Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AGEN PENGENDALIAN HAYATI GULMA

Oleh :

1. Sukma Mujahid Fillah 15111011


2. Tiara Puspitasari Mujiastuti 15111020

Mata Kuliah :

Agen Hayati

Dosen Pengampu :

Wihariyanti Nur Lailiyah, SP., MP.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah –Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Makalah ini dengan pokok pembahasan mengenai “Agen Pengendalian Hayati
Gulma” dengan lancar.

Tak lupa pula kami sampaikan terima kasih kepada dosen Pengendalian
Hama Dan Penyakit Terpadu “Wiharyati Nur Lailiyah, SP., MP.” yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Terima kasih juga kepada rekan-rekan mahasiswa agroteknologi yang telah
memberikan dukungan.

Namun, kami menyadari masih adanya kekurangan-kekurangan dalam


makalah ini, sehingga kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun
demi penyempurnaan isi makalah ini.

Demikian makalah ini disusun dengan harapan semoga bermanfaat bagi


para pembacanya. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan
makalah ini. Terima kasih

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul............................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................ 3
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................4
2.1 Pengendalian Gulma Secara Hayati...................................................4
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Pengendalian Gulma Secara Hayati...... 5
2.3 Agen Pengendalian Gulma Secara Hayati......................................... 5
BAB 3 PENUTUP........................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 9
3.2 Saran.................................................................................................. 9
Daftar Pustaka................................................................................................10

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya dipandang dari manfaat yang didapat, tumbuhan dibagi
menjadi dua yaitu, tanaman yaitu tumbuhan yang menguntungkan dan
dibudidayakan dan tumbuhan yang merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan
disebut tanaman yaitu tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia atau sengaja
untuk ditanam karena mempunyai nilai ekonomis yang menjanjikan. Sedangkan
tumbuhan yang merugikan adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki
keberadaannya dalam kegiatan budidaya atau dalam ilmu pertanian, karena dapat
merugikan dalam hal menurunkan hasil produksi yang bisa dicapai oleh tanaman
budidaya disebut gulma.
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di suatu tempat dalam waktu
tertentu tidak dikehendaki oleh manusia. Gulma tidak dikehendaki karena
bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan dan dibutuhkan biaya pengendalian
yang cukup besar yaitu sekitar 25-30% dari biaya produksi. Persaingan tersebut
dalam hal kebutuhan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh (Soerjani et al.
1996).
Kehadiran gulma sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) pada
lahan pertanian dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi atau persaingan dengan
tanaman pokok (tanaman budidaya) dalam hal penyerapan unsur-unsur hara,
penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang lingkup, mengotori kualitas
produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-biji gulma, dapat
mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat toksin (racun) serta sebagai tempat
hidup atau inang tempat berlindungnya hewan-hewan kecil, insekta dan hama
sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak dengan
baik, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau
sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan biaya-
biaya usaha pertanian dan menurunkan produktivitas.
Dalam pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh seluruh
gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan dan atau mengurangi populasinya

1
sampai pada tingkat dimana penurunan produksi yang terjadi tidak berarti atau
keuntungan yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin seimbang
dengan usaha ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain pengendalian
bertujuan hanya menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak
merugikan secara ekonomik atau tidak melampaui ambang ekonomik (economic
threshold), sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai
nol.
Sedangkan pemberantasan merupakan usaha mematikan seluruh gulma
yang ada baik yang sedang tumbuh maupun alat-alat reproduksinya, sehingga
populasi gulma sedapat mungkin ditekan sampai nol. Pemberantasan gulma
mungkin baik bila dilakukan pada areal yang sempit dan tidak miring, sebab pada
areal yang luas cara ini merupakan sesuatu yang mahal dan pada tanah miring
kemungkinan besar menimbulkan erosi. Eradikasi pada umumnya hanya
dilakukan terhadap gulma-gulma yang sangat merugikan dan pada tempat-tempat
tertentu.
Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan daya
saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman
pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu
mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu
bersamaan dengan tanaman pokok.
Pelaksanaan pengendalian gulma hendaknya didasari dengan pengetahuan
yang cukup mengenai gulma yang bersangkutan. Apakah gulma tersebut bersiklus
hidup annual, biennial ataupun perennial, bagaimana berkembang biaknya,
bagaimana sistem penyebarannya, bagaimana dapat beradaptasi dengan
lingkungan dan dimana saja distribusinya, bagaimana bereaksi terhadap
perubahan lingkungan dan bagaimana tanggapannya terhadap perlakuan-
perlakuan tertentu termasuk penggunaan zat–zat kimia berupa herbisida.
Pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanannya di
lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis) dan
kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah cara mengendalikan gulma secara hayati?
b. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan cara pengendalian gulma secara
hayati?
c. Apa sajakah yang tergolong agen pengendalian gulma secara hayati?

2
1.3 Tujuan
a. Untuk dapat mengetahui cara mengendalikan gulma secara hayati
b. Untuk dapat mengetahui kelebihan serta kekurangan penggunaan
pengendalian gulma secata hayati
c. Untuk dapat mengetahui yang tergolong agen pengendalian hayati gulma

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengendalian Gulma Secara Hayati


Gulma menimbulkan kerugian-kerugian karena mengadakan persaingan
dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian, menimbulkan
allelopathy, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau
sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan ongkos-
ongkos usaha pertanian dan menurunkan produktivitas air.
Pengendalian hayati (biological control) adalah penggunaan biota untuk
melawan biota. Pengendalian hayati dalam arti luas mencakup setiap usaha
pengendalian organisme pengganggu dengan tindakan yang didasarkan ilmu hayat
(biologi). Berdasarkan hal ini maka penggunaan Legum Cover Crops (LCC)
kadang-kadang juga dimasukkan sebagai pengendalian hayati. Pengendalian
hayati adalah suatu taktik yang penting diantara taktik-taktik pengendalian yang
lain.
Pengendalian hayati pada gulma adalah suatu cara pengendalian dengan
menggunakan musuh-musuh alami baik hama (insekta), penyakit (patogen), jamur
dan sebagainya guna menekan pertumbuhan gulma. Hal ini biasa ditujukan
terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas di suatu
daerah. Pemberantasan gulma secara total bukanlah tujuan pengendalian hayati
karena dapat memusnahkan agen-agen hayati yang lain.
Berdasarkan campur tangan yang terjadi maka dibedakan antara
pengendalian alami dan pengendalian hayati. Perbedaan utama terletak pada ada
atau tidaknya campur tangan manusia dalam ekosistem. Dalam pengendalian
alami disamping musuh alami sebagai pengendali hayati masih ada iklim dan
habitat sebagai faktor pengendali non hayati. Sedang pada pengendalian hayati
ada campur tangan manusia yang mengelola gulma dengan memanipulasi musuh
alaminya.
Pengendalian hayati merupakan metode yang paling layak dan sekaligus
paling sulit dipraktekkan karena memerlukan derajat ketelitian tinggi dan
serangkaian test dalam jangka waktu panjang (bertahun-tahun) sebelum suatu
organ pengendali hayati dilepas untuk pengendalian suatu species gulma. Dasar
pengendalian hayati adalah kenyataan bahwa di alam ada musuh-musuh alami
yang mampu menekan beberapa species gulma.

4
2.2 Kelebihan dan Kekuragan Pengendalian Gulma Secara Hayati
Dalam pelaksanaannya, pengendalian hayati memiliki kelebihan serta
kekurangan. Kelebihan dari pengendalian hayati, antara lain :
1. Slektifitas tinggi dan tidak menimbulkan hama baru
2. Organisme yang digunakan sudah ada di lapangan / lahan
3. Organisme yang digunakan dapat mencari dan menemukan hama
4. Dapat berkembang biak dan menyebar secara alamiah hama tidak menjadi
resisten atau terjadi sangat lambat
5. Pengendalian ini dapat berjalan dengan sendirinya
6. Tidak ada pengaruh / efek samping yang buruk, seperti opada penggunaan
pestisida
Sedangkan kekurangan dari pengendalian hayati ini, antara lain :
1. Pengendalian berjalan lambat
2. Tidak dapat diramalkan, ditentukan dengan paksa
3. Sulit dan mahal untuk pengembangannya
4. Memerlukan pengawasan pakar
2.3 Agen Pengendalian Gulma Secara Hayati
Ada beberapa syarat utama yang dibutuhkan agar suatu makhluk dapat
digunakan sebagai pengendali alami :
a. Makhluk tersebut tidak merusak tanaman budidaya atau jenis tanaman
pertanian lainnya, meskipun tanaman inangnya tidak ada.
b. Siklus hidupnya menyerupai tumbuhan inangnya, misalnya populasi
makhluk ini akan meningkat jika populasi gulmanya juga meningkat.
c. Harus mampu mematikan gulma atau paling tidak mencegah gulma
membentuk biji/berkembang biak.
d. Mampu berkembang biak dan menyebar ke daerah-daerah lain yang
ditumbuhi inangnya.
e. Mempunyai adaptasi baik terhadap gulma inang dan lingkungan yang
ditumbuhinya.

Tabel 1. Agen Pengendalian Gulma Secara Hayat


No. Gambar Keteranga

1. Nama Gulma : Imperata


cylindrica
Musuh Alami : Belalang Kayu
(Valanga nigricornis

5
2 Nama Gulma : Eleusin indica
Musuh Alami : Kutu daun
(Aphis sp.). ditemukan ditempat
terbuka

3 Nama Gulma : Rottboelia


exaltata
Musuh Alami : Walang sangit

4 Nama gulma : Ottochloa nodosa


Musuh alami : Semut

5 Nama gulma : Asystasia


gangetica
Musuh alami : ulat api

Adapun mekanisme yang dilakukan agen pengendalian hayati dalam


menekan pertumbuhan gulma diantaranya adalah :
 Menggerek bagian tubuh gulma. Serangga mungkin pula merusak tanaman
dengan melubangi batang atau akar ketika meletakkan telurnya. Batang
yang didalamya terdapat larva serangga tentunya akan menyebabkan
terhambatnya translokasi nutrisi yang akan diedarkan ke seluruh bagian
tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat terhambat.

6
 Menghisap cairan gulma. Akibat yang ditimbulkan karena terhisapnya
cairan gulma adalah gulma menjadi layu, menguning dan akhirnya mati.
 Memakan bagian tubuh gulma. Seperti penggunaan serangga Cytrobagoes
salviniae yang memakan bagian tubuh gulma seperti daunnya.
 Mentransmisikan penyakit. Serangga herbivora dapat pula berperan
sebagai vektor penyebab penyakit dengan jalan mentransmisikan penyakit
(patogen) dari tanaman ke tanaman, atau dari gulma ke gulma lain.
 Berkompetisi dengan gulma. Penggunaan LCC (Legume Cover Crop)
dapat menekan pertumbuhan gulma dengan cara bersaing dalam
memperebutkan sarana tumbuh seperti cahaya, air, ruang tumbuh, unsur
hara dan lainnya.
 Menimbulkan penyakit. Contohnya pengendalian hayati melibatkan
penggunaan agen pengendali kapang dan bakteri berfungsi menyerang dan
mengendalikan patogen tanaman serta penyakit yang ditimbulkannya
(Anonim B, 2014).
Dampak Kerusakan Terhadap Gulma
 Akibat adanya serangga yang menggerek didalam batang gulma
menyebabkan terhambatnya translokasi nutrisi yang akan diedarkan ke
seluruh bagian tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat terhambat.
 Daun menjadi menguning, daun layu, yang diakibatkan terhisapnya cairan
gulma oleh agensi hayati.
 Akibat agensi hayati yang mentransmisikan penyakit pada gulma sehingga
menyebabkan pertumbuhan yang terhambat bahkan kematian.
 Dengan memakan bagian tubuh gulma, mengakibatkan berlubangya daun
bahkan hilangya begian bagian tertentu pada gulma seperti cabang, daun,
ataupu batang gulma.
 Dengan adanya kompetisi dengan gulma berupa sarana tumbuh,
mengakibatkan pertumbuhan gulma tidak optimum.

7
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pengendalian hayati pada gulma adalah suatu cara pengendalian dengan
menggunakan musuh-musuh alami baik hama (insekta), penyakit
(patogen), jamur dan sebagainya guna menekan pertumbuhan gulma.
2. Pengendalian mempunyai keunggulan yaitu bersifat aman bagi lingkungan
dan hasilnya permanen. Pengendalian gulma juga memiliki kekurangan
yaitu memerlukan modal investasi yang besar
3. Organisme yang berperan sebagai musuh alami gulma pada umumnya
adalah dari jenis serangga. Perilaku organisme yang berperan sebagai
musuh alami bermacam macam, ada yang berperan sebagai vektor
penyebab penyakit pada gulma, sebagai penggerek bagian tanaman,
sebagai penghisap cairan gulma, atau sebagai kompetitor pada gulma.
3.2 Saran
Penegendalian gulma harus dilaksanakan seefisien mungkin untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.

8
DAFTAR PUSTAKA

Soerjani, M., M. Soendaru dan C. Anwar. 1996. Present Status of Weed Problems
and Their Control in Indonesia. Biotrop. Special Publication. No.24.

Anda mungkin juga menyukai