Oleh :
Agroteknologi 3
FAKULTAS PERTANIAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan berkatnya-Nya,
kami dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Hama Pada Tanaman
Hortikultura (Terong, Sawi, dan Labu Madu)”. Laporan ini disusun untuk memenuhi nilai
praktikum mata kuliah ilmu hama tumbuhan. Selain itu laporan ini dibuat dengan tujuan
menambah wawasan tentang jenis-jenis hama yang ada pada tanaman hortikultura dan
cara pengendaliannya bagi para pembaca dan kami sendiri selaku pihak yang menyusun
laporan ini. Kami menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1. Latar Belakang......................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
3. Tujuan...................................................................................................................................2
1. Pengertian Hama...................................................................................................................3
2. Pengendalian Hama..............................................................................................................3
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................................................15
B. Saran...................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16
LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………………………………………….. 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hama merupakan salah satu jenis organisme pengganggu tanaman yang
keberadaannya sangat tidak diinginkan karena besarnya kerugian yang ditimbulkan
akibat aktivitas hidup dari organisme ini pada pertanaman. Apabila dilihat dalam arti
luas, Hama adalah semua bentuk gangguan baik kepada manusia, tanaman, maupun
ternak. Namun, dari arti sempit hama adalah semua hewan yang merusak tanaman yang
dapat menimbulkan kerugian. Jadi, apabila ada seekor hewan pada tanaman namun tidak
menimbulkan kerugian maka hewan tersebut tidak termasuk hama.
Hama yang merusak tanaman dapat dilihat secara jelas dari bekasnya (gerekan
atau gigitan). Secara garis besar hewan yang dapat menjadi hama dapat dari jenis
serangga, moluska, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah
hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi hama (Dadang :
2006). Pada intinya hama merupakan gangguan yang meresahkan manusia, gangguan
tersebut dapat berasal dari binatang penganggu (kutu, tikus, wereng, dll), dan juga dapat
berasal dari tumbuhan penganggu (bakteri, jamur, virus).
Ciri-ciri hama antara lain sebagai berikut: Hama dapat dilihat oleh mata telanjang
umumnya dari golongan hewan (tikus, burung, serangga, ulat dan sebagainya). Hama
cenderung merusak bagian tanaman tertentu sehingga tanaman menjadi mati atau
tanaman tetap hidup tetapi tidak banyak memberikan hasil serangan hama biasanya lebih
mudah di atasi karena hamanya tampak oleh mata atau dapat dilihat secara langsung.
Hama yang menyerang organ tumbuhan umumnya adalah hewan. Secara garis besar,
hama tanaman dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut: Kelompok hewan
menyusui (mamalia), seperti tikus. Kelompok serangga (insekta) seperti belalang.
Kelompok burung (aves), seperti burung pipit.
1
2. Rumusan Masalah
1) Apa saja jenis hama yang ada pada tanaman hortikultura (Terong, Sawi, dan Labu
Madu)?
2) Bagaimana keadaan tanaman hortikultura (Terong, Sawi, dan Labu Madu) yang terserang
hama?
3) Apa saja gejala kerusakan yang terjadi pada tanaman hortikultura (Terong, Sawi, dan
Labu Madu)?
4) Bagaimana daur hidup dari hama tersebut?
3. Tujuan
1) Untuk mengetahui jenis hama yang ada pada tanaman hortikultura (Terong, Sawi, dan
Labu Madu).
2) Untuk menjelaskan keadaan tanaman hortikultura (Terong, Sawi, dan Labu Madu) yang
terserang hama.
3) Untuk mengetahui gejala kerusakan yang terjadi pada tanaman hortikultura (Terong,
Sawi, dan Labu Madu) yang terserang hama.
4) Untuk menjelaskan daur hidup dari hama yang menyerang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Hama
Yang dimaksud dengan hama adalah semua binatang yang mengganggu dan
merugikan tanaman, terutama tanaman yang dibudidayakan oleh manusia (Pracaya
1991:2). Sedangkan menurut pendapat para ahli hama dalam arti luas adalah semua
organisme atau binatang yang aktivitas kehidupannya merusak tanaman sehingga dapat
mengakibatkan kerugian ekonomi bagi manusia. Ada beberapa golongan hama yang bisa
menyerang tanaman budidaya yaitu: golongan serangga, golongan mamalia, golongan
binatang lunak, dan golongan Aves (burung). Serangga adalah binatang kecil yang
memiliki kaki beruas dan bernafas melalui pembuluh nafas, tubuh dan kepalanya berkulit
keras (belalang, wereng, kutu, ulat, kumbang). Mamalia adalah mahluk hidup bertulang
belakang dan menyusui. Binatang dari golongan mamalia yang merusak tanaman antara
lain : kelelawar, tupai, musang, tikus, dan lain-lain. Golongan binatang lunak yang
potensial menjadi hama adalah mollusca dan nematoda. Seluruh atau sebagian tanaman
yang terserang hama akan mengalami penurunan fungsi metabolisme atau bahkan tidak
dapat berfungsi sama sekali dan akhirnya dapat menyebabkan kematian pada tanaman.
2. Pengendalian Hama
3
dari hama. Karena itu, perlu adanya pengendalian hama agar diperoleh pertumbuhan
tanaman yang sehat. Beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit
diantaranya kumbang tanduk (O. rhynoceres), ulat perusak daun dan rayap (C.
curvignathus) (Effendi dan Agus, 2011).
4
Z. biasanya berkelompok pada bagian bawah permukaan daun (Pracaya,1992). Larva
pada Crocidolomia binotalis Z. terdiri atas lima instar, larva memiliki warna hijau muda
kecoklatan, pada bagiansisi dan sepanjang bagian atas tubuh terdapat garis-garis putih.
Perbedaan larva muda (instar ke-1, 2, 3) dan larva tua (instar ke-4 dan ke-5), saat larva
muda akan sering bergerombol pada bawah permukaan kubis sedangkan saat larva tua,
bersifat malas, selalu menghindari cahaya matahari dan panjangnya sudah mencapai kira-
kira 2 cm (Sastrosiswojo et al., 2005). Kemudian, larva akan memakan daun kubis,
terutama bagian dalam kubis (krop) karena larva tersebut takut terhadap sinar matahari.
Jika serangan sangat parah, ulat dapat mencapai titik tumbuh (Pracaya,1992). Pupa
Crocidolomia binotalis Z. terdapat dalam kokon yang terbuat dari butiran tanah dan
berbentuk lonjong. Imago Crocidolomia binotalis Z. aktif dimalam hari dan tidak tertarik
pada cahaya. Imago betina dapat hidup selama 16-24 hari dan bertelur sekitar 11-18
kelompok dari total 20-80 telur (Kalshoven, 1981).
Lalat buah genus Bactrocera (Diptera: Tephritidae) merupakan spesies lalat buah
dari daerah tropis. Lalat buah Bactrocera sebelumnya diidentifikasi sebagai genus Dacus,
kemudian diketahui merupakan kekeliruan identifikasi dari genus Bactrocera. Genus
Dacus merupakan spesies asli dari Afrika, dan biasanya berasosiasi dengan bunga dan
buah dari jenis tanaman Cucurbits (Cucurbitaceae) dan kulit buah tanaman kacang-
kacangan (White and Elson-Harris, 1992). Lalat buah termasuk hama yang menimbulkan
kerugian besar bagi pertanian di Indonesia, terutama petani buah dan sayuran.Di
Indonesia bagian barat terdapat 90 spesies lalat buah yang termasuk jenis local
(indigenous), hanya 8 termasuk hama penting, yaitu Bactrocera (Bactrocera) albistrigata
(de Meijere), B.(B.) carambolae Drew dan Hancock, B. (B.) dorsalis Hendel, B. (B.)
papayae Drew dan Hancock, B.(B.) umbrosa (Fabricius), B.(Z.) cucurbitae (Coquillett),
B.(Z.) atau (Walker), dan Dacus (Callantra) longicornis (Wiedemann) (Orr 2002 dalam
Siwi, Hidayat, dan Suputa, 2006).
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
Keadaan Tanaman
Dari gambar disamping terlihat
keadaan tanaman tidak begitu
baik, buah dan seluruh
daunnya ditutupi oleh hama
kutu putih ,dan juga terlihat
daunnya memiliki warna
sedikit gelap dan agak layu.
Gejala Kerusakan
Bunga dan buah muda yang terserang akan mengering dan gugur, sedang buah
dewasa mengalami hambatan pertumbuhan sehingga berkerut dan masak sebelum
waktunya.
7
Kutu putih P. marginatus merupakan serangga polifagus dan tercatat lebih dari 60
jenis tanaman inang dari 22 famili. Selain pepaya, inang penting lainnya yang dicatat
adalah kembang jeruk, mangga, alpukat, tomat, terong, lada, kacang, kacang polong, ubi
jalar, kapas, sepatu, ceri, delima, karet dll. (Miller dan Miller, 2002; Heu et al., 2007 ).
Daur Hidup
Kutu putih pepaya memilliki telur berwarna kuning kehijauan di dalam kantung
telur (ovisak) yang panjangnya tiga samapai empat kali atau lebih dari pada panjang
tubuhnya. Keseluruhan kantung telur ditutupi oleh lilin putih. Masa inkubasi bervariasi
dari 3 hingga 9 hari (Kumar et al., 2014).
Imago betina sewaktu meletakkan telur posisi abdomen ditekukkan ke bawah dan
ovipositor tegak lurus pada permukaan tanaman. Lalu telur diletakkan pada bagian bawah
permukaan tanaman. Setelah meletakkan telur yang pertama, imago P. marginatus
bergerak sedikit untuk melakukan proses peletakan telur berikutnya (Husni et al., 2012).
Nimfa kutu putih instar pertama disebut crawler dan belum dapat dibedakan jenis
kelaminnya. Panjang tubuh nimfa instar pertama adalah rata-rata 0,42 ± 0,074 mm dan
lebar tubuh rata-rata 0,27 ± 0,024 mm. Nimfa instar satu tubuhnya bewarna kekuningan.
Lamanya hidup nimfa instar pertama (3,56 ± 0,53) hari (Al-Helal et al., 2012; Chellappan
et al., 2013).
Nimfa kutu putih instar kedua sudah dapat dibedakan jenis kelaminnya dengan
melihat warna tubuhnya. Nimfa instar dua jantan tubuhnya berwarna merah muda,
sedangkan yang betina berwarna kuning. Kutu putih pepaya instar kedua memiliki
panjang tubuh rata-rata 0.6 ± 0.054 mm dan lebar tubuh rata-rata 0.4 ± 0.089 mm. Lama
hidup nimfa intar dua pada betina 4,4 hari dan jantan 4,3 hari (Al-Helal et al., 2012;
Munwar et al., 2016 ).
Kutu putih instar ketiga betina memiliki panjang rata-rata 0.88 ± 0.04 mmdan
lebar tubuh rata-rata mm dengan kisaran 0.57±0.03 mm. Secara umum kutu putih pepaya
instar ketiga betina ukuran tubuhnya lebih besar dan lebih lebar dibandingkan dengan
yang jantan. Stadium nimfa instar ketiga pada jantan disebut prapupa, karena di sekitar
tubuh serangga jantan mulai diselimuti oleh benang-benang lilin (Friamsa, 2009; Kumar
et al., 2014 ).
8
Rata-rata lama perkembangan setiap stadium P. marginatus pada tanaman pepaya
adalah stadium telur selama 6.80 ± 2.0 hari, nimfa instar pertama selama 5.8 ± 0.7 hari.
Nimfa instar kedua betina selama 3.48 ± 0.5 hari, nimfa instar kedua jantan selama
4.5±0.5 hari, nimfa instar ketiga betina selama 8.52 ± 1.3 hari, nimfa instar ketiga jantan
atau prapupa selama 2.3 ± 0.48 hari dan nimfa instar keempat atau pupa jantan selama 4.7
± 0.4 hari. Lama hidup imago P. marginatus betina adalah 53.56 ± 3.2 dan imago jantan
34.5±1.5 hari (Kumar et al., 2014).
Imago betina memiliki permukaan tubuh yang dilapisi oleh lilin putih tipis,
memiliki rangkaian filamen lilin di sekitar tepi tubuh bagian posterior yang berukuran 1/4
kali panjang tubuhnya dan tidak memiliki sayap. Panjang tubuh imago betina rata-rata
2.14 ± 0.06 mm dan lebar tubuh rata-rata 1.21 ± 0.05 mm dengan kisaran 0,9 - 1,7 mm.
Imago betina biasanya meletakkan 100 - 600 telur dalam satu kantung telur (ovisak).
Peletakan telur biasanya berlangsung dalam satu sampai dua minggu, dan pada hari
kesepuluh nimfa instar satu atau crawler sudah mulai aktif mencari makan (Kumar et al.,
2014; Walker et al., 2008).
Imago jantan berwarna merah muda, terutama pada masa pra pupa dan pupa,
sedangkan pada saat instar pertama dan kedua berwarna kuning. Panjang tubuh imago
jantan rata-rata 1.29±0.03 mm dan lebar tubuh 0.17±0.01 mm. Imago jantan memiliki
antena dengan 10 segmen, aedagus terlihat jelas, memiliki sejumlah pori lateral dan sayap
berkembang dengan baik (Kumar et al., 2014).
9
Tanaman sawi (Brassisca juncea L) merupakan tanaman sayuran daun dari
keluarga Brassicaceae yang mempunyai nilai guna yang tinggi. Di Indonesia dikenal tiga
jenis sawi yaitu: sawi putih atau sawi jabung, sawi hijau dan sawi huma. Sawi putih
(Brassicajuncea L. var. rugosa roxb. &prain ) memiliki batang pendek, tegap dan daun
lebar berwarna hijau tua,tangkai daun panjang dan bersayap melengkung ke bawah. Sawi
hijau, memiliki ciri-ciri batang pendek, daun berwarna hijau keputih-putihan, serta
rasanya agak pahit, sedangkan sawi huma memiliki ciri batang kecil, panjang dan
langsing, daun panjang dan sempit berwarna hijau keputih-putihan, serta tangkai daun
panjang dan bersayap (Rukmana, 1994). Menurut klasifikasi dalam tata nama
(sistematika) tanaman, sawi termasuk ke dalam :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Papavorales
Famili : Cruciferae atau Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea L.
Tanaman sawi pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman ini
selain tahan terhadap suhu panas (tinggi), juga mudah berbunga dan menghasilkan biji
secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia. Disamping itu tanaman sawi (Brassica
juncea L) tidak hanya cocok ditanam di dataran rendah, tetapi juga di dataran tinggi
(Rukmana, 1994). Sawi termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Keadaan Tanaman
Dari gambar disamping terlihat keadaan
tanaman tidak begitu baik ,daunnya terlihat
rusak atau habis termakan sehingga dapat
menurunkan produksi sampai mematikan
tanaman.
10
Gejala Kerusakan
Berupa lubang-lubang dan meninggalkan bercak kotoran pada daun, menyerang
pucuk tanaman sawi sehingga menghancurkan titik tumbuh, dan bergerak ke titik tumbuh
memakan semua helaian daun dan hanya menyisakan tulang daun . Larva memakan daun
dengan meninggalkan lubang-lubang, bila bagian pucuk yang terserang maka tanaman
tidak dapat membentuk krop sama sekali (pracaya, 1993).
Daur Hidup
Telur biasanya diletakkan pada permukaan bawah daun kubis. Sebelum menetas,
warna telur berubah menjadi oranye, lalu menjadi cokelat kekuningan, hingga akhirnya
berwarna cokelat gelap. Kelompok telur yang diletakkan terdiri atas 9 sampai 120 butir
telur dengan rata-rata 48 butir. Ukuran kelompok telur berkisar dari 1.0 mm x 2.0 mm
sampai 3.5 mm x 6.0 mm. Masa inkubasi telur 10 hari atau rata-rata 4 hari pada suhu
antara 26 °C dan 33.2 °C. Persentase penetasan telur dapat mencapai 92.4%. Larva instar
awal berwarna kuning kehijauan dengan kepala cokelat tua dan lama stadium rata-rata
sekitar 2 hari. Instar II berwarna hijau muda, dengan panjang berkisar dari 5.5 mm
11
sampai 6.1 mm dan lama stadium rata-rata sekitar 2 hari. Instar III berwarna hijau,
dengan panjang berkisar antara 1.1 cm sampai 1.3 cm dan lama stadium rata-rata 1.5 hari.
Larva instar akhir atau instar IV berwarna hijau lebih tua dengan tiga titik hitam dan tiga
garis memanjang pada bagian dorsal serta satu lainnya di sisi lateral Lebar pupa sekitar 3
mm dan panjang 10 mm dengan lama stadium rata-rata sekitar 10 hari pada suhu antara
26 °C dan 33,2 °C dan kelembapan nisbi udara antara 54.1% dan 87,8%. Lama
perkembangan keseluruhan dari telur hingga menjadi imago betina berkisar dari 23 hari
sampai 28 hari, sedangkan untuk imago jantan berkisar dari 24 hari sampai 29 hari
(Irawan, 2012).
Keadaan Tanaman
Pada tanaman labu disamping ini, bisa dilihat
bahwa lalat yang ada ini merusak daun labu
madu dengan memakan daunnya hingga
daunnya menjadi berlubang-lubang.
Gejala Kerusakan
Gejala-gejala kerusakan yang ditimbulkan diantaranya adalah terdapat bercak-bercak
kuning pada permukaan daun pada cuaca yang lembab disisi bawah terdapat parang
( cendawan ) seperti bulu yang berwarna keunguan, akibat busuk daun sering tanaman
mengalami kematian walaupun tanaman tidak sampai mati nanti hasil buah yang didapat
tidak akan maksimal. Adapun gejala serangan tersebut pada daging buah membusuk dan
13
terdapat ratusan larva. Serangan lalat buah ini sering ditemukan pada buah yang hampir
masak. Larva lalat memakan daging buah sehingga buah busuk sebelum masak. Stadium
lalat buah yang paling merusak adalah stadium larva (Suputaet al., 2006). Bila daging
buah dibelah terdapat belatung-belatung kecil. Daging buah terjadi perubahan warna dan
pada bagian yang terserang menjadi lunak. Buah akan gugur sebelum masak jika
terserang lalat ini.
Daur Hidup
Dengan ovipositornya, lalat ini menusuk kulit buah. Jumlah telur sekitar 100-120
butir. Setelah 2-3 hari, telur akan menetas dan menjadi berenga. Berenga tersebut akan
membuat terowongan di dalam buah dan memakan dagingnya selama lebih kurang 2
minggu. Berenga yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh diatas tanah, kemudian
membuat terowongan 2-5 cm dan berpupa. Lama masa pupa 7-8 hari. Total daur
hidupnya antara 23-34 hari, tergantung keadaan udara. Dalam satu tahun lalat ini kira-
kira menghasilkan 8-10 generasi.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Akan lebih baik jika kita sering mengamati dan melakukan penanggulangan
langsung dilahan kita, sangat bermanfaat dan sekalian mengasah ilmu untuk mendapat
pengetahuan yang lebih mendalam lagi.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.umm.ac.id/39557/3/BAB%20II.pdf
http://eprints.umm.ac.id/38198/3/BAB%20II.pdf
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1819/5/028200032_file5.pdf
Julaily, Noorbetha, and Tri Rima Setyawati Mukarlina. "Pengendalian hama pada tanaman sawi
(Brassica juncea L.) menggunakan ekstrak daun pepaya (Carica papaya
L.)." Protobiont 2.3 (2013).
http://emodul.untad.ac.id/mod/page/view.php?id=5
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/81260/HAMA-PENYAKIT-TANAMAN/
https://pustaka.stipap.ac.id/files/ta/0901733_170725090139_BAB_II.pdf
16
Herminanto, Herminanto. "Pengendalian Hama Kubis Crocidolomia Pavonana F. Menggunakan
Ekstrak Kulit Buah Jeruk Control of the Cabbage Pest Crocidolomia Pavonana F. by Using
Orange Skin Extract." Jurnal Pembangunan Pedesaan 6.3: 116872.
LAMPIRAN
17
(Kerusakan Pada Tanaman Terong)
18
Perangkap hama yang di pasang pada tanaman Labu Madu
19