OLEH:
NABILLA YOLANDA (1906111911)
EMI SAFITRI (1906110116)
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, hidayah,
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Ir. Yetti
Elfina S, M.P. yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan motivasi sampai
selesainya makalah ini. Tim Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu Tim Penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
makalah ini. Oleh karena itu, Tim Penulis mengaharapkan masukan yang bersifat
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................2
II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
2.1 Pengendalian Hayati Patogen Tanaman...........................................................3
2.2 Pengendalian Hama Terpadu...........................................................................4
2.3 Pengendalian Hayati Patogen Dalam Sistem Pengendalian Hama Terpadu...5
2.4 Contoh Agen Hayati Pengendali Penyakit Tanaman.......................................7
III PENUTUP...........................................................................................................16
3.1 Kesimpulan....................................................................................................16
3.2 Saran..............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18
iii
I PENDAHULUAN
sehingga menciptakan tingkat pengendalian hayati itu sendiri terhadap satu atau
banyak jenis patogen tumbuhan, tanpa adanya campur tangan manusia. Namun
pemberdayaan musuh alami, monitoring dan petani sebagai ahli PHT. Semaksimal
mungkin proses pengendalian hama terjadi secara alami terutama oleh bekerjanya
1
faktor biotik yang antara lain ialah musuh alami hama. Pengendalian hayati
merupakan komponen utama dari PHT, dan mengingat dasar dari PHT adalah
alami dalam usaha pengelolaan populasi hama, dimana musuh alami merupakan
agensia pengendali hayati dalam bentuk eksudat akar, yang sangat diperlukan untuk
1.2 Tujuan
2
II TINJAUAN PUSTAKA
terhadap penurunan daya tahan atau kegiatan patogen tanaman melalui interaksi
juga didefinisikan secara luas oleh K.F. Baker dan R.J. Cook sebagai penggunaan
tinggi sebagai salah satu cara terbaik dan paling efektif dalam pengendalian hayati
(Soesanto, 2008).
(Soesanto, 2008):
pengendali patogen.
hayati, tetapi juga dapat terjadi melalui kegiatan-kegiatan lain yang secara tidak
dapat menekan serangan patogen, sehingga kegiatan kultur teknis tertentu, pemuliaan
3
tanaman, bahan kimia tertentu dapat dikatakan dan dimasukkan sebagai bagian dari
rotasi tanaman, pemberian bahan organik atau kompos, dan kegiatan lainnya
memadukan semua teknik atau metode pengendalian hama sedemikian rupa sehingga
populasi hama dapat tetap berada di bawah ambang ekonomi. Teknik atau metode
secara fisik dan mekasik, dan pengendalian dengan peraturan (Elfina, 2004). Sistem
4
tanaman dan mengakibatkan kerugian ekonomis, serta mencegaah terjadinya
prinsip ini menggambarkan konsep pengendalian hama dan penyakit tanaman yang
berwawasan lingkungan. Empat prinsip dasar tersebut, yaitu budidaya tanaman sehat,
pemanfaatan musuh alami, pengamatan dan pemantauan rutin, dan petani sebagai ahli
pengendalian hama terpatu (PHT) jika konsep tersebut memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
ekonomi.
hayati merupakan komponen dari pengendalian hama terpadu (PHT) dan memegang
peranan yang penting karena pengendalian ini sangat menentukan semua usaha teknik
5
pengendalian yang lain secara bersamaan ditujukan untuk mempertahankan dan
memperkuat fungsi musuh alami sehingga populasi hama tetap berada dibawah
Konsep pengendalian hama terpadu antara lain dengan teknik budidaya seperti
mendukung peranan dan kelestarian musuh alami serta penggunaan pestisida yang
benar dan bijak akan mendukung perkembangan dan keberadaan agensia hayati di
antibiotik, juga menjadi pesaing bagi patogen tanaman untuk mendapatkan unsur hara
jamur Trichoderma spp. sebagai agen hayati untuk mengendalikan jamur patogen
6
2.4 Contoh Agen Hayati Pengendali Penyakit Tanaman
hayati yaitu mikroba antagonis. Saat ini sudah ditemukan berbagai macam agensia
penyakit tanaman. Agensia hayati pengendali penyakit tanam tergolong dalam tiga
nya paling banyak di dunia. Agensia kelompok jamur antagonis antara lain (Soesanto,
2008):
a. Amphelomyces quisqalis
Jamur antagonis ini mampu mengendalikan beberapa jamur embun tepung yang
Uncinula, dan Leveillula, kapang abu-abu Botrytis cinerea, serta Alternaria solani.
embun tepung pada anggur dalam kondisi rumah kaca. Pada umumnya, penerapan
antagonis lain seperti Tricoderma harzianum yang dapat memberikan hasil lebih baik
7
Amphelomyces quisqalis juga dapat digabung dengan pemberian fungisida, seperti
b. Arthrobotrys oligospora
paling umum dan yang pertama kali diketahui kemampuannya.jamur antaginis ini
Fusarium oxysporum patogen. Hal ini terjadi karena kesamaan dalam morfologinya,
dalam waktu empat hari pada suhu 25c. miselium permukaan jarang sampai
berlimpah,bewarna putih atau krim muda, tetapi biasanya dengan warna ungu, lebih
kuat pada permukaan agar storma. Beberapa isolat mempunyai ciri bau aroma seperti
tanaman dapat menunda gejala penyakit yang di imbas oleh patogen. Hal ini
secara nyata menekan layu fussarium pada karnasi dengan persaingan karbon dan
8
d. Gliocladium roseum Bain
Antagonis ini merupakan jamur tanah yang umum dan pengoloni tanaman
membusuk dengan penyebaran luas, dari kutub utara sampai daerah tropika. Jamur
mudah diisolasi dengan pengenceran dan banyak teknik lainya. Termasuk dengan
medium pilihan yang dirancang untuk jamur selulisis atau kratinolisis (Soesanto,
2008).
konidium dapat di imbas di sekitar akar kacang kapri, tomat, dan selada. Eksudat
2008).
beberapa jamur pathogen, seperti hifa botrytis aclada dan verticilliumdahliae yang
Spesies jamur antagonis ini paling umum dijumpai di dalam tanah, khususnya
dalam tanah organik dan sering digunakan di dalam pengendalian hayati, baik
terhadap patogen tular-tanah atau rizosfer maupun patogen filosfer. Jamur antagonis
ini memiliki kisaran inang patogen tanaman yang luas sehingga jamur ini banyak
9
Penghambatan pertumbuhan dan perkembangan jamur Trichoderma
pasokan terbatas akan karbon, nitrogen, besi, vitamin, tempat infeksi, dan oksigen; b)
yang memarasit jamur patogen inang di lokasi dan permukaan infeksi jamur patogen;
perangkap dan pemantakan; dan g) pengeluaran enzim pengurai dinding sel jamur
graminis var. tritici pada gandum. Jamur Trichoderma koningii dalam mekanisme
antagonisnya membentuk senyawa dengan sifat mikostatis dan juga senyawa anti
Trichoderma viride merupakan salah satu jamur tanah yang paling tersebar di
seluruh dunia. Hal ini, menjadikannya mudah diisolasi dengan semua teknik.
Khususnya menggunakan tabung reaksi dan cawan petri. Jamur ini merupakan
10
pengoloni sejumlah bagian tanaman, misalnya kayu untuk tambang tembaga,
Alternaria sp., dan Rhizoctonia solani dengan pH tanah yang rendah (Soesanto,
2008).
ini mempunyai sifat khusus yang berbeda dengan antagonis kelompok jamur.
a. Bacillus Subtilis
akar. Anggota dari genus ini mempunyai keuntungan khususnya karena bakteri
membentuk spora yang mudah di simpan dan mempunyai daya hidup lam dan relatif
mudah di inokulasi ke dalam tanah. Spesies Bacillus telah terbukti sebagai agensia
pengendali hayati yang baik,misalnya terhadap penyakit take–all pada gandum dapat
di kendalikan oleh Bacillus pumilus mayer dan gottheil. Bacillus pumilus dan
Bacillus subtilis juga di gunakan untuk melindungi tanaman gandum dari serangan
11
Bakteri bacillus subtilis juga mampu mengendalikan bakteri patogen, seperti
jamur fusarium solani, penyebab penyakit busuk akar pada bibit jambu monyet
(Soesanto, 2008).
2008):
2. Kelompok fenazin
3. Kelompok pirol
4. Kelompok indol
6. Kelopok pterin
8. Kelompok siderefor
c. Pseudomonas putida
antibiotika dan sidorofor yang mampu menekan pertumbuan pathogen tular tanah.
12
Selain itu bakteri dapat berperan sebagai rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman
(PGPR).
terhadap nutrisi dan tempat infeksi. Persaingan terhadap ion besi (III) dengan
mikroba tular tanah lainya dapat menekan infeksi patogen (Soesanto, 2008).
tanpa endospera, dan bergerak dengan flagellum. Bakteri secara umum dapat di
masih sekerabat dengan Erwinia amylovora (beram.) Winslow et al. Bakteri Erwinia
pascapanen atau penyakit karena patogen tular-udara. Berikut ini tiga genus khamir
2008).
13
a. Saccharomyces spp.
Pengaruh khamir antagonis ini hanya rendah dan hanya selama seminggu
penyimpanan karena salah satu syarat suatu antagonis adalah mampu tumbuh dengan
b. Sporobolomyces spp.
yang membusuk, bubur kertas, daun atau buah yang membusuk, dan merupakan
khamir yang secara umum di isolasi dari sumber lingkungan seperti air, daun
pepohonan, dan kulit buah jeruk. Habitat alami khamir ini adalah manusia, hewan,
permukaan daun bagian atas dan relatif jarang dijumpai di permukaan daun bagian
bawah. Hal ini sangat ditentukan oleh jenis tanaman inang. Misalnya pada daun
bunga krisan, terutama dijumpai di permukaan daun bagian bawah. Sedangkan pada
daun barlei di jumpai di kedua permukaan daun. Khamir ini mampu bertahan hidup
dalam bentuk koloni dan bukan dalam sel tunggal. Khamir ini memerlukan sedikit
14
Sporobolomyces roseus berperan dalam mengatur stres nutrisi tetap di
permukaan daun. Stress nutrisi hanya merupakan mekanisme antagonis yang sesuai
15
c. Pichia sp.
jamur pasca panen, seperti Penicillium digitatum pada buah anggur, Botrytis cinerea
dan penicillium exspansum pada apel, dan aspergillus flavus pada kedelai.
Semetara itu Pichia anomala sering di jumpai pada bebijian dala simpanan
16
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
penurunan daya tahan atau kegiatan patogen tanaman melalui interaksi dengan
sehingga populasi hama dapat tetap berada di bawah ambang ekonomi. Teknik
atau metode pengendalian hama terpadu yaitu pengendalian secara kultur teknis,
tanaman.
4. Agensia pengendali hayati terdiri atas tiga kelompok, yaitu kelompok jamur
17
oxysporum, Gliocladium roseum, Trichoderma harzianum, Trichoderma koningii,
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19