Anda di halaman 1dari 21

BIOLOGI, GEJALA SERANGAN, DAN TINGKAT KERUSAKAN YANG

DISEBABKAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura Fabr) DAN


ULAT PUPUS (Heliothis assulta Gn) PADA TANAMAN TEMBAKAU
LAPORAN
OLEH:

KELOMPOK 1

SITI RAHMADANI LUBIS 160301057


ANNUR AL HAYU 160301093
AKHIRA YANTI NINGSIH RITONGA 160301101
MUHAMMAD ARIF NOUFAL 160301128
ASWIN AZHARI 160301131
SILVIA SARI LIMBONG 160301215

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
BIOLOGI, GEJALA SERANGAN, DAN TINGKAT KERUSAKAN YANG
DISEBABKAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura Fabr) DAN
ULAT PUPUS (Heliothis assulta Gn) PADA TANAMAN TEMBAKAU
LAPORAN
OLEH:
KELOMPOK 1

SITI RAHMADANI LUBIS 160301057


ANNUR AL HAYU 160301093
AKHIRA YANTI NINGSIH RITONGA 160301101
MUHAMMAD ARIF NOUFAL 160301128
ASWIN AZHARI 160301131
SILVIA SARI LIMBONG 160301215

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


Laporan Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memenuhi Komponen Penilaian di
Laboratorium Hama dan penyakit Tanaman Perkebunan Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Diketahui oleh
Dosen Penanggung Jawab

(Ir. Suzanna Fitriany Sitepu, M.Si. )


NIP: 19640221989032001

Diketahui Oleh: Diperiksa Oleh :


AsistenKoordinator Asisten Korektor

(Asima Agustina Br. Sagala) (Asima Agustina Br. Sagala)


NIM. 150301074 NIM. 150301074

LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena

atas rahmatdanhidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisanlaporan ini

tepatpada waktunya.

Adapunmengenai judul dari laporan padapraktikum ini adalah“Biologi,

Gejala Serangan, Dan Tingkat Kerusakan Yang Disebabkan Hama Ulat

Grayak (Spodoptera Litura Fabr) Dan Ulat Pupus (Heliothis Assulta Gn) Pada

Tanaman Tembakau” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi

komponen penilaian di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan,

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan. Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen

penanggung jawab Laboratorium Ir. Suzanna Fitriany Sitepu, M.Si dan kepada

kakak dan abang asisten yang telah membantu penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam

penyempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................... 1
Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
Kegunaan Penulisan ................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabr) ................ 3
Gejala Serangan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabr) .. 5
Pengendalian Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabr) ....... 6
Biologi Hama Ulat Pupus (Heliothis assulta Gn) ....................... 7
Gejala Serangan Hama Ulat Pupus (Heliothis assulta Gn) ........ 9
Pengendalian Hama Ulat Pupus (Heliothis assulta Gn) ............. 9

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat ..................................................................... 11
Alat dan Bahan ............................................................................ 11
Prosdur Percobaan ....................................................................... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil ............................................................................................ 13
Pembahasan ................................................................................. 13

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Serangan hama merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan

produktivitas dan mutu tembakau. Berbagai jenis hama menyerang tanaman

tembakau sejak di pembibitan, pertanaman, hingga di gudang penyimpanan.

Seluruh bagian tanaman juga dapat diserang hama meliputi akar, batang, daun,

bunga, sampai buah (Purnama, 2003).

Peningkatan produktivitas tembakau temanggung banyak menghadapi

kendala, yaitu semakin menurunnya kesuburan tanah, adanya serangan organisme

pengganggu tanaman (OPT) berupa penyebab penyakit, serangga hama, dan

gulma. Sampai saat ini informasi tentang gangguan hama pada tembakau

temanggung masih sangat kurang. Serangan hama pada tanaman tembakau

temanggung biasanya dapat dikendalikan oleh petani, namun demikian ada juga

serangan hama yang sulit dikendalikan antara lain: hama ulat tanah dan uret

(Hadiyani dan Indrayani, 2009).

Beberapa jenis hama yang menyerang saat pembibitan antara lain siput,

semut merah, orong-orong, dan ulat. Jenis hama yang menyerang saat di

pertanaman antara lain ulat pupus, kutu, dan belalang. Hama yang menyerang

tembakau di gudang penyimpanan antara lain kumbang tembakau

(Purnama, 2003).

Pengendalian hama tembakau yang efektif, aman, dan ramah lingkungan

sangat penting dalam usaha budi daya tembakau. Guna mendukung keberhasilan

usaha pengendalian, informasi tentang jenis hama, gejala serangan, biologi,

ekologi, dan perilaku hama sangat diperlukan dalam upaya pengendalian yang

akan dilakukan dikemudian hari (Amir dan Prabowo, 2011).


2

Kehilangan hasil akibat serangan Spodoptera litura dapat mencapai 80%,

bahkan gagal panen apabila tidak dikendalikan (Marwoto & Suharsono, 2008).

Pengendalian terhadap serangga ini umumnya masih menggunakan insektisida

kimia sintetik. Sehingga peluang terbentuknya strain-starin baru yang lebih

resisten semakin besar (Suharsono dan Muchlish, 2010).

Heliothis assulta Gn merupakan serangga yang bersifatpolifag dan

mempunyai banyak tanaman inang. Di samping sifat polifagnya, larva serangga

tersebut juga berukuran relatif besar, perkembangan cukup cepat, dan

fekunditasnya cukup tinggi. Serangga ini dapat menghasilkan lebih dari dua

generasi dalam satu tahun, sehingga memungkinkan makanan yang

dikonsumsinya menjadi tinggi serta jumlah tanaman yang dirusak juga cukup

banyak (Ambarningrum et.al, 2007).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui

Biologi, Gejala Seragan, dan Tingkat Kerusakan yang disebabkan oleh serangan

hama Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabr.) dan Ulat Pupus

(Heliothis assulta Gn) pada Tanaman Tembakau.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti praktikum Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Sub – Hama

Program Studi Agrotekologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Hama Ulat Grayak(Spodoptera litura Fabr.)

Telur diletakkan secara berkelompok pada helaian daun sebelah bawah

dengan jumlah 250-300 butir. Telur ditutupi jaringan halus warna putih

kekuningan. Koloni telur berwarna cokelat kekuningan. Telur akan menetas

setelah berumur 3-5 hari. Telur biasanya diletakkan di bawah permukaan bawah

daun secara berkelompok berkisar 4-8 kelompok. Telur berbentuk hampir bulat

dengan bagian dasar melekat pada daun (kadang-kadang tersusun dua lapis),

diletakkan berkelompokmasing-masing 25−500 butir. Diameter telur 0,3 mm

sedangkan lama stadia telurberkisar antara 3-4 hari (Purnama, 2003).

Gambar 1. Telur Spodoptera litura Fabr.

Larva yang baru menetas berukuran kecil berwarna hijau kehitaman

dengan garis hitam yang berbeda pada segmen perut. Beberapa hari setelah

menetas (bergantung ketersediaan makanan), larva menyebar dengan

menggunakan benang sutera dari mulutnya. Pada siang hari, larva bersembunyi di

dalam tanah atau tempat yang lembap dan menyerang tanaman pada malam hari

atau pada intensitas cahaya matahari yang rendah. Biasanya larva berpindah ke

tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Pada ulat grayak terdapat

tanda bulan sabit berwarna hijau gelap dengan garis punggung gelap memanjang

(Nelly et.al, 2011).


4

Stadium ulat terdiri atas 6 instar yang berlangsung selama 14 hari. Ulat

instar I, II dan III, masing-masing berlangsung sekitar 2 hari. Instar pertama

berukuran panjang 1,2-1,5 mm. Instar kedua sampai instar keempat berkisar 15-16

mm. Larva muda berwarna hijau dengan garis-garis hitam di punggungnya

sedangkan larva yang sudah tua warnanya beragam yaitu hijau, coklat muda,

hitam kecoklatan atau hijau tua kecoklatan dengan garis-garis kuning. Larva yang

hidup di dataran tinggi berwarna coklat. Stadia larva merupakan stadia yang

merusak tanaman tembakau (Purnomo dan Amalia, 2007).

Gambar 2. Larva Spodoptera litura Fabr.


Ulat berpupa di dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon),

berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1, 60 cm. Lama stadium pupa

8−11 hari. Pupa berada di dalam tanah pada kedalaman kurang lebih 1 cm dan

sering dijumpai pada pangkal batang, berlindung dibawah daun kering. Pupa

berwarna coklat muda dengan garis segmen beraturan (Nelly et.al, 2011).

Gambar 3. Pupa Spodoptera litura Fabr.


Ngengat berwarna abu-abu sampai kecoklat-coklatan dengan bintik terang

dekat sayap. Sayap depan berwarna coklat tua dengan garis-garis yang kurang

jelas dan terdapat bintik hitam. Sedangkan sayap belakang keputih - putihan dan
5

tepinya bergaris hitam. Ukuran sayap bila di rentangkan dapat mencapai 25-30

mm. Kemampuan terbang ngengat pada malam hari mencapai 5 km. lama hidup

9-18 hari.Siklus hidup berkisar antara 30−60 hari (Purnomo dan Amalia, 2007).

Gambar 4. Kelompok Telur, Larva dan Ngengat Spodoptera litura Fabr

Gejala Serangan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabr.)

Ulat grayak aktif makan pada malam hari, meninggalkan epidermis atas dan

tulang daun sehingga daun yang terserang dari jauh terlihat berwarna putih. Larva

yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok.

dengan meninggalkan sisa-sisa bagian atas epidermis daun, transparan dan tinggal

tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun,

umumnya terjadi pada musim kemarau (Tenrirawe dan Talanca, 2008).

Ulat grayak meninggalkan epidermis atas dan tulang daun sehingga daun

yang terserang dari jauh terlihat berwarna putih. Selain menyerang kedelai, ulat

grayak juga menyerang jagung, kentang, tembakau, kacang hijau, dan kubis

(Balitbangtan, 2006).

Hama ini merusak tanaman tembakau pada stadia larva, yang memakan

daun tembakau mulai dari bibitan sampai ke pertanaman di lapangan. Serangan

hama ini berlangsung pada malam hari. Akibat serangan ini daun akan berlubang

sehingga daun menjadi tidak utuh, dan secara langsung akan menurunkan

rendemen cerutu dari setiap daun yang rusak (Abidin, 2004).


6

Gambar 5. Gejala serangan Spodoptera litura Fabr

Serangan yang ditimbulkan akan kelihatan daun transparan karena daging

daun habis dimakan. Pada instar ke-4 dan ke-5 larva menyebar ketanaman

didekatnya terutama bila daun untuk dimakan sudah berkurang (BPTD, 2004).

Pengendalian Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabr.)

Penggunaan Virus Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV)

Proses infeksi NPV dimulai dari tertelannya polihedra oleh larva bersama

pakan. Di dalam saluran pencernaan yang bersuasana alkalis (pH 9,0 - 10,5),

selubung polihedra larut, sehingga membebaskan virion. Virion menembus

dinding saluran pencernaan untuk masuk ke rongga tubuh, kemudian menginfeksi

sel-sel yang rentan (Wardani, 2018).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Spodoptera litura Nuclear

Polyhedrosis Virus (SlNPV) berpotensi untuk mengendalikan S. litura karena

efektifitas bioinsektisidanya sangat tinggi. Formulasi SlNPV dengan Tween-80

maupun kaolin sebanyak 40% dari volume semprot 300 l/ha, efektif

mengendalikan S. litura, dengan tingkat mortalitas 70–82% (Prayogo, 2004).

Penggunaan Jamur Metarhizium spp.

Hasil penelitian menunjukkan bahwasemua isolat cendawan entomopatogen

Metarhizium spp. yang diaplikasikan pada telur S. litura dapa tmenginfeksi telur

Spodoptera litura, sehingga mempengaruhi perkembangan serangga.Mortalitas

telur Spodoptera litura bervariasi,tergantung dari sumber isolat. Metarhizium spp.


7

dari rizosfir tanaman kubisdan bawang daun lebih virulen dan mematikan telur

lebih tinggi dibandingkan isolat dari rizosfir tanaman cabai dan bawang merah

(Wardani, 2018).

Aplikasi M. anisopliae pada konsentrasi 5 x 106 konidia/ml terhadap telur

Blissus antillus (Hemiptera: Lygalidae) menyebabkan mortalitas hingga 100%.

Informasi tentang kemampuan Metarhizium spp. Dalam menginfeksi telur

S. litura belum pernah dilaporkan (Ambarningrum, 2007).

Secara Kultur Teknis

Penanaman varietas tahan sebagai salah satu komponen sistem PHT

berfungsi sebagai cara pengendalian utama dan juga sebagai tambahan terhadap

cara pengendalian lain. Penggunaan varietas tahan memiliki keunggulan, antara

lain bersifat spesifik, kumulatif, persisten, murah, dan kompatibel dengan cara

pengendalian lain, khususnya pengendalian hayati. Kelemahan penggunaan

varietas tahan adalah kemungkinan terjadinya perkembangan biotipe serangga

yang mampu menyerang varietas tahan. Benih/bibit yang akan ditanam dipilih

berdasarkan kriteria: bersertifikat dan sehat, unggul, dan tahan hama. Benih/bibit

yang sehat apabila ditanam akan tumbuh lebih cepat dan lebih tahan terhadap

gangguan hama. Untuk itu, jangan menggunakan benih/bibit yang berasal dari

pertanaman yang terserang hama (Purnama, 2003).

Biologi Hama Ulat Pupus (Heliothis assulta Gn)

Spesies Heliothis assulta termasuk ordo Lepidoptera, famili Noctuidae,

dan genus Heliothis. Hama ini dikenal sebagai ulat pupus. Telur ulat diletakkan

secara tunggal di atas permukaan daun, sehingga pada satu tanaman biasanya

hanya terdapat satu ulat (Balitbangtan, 2007).


8

Gambar 6. Telur Heliothis asslta Gn.

Ulat muda berwarna putih kekuningan, kepala berwarna hitam. Ulat yang

sudah besar warnanya bervariasi, hitam, hijau kekuningan, hijau, hitam

kecokelatan, atau campuran dari warna–warna tersebut. Warna larva beragam,

tetapi kebanyakan hijau dengan strip membujur. Larva muda agak berambut. Ulat

bersifat kanibal dan fitofag. Stadium larva berlangsung antara 2-3 minggu,

sementara daur hidup berlangsung selama 4 minggu (Balitbangtan, 2006).

Gambar 7. Hama Heliothis asslta Gn.

Ngengat berupa kupu kecil, suka menghisap madu bunga, dan mampu

memproduksi telur sebanyak 500-2000 butir. Tanaman inang Heliothis assulta

relatif terbatas dibandingkan dengan Heliothis armigera. Beberapa tanaman inang

hama ini yaitu tembakau, ceplukan, jagung, sorgum, kapas, kentang, jarak, dan

kedelai (Hanum, 2008).

Gambar 8. Pupa dan Imago Hama Heliothis asslta Gn.


9

Gejala Serangan Hama Ulat Pupus (Heliothis assulta Gn)


Gejala serangan yang ditimbulkan oleh hama ini adalah terdapat kerusakan

pucuk tanaman karena ulat memakan pucuk daun yang mengakibatkan

pertumbuhan daun salah bentuk. Daun-daun muda berlubang (Pitojo 2006).

Gejala yang ditimbulkan daun tembakau berlubang-lubang karena

dimakan pada bagian pupus dan bagian daun atas. Pada saat memakan pupus

kerusakan tidak nampak, tetapi setelah daun membesar, lubang daun terlihat jelas

karena lubang membesar sesuai perkembangan daun. Selain memakan daun, ulat

juga menggerek buah dan memakan biji (Hanum, 2008).

Gambar 9. Gejala Serangan Heliothis asslta Gn.

Pengendalian Hama Ulat Pupus (Heliothis assulta Gn)


Secara Mekanis

Pengendalian yang dapat dilakukan adalah mencabut sisa tanaman segera

setelah panen dan memusnahkannya, pengolahan tanah dengan bajak dan cangkul

dapat membunuh pupa yang berada dalam tanah, pemangkasan dan pewiwilan

dilakukan lebih awal guna menghindari serangan ulat pupus, mengumpulkan ulat

secara langsung di lapang dan membunuhnya dengan tangan atau alat

(Suharsono dan Muchlish. 2010).

Secara Kultur Teknis

Penanaman varietas tahan sebagai salah satu komponen sistem PHT

berfungsi sebagai cara pengendalian utama dan juga sebagai tambahan terhadap
10

cara pengendalian lain. Penggunaan varietas tahan memiliki keunggulan, antara

lain bersifat spesifik, kumulatif, persisten, murah, dan kompatibel dengan cara

pengendalian lain, khususnya pengendalian hayati. Kelemahan penggunaan

varietas tahan adalah kemungkinan terjadinya perkembangan biotipe serangga

yang mampu menyerang varietas tahan. Benih/bibit yang akan ditanam dipilih

berdasarkan kriteria: bersertifikat dan sehat, unggul, dan tahan hama. Benih/bibit

yang sehat apabila ditanam akan tumbuh lebih cepat dan lebih tahan terhadap

gangguan hama. Untuk itu, jangan menggunakan benih/bibit yang berasal dari

pertanaman yang terserang hama. Sisa-sisa tanaman, gulma, dan tanaman inang

lainnya di sekitar pertanaman merupakan tempat bertahan hidup hama. Oleh

karena itu, pemusnahannya perlu dilakukan untuk memperkecil sumber inokulum

awal (Purnama, 2003).

Secara Kimiawi

Dilakukan penyemprotan dengan insektisida apabila tercapai ambang

kendali yaitu 10% atau lebih tanaman sebelum berbunga dijumpai ulat pada

berbagai ukuran, penyemprotan dengan menggunakan insektisida nabati serbuk

biji nimba 2–3 % dan serbuk daun nimba 10 % , penyemprotan dengan

menggunakan insektisida kimia antara lain dapat menggunakan permetrin (2

gram/liter), formotion (330 gram/liter), betasiflurin (25 gram/liter), atau tiodicarb

(75 %) (Pitojo, 2006).


BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum ini di laksanakan di laboratorium Hama Tanaman Perkebunan

Program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Medan Pada ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada hari senin,

tanggal 30 September 2019 pada pukul 16.00 WIB sampai dengan selesai.

Alat dan Bahan

Adapun bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah Ulat Grayak

(Spodoptera litura Fabr), Ulat Pupus (Heliothis assulta Gn), sebagai objek

praktikum, daun tembakau secukupnyauntuk cadangan makanan bagi ulat Grayak

dan ulat Pupus, napkin/tissue sebagai alas untuk tempat ulat dan larva, kain kasa

sebagai penutup toples, air sebagai bahan agar kelembaban di dalam toples tetap

terjaga, label sebagai penanda.

Adapun alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah Toples sebagai

wadah untuk menempatkan larva ulat Grayak dan ulat Pupus, Handsprayer

sebagai penyemprot air kedalam toples agar kelembaban tetap terjaga, karet

gelang digunakan untuk mengikat kain kasa, Hygrometer untuk menghitung

kelembaban udara dan suhu ruangan

Prosdur Percobaan

Adapun Prosedur Percobaan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Disiapkan semua lat dan bahan yang dibutuhkan

2. Disediakan serangga hama ulat masing-masing sebanyak 20 ekor untuk ulat

Grayak dan 20 ekor untuk ulat Pupus


12

3. Diambil toples yang sudah dilapisi dengan napkin/tissue dan di beri air

dengan menggunakan handsprayer secukupnya.

4. Dimasukkan daun tembakau secukupnya kedalam toples agar cadangan

makanana larva tetap tersedia

5. Dimasukkan larva yang sudah di siapkan kedalam toples

6. Ditutup toples engan menggunakan kain kassa, diikat dengan karet gelang,

dan diletakkan di posisi yang aman.

7. Diberi label pada toples sebagai penanda

8. Diambil data dan diamati


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Data Pengamatan larva Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabr) dan Ulat
Pupus (Heliothis asslta Gn)
Hari/ Tanggal Suhu (0C) Kelembaban (%) Gambar
Pukul (WIB) Pukul (WIB)
08.00 12.00 16.00 08.00 12.00 16.00
Kamis, 28,1 28,9 29,6 85 % 84 % 82 %
26/09/19
Jumat, 28,0 28,3 29,2 90 % 89 % 83%
27/09/19
Senin, 28,0 28,5 29,6 94 % 93% 93%
30/09/19
Selasa, 28,2 29,2 29,3 94 % 92% 85%
01/10/19
Rabu, 27,2 28,3 28,4 95% 93% 88%
02/10/19
Kamis, - - - - - -
03/10/19
Jumat, - - - - - -
04/10/19

Pembahasan

Suhu diruangan Laboratorium Hama Tanaman Perkebunan berkisar antara

28-30 ºC, hal ini bisa dikatakan masih efektif bagi hama tersebut untuk tetap

hidup. Hal ini sesuai literature dari Nelly et.al (2011) yang menyatakan bahwa

kerusakan dan kehilangan hasil akibat serangan ulat grayak ditentukan oleh

tingkat populasi hama, fase perkembangan serangga, fase pertumbuhan tanaman,

dan jenis varietas kedelai. Serangan hama pada varietas rentan akan menyebabkan

kerugian yang sangat signifikan. Defoliasi daun karena serangan ulat grayak bila
14

terjadi pada fase pertumbuhan tanaman berbunga penuh dan fase pembentukan

polong akan mengakibatkan kehilangan hasil yang lebih besar dibanding serangan

pada fase pengisian polong penuh.

Dari hasil tabel pengamatan yang telah dilakukan diperolehdata suhu rata-

rata 28,7 ºC dan rata-rata kelembaban 91 %. Dilihat dari hasil dapat disimpukan

bahwa pertumbuhan larva sampai imago membutuhkan suhu yang sesuai dengan

pertumbuhannya dengan kelembaban yang tinggi dan suhu kamar yang cocok

untuk pertumbuhan larva ulat spodoptera litura dan Helicoverta assulta.

Dari hasil data pengamatan di ketahui bahwa pada hari Selasa 1 Oktober

2019 larva Heliothis asslta Gn. Mengalami kematian karena pengaruh iklim

mikro yang tidak sesuai. Hal ini sesuai literature dari Wardani (2018) yang

menyatakan bahwa Secara umum kelembaban udara dapat mempengaruhi

pembiakan, pertumbuhan, perkembangan dan keaktifan serangga baik langsung

maupun tidak langsung.

Pada hari kamis tanggal 3 Oktober 2019 dengan suhu rata-rata 27,9 0C

dengan rata-rata kelembaban 86,6 % disusul kematian dari larva

Spodoptera litura. Karena pengaruh umur stadia yang maih rentan, iklim mikro

dan kurangnya bahan makanan

Pada stoples yang I dan II tidak terjadi perubahan pada larva ulat grayak

(spodoptera litura Fabr) maupun ulat Pupus (Heliothis asslta Gn) dari awal

pengamatan sampai selesai. disebabkan karena ulat - ulat tersebut masi berumur

stadia larva 1 berukuran kecil rentan mengalami kematian dan kekurangan bahan

makanan sehingga tidak didapatkan imago pada stoples ini.


KESIMPULAN

1. Suhu diruangan Laboratorium Hama Tanaman Perkebunan berkisar antara

28-30 ºC, hal ini bisa dikatakan masih efektif bagi hama tersebut untuk tetap

hidup.

2. Hasil tabel pengamatan yang telah dilakukan diperolehdata suhu rata-rata

28,7 ºC dan rata-rata kelembaban 91 %.

3. Hasil data pengamatan di ketahui bahwa pada hari Selasa 1 Oktober 2019 larva

Heliothis asslta Gn. Mengalami kematian karena pengaruh iklim mikro yang

tidak sesuai.

4. Pada hari kamis tanggal 3 Oktober 2019 dengan suhu rata-rata 27,9 0C dengan

rata-rata kelembaban 86,6 % disusul kematian dari larva

Spodoptera litura Fabr

5. Pada stoples yang I dan II tidak terjadi perubahan pada larva ulat grayak

(spodoptera litura Fabr) maupun ulat Pupus (Heliothis asslta Gn) dari awal

pengamatan sampai selesai.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, S. 2004. Dasar - dasar perlindungan tanaman: konsepsi dan cara


Perlindungan Tanaman.
Ambarningrum T, Arthadi, Hery Pratiknyo dan Slamet Priyanto. 2007. Ekstrak
kulijengkol (Ptithecellobium lobatum): pengaruhnya Sebagai anti
makan dan terhadap efisiensi pemanfaatan makanan Larva instar v
Heliothis armigeraI. Fakultas Biologi,Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto

Amir, T dan Prabowo AY. 2011. Budidaya kacang panjang. grayak pada kedelai.
http://biogen. litbang. deptan. go.id/ produk/SlNPV. php.
Balai Perlindungan Tanaman Daerah (BPTD). 2004. Bioinsektisida SlNPV:
Mengendalikan hama larva grayak pada kedelai. http://biogen. litbang.
deptan. go.id/produk/SlNPV. php.
Balai penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2006. Hama, Penyakit dan
Masalah Hara pada Tanaman Kedelai, Identifikasi dan
Pengendaliannya, Bogor.
Balai penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan Arah
Pengembangan Agribisnis Kakao. Ed II. 26 hal.
Hadiyani dan Indrayani. 2009. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga.
Penerjemah Busnia, M. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
467-468p.
Hanum. 2008. Hama dan Penyakit Tembakau Deli. Balai Penelitian Tembakau
Deli PTPN II (Persero), Tanjung Morawa, Medan. Hal. 52-56
Marwanto and Suharsono. 2008. Strategi dan komponen teknologi
pengendalian ulat grayak (Sopodtera litura Fabricus.) pada tanaman
kedelai. Jurnal LitbangPertanian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-
kacangan dan Umbi umbian. Malang.
Nelly. N, Yunisman, dan Yulia. R. 2011. Pengaruh Instar Larva Sposoptera litura
terhadap keberhasilan hidup parasitoid Eriborus argenteopilosus
Cameron. J. Entomol. Indon. Vol.8 (1)
Pitojo S. 2006. Penangkaran Benih Kacang Panjang. Yogyakarta: Kanisius.
Purnama, H. A. 2003. Hama dan Penyakit Tembakau Deli. BPTD PTP Nusantara
II. Medan.
Purnomo, D. dan Amalia, H. 2007. Getah pepaya betina sebagai bioinsektisida
untuk mengendalikan ulat Spodoptera litura pada tanaman sayuran.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Prayogo. 2004. Pestisida dan Aplikasinya. PT Agromedia Pustaka, Jakarta. Hal.76
17

Suharsono dan Muchlish. 2010 .Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai


Bioinsektisida. Buletin AgroBio 5(1).21-28
Tenrirawe, A dan A.H.Talanca. 2008. Bioekologi dan pengendalian hama dan
penyakit utama kacang tanah. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan
Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan 464-471.
Wardani, N. 2018. Perubahan Iklim dan Pengaruhnya Terhadap Serangga Hama.
Prosiding Seminar Nasional Agroinovasi Spesifik Lokasi Untuk
Ketahanan Pangan Pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Anda mungkin juga menyukai