DISUSUN OLEH:
Kelompok V 11C1
FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2023
i
DAFTAR ISI
HALAM JUDUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
BAB I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II.................TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................2
BAB V. KESIMPULAN.....................................................................................................17
Daftar Pustaka ................................................................................................................18
LAMPIRAN .......................................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hypogeal L) merupakan tanaman polong-polongan
atau legum kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini berasal
dari Amerika Selatan namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang
beriklim tropis atau subtropik Cina dan India merupakan penghasil kacang tanah
terbesar di dunia (Basuki. 2000).Kacang tanah mempunyai peranan besar dalam
mencukupi kebutuhan bahan pangan jenis kacang - kacangan. Menurut
Suwardjono (2004) bahwa kandungan protein sebesar 25% - 30%, lemak 40% -
50%, karbohidrat 12%, serta vitamin B1, menempatkan kacang tanah dalam hal
pemenuhan gizi setelah tanaman kedelai. Manfaat kacang tanah pada bidang
industri yaitu untuk pembuatan margarine, minyak goreng, ataupun dikonsumsi
langsung.
Dilihat dari segi produktivitasnya, kacang tanah di Indonesia dinilai masih
rendah yaitu hanya sekitar 1 ton/ha polong kering. Tingkat produktivitas hasil
yang dicapai ini baru separuh dari potensi hasil riil apabila dibandingkan dengan
USA, Cina dan Argentina yang sudah mencapai lebih dari 2 ton/ha. Padahal pada
tahun mendatang diperkirakan kebutuhan kacang tanah akan terus meningkat,
sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan gizi masyarakat, dan
diversifikasi pangan (Adisarwanto, 2000).
Penyakit bercak daun Cercospora merupakan penyakit penting pada
tanaman kacangtanah. Penyakit ini dapat menurunkan produksi kacang tanah dan
mengakibatkan tanaman menjadi layu tidak sampai mati (Jusfah, 1985). Menurut
pengamatan Raciborski,pada tahun 1900 penyakit ini sudah tersebar di seluruh
pelosok Indonesia (Semangun, 1996). Gejala penyakit bercak daun (Cercospora)
jarang terdapat pada buah, hanya terbatas pada daun. Secara khas penyakit ini
dikenal seperti bercak berwarna coklat dan ditutupi bedak atau noda yang tampak
pada permukaan dan bawah daun, dan pada bagian tengahnya berwarna hitam
dihiasi dengan bercak kuning mengelilingi bercak induknya.
1
Penyakit bercak daun ini dapat mengurangi kapasitas fotosintesis sehingga
terjadi pengguguran daun sebelum waktunya dan mendorong pembentukan buah
tidak merata. Setelah pengguguran daun, diikuti dengan matinya akar dan ranting
dan dapat mengakibatkan penurunan produksi kacang tanah sampai 50 % (Jusfah,
1985).
B. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari bagaimana cara melakukan kuantifikasi penyakit tanaman
dengan latihan pengamatan gejala penyakit, perhitungan intensitas
penyakit, dan agihan penyakit tanaman.
2. Mempelajari teknik pendugaan kehilangan hasil akibat penyakit tanaman.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Genotipe yang tahan terhadap penyakit bercak daun mempunyai jumlah
bercak sedikit dan sporulasi sedikit (Pensuk et al. 2003). Selain itu, genotipe yang
tahan mempunyai masa inkubasi dan periode laten yang panjang, diameter bercak
kecil, indeks sporulasi rendah, dan area kerusakan daun rendah (Ricker et al. 1985;
Anderson et al. 1990; Dwivedi et al. 2002; Cantonwine et al. 2008). Secara morfologi,
genotipe yang tahan mempunyai jaringan kutikula dan lapisan epidermis yang tebal,
jumlah sel epidermis sedikit, ukuran dan jumlah stomata yang besar, serta lapisan lilin
yang lebih tebal pada fase reproduktif (Sunkad dan Kulkarni 2006).
4
BAB III
METODE
C. Cara kerja
1. Mahasiswa pada tiap kelas praktikum dibagi menjadi 5 kelompok kecil.
Tiap kelompok kecil mengamati daun kacang tanah yang berada pada kotak
hafers.
2. Praktikan mencocokan keparahan gejala penyakit belang daun Cercospora
sp. kacang tanah dengan diagram nilai (skor) dan skala kerusakan pada
daun kacang tanah. Dalam kelompok, hanya 1 mahasiswa yang bertugas
mencocokkan keparahan penyakit demi menghindari perbedaan persepsi.
3. Praktikan melakukan pengukuran insidensi dan severitas penyakit
menggunakan rumus dalam buku praktikum Dasar-dasar proteksi tanaman.
4. Praktikan membandingkan hasil pengamatannya dengan hasil pengamatan
dari kelompok lain sehingga masing-masing praktikan memiliki data
pengamatan kelas.
5. Olah data yang diperoleh dalam bentuk laporan.
5
Skor Kriteria Keterangan
0 Tidak ditemukan gejala penyakit sehat
1 Permukaan daun nekrosis ringan Ringan
2 Permukaan daun nekrosis sedang sedang
3 Permukaan daun nekrosis berat berat
4 Permukaan daun nekrosis sangat berat Seangat berat
6
Pendugaan Kehilangan Hasil akibat Penyakit Tanaman
Pendugaan kehilangan hasil dilakukan dengan model AUDPC (The Area
under The Disease Progress Curve). Model yang digunakan adalah :
Y = βo – β1X
Y = hasil pada petak-petak tanaman yang terkena penyakit (tidak dikendalikan)
βo = hasil pada petak-petak tanaman yang sehat (dikendalikan penyakitnya)
β1 = kehilangan hasil untuk setiap peningkatan unit AUDPC
X = unit AUDPC.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
A. Hasil
Total
Pengamatan perlakuan Tanaman Jumlah daun dan sekor Jumlah
sampel daun
0 1 2 3 4
1/6 April 2023 Fungisida 1 40 2 0 0 0 42
2 38 4 0 0 0 42
3 56 1 0 0 0 57
4 41 2 0 0 0 43
5 55 4 0 0 0 59
Kontrol 1 29 3 0 0 0 32
2 49 5 0 0 0 54
3 23 7 0 0 0 30
4 29 3 0 0 0 32
5 24 6 0 0 0 30
8
5 22 27 0 0 0 49
10
IP = 7
x 100%
120
IP = 5,83%
Tanaman Sampel 4
IP = (829𝑥 0):(3 𝑥 1):(0 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
100%
32 𝑥 4
IP = 3
x 100%
128
IP = 2.34%
Tanaman Sampel 5
IP = (24 𝑥 0):(6 𝑥 1):(0 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
100%
30 𝑥 4
IP = 6
x 100%
120
IP = 5%
Tanaman Sampel 2
(12 𝑥 0):(15 𝑥 1):(20 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 47 𝑥 4 100%
55
IP = x 100%
188
IP = 29,25%
Tanaman Sampel 3
(14 𝑥 0):(10 𝑥 1):(3 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 27 𝑥 4 100%
IP = 16 108
11
x 100%
IP = 14,81%
Tanaman Sampel 4
(8 𝑥 0):(13 𝑥 1):(17 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 38 𝑥 4 100%
47
IP = x 100%
152
IP = 30,92%
12
Tanaman Sampel 5
(35 𝑥 0):(8 𝑥 1):(15 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 48 𝑥 4 100%
38
IP = x 100%
192
IP = 19,79%
2. Kontrol
Tanaman Sampel 1
Tanaman Sampel 2
(10 𝑥 0):(5 𝑥 1):(28 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 48 𝑥 4 100%
61
IP = x 100%
192
IP = 31,77%
Tanaman Sampel 3
(38 𝑥 0):(4 𝑥 1):(0 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 42 𝑥 4 100%
4
IP =
168 x 100%
IP = 2,38%
Tanaman Sampel 4
Tanaman Sampel 5
13
Pengamatan Ke-tiga (3)
1. Fungisida
Tanaman Sampel 1
(15 𝑥 0):(7 𝑥 1):(7 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 29 𝑥 4 100%
21
IP = x 100%
116
IP = 18,10%
Tanaman Sampel 2
(27 𝑥 0):(12 𝑥 1):(0 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 39 𝑥 4 100%
12
IP = x 100%
156
IP = 7,69%
Tanaman Sampel 3
(25 𝑥 0):(23 𝑥 1):(0 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 48 𝑥 4 100%
23
IP =
192 x 100%
IP = 11,97%
Tanaman Sampel 4
(15 𝑥 0):(13 𝑥 1):(0 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 28 𝑥 4 100%
13
IP = x 100%
112
IP = 11,60%
Tanaman Sampel 5
(30 𝑥 0):(9 𝑥 1):(20 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 59 𝑥 4 100%
49
IP = x 100%
236
IP = 20,76%
2. Kontrol
Tanaman Sampel 1
(18 𝑥 0):(32 𝑥 1):(0 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 50 𝑥 4 100%
32
IP = x 100%
200
IP = 16%
Tanaman Sampel 2
(7 𝑥 0):(17 𝑥 1):(0 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 24 𝑥 4 100%
IP = 17 x 100%
96
IP = 17,70%
14
Tanaman Sampel 3
(3 𝑥 0):(9 𝑥 1):(0 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 12 𝑥 4 100%
9
IP = x 100%
48
15
IP = 18,36%
Tanaman Sampel 4
(28 𝑥 0):(27 𝑥 1):(0 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 55 𝑥 4 100%
27
IP = x 100%
220
IP = 12,27%
Tanaman Sampel 5
(22 𝑥 0):(27 𝑥 1):(0 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 49 𝑥 4 100%
27
IP = x 100%
196
IP = 13,77%
Tanaman Sampel 1
(12 𝑥 0):(31 𝑥 1):(0 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 43 𝑥 4 100%
31
IP = x 100%
172
IP = 18,02%
Tanaman Sampel 2
(25 𝑥 0):(13 𝑥 1):(0 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 38 𝑥 4 100%
13
IP = x 100%
152
IP = 8,55%
Tanaman Sampel 3
(20 𝑥 0):(14 𝑥 1):(16 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 50 𝑥 4 100%
46
IP = x 100%
200
IP = 23%
Tanaman Sampel 4
Tanaman Sampel 5
(27 𝑥 0):(10 𝑥 1):(28 𝑋 2):(0 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 65 𝑥 4 100%
66
IP = x 100%
260
IP = 25,38%
16
2. Kontrol
Tanaman Sampel 1
Tanaman Sampel 2
Tanaman Sampel 3
(0 𝑥 0):(0 𝑥 1):(15 𝑋 2):(9 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 24 𝑥 4 100%
IP = 57 x 100%
96
IP = 59,37%
Tanaman Sampel 4
(0 𝑥 0):(0 𝑥 1):(4 𝑋 2):(26 𝑥 3):(0 𝑥 4)
IP = 30 𝑥 4 100%
86
IP = x 100%
120
IP = 71,66%
Tanaman Sampel 5
73
IP= X 100%
120
IP=60,83%
17
b) Fungsida
1. AUDPC 1= 2,16
2. AUDPC 2= 23,95
3. AUDPC 3= 14,02
4. AUDPC 4= 21,75
2 ,16+ 23 ,95
AUDPC 1 ×7=91 , 38
2
23 , 95+14 , 02
AUDPC 2 × 7=132 , 89
2
14 , 02+21 ,75
AUDPC 3 ×7=125 ,19
2
91,38+ 132,89+125,19
TOTAL = 349,46
c) Kontrol
1. AUDPC 1= 3,56
2. AUDPC 2= 25,87
3. AUDPC 3= 15,62
4. AUDPC 4= 65,98
3 ,56+ 25 , 87
AUDPC 1 ×7=103
2
25 , 87+15 , 62
AUDPC 2 ×7=145 , 21
2
15 ,62+65 , 98
AUDPC 3 ×7=285 , 6
2
103+145,21+285,6
TOTAL = 533,81
18
Berat polong control/sakit: 205 g
Y = B 0 - B1 X
250 g = 319,5 - B1 533,81
B1 533,81 = 319,5 - 205
319 ,5−205
B1 =
533 ,81
B1 = 0,21
Y = 319,5 - 0,21 X
B. Pembahsan
Intensitas penyakit merupakan proporsi individual inang yang terkena
penyakittanpa memperdulikan tingkat keparahannya sedangkan saveritas penyakit
atau tingkatkeparahan penyakit merupakan proporsi permukaan inang terinfeksi
terhadap total permukaan inang yang teramati. Besarnya penyakit digolongkan
kedalam seranganringan, sedang dan berat yang dinyatakan dalam skala skoring.
Semakin tinggi skoring penyakit maka tingkat keparahan penyakit tanaman semakin
tinggi. Cepat lambatrnya bergantung pada jenis penyakit dan jenis tanaman yang
terserang, penyakit bercak daunakibat Cercospora arachidicola dapat mengurangi
hasil hingga50%. Serangan bercak daun dapat menurunkan jumlah polong dan bulir,
jumlah biji,dan bobot biji pertanaman (Jusfah 1985).
Pengukuran intensitas penyakit memberikan manfaat yang besar bagi
petaniuntuk mengantisipasi pengendalian penyakit sesuai tingkat keparahan penyakit
danupaya pengendalian dini penyakit agar biaya yang digunakan tidak berlebih
kuranghasil oleh penyakit ini. Skoring terhadap penyakit tanaman beguna
untukmembandingkan fakta yang terjadi pada tanaman diagram skor secara subjektif
(Jusfah1985).
Pada kegiatan praktikum yang di lakukan, di hitung nilai intensitas penyakit
dan Pendugaan kehilangan hasil dilakukan dengan model AUDPC (The Area under
The Disease Progress Curve). Dari hasil perhitungan hasil didapatlkan hasil
perhitungan AUDPC perlakuan fungusida di dapatkan hasil total 349,46 sedangakan
perhitungan AUDPC tanpa perlakuan yaitu didapatkan hasil total 533,81 dari
perhitungan AUDPC tersebut makadapat dilakukan pendugaan kehilangan hasil, pada
hasil perhitungan pendugaan hasil didapatkan nilai kehilangan hasil untuk setiap
19
peningkatan unit AUDPC(B)1 0,21 maka persamaanya Y = 319,5 - 0,21 x dengan
hasil perhitungan terbut dapat diketahui bahwa tanaman kacang tanah dengan
perlakuan fungisida Perkembangan Penyakitnya AUDPC 349,46 dan memperoleh
berat polong 319,5 g sedangkan perlakuan Kontrol Perkembangan Penyakitnya
533,81 memperoleh berat polong 205 g dari data tersebut terlihat jelas bahwa
perkembangan penyakit Cercospora arachidicola berpengaruh terhadap berat polong
kacang tanah serta dari hasil data perhitungan pendugaan kehilangan hasil akhibat
Cercospora arachidicola yaitu Y = 319,5 - 0,21 x dari hal tersbut pula terlihat bahwa
Cercospora arachidicola berpengaruh terhadap kehilangan hasil tanaman kacang
tanah.
20
BAB V
KESIMPULAN
21