Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

“Hama Pada Tanaman Hortikultura (Terong, Sawi, dan Labu Madu)”

Oleh :

Agustinus Ferdinand (2004060013)


Fransiana Desita Ampu (2004060046)
Gregorius Putra Jansen (2004060048)

Agroteknologi 3

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan berkatnya-Nya,
kami dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Hama Pada Tanaman
Hortikultura (Terong, Sawi, dan Labu Madu)”. Laporan ini disusun untuk memenuhi nilai
praktikum mata kuliah ilmu hama tumbuhan. Selain itu laporan ini dibuat dengan tujuan
menambah wawasan tentang jenis-jenis hama yang ada pada tanaman hortikultura dan
cara pengendaliannya bagi para pembaca dan kami sendiri selaku pihak yang menyusun
laporan ini. Kami menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Kupang, 18 Oktober 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1. Latar Belakang......................................................................................................................1

2. Rumusan Masalah.................................................................................................................2

3. Tujuan...................................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3

1. Pengertian Hama...................................................................................................................3

2. Pengendalian Hama..............................................................................................................3

3. Hama Kutu Putih..................................................................................................................4

4. Hama Ulat Krop....................................................................................................................4

5. Hama Lalat buah (Bactrocera sp.)........................................................................................5

BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................................6

A. Tanaman Terong (Solanum melongena L.)..........................................................................6

B. Tanaman Sawi (Brassisca juncea L).....................................................................................9

C. Tanaman Labu Madu (Cucurbita moschata)......................................................................12

BAB IV PENUTUP......................................................................................................................15

A. Kesimpulan.........................................................................................................................15

B. Saran...................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16

LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………………………………………….. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Hama merupakan salah satu jenis organisme pengganggu tanaman yang
keberadaannya sangat tidak diinginkan karena besarnya kerugian yang ditimbulkan
akibat aktivitas hidup dari organisme ini pada pertanaman. Apabila dilihat dalam arti
luas, Hama adalah semua bentuk gangguan baik kepada manusia, tanaman, maupun
ternak. Namun, dari arti sempit hama adalah semua hewan yang merusak tanaman yang
dapat menimbulkan kerugian. Jadi, apabila ada seekor hewan pada tanaman namun tidak
menimbulkan kerugian maka hewan tersebut tidak termasuk hama.
Hama yang merusak tanaman dapat dilihat secara jelas dari bekasnya (gerekan
atau gigitan). Secara garis besar hewan yang dapat menjadi hama dapat dari jenis
serangga, moluska, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah
hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi hama (Dadang :
2006). Pada intinya hama merupakan gangguan yang meresahkan manusia, gangguan
tersebut dapat berasal dari binatang penganggu (kutu, tikus, wereng, dll), dan juga dapat
berasal dari tumbuhan penganggu (bakteri, jamur, virus).
Ciri-ciri hama antara lain sebagai berikut: Hama dapat dilihat oleh mata telanjang
umumnya dari golongan hewan (tikus, burung, serangga, ulat dan sebagainya). Hama
cenderung merusak bagian tanaman tertentu sehingga tanaman menjadi mati atau
tanaman tetap hidup tetapi tidak banyak memberikan hasil serangan hama biasanya lebih
mudah di atasi karena hamanya tampak oleh mata atau dapat dilihat secara langsung.
Hama yang menyerang organ tumbuhan umumnya adalah hewan. Secara garis besar,
hama tanaman dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut: Kelompok hewan
menyusui (mamalia), seperti tikus. Kelompok serangga (insekta) seperti belalang.
Kelompok burung (aves), seperti burung pipit.

1
2. Rumusan Masalah
1) Apa saja jenis hama yang ada pada tanaman hortikultura (Terong, Sawi, dan Labu
Madu)?
2) Bagaimana keadaan tanaman hortikultura (Terong, Sawi, dan Labu Madu) yang terserang
hama?
3) Apa saja gejala kerusakan yang terjadi pada tanaman hortikultura (Terong, Sawi, dan
Labu Madu)?
4) Bagaimana daur hidup dari hama tersebut?

3. Tujuan
1) Untuk mengetahui jenis hama yang ada pada tanaman hortikultura (Terong, Sawi, dan
Labu Madu).
2) Untuk menjelaskan keadaan tanaman hortikultura (Terong, Sawi, dan Labu Madu) yang
terserang hama.
3) Untuk mengetahui gejala kerusakan yang terjadi pada tanaman hortikultura (Terong,
Sawi, dan Labu Madu) yang terserang hama.
4) Untuk menjelaskan daur hidup dari hama yang menyerang.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Hama

Yang dimaksud dengan hama adalah semua binatang yang mengganggu dan
merugikan tanaman, terutama tanaman yang dibudidayakan oleh manusia (Pracaya
1991:2). Sedangkan menurut pendapat para ahli hama dalam arti luas adalah semua
organisme atau binatang yang aktivitas kehidupannya merusak tanaman sehingga dapat
mengakibatkan kerugian ekonomi bagi manusia. Ada beberapa golongan hama yang bisa
menyerang tanaman budidaya yaitu: golongan serangga, golongan mamalia, golongan
binatang lunak, dan golongan Aves (burung). Serangga adalah binatang kecil yang
memiliki kaki beruas dan bernafas melalui pembuluh nafas, tubuh dan kepalanya berkulit
keras (belalang, wereng, kutu, ulat, kumbang). Mamalia adalah mahluk hidup bertulang
belakang dan menyusui. Binatang dari golongan mamalia yang merusak tanaman antara
lain : kelelawar, tupai, musang, tikus, dan lain-lain. Golongan binatang lunak yang
potensial menjadi hama adalah mollusca dan nematoda. Seluruh atau sebagian tanaman
yang terserang hama akan mengalami penurunan fungsi metabolisme atau bahkan tidak
dapat berfungsi sama sekali dan akhirnya dapat menyebabkan kematian pada tanaman.

2. Pengendalian Hama

Konsep pengendalian hama di mulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap


siklus hidup hama. Pengetahuan terhadap bagian paling lemah dari seluruh mata rantai
siklus hidupnya sangat berguna untuk mengendalikan hama. Bagian yang paling lemah
dari siklus hidup hama memerlukan titik kritis (crucial point) pengendaliannya.
Pendeteksian hama dan penyakit harus dilaksanakan sedini mungkin. Keuntungan deteksi
ini adalah memudahkan tindakan pencegahan ledakan serangan yang tidak terduga.
Secara ekonomi, biaya pengendalian melalui deteksi dini pasti lebih lebih rendah
dibandingkan dengan pengendalian serangan hama atau penyakit yang sudah menyebar
luas (Effendi dan Agus, 2011). Tanaman kelapa sawit muda sering mendapat gangguan

3
dari hama. Karena itu, perlu adanya pengendalian hama agar diperoleh pertumbuhan
tanaman yang sehat. Beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit
diantaranya kumbang tanduk (O. rhynoceres), ulat perusak daun dan rayap (C.
curvignathus) (Effendi dan Agus, 2011).

3. Hama Kutu Putih

P. marginatus termasuk jenis kutu-kutuan yang seluruh tubuhnya diselimuti oleh


lapisan lilin berwarna putih. Tubuh berbentuk oval dengan embelan seperti rambut-
rambut berwarna putih dengan ukuran yang pendek. Hama ini terdiri dari jantan dan
betina, dan memiliki beberapa fase perkembangan yaitu: fase telur, pradewasa (nimfa),
dan imago. Telur P. marginatus berbentuk bulat berwarna kuning kehijauan dan ditutupi
oleh massa seperti kapas dan akan menetas dalam waktu 10 hari setelah diletakkan
(Walker et al., 2003). Hama kutu putih biasanya bergerombol sampai puluhan ribu ekor.
Mereka merusak dengan cara mengisap cairan. Semua bagian tanaman bisa diserangnya
dari buah sampai pucuk. Serangan pada pucuk menyebabkan daun kerdil dan keriput
seperti terbakar. Hama ini juga menghasilkan embun madu yang kemudian ditumbuhi
cendawan jelaga sehingga tanaman yang diserang akan berwarna hitam. Kutu putih
dewasa jantan bisa berukuran 3 mm dan bersayap. Induk betinanya mampu bertelur
hingga 500 butir, yang diletakkan dalam satu kantung telur terbuat dari lilin. Dengan
siklus hidup sepanjang sebulan. P. marginatus bisa berbiak 11-12 generasi dalam setahun
(Rauf, 2008).

4. Hama Ulat Krop

Ulat krop, Crocidolomia binotalis Z. (sin. Crocidolomia pavona F.) Ordo


Lepidoptera: Pyralidae, merupakan hama utama pada tanaman (Brassicaceae) kubis-
kubisan (Uhan, 2008). Crocidolomia binotalis Z. umumnya meletakkan telur di bagian
bawah daun atau bagian daun yang terlindungi. Telur berbentuk pipih, diletakkan secara
berkelompok yang melekat pada permukaan bawah daun (Sastrosiswojo et al., 2005).
Telur diletakkan di bawah permukaan daun muda secara berkelompok dan masing-
masing telur terdiri 30-80 butir (Sastrosiswojo et al., 2005). Larva Crocidolomia binotalis

4
Z. biasanya berkelompok pada bagian bawah permukaan daun (Pracaya,1992). Larva
pada Crocidolomia binotalis Z. terdiri atas lima instar, larva memiliki warna hijau muda
kecoklatan, pada bagiansisi dan sepanjang bagian atas tubuh terdapat garis-garis putih.
Perbedaan larva muda (instar ke-1, 2, 3) dan larva tua (instar ke-4 dan ke-5), saat larva
muda akan sering bergerombol pada bawah permukaan kubis sedangkan saat larva tua,
bersifat malas, selalu menghindari cahaya matahari dan panjangnya sudah mencapai kira-
kira 2 cm (Sastrosiswojo et al., 2005). Kemudian, larva akan memakan daun kubis,
terutama bagian dalam kubis (krop) karena larva tersebut takut terhadap sinar matahari.
Jika serangan sangat parah, ulat dapat mencapai titik tumbuh (Pracaya,1992). Pupa
Crocidolomia binotalis Z. terdapat dalam kokon yang terbuat dari butiran tanah dan
berbentuk lonjong. Imago Crocidolomia binotalis Z. aktif dimalam hari dan tidak tertarik
pada cahaya. Imago betina dapat hidup selama 16-24 hari dan bertelur sekitar 11-18
kelompok dari total 20-80 telur (Kalshoven, 1981).

5. Hama Lalat buah (Bactrocera sp.)

Lalat buah genus Bactrocera (Diptera: Tephritidae) merupakan spesies lalat buah
dari daerah tropis. Lalat buah Bactrocera sebelumnya diidentifikasi sebagai genus Dacus,
kemudian diketahui merupakan kekeliruan identifikasi dari genus Bactrocera. Genus
Dacus merupakan spesies asli dari Afrika, dan biasanya berasosiasi dengan bunga dan
buah dari jenis tanaman Cucurbits (Cucurbitaceae) dan kulit buah tanaman kacang-
kacangan (White and Elson-Harris, 1992). Lalat buah termasuk hama yang menimbulkan
kerugian besar bagi pertanian di Indonesia, terutama petani buah dan sayuran.Di
Indonesia bagian barat terdapat 90 spesies lalat buah yang termasuk jenis local
(indigenous), hanya 8 termasuk hama penting, yaitu Bactrocera (Bactrocera) albistrigata
(de Meijere), B.(B.) carambolae Drew dan Hancock, B. (B.) dorsalis Hendel, B. (B.)
papayae Drew dan Hancock, B.(B.) umbrosa (Fabricius), B.(Z.) cucurbitae (Coquillett),
B.(Z.) atau (Walker), dan Dacus (Callantra) longicornis (Wiedemann) (Orr 2002 dalam
Siwi, Hidayat, dan Suputa, 2006).

5
BAB III

PEMBAHASAN

A. Tanaman Terong (Solanum melongena L.)


 Deskripsi Singkat
Terong (Solanum melongena L.) merupakan jenis tanaman sayuran yang
termasuk famili Solanaceae. Tanaman terong menghasilkan buah yang disukai dan
diminati oleh banyak orang (Jumini dan Marliah, 2009). Terong merupakan salah satu
komoditas sayuran yang berpotensial untuk dikembangkan. Di pasar Eropa terong
menduduki urutan ke-empat sayuran utama dunia dan dalam kurun waktu 12 tahun dari
tahun 1990 areal penanaman terong naik 95% dengan produksi naik 158%. Menurut
Prahasta (2009), tanaman terong diklasifikasiikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Sub Divisi : Spermatophyta
Sub Kingdom : Trachebionta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solamaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena L.

Peningkatan produksi tanaman terong seringkali terhambat akibat adanya


serangga organisme pengganggu tanaman. Terdapat banyak jenis hama yang menyerang
tanaman terong salah satu diantaranya adalah Hama Kutu Putih P. marginatus.

6
 Keadaan Tanaman
Dari gambar disamping terlihat
keadaan tanaman tidak begitu
baik, buah dan seluruh
daunnya ditutupi oleh hama
kutu putih ,dan juga terlihat
daunnya memiliki warna
sedikit gelap dan agak layu.

 Gejala Kerusakan
Bunga dan buah muda yang terserang akan mengering dan gugur, sedang buah
dewasa mengalami hambatan pertumbuhan sehingga berkerut dan masak sebelum
waktunya.

 Deskripsi Hama Yang Menyerang


Kutu putih Paracoccus marginatus (Hemiptera : Pseudococcidae) ditemukan
untuk pertama kalinya dari tanaman singkong Manihot esculenta di Meksiko pada tahun
1955. Hama ini dikumpulkan dari berbagai daerah di wilayah neotropis (Belize, Kosta
Rika, Guatemala, dll). Williams dan Granara de Willink mendeskripsikan spesies pada
tahun 1992 dan dideskripsikan kembali oleh Miller dan Miller pada tahun 2002. Hama ini
berasal dari tanaman asli Meksiko, dan tidak pernah menyebabkan masalah serius di sana
karena ketersediaan musuh alami endemiknya (Miller et al., 1999 ; Miller dan Miller,
2002 ).

7
Kutu putih P. marginatus merupakan serangga polifagus dan tercatat lebih dari 60
jenis tanaman inang dari 22 famili. Selain pepaya, inang penting lainnya yang dicatat
adalah kembang jeruk, mangga, alpukat, tomat, terong, lada, kacang, kacang polong, ubi
jalar, kapas, sepatu, ceri, delima, karet dll. (Miller dan Miller, 2002; Heu et al., 2007 ).

 Daur Hidup
Kutu putih pepaya memilliki telur berwarna kuning kehijauan di dalam kantung
telur (ovisak) yang panjangnya tiga samapai empat kali atau lebih dari pada panjang
tubuhnya. Keseluruhan kantung telur ditutupi oleh lilin putih. Masa inkubasi bervariasi
dari 3 hingga 9 hari (Kumar et al., 2014).
Imago betina sewaktu meletakkan telur posisi abdomen ditekukkan ke bawah dan
ovipositor tegak lurus pada permukaan tanaman. Lalu telur diletakkan pada bagian bawah
permukaan tanaman. Setelah meletakkan telur yang pertama, imago P. marginatus
bergerak sedikit untuk melakukan proses peletakan telur berikutnya (Husni et al., 2012).
Nimfa kutu putih instar pertama disebut crawler dan belum dapat dibedakan jenis
kelaminnya. Panjang tubuh nimfa instar pertama adalah rata-rata 0,42 ± 0,074 mm dan
lebar tubuh rata-rata 0,27 ± 0,024 mm. Nimfa instar satu tubuhnya bewarna kekuningan.
Lamanya hidup nimfa instar pertama (3,56 ± 0,53) hari (Al-Helal et al., 2012; Chellappan
et al., 2013).
Nimfa kutu putih instar kedua sudah dapat dibedakan jenis kelaminnya dengan
melihat warna tubuhnya. Nimfa instar dua jantan tubuhnya berwarna merah muda,
sedangkan yang betina berwarna kuning. Kutu putih pepaya instar kedua memiliki
panjang tubuh rata-rata 0.6 ± 0.054 mm dan lebar tubuh rata-rata 0.4 ± 0.089 mm. Lama
hidup nimfa intar dua pada betina 4,4 hari dan jantan 4,3 hari (Al-Helal et al., 2012;
Munwar et al., 2016 ).
Kutu putih instar ketiga betina memiliki panjang rata-rata 0.88 ± 0.04 mmdan
lebar tubuh rata-rata mm dengan kisaran 0.57±0.03 mm. Secara umum kutu putih pepaya
instar ketiga betina ukuran tubuhnya lebih besar dan lebih lebar dibandingkan dengan
yang jantan. Stadium nimfa instar ketiga pada jantan disebut prapupa, karena di sekitar
tubuh serangga jantan mulai diselimuti oleh benang-benang lilin (Friamsa, 2009; Kumar
et al., 2014 ).

8
Rata-rata lama perkembangan setiap stadium P. marginatus pada tanaman pepaya
adalah stadium telur selama 6.80 ± 2.0 hari, nimfa instar pertama selama 5.8 ± 0.7 hari.
Nimfa instar kedua betina selama 3.48 ± 0.5 hari, nimfa instar kedua jantan selama
4.5±0.5 hari, nimfa instar ketiga betina selama 8.52 ± 1.3 hari, nimfa instar ketiga jantan
atau prapupa selama 2.3 ± 0.48 hari dan nimfa instar keempat atau pupa jantan selama 4.7
± 0.4 hari. Lama hidup imago P. marginatus betina adalah 53.56 ± 3.2 dan imago jantan
34.5±1.5 hari (Kumar et al., 2014).
Imago betina memiliki permukaan tubuh yang dilapisi oleh lilin putih tipis,
memiliki rangkaian filamen lilin di sekitar tepi tubuh bagian posterior yang berukuran 1/4
kali panjang tubuhnya dan tidak memiliki sayap. Panjang tubuh imago betina rata-rata
2.14 ± 0.06 mm dan lebar tubuh rata-rata 1.21 ± 0.05 mm dengan kisaran 0,9 - 1,7 mm.
Imago betina biasanya meletakkan 100 - 600 telur dalam satu kantung telur (ovisak).
Peletakan telur biasanya berlangsung dalam satu sampai dua minggu, dan pada hari
kesepuluh nimfa instar satu atau crawler sudah mulai aktif mencari makan (Kumar et al.,
2014; Walker et al., 2008).
Imago jantan berwarna merah muda, terutama pada masa pra pupa dan pupa,
sedangkan pada saat instar pertama dan kedua berwarna kuning. Panjang tubuh imago
jantan rata-rata 1.29±0.03 mm dan lebar tubuh 0.17±0.01 mm. Imago jantan memiliki
antena dengan 10 segmen, aedagus terlihat jelas, memiliki sejumlah pori lateral dan sayap
berkembang dengan baik (Kumar et al., 2014).

 Fase Yang Sangat Merusak


Fase yang paling merusak adalah pada fase stadium nimfa instar pertama, karena
pada fase ini kutu sangat aktif bergerak. Nimfa instar satu ini terus bergerak hingga
menemukan tempat yang nyaman untuk makan, seperti di tepi tulang daun utama yang
merupakan salah satu letak jaringan floem tanaman yang mengangkut sarisari makanan
hasil fotosintesis (Amarasekare et al., 2008).

B. Tanaman Sawi (Brassisca juncea L)


 Deskripsi Singkat

9
Tanaman sawi (Brassisca juncea L) merupakan tanaman sayuran daun dari
keluarga Brassicaceae yang mempunyai nilai guna yang tinggi. Di Indonesia dikenal tiga
jenis sawi yaitu: sawi putih atau sawi jabung, sawi hijau dan sawi huma. Sawi putih
(Brassicajuncea L. var. rugosa roxb. &prain ) memiliki batang pendek, tegap dan daun
lebar berwarna hijau tua,tangkai daun panjang dan bersayap melengkung ke bawah. Sawi
hijau, memiliki ciri-ciri batang pendek, daun berwarna hijau keputih-putihan, serta
rasanya agak pahit, sedangkan sawi huma memiliki ciri batang kecil, panjang dan
langsing, daun panjang dan sempit berwarna hijau keputih-putihan, serta tangkai daun
panjang dan bersayap (Rukmana, 1994). Menurut klasifikasi dalam tata nama
(sistematika) tanaman, sawi termasuk ke dalam :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Papavorales
Famili : Cruciferae atau Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea L.

Tanaman sawi pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman ini
selain tahan terhadap suhu panas (tinggi), juga mudah berbunga dan menghasilkan biji
secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia. Disamping itu tanaman sawi (Brassica
juncea L) tidak hanya cocok ditanam di dataran rendah, tetapi juga di dataran tinggi
(Rukmana, 1994). Sawi termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi.

 Keadaan Tanaman
Dari gambar disamping terlihat keadaan
tanaman tidak begitu baik ,daunnya terlihat
rusak atau habis termakan sehingga dapat
menurunkan produksi sampai mematikan
tanaman.

10

 Gejala Kerusakan
Berupa lubang-lubang dan meninggalkan bercak kotoran pada daun, menyerang
pucuk tanaman sawi sehingga menghancurkan titik tumbuh, dan bergerak ke titik tumbuh
memakan semua helaian daun dan hanya menyisakan tulang daun . Larva memakan daun
dengan meninggalkan lubang-lubang, bila bagian pucuk yang terserang maka tanaman
tidak dapat membentuk krop sama sekali (pracaya, 1993).

 Deskripsi Hama Yang Menyerang


Hama Ulat Krop Kubis (Crocidolomia pavonana F)(Lepidoptera: Pyralidae)
merupakan salah satu jenis hama utama dipertanaman kubis, khususnya di daerah dataran
tinggi di Indonesia. Ulat dapat hidup pada brasika liar maupun yang dibudidayakan , dan
lebih merusak pada musim kemarau di daerah tropik. Mereka hidup secara berkelompok
dapat menghabiskan seluruh daun dan hanya meninggalkan tulang daun saja. Apabila
tidak ada tindakan pengendalian, kerusakan kubis oleh hama tersebut dapat meningkat
dan hasil panen dapat menurun baik jumlah maupun kualitasnya. Serangan yang timbul
kadang-kadang sangat berat sehingga tanaman kubis tidak membentuk krop dan
panennya menjadi gagal.

 Daur Hidup
Telur biasanya diletakkan pada permukaan bawah daun kubis. Sebelum menetas,
warna telur berubah menjadi oranye, lalu menjadi cokelat kekuningan, hingga akhirnya
berwarna cokelat gelap. Kelompok telur yang diletakkan terdiri atas 9 sampai 120 butir
telur dengan rata-rata 48 butir. Ukuran kelompok telur berkisar dari 1.0 mm x 2.0 mm
sampai 3.5 mm x 6.0 mm. Masa inkubasi telur 10 hari atau rata-rata 4 hari pada suhu
antara 26 °C dan 33.2 °C. Persentase penetasan telur dapat mencapai 92.4%. Larva instar
awal berwarna kuning kehijauan dengan kepala cokelat tua dan lama stadium rata-rata
sekitar 2 hari. Instar II berwarna hijau muda, dengan panjang berkisar dari 5.5 mm

11
sampai 6.1 mm dan lama stadium rata-rata sekitar 2 hari. Instar III berwarna hijau,
dengan panjang berkisar antara 1.1 cm sampai 1.3 cm dan lama stadium rata-rata 1.5 hari.
Larva instar akhir atau instar IV berwarna hijau lebih tua dengan tiga titik hitam dan tiga
garis memanjang pada bagian dorsal serta satu lainnya di sisi lateral Lebar pupa sekitar 3
mm dan panjang 10 mm dengan lama stadium rata-rata sekitar 10 hari pada suhu antara
26 °C dan 33,2 °C dan kelembapan nisbi udara antara 54.1% dan 87,8%. Lama
perkembangan keseluruhan dari telur hingga menjadi imago betina berkisar dari 23 hari
sampai 28 hari, sedangkan untuk imago jantan berkisar dari 24 hari sampai 29 hari
(Irawan, 2012).

 Fase Yang Paling Merusak


Fase yang paling merusak adalah pada fase larva instar III , karena pada fase ini larva
tidak hanya makan daun tetapi makan bagian batang dan membuat terowongan. Larva
kemudian memencar, merusak krop pada kubis, dan masuk ke titik tumbuh sehingga
menyebabkan kegagalan panen bila tidak dikendalikan dengan tepat. Pada tanaman inang
sering ditemukan kotoran larva C. pavonana (Syahyanti, 2010).

C. Tanaman Labu Madu (Cucurbita moschata)


 Deskripsi Singkat
Tanaman labu madu berasal dari Amerika Utara. Labu madu dapat tumbuh baik
dengan curah hujan yang cukup sepanjang tahun. Labu madu/butternut squash (Cucurbita
moschata) memiliki banyak kandungan karbohidrat juga kaya serat, vitamin A, C, E dan
mineral yang membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan melawan radikal bebas.
Genus Cucurbita dari familia Cucurbitaceaeini merupakan tanaman tropis dan sub tropis
yang terdiri dari 27 spesies (Hazra et al., 2007), mencakup lima spesies domestikasi
dengan beberapa kultivar yaitu Cucurbita pepo L. (Summer squash dan Zucchini),
Cucurbita maxima Duchesne (Pumpkin), Cucurbita moschata Duchesne (Butternut),
Cucurbita argyrosperma Huber (C. mixta Pang.) (Cushaw) dan Cucurbita ficifolia
Bouché (Inan et al., 2012; Šiško et al., 2003). Adapun klasifikasi tanaman labu madu
(Cucurbita moschata) yaitu ;
Kingdom : Plantae,
12
Divisi : Spermatophyta,
Kelas : Dicotyledoneae,
Ordo : Cucurbitales,
Famili : Cucurbitaceae,
Genus : Cucurbita,
Spesies : Cucurbita moschata.

Cucurbita moschata termasuk tanaman semusim dari famili Cucurbitaceae.


Kelompok varietas yang populer di dalam spesies C. moschata antara lain adalah labu
kuning (pumpkin) dan labu madu (butternut squash). Spesies ini sudah banyak
dibudidayakan di Amerika Utara dan Selatan sebelum kedatangan orang Eropa. Arkeolog
telah menemukan bukti C. moschata di daerah Peru dari tahun 4,000 - 3,000 SM dan di
daerah Meksiko dari tahun 1,440 - 400 SM (Ayuningtyas, 2019).

 Keadaan Tanaman
Pada tanaman labu disamping ini, bisa dilihat
bahwa lalat yang ada ini merusak daun labu
madu dengan memakan daunnya hingga
daunnya menjadi berlubang-lubang.

 Gejala Kerusakan
Gejala-gejala kerusakan yang ditimbulkan diantaranya adalah terdapat bercak-bercak
kuning pada permukaan daun pada cuaca yang lembab disisi bawah terdapat parang
( cendawan ) seperti bulu yang berwarna keunguan, akibat busuk daun sering tanaman
mengalami kematian walaupun tanaman tidak sampai mati nanti hasil buah yang didapat
tidak akan maksimal. Adapun gejala serangan tersebut pada daging buah membusuk dan

13
terdapat ratusan larva. Serangan lalat buah ini sering ditemukan pada buah yang hampir
masak. Larva lalat memakan daging buah sehingga buah busuk sebelum masak. Stadium
lalat buah yang paling merusak adalah stadium larva (Suputaet al., 2006). Bila daging
buah dibelah terdapat belatung-belatung kecil. Daging buah terjadi perubahan warna dan
pada bagian yang terserang menjadi lunak. Buah akan gugur sebelum masak jika
terserang lalat ini.

 Deskripsi Hama Yang Menyerang


Lalat buah termasuk hama yang menimbulkan kerugian besar bagi pertanian di
Indonesia, terutama petani buah dan sayuran. Di Indonesia bagian barat terdapat 90
spesies lalat buah yang termasuk jenis local (indigenous), hanya 8 termasuk hama
penting, yaitu Bactrocera (Bactrocera) albistrigata (de Meijere), B.(B.) carambolae Drew
dan Hancock, B.(B.) dorsalis Hendel, B.(B.) papayae Drew dan Hancock, B.(B.) umbrosa
(Fabricius), B.(Z.) cucurbitae (Coquillett), B.(Z.) atau (Walker), dan Dacus ( Callantra)
longicornis (Wiedemann) (Orr 2002 dalam Siwi, Hidayat, dan Suputa, 2006).

 Daur Hidup
Dengan ovipositornya, lalat ini menusuk kulit buah. Jumlah telur sekitar 100-120
butir. Setelah 2-3 hari, telur akan menetas dan menjadi berenga. Berenga tersebut akan
membuat terowongan di dalam buah dan memakan dagingnya selama lebih kurang 2
minggu. Berenga yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh diatas tanah, kemudian
membuat terowongan 2-5 cm dan berpupa. Lama masa pupa 7-8 hari. Total daur
hidupnya antara 23-34 hari, tergantung keadaan udara. Dalam satu tahun lalat ini kira-
kira menghasilkan 8-10 generasi.

 Fase Yang Paling Merusak


Fase yang paling merusak adalah pada fase larva karena bertelurnya lalat buah dalam
buah dan larva yang menetas dari telur tersebut akan merusak daging buah, sehingga
buah menjadi busuk dan gugur.

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan


mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur).
Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya.
Hama yang tadi dijelaskan merupakan contoh binatang yang sering menjadi hama
tanaman.
Pembasmian hama menggunakan pestisida dan obat harus secara hati-hati dan
tepat guna. Penggunaan pestisida yang berlebihan dan tidak tepat justru dapat
menimbulkan bahaya yang lebih besar. Hal itu disebabkan karena pestisida dapat
menimbulkan kekebalan pada hama. Oleh karena itu penggunaan obat-obatan anti hama
hendaknya diusahakan seminimal dan sebijak mungkin. Secara alamiah, sesungguhnya
hama mempunyai musuh yang dapat mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia,
sering kali musuh alamiah hama hilang.

B. Saran
Akan lebih baik jika kita sering mengamati dan melakukan penanggulangan
langsung dilahan kita, sangat bermanfaat dan sekalian mengasah ilmu untuk mendapat
pengetahuan yang lebih mendalam lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Simamarta, Pratomi.2020.”beberapa aspek biologi kutu putih (paracoccus marginatus)


(hemiptera: pseudococcidae) pada tanaman terung di rumah
kaca”,https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30204/150301182.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Pramayudi,Nur,dkk.2012.”biologi hama kutu putih pepaya (paracoccus marginatus) pada


tanaman pepaya”,https://core.ac.uk/download/pdf/289895574.pdf
http://eprints.umm.ac.id/65845/2/BAB%20II.pdf

Krisnaindra.2016. Klasifikasi dan Morfologi


Sawi”,https://www.teorieno.com/2016/10/klasifikasi-dan-morfologi-sawi.html

http://eprints.umm.ac.id/39557/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.umm.ac.id/38198/3/BAB%20II.pdf

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1819/5/028200032_file5.pdf

Julaily, Noorbetha, and Tri Rima Setyawati Mukarlina. "Pengendalian hama pada tanaman sawi
(Brassica juncea L.) menggunakan ekstrak daun pepaya (Carica papaya
L.)." Protobiont 2.3 (2013).

http://emodul.untad.ac.id/mod/page/view.php?id=5

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/81260/HAMA-PENYAKIT-TANAMAN/

https://pustaka.stipap.ac.id/files/ta/0901733_170725090139_BAB_II.pdf

16
Herminanto, Herminanto. "Pengendalian Hama Kubis Crocidolomia Pavonana F. Menggunakan
Ekstrak Kulit Buah Jeruk Control of the Cabbage Pest Crocidolomia Pavonana F. by Using
Orange Skin Extract." Jurnal Pembangunan Pedesaan 6.3: 116872.

Asikin, S., and Melhanah Melhanah. "POTENSI EKSTRAK GALAM SEBAGAI


INSEKTISIDA NABATI TERHADAP HAMA KROP KUBIS (Crocidolomia pavonana)
SKALA LABORATORIUM." AgriPeat 21.2 (2020): 64-71.
http://repository.umsu.ac.id/bitstream/123456789/14111/1/Yoga%20Pradana%20Girsang.pdf

LAMPIRAN

(Kerusakan Pada Tanaman Sawi)

17
(Kerusakan Pada Tanaman Terong)

(Kerusakan Pada Tanaman Labu Madu)

18
Perangkap hama yang di pasang pada tanaman Labu Madu

Untuk pengendalian hama lalat buah pada tanaman Labu Madu

Lokasi pengamatan : Lahan Kering Universitas Nusa Cendana

Hari/Tanggal pengamatan : Rabu, 13 Oktober 2021

19

Anda mungkin juga menyukai