Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGENDALIAN TERPADU ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN


MENGGUNAKAN JAMUR

DI SUSUN OLEH
M. ADRIAN HERLANGGA
2203016095
DOSEN PENGAJAR
Ir. Hj. Sopialena, MP, Ph.D

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULLAWARMAN
SAMARINDA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas berjudul “pengendalian jamur
secara hayati” pada karya tulis pengendalian terpadu organisme pengganggu tanaman
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ir. Hj. Sopialena, MP, Ph.D. Memberikan
bimbingan dan masukan yang bermanfaat selama penyusunan makalah ini sebagai instruktur
untuk mata kuliah pengendalian terpadu organisme pengganggu tanaman
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sekelas yang telah
berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.
Sehubungan dengan selesainya laporan ini, kami berharap isi laporan kami bebas dari
kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan artikel ini.
Akhir dari kata saya ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca

Samarinda, September 2023

M. ADRIAN HERLANGGA
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
I PENDAHULUAN................................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................
1.3 Tujuan Masalah.................................................................................................
II TEKNIK PENGENDALIAN............................................................................
2.1 Pengertian PHT..................................................................................................
2.2 Fungsi jamur dan pengendalian sebagai agensi hayati .....................................
2.3Manfaat agensi hayati bagi petani .....................................................................
2.4 Jenis jenis jamur entomopatogen.......................................................................
III PENELITIAN PENELITIAN.........................................................................
IV KESIMPULAN.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Budidaya tanaman bertujuan untuk mencapai produktivitas yang tinggi


optimal, hal ini seringkali tidak tercapai. Salah satu alasannya adalah akibat serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dapat hama, penyakit dan gulma. Parasit
adalah organisme Tunggal hama tanaman yang dapat merusak tanaman dengan kerusakan
ringan Bahkan yang berat (tidak berproduksi sama sekali), semuanya mengurangi produksi
pertanian. Serangan parasit ini ada dari pabriknya masih dalam bentuk benih atau benih,
mulai dari pembibitan/pembibitan hingga produksi atau pasca panen produk pertanian.
Karena kerugian yang ditimbulkannya sehingga berbagai cara telah dilakukan manusia
untuk mengendalikan populasinya agar tidak menimbulkan kerugian ekonomi. akhirnya
digunakan Pestisida juga menjadi alternatif utama dalam kegiatan pertanian. Pestisida
menunjukkan cepatnya kematian serangga sehingga petani menjadi cepat jatuh cinta
padanya. Namun penggunaan pestisida ini mempunyai dampak negatif, yang kini telah
disadari oleh berbagai pihak atas dampak tersebut termasuk timbulnya resistensi hama,
resurgensi, ledakan hama sekunder, dan sebagainya pencemaran lingkungan. Ditambah lagi
dengan harganya yang semakin mahal pestisida, mendorong fokus saat ini pada
pengendalian hama tanaman lebih berorientasi pada pengendalian biologis

Penyakit tanaman merupakan salah satu faktor pembatas dalam pemuliaan


tanaman, baik tanaman pangan, hortikultura, maupun hortikultura. Kuman bisa yang
berdampak pada menurunnya produksi tanaman secara kuantitas dan kualitas.Dari segi
kuantitas, patogen tanaman mempengaruhi jumlah produk atau hasil, tetapi kualitas patogen
mungkin terpengaruh kenampakan fisik dan ciri fisiologis tanaman budidaya seperti
perubahan warna, bentuk dan rasa.

Konsep bioteknologi dalam pengendalian hayati merupakan topik yang


menarik sekarang dikembangkan. Secara definisi, bioteknologi adalah sebuah aplikasi
prinsip biologi, biokimia dan teknik dalam pengolahan bahan kimia dengan menggunakan
organisme hidup dan bagian-bagiannya untuk berproduksi produk atau layanan.
Komponennya dapat berupa organel, sel, jaringan atau molekul tertentu, seperti DNA, RNA,
protein atau enzim. Bioteknologi dapat digolongkan menjadi dua tingkatan yaitu
bioteknologi tradisional dan modern. Dalam bioteknologi konvensional, penggunaan teknik
biologi, biokimia atau rekayasa masih sangat terbatas belum mencapai tahap rekayasa
molekuler. Dalam hal ini, tubuh yang hidup digunakan secara langsung dan alami. Pada saat
yang sama, bioteknologi modern menerapkan teknologi terapi gen, yang dikenal sebagai
DNA rekombinan atau rekayasa genetika. biologi atau musuh alami yang dapat dijadikan
obat pengendalian biologis seperti predator, parasit, patogen dan antagonis miliki dikenal
sebagai salah satu aspek pengelolaan hama dan penyakit terpadu. Pengawasan terpadu
meningkat seiring dengan adanya perhatian Masyarakat kesehatan dan kelestarian
lingkungan hidup. Agen biologis telah dikenal sebagaiseleksi untuk meng urangi
penggunaan pestisida Penggunaan jamur itu Biopestisida telah banyak digunakan dan antara
lain memiliki potensi yang baik Trichoderma sp sebagai jamur antagonis terhadap
Ganoderma sp. Trichoderma sp. sebagai antagonis terhadap Fusarium sp, Collectotrichum
sp. dan Beauveria bassiana sebagai pathogen

Namun penggunaan pengendalian hayati oleh petani dan masyarakat masih


tetap ada Belum banyak digunakan, pestisida masih menjadi kebutuhan penting dalam
menekan penggunaan pestisida di perumahan Pestisida adalah bahan kimia yang sering
digunakan untuk menghilangkan bahan yang tidak diinginkan, dalam bentuk gulma,
serangga, jamur dan hama tanaman dengan tujuan menjamin hasil panen yang baik bagus
dan keras. Penggunaan pestisida yang tidak rasional dapat menyebabkan berbagai dampak
negatif baik bagi manusia maupun lingkungan perlu dilakukan penelitian terhadap jamur
sebagai pestisida hayati, dan diharapkan dapat menarik perhatian dan perhatian lingkungan
hidup dan dapat dikembangkan lebih lanjut. Menggunakan Agen hayati lokal yang diisolasi
dari jamur tanah adalah upaya diversifikasi penggunaan bahan aktif sebagai bahan baku
biofungisida. Diversifikasi bahan aktif dalam biofungisida sangat diperlukan dilakukan
dengan mempertimbangkan Indonesia sebagai sebuah negara Daerah tropis mempunyai
potensi menghasilkan spesies agen hayati dengan keanekaragaman tinggi. Biofungisida
yang mengandung mikroorganisme jamur antagonis lokal yang diisolasi sebagai bahan aktif
Utamanya, secara ekonomis penggunaannya lebih banyak Murah dan efektif dibandingkan
fungisida kimia, karena sekali dimasukkan ke dalam tanah atau konveyor yang sesuai dapat
bertahan dalam jangka waktu yang lama. Selanjutnya aplikasinya dapat dibuat sebagai
aplikasi fungisida kimia.

Sejarah bioteknologi dalam pengendalian biologis dengan jamur Program pengendalian


mikroba skala besar pertama yang berhasil menggunakan konidiospora dari jamur
Metarhizium anisopliae telah dilakukan di Ukraina Ukraina melawan kecoak. Pada tahun
1897, seorang ilmuwan Rusia menggunakan Metarhizium anisopliae terhadapAnisoplia
austriaca. beberapa ilmuawan ahli lab dan lapangan memberikan atas Entomo Jamur
patogen (EPF) dapat memberikan pengendalian yang aman dan efektif banyak serangga
hama (El ghani, 2018). Selama 50 tahun terakhir, pengendalian mikroba terhadap hama dan
penyakit tanaman menunjukkan kemajuan besar dengan hasil yang jelas di bawah ini
kondisi laboratorium yang optimal. Pada tahun 1890 karya Constantine dan Matruchot
mampu mengembangkan keturunan murni dari jamur, dengan Ilmuwan yang rajin
melanjutkan pekerjaannya pada tahun 1905 hingga mencapai kesuksesan menciptakan
pertumbuhan baru dari sampel jaringan jamur dewasa. Masalah itu membuka pintu
kemudian untuk bioteknologi jamur. Kemudian ditemukan Genus jamur Penicillium sebagai
antibiotik. Pada tahun 1890-an seorang ahli kimia Eduard Buchner menemukan ragi untuk
merangsang fermentasi gula. Hingga abad ke-20, bioteknologi biologi molekuler jamur
muncul digunakan untuk menumbuhkan molekul yang diinginkan. Beberapa hal penting ini
termasuk menemukan berbagai jenis antibiotik baru dan memperbaikinya hasil untuk
produksi jamur tertentu. Jamur yang dapat dilawan oleh agen biologis dan melayani
organisme

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian PHT ?


2. Apa Fungsi jamur dan pengendalian sebagai agensi hayati ?
3. Apa Manfaat agensi hayati bagi petani ?
4. Apa Jenis jenis jamur entomopatogen ?

1.4 Tujuan Masalah

1. Mengetahui Pengertian PHT


2. Mengetahui Fungsi jamur dan pengendalian sebagai agensi hayati
3. Mengetahui Manfaat agensi hayati bagi petani
4. Mengetahui Jenis jenis jamur entomopatogen
II. PEMBAHASAN DAN TEKNIK PENGENDALIAN
2.1 Pengertian PHT

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang dalam bahasa Inggris disebut Pengelolaan
hama terpadu yang mendukung pengelolaan populasi hama agar kelimpahan penduduk selalu
di bawah jumlah yang tidak merugikan secara ekonomis. pengobatan insektisida digunakan
jika populasi hama berada di atas ambang batas ekonomi. Tujuan dari PHT adalah untuk
mengurangi populasi hama atau kerusakan. tingkat yang tidak berbahaya untuk memberikan
situasi yang mendukung tujuan produksi pertanian masih dapat tercapai dan kerusakan
lingkungan dapat terjadi paling tidak terburu-buru. Atau upaya optimalisasi pengendalian
OPT ekologi, ekonomi dan sosial yang merupakan kombinasi dari berbagai hal
metode/tindakan pengendalian yang kompatibel terhadap kerusakan

Dalam penerapan PHT di Indonesia, terdapat 4 prinsip penerapannya antara lain:

1) Dengan menanam tanaman yang sehat diharapkan tanaman yang sehat akan
terlindungi atau tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta memberikan hasil
yang baik optimal.
2) Pelestarian dan pemanfaatan fungsi musuh alami, seperti musuh alami Komponen
ekosistem sebenarnya menentukan keseimbangan populasi hama harus dilestarikan
agar dapat bekerja dan berfungsi menekan populasi hama paling banyak.
3) Pengamatan terestrial mingguan, terutama untuk memantau pergerakan populasi hama
dan musuh alaminya di lapangan dan berguna untuk koleksi keputusan tentang
tindakan pengendalian apa yang harus diambil.
4) Petani menjadi ahli dalam pengendalian hama terpadu di lahannya, hal ini akan
memberikan keuntungan bagi mereka fungsi petani sebagai pengamat, analis
ekosistem, pengambil keputusan pengendalian dan pelaksanaan pengendalian sesuai
dengan prinsip PHT membuat para petani lebih mandiri dan percaya diri dalam
mengelola lahannya setiap saat
Pengendalian hayati penggunaan musuh alami yang baik diperkenalkan atau sudah
ada di suatu daerah dan kemudian dikelola sebagaimana mestinya potensi penindasan
terhadap populasi pathogen parasit yang meningkat. Pengendalian hayati yaitu pengaturan
kepadatan penduduk organisme oleh musuh alaminya, menghasilkan tingkat kepadatan rata-
rata organisme ini lebih rendah daripada organisme yang tidak diatur oleh musuh alami. Dari
sudut pandang kepentingan manusia, musuh alami ini digunakan sebagai pengendalian hama
pada tanaman

Dalam pengendalian hayati sering disebut musuh alami Agen hayati adalah organisme
atau agen biologis yang dapat merugikan atau mengganggu memberi makan atau
menyebabkan organisme perusak tanaman (OPT) lainnya. sakit atau mati. Agen hayati
tersebut dapat berupa parasit, predator atau kuman. Spesies mikroba yang berbeda juga
bersifat patogen bagi tidak dapat digunakan sebagai alat pengendalian hayati. Pengendalian
Hama Serangga Tumbuhan yang mengandung mikroba/patogen merupakan salah satu unsur
yang digunakan dalam disiplin ilmu patologi serangga. Ruang lingkup patologi serangga
Memahami prinsip-prinsip patologi serangga, faktor penyebab dan gejala penyakit,
epidemiologi, studi tentang perubahan struktur, fungsi dan kimia dalam pengendalian hayati
hampir mirip dengan pengendalian alami tetapi tidak penegndaliaan alami berbeda dengan
pengendalian hayati.penegndalian alami adalah pengendalian alam tanpa adanya campur
tangannya manusia atau minim untuk adanya interaksi dengan manusia. Berikut merupakan
beberapa peran jamur pengendalian jamur terhadap beberapa parasit

2.2 Fungsi Jamur dan pengendalian sebagai agensi hayati

1. Pengendalian artropoda dengan jamur

Serangga adalah kelompok utama artropoda dan termasuk di antara mereka organisme
yang paling beragam. Beberapa serangga menyebabkan kerusakan pada tanaman yang
disebut hama. Dalam konteks ini, muncullah sebuah praktik Pengendalian hayati
menggunakan jamur patogen, golongan itu dibentuk oleh beberapa spesies yang dapat
menginfeksi dan menyebabkan penyakit serangga dan artropoda lainnya. Jamur penyebab
penyakit paling baik dikarakterisasi dan paling banyak digunakan dalam pengendalian
biologis Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana merupakan jamur entomopatogen
menggunakan spora aseksual selama invasi inang, setelah kematian inang kolom terbentuk
dan proses sporulasi dimulai. Menggunakan jamur patogen menggunakan metode tradisional
Spora jamur membasmi hama dan kemudian menginfeksinya dan mengurangi populasi hama
ke tingkat yang tidak berbahaya. Saat dalam metode atau cara baru, spora jamur disebarkan
pada tubuh serangga non-pemupukan rentan (vektor), kemudian vektor tersebut dilepaskan di
lapangan bersama hama dan penyakit distribusi aktif. Hama terinfeksi melalui kontak dengan
jamur pada tumbuhan (yang disebarkan melalui vektor)

2. Mengendalikan patogen tanaman dengan jamur

Jamur mampu memiliki sifat antagogis terhadap mikroba parasit pada tumbuhan Ada
beberapa metode yang digunakan jamur untuk menghambat atau terhadap patogen, yaitu:
produksi metabolit (antibiotik, senyawa volatil-amonia, sianida, alkohol, ester, keton, dll.),
persaingan (untuk ruang, C, N, atau sumber mineral), parasit, rangsangan sistemik pada
tanaman inang atau peningkatan respons pertumbuhannya menyebabkan penurunan Aktivitas
patogen Genus Trichoderma (Hypocreales) adalah salah satu yang paling terkenal karena
aktivitasnya melawan patogen tanaman. Diklasifikasikan sebagai spesies cosmopolitan yang
banyak ditemukan di tanah. Anggota genus ini menunjukkan pertumbuhan cepat dan peran
utamanya di alam adalah sebagai pengurai utama. Selain itu Trichoderma sp. telah menjadi
sasaran penelitian dan terbiasa eksploitasi komersial karena kemampuannya menghasilkan
antibiotic dan beberapa enzim menarik dan potensinya sebagai biopestisida Trichoderma sp.
cenderung menghambat Rhizotonia solani penyebabnya penyakit pada beberapa tanaman
secara in vitro dan in vivo. Trichoderma harzianum dan T. pseudokoningii efektif
menghambat laju pertumbuhan koloni Ganoderma sp. in vitro. Metabolit sekunder
Trichoderma sp. Bisa menekan pertumbuhan jamur patogen penyebab layu fusarium dan
Patek pada cabai in vitro

3. Pengendalian hayati dengan jamur menggunakan teknologi modern

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan terkait pemanfaatan jamur dalam pengendalian
biologis modern:

1) Teknik Fusi Protoplas; adalah jenis mutasi genetik jamur, modifikasi genetik atau biasa
disebut rekayasa genetika. Dalam teknik ini, ada dua strain yang bergabung dan kemudian
membentuk rekombinan itu lebih tinggi. Penggabungan ini bertujuan untuk menambah
beban. Peningkatan genetik dua strain Beauveria bassiana yang berbeda lebih efektif dalam
pengendalian Ostrinia nubalis dengan racun yang dihasilkan oleh strain Beauveria
2) rekayasa genetika; manipulasi genetik jamur penyebab penyakit meningkatkan
kemampuan mereduksi vektor (perantara) penyakit malaria. Strain M. anisopliae yang telah
direkayasa secara genetik untuk menghasilkan transgen (SM1, scorpine atau antiplasmodium)
yang dapat menghambat perkembangan parasit di An. Gambia. Infeksi dari jamur hasil
rekayasa genetika ini bisa mengurangi jumlah Plasmodium sp

2.3 Maanfaat Agensi hayati secara umum

pengendalian biologis ini memiliki kelebihannya antara lain:

1) Dari sudut pandang ekonomi, pengendalian hayati sangat menguntungkan dalam j angka
panjang, karena musuh alami yang ada akan terus mempertahankan populasi hama, dan
Pestisida biologis ini umumnya sudah ada di alam dan akan tetap ada kemampuan kita
untuk mengeksplorasinya.
2) Dari sudut pandang ekologi, peluang kebangkitan kembali tidak ada atau sangat kecil.
resistensi, ledakan hama sekunder dan pencemaran lingkungan.
3) Tindakan pengendalian biologis dapat menekan populasi inang dan penyebarannya bisa
lebih luas, musuh alami dapat menemukan inang perantara
4) Dalam hal efisiensi, mengatasi tujuan yang sulit dicapai dengan strategi penggunaan
musuh alami secara kimia dan mekanis, lebih efisien, bahkan yang tidak diperlukan
ulangi perlakuan jika populasi musuh alami pertama telah diberi warna biru terbentuk di
alam. Memperoleh hasil pengendalian hayati ini di lapangan Kita tidak bisa melihatnya
secara langsung/cepat, namun memerlukan waktu Spesies dari jamur atau fungi
merupakan salah satu kelompok mikroba yang paling bermanfaat dan mempengaruhi
kesejahteraan manusia baru-baru ini. Jamur berserabut ini memiliki banyak kegunaan.
Pasca diterapkannya PHT di Indonesia, kemungkinan memberikan dampak positif bagi
para petani antara lain:
1) Mengurangi penggunaan pestisida.penggunaan pestisida akan berkurang Ketika petani
mengetahui musuh alami ternyata lebih baik terhadap lingkungan terhadap pestisida
2) Tujuan pengambilan keputusan dan penerapan pestisida. petani yang kompeten
mengambil keputusan apakah akan menggunakan pestisida atau tidak menggunakan
analisis ekosistem. Petani juga dapat mengimplementasikan aplikasiPestisida hanya
ditujukan untuk hama sasaran.
3) Meningkatkan rasa percaya diri petani. Kegiatan ini benar-benar akan mengedukasi dan
menyadarkan masyarakat terhadap berbagai aspek pembangunan. Ekologis

2.4 Jenis Jenis jamur entomopatogen

A. Trichoderma

Spesies dari genus Trichoderma merupakan biofungisida yang paling banyak


digunakan sebagai pengatur tumbuh tanaman dan merupakan sumber enzim industri,
termasuk yang digunakan dalam industry bahan bakar nabati atau biofuel. Apalagi
Trichoderma merupakan produsen metabolit yang dihasilkan, beberapa di antaranya
memiliki relevansi klinis dan beberapa jenis telah dirancang untuk bekerja sebagai pabrik
sel mikroba untuk produksi protein esensial yang heterogeny atau berbeda dalam hal
ukuran, bentuk dan jumlah gen. Di dalam tanah, Spesies Trichoderma digunakan dalam
bioremediasi sampah organik dan bahan anorganik termasuk logam berat kerusakan tidak
melalui batas ekonomi. Trichoderma adalah genus jamur yang ditemukan hampir di
mana-mana keadaan lingkungan. Spesies ini paling sering ditemukan di tanah wilayah
yang beriklim sedang. jamur ini juga merupakan jamur yang hidupnya berkoloni dengan
tanaman herba. Di alam, Trichoderma merupakan salah satu jenis jamur produsen minyak
mentah yang tumbuh cepat dan berkinerja tinggi dan juga produsen antibiotik yang kuat
bahkan dalam lingkungan yang sangat kompetitif untuk ruang, nutrisi dan Cahaya.

Trichoderma pertama kali menjadi sorotan ilmiah pada akhir tahun 1970an karena
kemampuannya sebagai agen biokontrol terhadap patogen tanaman. Trichoderma dapat
digunakan untuk mengubah rhizosfer, kapasitas untuk tumbuh dalam kondisi sulit,
kemampuan menggunakan nutrisi, agresivitas yang kuat terhadap jamur fitopatogenik dan
aktivitas yang dalam mendukung pertumbuhan tanaman dan perlindungan membuat
Trichoderma menjadi genus yang mampu tumbuh dan beradaptasi di lebih banyak habitat
tersebar luas dan berada di wilayah perkotaan Adapun teknispengeloaan dan
pengembangan jamur Trichoderma sp.yaitu dengan :
1. Isolasi dan pemurnian Trichoderma sp.

Prosedur isolasi mikroba yang mungkin dilakukan sebagai Laboratorium Biologi


diolah secara rutin oleh Laboratorium Biologi. Cara pengambilan sampel tanah dilakukan
yaitu. memeriksa kondisi fisik tanaman. Jika populasi tumbuhan tersebut terserang suatu
penyakit, namun ada individu yang tidak terkena penyakit tersebut sampel rizosfer diambil
dan diisolasi laboratorium.

2. Identifikasi Trichoderma sp
Unutk identifikasi terbagi menjadi 2 yaitu :
a) Secara makroskopis
Pengamatan makroskopis dilakukan secara langsung dengan cara mengamati satu
koloni yang telah ditumbuhkan dalam cawan petri pada media PDA. Trichoderma sp.
Spesies jamur ini memiliki ciri tersendiri dan bentuk kolonialisme.
b) Mikroskop
Pengamatan mikroskopis dilakukan dengan mengkultur Trichoderma sp. Di blok
agar. Hal ini dilakukan agar morfologinya dapat diamati secara langsung utuh pada
pemeriksaan mikroskopis. Pembuatan agar-agar blok dilakukan dengan tuangkan PDA
tipis-tipis agar hasilnya lebih terlihat jernih Kemudian setelah dicocokkan dipotong
dengan cara mengisi papan catur tersebut dan membuang barang sehingga sisanya
tersedia untuk ditukar bergantian. Setelah blok agar tercapai, dilakukan budidaya pada
media agar dapat dijamin tidak terkontaminasi.
3. Pengujian Trichoderma sp

Pada tahap ini tidak boleh orang melakukan pengujian dengan hanha setengah
setengah namun dengan orang yang berpengalaman dan berwawasan karena ini di teliti
pada tahap uji tertentu

4. Teknik perbanyakan Trichoderma sp

Setelah memenuhi standar pengujian maka isolasi yang dihasilkan dapat


diterapkan pada lahan pertanian. Namun, perlu dilakukan reproduksi sehingga petani
dapat memanfaatkannya untuk lahan. Media beras digunakan. Beras menyediakan
sumber karbon yang baik untuk pertumbuhan Trichoderma sp. Jadi bisa berkembang
optimal untuk digunakan Isolat murni yang diperoleh harus diperbanyak terlebih
dahulu di media jadi miring, lalu dilakukan perkalian pada media beras. Beras
dikukus dalam ketel dengan air yang direbus terlebih dahulu, dikukus selama kurang
lebih 10 menit lalu masukkan nasi ke dalamnya plastik tahan panas dengan massa
beras bertambah sekitar 100 gram atau disesuaikan dengan kebutuhan. Kemasan
plastic dibuat dengan mengisi ruang plastik dan sisa plastik yang tidak diisi dilipat
agar tidak ada celah di antara nasi. Setelah media nasi dikukus, diperoleh nasi yang
sudah membeku, Pemisahan dilakukan terhadap bulir padi agar isolat dapat tumbuh
mandiri sebaik mungkin dan menggunakan padi sebagai media tanam. Transfer bahan
isolasi dilakukan secara aseptik pada ruangan khusus yang dibersihkan dan kebersihan
maksimal. Insulasi diambil dekat dengan nyala api dengan spatula yang sudah
dinyalakan Pertama, isolat dipindahkan ke media beras dengan cara mengambil juga
media aslinya (yakni dimiringkan). Lebih-lebih lagi Plastiknya bisa dilipat namun
tetap memberikan ruang udara. 7-7 budidaya 10 hari sampai Trichoderma sp. siap
digunakan di lahan pertanian.

Berikut Sistematika Trichoderma sp.

Klasifikasi ilmiah jamur Trichoderma sp.

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Subkingdom : Dikarya

Superdivisi : Ascomycota

Divisi : Pezizomycotina

Kelas : Sordariomycetes

Subkelas : Hypocreomycetidae

Ordo : Hypocreales

Family : Hypocreaceae

Genus : Trichoderma

Species : Trichoderma spp.

B. Beauveria bassiana
Beauveria bassiana adalah jamur serangga alami ditemukan di tanah dan pada
serangga yang terinfeksi Jamur ini termasuk dalam Divisi Eumycotina, Sub Divisi
Deuteromycotina, klas Deuteromycetes, ordo Moniliales, famili Moniliaceae, Genus
Beauveria Miselium berwarna putih dan tampak seperti benang tepung spora putih juga.
Kista dan miselium sering kali memiliki integument permukaan tubuh inang. Diameter
tumbuhan runjung 2 - 3 µm, berwarna terang dinding lembut, tidak terisolasi. Bentuknya
bulat atau lonjong, hialin. Melihat Kondiogen mempunyai ujung yang membengkak dan
tumbuh berulang kali membentuk kerucut sehingga terlihat seperti berjajar. Konidium
diproduksi secara aseksual, terbentuk di ujung dan sisi rantai dan melekat pada tulang dada
yang pendek. Bentuk konidia menyendiri Pertumbuhan mengikuti pola bergantian sampai
kerucut matang dan selain dia, konidjofomyan tampak berbentuk zig zag

Beauveria bassiana diklasifikasikan sebagai

mengikuti:

Kerajaan: Jamur

Filum: Ascomycota

Kelas: Ascomycetes

Ordo: Hipokreales

Keluarga: Clavicipitaceae

Marga: Beauveria

Spesies: Beauveria bassiana

Jamur ini mampu memulai epidemi pada populasi inang yang tinggi dan rendah,
umumnya tersebar luas di seluruh habitat inangnya tergantung pada kondisi cuaca yang cocok
untuk aktivitas tersebut. Zat mikroba Rezim harus mampu bertahan dan aktif di lingkungan
serangga target yang dapat menyebabkan epidemi. Kegigihannya sudah masuk Tanah
dipengaruhi oleh sejumlah faktor biotik dan abiotik. Faktor lingkungan yang mempunyai
pengaruh besar terhadap keberhasilan pemanfaatan b. bassiana sebagai agen hayati yaitu
suhu, kelembaban dan Cahaya ultraungu. b.bassiana disebabkan oleh beberapa faktor, baik
faktor internal yaitu asal mula isolasi, maupun faktor eksternal seperti jenis media propagasi,
teknik propagasi atau faktor lingkungan yang merugikan dan teknik pemantauan keberhasilan
penggunaan jamur non-standar. Miselium B. bassiana dapat diperoleh terutama dari tanah di
bagian atas (upper soil) 5 - 15 cm dari permukaan bumi, karena berada di ufuk Inokulum B.
bassiana diyakini melimpah. Teknik pengambilan jamur antibiotik B. bassiana dari dalam
tanah sangat mudah yaitu dengan menggunakan metode umpan serangga

C. Metarhizium anisopliae

klasifikasi fungi Metarhizium anisopliae adalah

sebagai berikut:

Kerajaan :_Eumycota

Filum :_Ascomycota

Kelas :_Sardariomycetes

Pesan :_Hypocreales

Keluarga :_Clavicipitaceae

Genus :_Metarhizium

Jenis :_Metarhizium anisopliae

M. anisopliae biasa juga disebut iGreen Muscarsine Fungusidan tersebar di seluruh


dunia. Jamur ini pertama kali digunakan untuk pengendalian Wabah kumbang kelapa lebih
dari 85 tahun yang lalu, dan sejak itu telah digunakan di beberapa negara, termasuk Indonesia
Metarhiziumianisopliaeb menembus tubuh hama melalui dinding tubuh antara dada, kapsul
kepala dan di bagian tubuh diawali dengan tumbuhnya kerucut pada kutikula, kemudian
kutikula tersebut terlepas enzim yang membantu memecah pita serangga. Penetrasi umum
kutikula bertahan 12-24 jam. Infeksi jamur berkembang di epidermis dan mencapai sel darah
(rongga tubuh) serangga dalam waktu 1-2 hari..Aktivitas terjadi dalam peredaran hemolimfa
yang kemudian dirusak sehingga menjadi hemolimfa lebih tebal dan warnanya lebih terang,
gerakannya semakin lambat dan akhirnya berhenti. PH meningkat, terjadi kelumpuhan dan
akhirnya serangga mati. Jamur atau entomopatogen ini konon bisa menyebabkan kematian
serangga yang mempunyai tipe Brevipalpus phoenicis pada tanaman teh 90% dengan
kepadatan spora 10 konidia/m Infeksi larva M. anisopliae dapat dilihat dari warna coklat atau
hitam pada kutikula serangga. Infeksi terjadi ketika serangga diamati lebih sulit dan serangga
tertutup kolom jamur ini yang kemudian berubah menjadi hijau sesuai dengan sporanya untuk
menjadi dewasa
D. Jamur Verticillium

(Lecanicillium) lecanii disebut juga putih halo fumgus jamur akibat tumbuhnya jamur
putih pada tepi serangga yang terinfeksi

Klasifikasi menurut Zare & Gams

adalah sebagai berikut:

Kerajaan: Jamur

Filum: Ascomycota

Subordo: Pezizomycotina

Kelas: Sordariomycetes

Ordo: Hipokreales

Keluarga: Clavicipitaceae

Genus: Lecanicillium

Spesies: Lecanicillium lecanii

L. lecanii tidak memiliki fase seksual (stadium sempurna) dan bereproduksi secara
aseksual dengan spora yang tidak bergerak disebut konidia. Perkecambahan jenis kerucut ini
menghasilkan benang tersebut Pertumbuhan selanjutnya menghasilkan benang konidiofor
yang akhirnya menghasilkan konidia

Jamur L. lecanii mempumyai keistimewa tinggi, tahan lama dan tidak beracun
terhadap lingkungan. L.lecanii menghasilkan toksin beauvericin, asam dipikolinat, asam
hidroksikarboksilat dan siklosporin mampu memecah dinding lapisan serangga.Salah satu
metabolit sekunder L. lecanii yang bersifat toksik yaitu senyawa kitosan. Mengumpulkan
kitosan meningkatkan kemampuan tanaman serangan serangga dengan merangsang sekresi
enzim ketahanan dan meningkatkan respon imun tanaman. Kitosan juga mengurangi tekanan
lingkungan tanaman seperti kekurangan unsur hara dalam tanah dan keringkan L. lecanii juga
memiliki jangkauan inang yang luas dan kosmopolitan sehingga mudah ditemukan di daerah
tersebut tropis dan subtropis dan dapat menginfeksi beberapa spesies serangga inang dari
ordo Orthoptera, Hemiptera, Lepidoptera, Thysanoptera dan Mekanisme Coleoptera Infeksi
L. lecanii didasarkan pada kontak langsung antara spora jamur dan serangga. Setelah Saat
digunakan, spora menempel pada serangga sasaran dan bertunas. L. Lecanii mampu
membunuh serangga setelah 7-10 hari dalam kondisi tersebut lingkungan yang tepat

E. Nomuraea rileyi

Spesies Metarhizium dikenal sebagai banyak jamur pathogen dipelajari untuk


distribusi globalnya, jangkauan inangnya yang luas, keramahan lingkungan dan mudah untuk
diproduksi massal. Spesies Metarhizium dilaporkan menginfeksi hama Lepidoptera yaitu M.
Anisopliae di Spodoptera exigua dan M. rileyi di Spodoptera frugiperda dan Spodoptera
litura. Serangga yang terinfeksi mati karena kerusakan mekanis Hal ini disebabkan oleh
invasi Metarhizium yang menyebabkan rusaknya nutrisi jaringan dan meracuni tubuh
serangga

Dahulu Nomuraea rileyi merupakan jamur serangga yang memiliki Penggunaannya


telah dipelajari secara ekstensif untuk mengendalikan hama Lepidoptera dan telah
didokumentasikan Terdapat 60 spesies Lepidoptera yang rentan terhadap jamur ini. Misalnya
C. includens dan S. frugiperda rentan terhadap penyakit serangga ini dan terjadinya penyakit
zoonosis alami disebabkan oleh M. rileyi pada spesies hama ini sering terlihat pada kedelai
dan Jagung. Selain itu, risiko yang ditimbulkan oleh jamur M. rileyi sangat rendah musuh
alami atau bahkan tidak sama sekali sehingga penggunaannya lebih aman dibandingkan
dengan pestisida kimia

Metarhizium rileyi mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Kerajaan: Jamur

Filum: Ascomycota

Kelas: Sordariomycetes Ordo: Hypocreales

Keluarga: Clavicipitaceae

Genus: Metarhizium

Spesies: Metarhizium rileyi Jamur M. rileyi dapat digunakan sebagai insektisida


hayati, terutama bila digunakan dalam tahap larva. Selain itu, M. rileyi telah diperbanyak atau
dibudidayakan untuk pengujian dan pengawetan pada berbagai media agar. Pertumbuhan
tercepat M. rileyi diamati pada media yang mengandung kentang dan maltosa. Pertumbuhan
in vitro M. rileyi juga tergantung pada suhu isolasi. Negara yang paling banyak menggunakan
jamur ini pengendalian hama yaitu Argentina, Brazil dan Uruguay

Anda mungkin juga menyukai