Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam atas izin dan karunia-
nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu. Tak lupa pula saya hanturkan shalawat serta
salam kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita diakhir kelak.
Penulisan makalahyang berjudul “PENGENALAN IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT
PADA TANAMAN” dapat diselesaikan karena bantuan banyak sumber. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Hama dan Penyakit Tanaman.

Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pembaca. Kami menyadari makalah
ini belum sempurna karena keterbatasan waktu dan keadaan. Oleh karena itu kami menerima
segala kritikan dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makala ini . apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Demikian yang dapat sami
sampaikan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Gorontalo, 9 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktikum .......................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................... 2
2.1 Definisi Hama Tanaman ................................................................................................................. 2
2.2 Penggolongan/Pengelompokan Hama Tanaman ......................................................................... 2
2.3 Definisi Gejala Serangan Hama ..................................................................................................... 5
2.4 Faktor-Faktor yang memicu timbulnya serangan hama pada agroekosistem ........................... 5
BAB III METODOLOGI ......................................................................................................................... 7
3.1 Tempat dan Waktu ......................................................................................................................... 7
3.2 Bahan dan Alat................................................................................................................................ 7
3.3 Prosedur Kerja Praktikum ............................................................................................................ 7
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 8
4.1 Hasil pengamatan jenis hama tanaman di lapangan .................................................................... 8
4.2 Hasil pengamatan gejala serangan hama di lapangan ................................................................. 9
4.3 Deskripsi jenis hama dan gejala serangan pada tanaman dari lapangan ................................. 12
BAB V PENUTUP .................................................................................................................................. 13
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................................... 13
5.2 Saran .............................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam praktiknya, budidaya tanaman selalu menghadirkan tantangan-tantangan tersendiri,
selain mendambakan modal yang kecil tetapi petani juga perlu memastikan bahwa tanamannya
sehat agar mendapatkan hasil panen yang berlimpah pula. Dalam hal membudidayakan tanaman,
usaha ini akan selalu terkendala oleh beberapa faktor pembatas. Hama dan penyakit tanaman
merupakan salah satu keterbatasan dalam budidaya tanaman.

Hama merupakan salah satu jenis organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dapat merusak
dan menimbulkan kerugian bagi tanaman, hama dapat menyerang baik sebelum maupun sesudah
panen. Dalam arti luas hama merupakan semua gangguan yang berpotensi merugikan dan
menyebabkan kerusakan baik bagi manusia, ternak ataupun tumbuhan.

Para pelaku budidaya tanaman perlu memperhatikan hama, tidak hanya dapat merusak
tanaman tetapi hama juga dapat menurunkan hasil panen dari segi kuantitas dan kualitas. Kerugian
juga akan terjadi apabila ini terjadi pada populasi besar dan dalam jangka waktu yang lama.
Dengan membudidayakan tanaman yang sehat, seperti dengan menggunakan bibit bersertifikat,
memilih varietas tanaman yang tahan penyakir, melakukan rotasi tanaman yang tidak satu famili
dengan tanaman yang ditanam di areal yang sama selama beberapa tahun berturut-turut, menjaga
unsur hara tanah, melakukan pemupukan dengan dosis yang tepat, maka masalah dengan
organisme pengganggu tanaman dapat dihindari di lapangan. Selain itu pengolahan tanaman juga
dapat dilakukan dengan cara mengairi tanaman dengan baik dan benar, menjaga tanaman dari
gulma karena gulma berpotensi menjadi sumber inoculum bagi patogen. Penggunaan pestisida
kimia menjadi pilihan terakhir, penggunaan pestisida yang terlalu sering dapat berdampak negative
bagi lingkugan, selain itu juga dapat membunuh serangga yang menguntungkan.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum ini adalah untuk mengenali dan mengetahui berbagai hama yang menyerang
tanaman budidaya beserta dengan gejala serangannya.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hama Tanaman
Satu diantara masalah pertanian yakni tidak terkendalinya serangan hama dan penyakit
pada tanaman. Hama dan penyakit tanaman dianggap sebagai permasalahan utama dalam system
produksi pertanian di Indonesia yang dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 30 persen
per tahun. Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk mengendalikan hama dan penyakit agar tidak
memberikan dampak yang merugikan terhadap hasil panen baik secara kualitas maupun kuantitas
(Herlina, 2021)

Hama merupakan salah satu jenis organisme pengganggu tanaman (OPT) yang karena
aktivitasnya dapat merusak tanaman dan menyebabkan kerugian pada tanaman dan menyebabkan
kerugian pada tanaman. Serangan ham aini dapat terjadi mulai dari benih hingga pasca panen
(hama Gudang). Pengertian hama dalam arti luas merupakan semua macam bentuk gangguan yang
dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian pada manusia, ternak dan tanaman. Sedangkan
pengertian hama dalam arti sempit yaitu smeua jenis hewan yang berpotensi mengganggu pada
kegiatan budidaya tanaman yang berakibat merusak tanaman dan menurunkan produksi tanaman
secara ekonomis (Simluhtan Kementrian Pertanian,2019).

Pendefinisian hama merupakan pendefinisian yang bersifat “antroposentrik”, berpusat


pada kebutuhan manusia. Pengetahuan tentang dasar-dasar biologi menunjukkan bahwa herbivora,
jasad pemakan tumbuhan, merupakan suatu kumpulan trofi yang memang bertugas mengatur
populasi tumbuhan (atau secara metabolis, herbivora adalah jasad yang hanya mampu
memanfaatkan energi yang telah diolah, atau jasad heterotroph). Herbivora ini disebut hama atau
jasad pengganggu (OPT, Organisme Pengganggu Tanaman) karena memakan tumbuhan yang
diusahakan baik secara ekonomis maupun subsisten, oleh manusia. (Retna dan Maimunah, 2013)

2.2 Penggolongan/Pengelompokan Hama Tanaman


Semua hewan yang dapat merugikan tumbuhan dan turunannya, termasuk serangga disebut
sebagai hama. Ada beberapa jenis hama yang merusak bagian tanaman seperti daun dan batang.
Kerusakan pada daun dan batang lebih mudah diketahui berdasarkan gejala yang ada dibandingkan
kerusakan pada akar, buah, dan biji.

1. Jenis-jenis hama daun (defoliator)

2
Hama daun adalah hama yang merusak tanaman dengan cara memakan jaringan daun
(defoliator) atau menyebabkan kerusakan pada jaringan daun. Beberapa hama daun pada tanaman
kehutanan diamati pada tahap bibit di persemaian maupun tegakan yang ada di areal tanam. Hama
yang bersifat defoliator diantaranya: hama ulat kantong pada tanaman sengon, hama ulat grayak
(Spodoptera sp.), dan hama kupu kuning (Eurema) pada sengon. Adapun hama yang merusak daun
diantaranya adalah: hama kutu putih (Ferisia virgata), hama kutu loncat Heteropsylla cubana pada
tanaman lamtoro, hama gall pada tanaman masohi.

a. Kutu Putih (Ferisia virgata)

Kutu putih merupakan hama yang menyerang pada tanaman sengon dipersemaian, gejala
serangan daun tanaman menjadi berwarna kuning dan layu, pada daun dan batang terdapat
kumpulan serangga berwarna putih. Serangga betina dewasa memiliki ciri-ciri bentuk tubuh oval,
memiliki wrna kekuningan serta ditutupi oleh serbuk lilin yang berwarna putih, memiliki sepasang
filament anal serta tidak bersayap. Seranngga dewasa jantan memiliki bentuk tubuh yang berbeda
dengan betinanya karena memiliki sayap serta memiliki bentuk tubuhnya lebih ramping (Rumini
et al, 2007)

b. Hama ulat kantong

Selain hama kutu putih, hama ulat kantong (Lepidoptera; Psychidae) juga merupakan hama
yang sering menyerang tanaman sengo. Gejala serangannya yaitu daun menjadi kuning, daun
menjadi berlubang. Ciri khas dari ulat ini yaitu karena tubuhnya ditutupi oleh kantung yang pada
umumnya berbentuk kerucut yang terbuat dari daun dan ranting. Hama ulat kantong menyerang
secara sporadic pada tanaman sengan di KHDTK Haurbentes

c. Kutu loncat Heteropsylla cubana (Hemiptera: Psyllidae)

Hama ini merupakan hama utama pada tanaman lamtoro. Pada umumnya bagian tanaman
yang diserang yaitu bagian tunas daun, serta sering bergerombol pada terminal pucuk, adanya
serangan ham aini dapat menghambat pertumbuhan karena proses fotosintesis terganggu. Hama
ini pertama kali diketahui menyerang tanaman lamtoro pada pertengahan tahun 1980 di Cuba dan
menyebar ke Indonesia sekitar tahun 1986 (Nair, 2007)

d. Spodoptera sp. (Lepidoptera)

3
Spodoptera atau yang lebih dikenal dengan nama ulat grayak ini memiliki kisaran inang
yang luas, baik pada tanaman hortikultura maupun pada tanaman kehutanan. Salah satu
tanaman yang termasuk ke dalam komoditas kehutanan yang mengalami serangan ulat grayak
ini yaitu tanaman murbey. Gejala seranngan ulat grayak yaitu terjadi defoliasi daun, hal ini
sesuai dengan pernyataan Cahyono (2006) bahwa tanaman yang terserang ulat grayak memiliki
daun yang berlubang, robek atau terpotong.

e. Hama penyebab gall

Tanaman masohi (Massoia aromatic Becc) merupakan tanaman asli Papua yang memiliki
nilai ekonomi yang sangat tinggi, pada stadia bibit di persemaian tanaman ini mengalami
serangan gall yang diduga disebabkan oleh tungau. Ciri-ciri morfologi serangan ham aini yaitu
terjadi gall berwarna hijau hingga kecoklatan pada daun dengan bentuk tidak beraturan, dan
apabila gall tersebut disayat maka terdapat rambut-rambut halus di dalam rongganya, hal ini
sesuai dengan pernyataan Rajapakse dan Kumbaea, 2007. Selain itu hama gall ini diduga
sebagai vector virus yang mengakibatkan daun tanaman masohi menjadi keriting.

f. Kupu kuning (Eurema sp)

Kupu kuning termasuk ke dalam ordo Lepidoptera; Pteridae, pada stadia larva kupu kuning
menyerang tanaman sengon terutama pada anakan muda pada stadia bibit di persemaian.
Spesies dari kupu kuning yang telah diketahui menyerang tanaman sengon yaitu Eurema
blanda dan Eurema hecabe (Suratmo, 1976).

2. Jenis-jenis hama penggerek

Hama penggerek adalah serangga yang berterlur hingga tumbuh menjadi dewasa dan
memakan batang sehingga menyebabkan kerusakan pada batang. Beberapa penggerek, seperti
Xytrocea festiva dan Xylosandrus sp, dan Epepeotes luscus yang merusak tumbuhan.

a. (Xystrocera festiva Pascoe (Coleoptera; Cerambycidae))

Hama penggerek batang sengon (Xystrocera festiva Pascoe (Coleoptera; Cerambycidae))


atau yang lebih dikenal dengan sebutan hama boktor. Serangan berawal tepat setelah kumbang
betina melakukan perkawinan akan meletakan telur dalam jumlah yang banyak secara
berkelompok, jumlah telur tersebut dapat mencapai 169 butir (Matsumoto dan Irianto, 1998).

4
b. Xylosandrus sp

Penggerek batang pada tanaman mahoni terjadi pada saat mahoni masih berada di
persemaian, hama yang menyerang yaitu Xylosandrus sp., gejala dan tanda serangan yaitu
tanaman mengalami kelayuan kemudian menjadi kering dan kemudian mati, terdapat lobang
gerek pada batang serta batang akan mudah patah. Serangan ham aini dapat menurunkan
kualitas serta produksi bibit.

c. Epoeotes luscus

Hama penggerek yang menyebabkan kerusakan pada batang murbai yaitu Epepeotes luscus
(Coleoptera; Cerambycidae). Hama ini menyerang tanaman murbey di Kabupaten sukabumi.

2.3 Definisi Gejala Serangan Hama


Salah satu faktor pembatas dalam keberhasilan tanaman untuk tumbuh optimal yaitu
adanya serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit dapat terjadi pada benih,
bibit dan tanaman di lapangan. Serangan hama dan penyakit yang menyerang persemaian dapat
mengganggu pertumbuhan dan mengurangi kualitas bibit bahkan dapat menyebabkan
kematian bibit (Suharti, 2015).

Untuk mempertahankan produksi perlu diperhatikan berbagai faktor seperti mutu


benih, varietas yang unggul serta serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) (Harnoto,
2005). Di Indonesia hamper 50 jenis serangga yang menyerang tanaman jagung tetapi hanya
beberapa saja yang sering menimbulkan kerugian ekonomi (Ahmad dan Tandiabang, 2001).

Identifikasi terhadap serangan hama dan penyakit perlu dilakukan dalam rangka
menekan jumlah yang terserang sehingga tidak menimbulkan kerugian. Pentingnya
mengidentifikasi hama dan penyakit yang disebabkan oleh patogen baik biotik maupun abiotic
sangat diperlukan untuk mengetahui cara mengidentifikasinya dan cara penanggulangannya
(TriWibowo, 2014)

2.4 Faktor-Faktor yang memicu timbulnya serangan hama pada agroekosistem


Cuaca dapat menjadi faktor abiotic penting pemicu peledakan ppopulasi hama. Hal ini
tidak terlepas dari faktor biologis herbivora. Komponen iklim yang paling berpengaruh

5
terhadap perkembangan populasi hama serangga adalah suhu dan kelembapan udara. Guiterez
et al. (1974).

Pemupukan Nitrogen dengan dosis tinggi dapat menyebabkan peningkatan kerusakan


tanaman oleh herbivora. Beberapa studi melaporkan bahwa pemberian beberapa tingkat pupuk
N berkorelasi positif dengan peningkatan herbivora, karena adanya peningkatan kapasitas
reproduksinya (Brodbeck et al, 2001; Luna, 1988; Altieri dan Nicholls, 2003).

Dampak negative dari penggunaan insektisida kimia secara intensif dalam jangka Panjang
telah banyak secara insentif dalam jangka Panjang telah bahyak dilaporkan, yaitu timbulnya
resistensi, reurgensu, munculnya hama sekunder, dan polusi. Sedikitnya telah dilaporkan
adanya 50 spesies arthropoda yang telah resisten terhadap insektisida dan akarisida (van
Drieche dan Bellows, 1996).

6
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Jl. Pasar Minggu, Desa Hulawa , Kec. Telaga. Pukul 6.45
WITA s/d selesai.

3.2 Bahan dan Alat


- Parang

- Pisau kotak

- Toples

- Alat tulis menulis

- Tanaman yang menunjukkan gejala di lapangan

3.3 Prosedur Kerja Praktikum


• Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
• Lakukan pengamatan pada tanaman terutama untuk tanaman yang terserang hama.
• Buatlah laporan hasil pengamatan

7
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan jenis hama tanaman di lapangan

Deskripsi Morfologi Hama


No Waktu & Lokasi
Jenis Tanaman
Pengamatan

1. 6.00 WITA, Desa Mentimun Tomcat : Tomcat adalah salah satu jenis

Hulawa, Kec. hama yang bisa menyebabkan gatal-gatal,

Telaga, Kab. dan melepuh di bagian kulit jika menggigit

Gorontalo manusia. Hewan ini juga disebut semut

Charlie atau kumbang rope, ini secara

taksonomi tergolong ke dalam ordo

coleoptera.

2. 6.00 WITA, Desa Mentimun Kutu kuya: merupakan kumbang perusak

Hulawa, Kec. daun berukuran ±1 cm dengan sayap

Telaga, Kab. berwarna kuning polos. Hama ini termasuk

Gorontalo pada ordo coleptera.

3. 6.00 WITA, Desa Cabai Ulat grayak: terdapat bintik-bintik segitiga

Hulawa, Kec. berwarna hitam dan bergaris-garis

Telaga, Kab. kekuningan pada sisinya. Termasuk ordo

Gorontalo lepidoptera

8
4. 6.00 WITA, Desa Cabai Kumbang merah: tubuhnya berbentuk

Hulawa, Kec. bulat dengan sayap keras di punggungnya

Telaga, Kab. yang disebut dengan elytra, termasuk ordo

Gorontalo coleoptera.

5. 6.00 WITA, Desa Terung Kumbang lambing: merupakan salah satu

Hulawa, Kec. dari kumbang yang berukuran kecil 0,5-

Telaga, Kab. 1,5 cm, dan banyak anggota jenisnya.

Gorontalo Termasuk ordo coleoptera.

6. 6.00 WITA, Desa Jagung Belalang: merupakan serangga berukuran

Hulawa, Kec. 45-55 mm (jantan) dan 15-59 mm (betina),

Telaga, Kab. tubuh terdiri atas kepala, dada, dan perut.

Gorontalo Termasuk ordo ortoptera.

4.2 Hasil pengamatan gejala serangan hama di lapangan

Deskripsi Gejala
Waktu & Lokasi Jenis
No Jenis Hama
Pengamatan Tanaman beserta Foto

9
1 6.00 WITA, Mentimun Tomcat Gejala yang muncul akibat
serangan hama ini adalah dengan
Desa Hulawa,
merusak bagian daun akibatnya
Kec. Telaga,
daun berlubang.
Kab. Gorontalo

2 6.00 WITA, Mentimun Kutu kuya Gejala yang muncul akibat


serangan hama ini adalah daun
Desa Hulawa,
menjadi kuning dan daun
Kec. Telaga,
terdapat lubang-lubang.
Kab. Gorontalo

3 6.00 WITA, Cabai Ulat grayak Ulat biasanya memakan daun


sampai bolong-bolong sehingga
Desa Hulawa,
mengganggu kemampuan
Kec. Telaga,
fotosintesis pada tanaman.
Kab. Gorontalo

10
4 6.00 WITA, Terung Kumbang Gejala yang ditimbulkan adalah
lambing bagian daun menjadi rusak dan
Desa Hulawa,
berlubang.
Kec. Telaga,

Kab. Gorontalo

5 6.00 WITA, Jagung Belalang Menyerang tanaman jagung saat


masih muda, dengan cara
Desa Hulawa,
memakan tunas jagung muda
Kec. Telaga,
(baru tumbuh).
Kab. Gorontalo

11
4.3 Deskripsi jenis hama dan gejala serangan pada tanaman dari lapangan
Belalang kembara (Locusta migratoria) merupakan salah satu hama penting tanaman
pangan yang ledakan populasinya dapat menyebabkan kerugian yang cukup parah. Belalang
kembara termasuk ke dalam genus Locusta yang terdiri dari beberapa sub-spesies dengan wilayah
penyebaran yang berbeda-beda. Locusta migratoria manilensis Meyen merupakan sub-spesies
belalang kembara yang terdapat dia seluruh Asia Tenggara, Timur dan Selatan Cina, negara-negara
Pasifik dan tercatat sebagai hama penting di Indonesia (Rhode, & Crosby, 2012).

Belalang kembara menyerang daun akibatnya hanya menyisakan tulang daun dan batang,
bahkan pada kondisi tertentu serangga ini dapat memakan tulang daun dan batang, sehingga jika
dipresentasikan spesies ini merusak tanaman hingga 10%. Kerusakan tanaman dipengaruhi oleh
kemampuan makan belalang kembara yang sangat bergantung pada jenis tanaman serta kualitas
dan kuantitas nutrisi pakan.

Ulat grayak merupakan salah satu hama pada fase instar 2-3. Hal ini mengacu pada hasil
penelitian (Musyahadah, Hariani, & Hendra, 2015) menyatakan bahwa beberapa insektisida yang
diaplikasikan yang lebih efektid terhadap Spodoptera litura dengan mortalitas 90% adalah instar
2-3 dan 70% untuk instar 3-4. Hal ini dikarenakan rentang umur instar 3 ke 4 hanya dua hari.
Sehingga semakin umur larva tua, maka mortalitas cenderung semakin menurun. Larva
mempunyai warna yang bervariasi, tetapi mempunyai kalung hitam pada segmen abdomen yang
keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis kuning. Pupa berwarna coklat
gelap terbentuk pada permukaan tanah. Pada daun yang terserang oleh larva yang masih kecil
terdapat sisa-sisa epidermis bagian atas dan tulang-tulang daun saja. Larva yang sudah besar bisa
merusak tulang daun dan buah. Gejala serangan pada buah ditandai dengan timbulnya lubang tidak
beraturan pada buah cabai.

12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Identifikasi hama dan penyakit tanaman sangat penting dalam budidaya tanaman agar
dapat menghasilkan produksi yang sehat dan produktif. Identifikasi hama dan penyakit pada
tanaman budidaya harus dilakukan secara hati-hati dan menyeluhur untuk memastikan jenis
hama dan penyakit yang menyerang suatu tanaman.

Dengan mengidentifikasi dan melakukan control yang tepat, dapat membantu menunjang
hasil produksi tanaman yang sehat dan bermutu.

5.2 Saran
Dari uraian diatas masih banyak kekurangan penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat releven dan semoga dari pemaparan laporan diatas dapat menambah
wawasan dan dapat bermanfaat bagi kita semua

13
DAFTAR PUSTAKA

Azwin, E. S. (2022). ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN SERANGAN HAMA DAN


PENYAKIT DIPERSEMAIAN BPDASHIL INDRAGIRI ROKAN PEKANBARU.
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan .

Broadbeck, B., Stavisky, J., Funderburk, j., Andersen, P. dan Olson, S. 2001. Flower nitrogen
status and population of Aphis craccivora Koch and subterenean clover stunt virus in
south East Australia. II. A modul of cowpea aphid population in temperate pastures.
Journal of Applied Ecology. 11;1-20

Cheppy Wati, A. T. (2021). Hama dan Penyakit Tanaman. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Retna Astuti Kuswardani, M. (2013). Hama Tanaman Pertanian. Medan: Medan Area
University Press.

Rumini, W., T.L Mardiningsih & E. Karmawati. 2007. Inventarisasi Serangga Hama Serta
Musuh Alami pada Tanaman Jarak Pagar (jatropha curcasl.) di Kebun Induk Jarak
Pagar Pakuwon. www.balitas.litbang.pertanian.go.id. Diakses tanggal 7 maret 2023

Suharti T, K. R. (2015). Identtifikasi Dan Penyakit Bibit Kranji (Pongamia Pinnata). Jurnal
Perbenihan Tanaman Hutan.

14

Anda mungkin juga menyukai