KELOMPOK 1
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena
tepatpada waktunya.
Grayak (Spodoptera Litura Fabr) Dan Ulat Pupus (Heliothis Assulta Gn) Pada
Tanaman Tembakau” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi
penanggung jawab Laboratorium Ir. Suzanna Fitriany Sitepu, M.Si dan kepada
kakak dan abang asisten yang telah membantu penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam
Penulis
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................... 1
Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
Kegunaan Penulisan ................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabr) ................ 3
Gejala Serangan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabr) .. 5
Pengendalian Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabr) ....... 6
Biologi Hama Ulat Pupus (Heliothis assulta Gn) ....................... 7
Gejala Serangan Hama Ulat Pupus (Heliothis assulta Gn) ........ 9
Pengendalian Hama Ulat Pupus (Heliothis assulta Gn) ............. 9
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seluruh bagian tanaman juga dapat diserang hama meliputi akar, batang, daun,
gulma. Sampai saat ini informasi tentang gangguan hama pada tembakau
temanggung biasanya dapat dikendalikan oleh petani, namun demikian ada juga
serangan hama yang sulit dikendalikan antara lain: hama ulat tanah dan uret
Beberapa jenis hama yang menyerang saat pembibitan antara lain siput,
semut merah, orong-orong, dan ulat. Jenis hama yang menyerang saat di
pertanaman antara lain ulat pupus, kutu, dan belalang. Hama yang menyerang
(Purnama, 2003).
sangat penting dalam usaha budi daya tembakau. Guna mendukung keberhasilan
ekologi, dan perilaku hama sangat diperlukan dalam upaya pengendalian yang
bahkan gagal panen apabila tidak dikendalikan (Marwoto & Suharsono, 2008).
fekunditasnya cukup tinggi. Serangga ini dapat menghasilkan lebih dari dua
dikonsumsinya menjadi tinggi serta jumlah tanaman yang dirusak juga cukup
Tujuan Penulisan
Biologi, Gejala Seragan, dan Tingkat Kerusakan yang disebabkan oleh serangan
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Hama Ulat Grayak(Spodoptera litura Fabr.)
dengan jumlah 250-300 butir. Telur ditutupi jaringan halus warna putih
setelah berumur 3-5 hari. Telur biasanya diletakkan di bawah permukaan bawah
daun secara berkelompok berkisar 4-8 kelompok. Telur berbentuk hampir bulat
dengan bagian dasar melekat pada daun (kadang-kadang tersusun dua lapis),
dengan garis hitam yang berbeda pada segmen perut. Beberapa hari setelah
menggunakan benang sutera dari mulutnya. Pada siang hari, larva bersembunyi di
dalam tanah atau tempat yang lembap dan menyerang tanaman pada malam hari
atau pada intensitas cahaya matahari yang rendah. Biasanya larva berpindah ke
tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Pada ulat grayak terdapat
tanda bulan sabit berwarna hijau gelap dengan garis punggung gelap memanjang
Stadium ulat terdiri atas 6 instar yang berlangsung selama 14 hari. Ulat
berukuran panjang 1,2-1,5 mm. Instar kedua sampai instar keempat berkisar 15-16
sedangkan larva yang sudah tua warnanya beragam yaitu hijau, coklat muda,
hitam kecoklatan atau hijau tua kecoklatan dengan garis-garis kuning. Larva yang
hidup di dataran tinggi berwarna coklat. Stadia larva merupakan stadia yang
berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1, 60 cm. Lama stadium pupa
8−11 hari. Pupa berada di dalam tanah pada kedalaman kurang lebih 1 cm dan
sering dijumpai pada pangkal batang, berlindung dibawah daun kering. Pupa
berwarna coklat muda dengan garis segmen beraturan (Nelly et.al, 2011).
dekat sayap. Sayap depan berwarna coklat tua dengan garis-garis yang kurang
jelas dan terdapat bintik hitam. Sedangkan sayap belakang keputih - putihan dan
5
tepinya bergaris hitam. Ukuran sayap bila di rentangkan dapat mencapai 25-30
mm. Kemampuan terbang ngengat pada malam hari mencapai 5 km. lama hidup
9-18 hari.Siklus hidup berkisar antara 30−60 hari (Purnomo dan Amalia, 2007).
Ulat grayak aktif makan pada malam hari, meninggalkan epidermis atas dan
tulang daun sehingga daun yang terserang dari jauh terlihat berwarna putih. Larva
yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok.
dengan meninggalkan sisa-sisa bagian atas epidermis daun, transparan dan tinggal
Ulat grayak meninggalkan epidermis atas dan tulang daun sehingga daun
yang terserang dari jauh terlihat berwarna putih. Selain menyerang kedelai, ulat
grayak juga menyerang jagung, kentang, tembakau, kacang hijau, dan kubis
(Balitbangtan, 2006).
Hama ini merusak tanaman tembakau pada stadia larva, yang memakan
hama ini berlangsung pada malam hari. Akibat serangan ini daun akan berlubang
sehingga daun menjadi tidak utuh, dan secara langsung akan menurunkan
daun habis dimakan. Pada instar ke-4 dan ke-5 larva menyebar ketanaman
didekatnya terutama bila daun untuk dimakan sudah berkurang (BPTD, 2004).
Proses infeksi NPV dimulai dari tertelannya polihedra oleh larva bersama
pakan. Di dalam saluran pencernaan yang bersuasana alkalis (pH 9,0 - 10,5),
maupun kaolin sebanyak 40% dari volume semprot 300 l/ha, efektif
Metarhizium spp. yang diaplikasikan pada telur S. litura dapa tmenginfeksi telur
dari rizosfir tanaman kubisdan bawang daun lebih virulen dan mematikan telur
lebih tinggi dibandingkan isolat dari rizosfir tanaman cabai dan bawang merah
(Wardani, 2018).
berfungsi sebagai cara pengendalian utama dan juga sebagai tambahan terhadap
lain bersifat spesifik, kumulatif, persisten, murah, dan kompatibel dengan cara
yang mampu menyerang varietas tahan. Benih/bibit yang akan ditanam dipilih
berdasarkan kriteria: bersertifikat dan sehat, unggul, dan tahan hama. Benih/bibit
yang sehat apabila ditanam akan tumbuh lebih cepat dan lebih tahan terhadap
gangguan hama. Untuk itu, jangan menggunakan benih/bibit yang berasal dari
dan genus Heliothis. Hama ini dikenal sebagai ulat pupus. Telur ulat diletakkan
secara tunggal di atas permukaan daun, sehingga pada satu tanaman biasanya
Ulat muda berwarna putih kekuningan, kepala berwarna hitam. Ulat yang
tetapi kebanyakan hijau dengan strip membujur. Larva muda agak berambut. Ulat
bersifat kanibal dan fitofag. Stadium larva berlangsung antara 2-3 minggu,
Ngengat berupa kupu kecil, suka menghisap madu bunga, dan mampu
hama ini yaitu tembakau, ceplukan, jagung, sorgum, kapas, kentang, jarak, dan
dimakan pada bagian pupus dan bagian daun atas. Pada saat memakan pupus
kerusakan tidak nampak, tetapi setelah daun membesar, lubang daun terlihat jelas
karena lubang membesar sesuai perkembangan daun. Selain memakan daun, ulat
setelah panen dan memusnahkannya, pengolahan tanah dengan bajak dan cangkul
dapat membunuh pupa yang berada dalam tanah, pemangkasan dan pewiwilan
dilakukan lebih awal guna menghindari serangan ulat pupus, mengumpulkan ulat
berfungsi sebagai cara pengendalian utama dan juga sebagai tambahan terhadap
10
lain bersifat spesifik, kumulatif, persisten, murah, dan kompatibel dengan cara
yang mampu menyerang varietas tahan. Benih/bibit yang akan ditanam dipilih
berdasarkan kriteria: bersertifikat dan sehat, unggul, dan tahan hama. Benih/bibit
yang sehat apabila ditanam akan tumbuh lebih cepat dan lebih tahan terhadap
gangguan hama. Untuk itu, jangan menggunakan benih/bibit yang berasal dari
pertanaman yang terserang hama. Sisa-sisa tanaman, gulma, dan tanaman inang
Secara Kimiawi
kendali yaitu 10% atau lebih tanaman sebelum berbunga dijumpai ulat pada
Medan Pada ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada hari senin,
tanggal 30 September 2019 pada pukul 16.00 WIB sampai dengan selesai.
Adapun bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah Ulat Grayak
(Spodoptera litura Fabr), Ulat Pupus (Heliothis assulta Gn), sebagai objek
dan ulat Pupus, napkin/tissue sebagai alas untuk tempat ulat dan larva, kain kasa
sebagai penutup toples, air sebagai bahan agar kelembaban di dalam toples tetap
Adapun alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah Toples sebagai
wadah untuk menempatkan larva ulat Grayak dan ulat Pupus, Handsprayer
sebagai penyemprot air kedalam toples agar kelembaban tetap terjaga, karet
Prosdur Percobaan
3. Diambil toples yang sudah dilapisi dengan napkin/tissue dan di beri air
6. Ditutup toples engan menggunakan kain kassa, diikat dengan karet gelang,
Hasil
Tabel 1. Data Pengamatan larva Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabr) dan Ulat
Pupus (Heliothis asslta Gn)
Hari/ Tanggal Suhu (0C) Kelembaban (%) Gambar
Pukul (WIB) Pukul (WIB)
08.00 12.00 16.00 08.00 12.00 16.00
Kamis, 28,1 28,9 29,6 85 % 84 % 82 %
26/09/19
Jumat, 28,0 28,3 29,2 90 % 89 % 83%
27/09/19
Senin, 28,0 28,5 29,6 94 % 93% 93%
30/09/19
Selasa, 28,2 29,2 29,3 94 % 92% 85%
01/10/19
Rabu, 27,2 28,3 28,4 95% 93% 88%
02/10/19
Kamis, - - - - - -
03/10/19
Jumat, - - - - - -
04/10/19
Pembahasan
28-30 ºC, hal ini bisa dikatakan masih efektif bagi hama tersebut untuk tetap
hidup. Hal ini sesuai literature dari Nelly et.al (2011) yang menyatakan bahwa
kerusakan dan kehilangan hasil akibat serangan ulat grayak ditentukan oleh
dan jenis varietas kedelai. Serangan hama pada varietas rentan akan menyebabkan
kerugian yang sangat signifikan. Defoliasi daun karena serangan ulat grayak bila
14
terjadi pada fase pertumbuhan tanaman berbunga penuh dan fase pembentukan
polong akan mengakibatkan kehilangan hasil yang lebih besar dibanding serangan
Dari hasil tabel pengamatan yang telah dilakukan diperolehdata suhu rata-
rata 28,7 ºC dan rata-rata kelembaban 91 %. Dilihat dari hasil dapat disimpukan
bahwa pertumbuhan larva sampai imago membutuhkan suhu yang sesuai dengan
pertumbuhannya dengan kelembaban yang tinggi dan suhu kamar yang cocok
Dari hasil data pengamatan di ketahui bahwa pada hari Selasa 1 Oktober
2019 larva Heliothis asslta Gn. Mengalami kematian karena pengaruh iklim
mikro yang tidak sesuai. Hal ini sesuai literature dari Wardani (2018) yang
Pada hari kamis tanggal 3 Oktober 2019 dengan suhu rata-rata 27,9 0C
Spodoptera litura. Karena pengaruh umur stadia yang maih rentan, iklim mikro
Pada stoples yang I dan II tidak terjadi perubahan pada larva ulat grayak
(spodoptera litura Fabr) maupun ulat Pupus (Heliothis asslta Gn) dari awal
pengamatan sampai selesai. disebabkan karena ulat - ulat tersebut masi berumur
stadia larva 1 berukuran kecil rentan mengalami kematian dan kekurangan bahan
28-30 ºC, hal ini bisa dikatakan masih efektif bagi hama tersebut untuk tetap
hidup.
3. Hasil data pengamatan di ketahui bahwa pada hari Selasa 1 Oktober 2019 larva
Heliothis asslta Gn. Mengalami kematian karena pengaruh iklim mikro yang
tidak sesuai.
4. Pada hari kamis tanggal 3 Oktober 2019 dengan suhu rata-rata 27,9 0C dengan
5. Pada stoples yang I dan II tidak terjadi perubahan pada larva ulat grayak
(spodoptera litura Fabr) maupun ulat Pupus (Heliothis asslta Gn) dari awal
Amir, T dan Prabowo AY. 2011. Budidaya kacang panjang. grayak pada kedelai.
http://biogen. litbang. deptan. go.id/ produk/SlNPV. php.
Balai Perlindungan Tanaman Daerah (BPTD). 2004. Bioinsektisida SlNPV:
Mengendalikan hama larva grayak pada kedelai. http://biogen. litbang.
deptan. go.id/produk/SlNPV. php.
Balai penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2006. Hama, Penyakit dan
Masalah Hara pada Tanaman Kedelai, Identifikasi dan
Pengendaliannya, Bogor.
Balai penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan Arah
Pengembangan Agribisnis Kakao. Ed II. 26 hal.
Hadiyani dan Indrayani. 2009. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga.
Penerjemah Busnia, M. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
467-468p.
Hanum. 2008. Hama dan Penyakit Tembakau Deli. Balai Penelitian Tembakau
Deli PTPN II (Persero), Tanjung Morawa, Medan. Hal. 52-56
Marwanto and Suharsono. 2008. Strategi dan komponen teknologi
pengendalian ulat grayak (Sopodtera litura Fabricus.) pada tanaman
kedelai. Jurnal LitbangPertanian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-
kacangan dan Umbi umbian. Malang.
Nelly. N, Yunisman, dan Yulia. R. 2011. Pengaruh Instar Larva Sposoptera litura
terhadap keberhasilan hidup parasitoid Eriborus argenteopilosus
Cameron. J. Entomol. Indon. Vol.8 (1)
Pitojo S. 2006. Penangkaran Benih Kacang Panjang. Yogyakarta: Kanisius.
Purnama, H. A. 2003. Hama dan Penyakit Tembakau Deli. BPTD PTP Nusantara
II. Medan.
Purnomo, D. dan Amalia, H. 2007. Getah pepaya betina sebagai bioinsektisida
untuk mengendalikan ulat Spodoptera litura pada tanaman sayuran.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Prayogo. 2004. Pestisida dan Aplikasinya. PT Agromedia Pustaka, Jakarta. Hal.76
17