Penyebab penyakit
Penyakit busuk tongkol Gibberella disebabkan oleh infeksi cendawan
Gibberella roseum
Gejala serangan
Tongkol yang terinfeksi dini oleh cendawan dapat menjadi busuk dan
klobotnya saling menempel erat pada tongkol, badan buah berwarna biru
hitam tumbuh di permukaan klobot dan bongkol.
37
Penyebab penyakit
Penularan virus dapat terjadi secara mekanis atau melalui serangga Myzus
percicae dan Rhopalopsiphum maydis secara non persisten.
Gejala serangan
Gejala penyakit ini tanaman menjadi kerdil, daun berwarna mosaik atau
38
serbuk spora. Tanaman yang terinfeksi virus ini umumnya terjadi penurunan
hasilnya.
2.
3.
4.
39
DAFTAR PUSTAKA
40