Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTEK AGRIBISNIS PERTANIAN

JUDUL

PENYAKIT PADI

OLEH
DHIYA’ DINAN ROSIKHUN
041181877

UPBJJ-PURWOKERTO

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS (74)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TERBUKA

MASA REGISTRASI

2019.1
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Tanaman padi merupakan tanaman pangan paling popular di Indonesia. Tentu saja ini terkait
dengan kegunaannya sebagai tanaman pangan utama di negeri ini. Bahkan sering kali muncul istilah
bahwa belum makan kalau belum makan nasi. Hal ini menjadikan padi (beras) sebagai kebutuhan
nomor satu di Indonesia. Bahkan kini Indonesia telah menjadi konsumen beras tertinggi di dunia.
Sayangnya, sebagian beras yang orang Indonesia makan bukanlah beras hasil produksi sendiri.
Negara ini masih mengandalkan impor beras dari Negara tetangga seperti Filipina.

Ada banyak hal yang menyebabkan produksi beras kita tidak dapat memenuhi kebutuhan
dalam negeri. Selain faktor eksternal yang berupa kebiasaan orang Indonesia yang terbiasa memakan
beras, terdapat pula faktor internal. Faktor internal ini berkaitan dengan kondisi pertanaman padi
kita. Pertanaman padi di Indonesia sering kali dihadapkan dengan masalah lingkungan seperti
kekeringan atau kebanjiran yang dapat menyebabkan puso. Selain itu, serangan penyakit turut
mengambil peran penting dalam penurunan produksi padi di Indonesia. Tentu saja hal ini patut
menjadi perhatian lebih para sarjana maupun calon sarjana pertanian kita.

Secara umum, penyakit diartikan sebagai gangguan fisiologis pada tanaman sehingga
tanaman tidak dapat melaksanakan fungsi fisiologisnya secara maksimal. Fungsi fisiologis ini terkait
dengan proses fotosintesis  maupun respirasi. Penyebab penyakit (pathogen) menyerang dengan
berbagai cara, salah satunya yaitu dengan mengeluarkan zat yang dapat menghambat penyaluran
fotosintat. Tanaman yang terserang pathogen biasanya masih terlihat sehat. Tanaman baru terlihat
sakit saat tingkat serangan sudah mencapai tahap akut. Oleh karena itu, tanaman yang sudah
terserang penyakit sangat sulit disembuhkan. Hal ini sangat berbeda dengan serangan hama. 

Terdapat banyak penyakit dalam pertanaman padi. Penyakit tersebut dapat saja menyerang
bagian akar, daun, batang, maupun malai tanaman padi. Serangan pun dapat terjadi pada fase
vegetatif maupun fase generatif. Oleh karena itu, pengetahuan tentang penyakit padi penting untuk
diketahui terutama untuk pencegahan penyakit.
1.2 Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut.


1.        Mengenal berbagai macam penyakit dan pathogen pada tanaman padi.
2.        Mengenal gejala tanaman padi yang terserang penyakit.
3.        Mengetahui cara pengendalian penyakit pada tanaman padi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman sehat merupakan tanaman yang dapat melaksanakan fungsi fisiologisnya sesuai dengan
potensi genetik terbaik yang dimiliki.  Tanaman dapat dikatakan sakit apabila fungsi fisiologis tanaman
tersebut menyimpang dengan keadaan normal. Dilihat dari sudut biologi penyakit merupakan jerjadinya
perubahan fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi pathogen
atau faktor lingkungan dan berkembangnya gejala. Sedangkan penyakit dari  segi ekonomi adalah ketidak
mampuan tumbuhan untuk memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya.

Cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari penyakit tumbuhan akibat serangan patogen ataupun
gangguan ketersediaan hara dikenal sebagai Fitopatologi. Fitopatologi berasal dari gabungan kata bahasa
Yunani yaitu phyton berarti tumbuhan,  pathos berarti sakit atau menderita, dan  logos berati ilmu atau
pengetahuan. Secara biologis tumbuhan dikatakan sakit bila tidak mampu melakukan kegiatan fisiologis
secara normal, yang meliputi respirasi, fotosintesis, penyerapan gizi yang diperlukan dan lain-lain. Selain itu
tanaman sakit juga tidak dapat menunjukkan kapasitas genetiknya, seperti berdaya hasil tinggi, morfologi
yang normal dan lain-lain. Studi ilmu penyakit tumbuhan meliputi studi tentang penyebab penyakit, studi
tentang interaksi antara penyebab penyakit - tumbuhan inang dan lingkungan, studi tentang fisiologi tanaman
sakit. Studi penyakit tumbuhan dalam populasi tumbuhanya disebut epidemiologi.

Berdasarkan faktor penyebab penyakit, penyakit dibagi 2 yaitu penyakit fisologis (noninfektif) dan
penyakit infektif. Penyakit fisiologis atau noninfektif disebabkan oleh faktor abiotic seperti keadaan tanah
(kelembaban, struktur, reaksi tanah, kahat oksigen, kahat unsure hara, toksisitas pestisida), keadaan cuaca
(suhu tinggi atau rendah, kekurangan atau kelebihan cahaya, angin hujan), dan kerusakan (kultur teknis yang
salah). Sedangkan penyakit infektif merupakan penyakit yang

disebabkan faktor biotik berupa pathogen (jamur, baktei, mikoplasma, virus, viroid, nematode, maupun
protozoa) .

Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban.


Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada
beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal
dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia
sekitar 1500 SM. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia,
setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas
penduduk dunia, khususnya Indonesia.

Tanaman padi juga rentan terserang patogen. Padi umumnya sering terkena penyakit hawar daun
jingga (bakteri putih : Pseudomonas sp. dan kuning : Baccilus sp), Hawar Daun Bakteri (HDB)
(bakteri Xanthomonas oryzae pv.oryzae), kerdil rumput (virus Kerdil Rumput), kerdil hampa (virus kerdil
hampa padi), tungro (virus tungro), bercak daun coklat (jamur Helminthosporium oryzae), busuk batang padi
(jamur Helminthosporium sigmoideum var. irregular), blas (Pyricularia Oryzae Cav), dan masih banyak lagi.
Terkadang gejala yang ditimbulkan oleh penyakit-penyakit tersebut mirip satu sama lain. Oleh karena
itu, untuk mengetahui penyebab penyakit secara pasti perlu dilakukan beberapa langkah yaitu:

1.    Pastikan penyebab penyakit (patogen atau lingkungan) dengan melihat tanda.

2.   Uji dengan Postulat Koch. Pathogen harus bisa diisolasi dan dibiakkan dalam medium atau tumbuhan
rentan. Biakan harus dapat diinokulasikan ketumbuhan sehat rentan dan menimbulkan gejala yang persis
sama. Pathogen harus bisa direisolasi dari tumbuhan sakit dan sifat sama persis dengan yang pertama.

Secara umum pengendalian penyakit yang baik pada tanaman padi adalah dengan menggunakan PHT
(Pengendalian Hama Terpadu), yaitu integrasi antara pengendalian mekanik (fisik), biologi, kultur teknis, dan
kimiawi. Salah satu pengendalian yang kian populer seiring dengan meningkatnya budidaya padi organik
adalah pengendalian dengan menggunakan pestisida organik.

Ramuan yang pertama menggunakan tembakau, cabe rawit, dan bawang merah masing-masing 1 kg,
serta kapur dan belerang 1 ons. Semua bahan digiling atau ditumbuk menjadi satu hingga halus, kemudian
tambahkan air sebanyak 1/10 (sepersepuluh) dari jumlah bahan dan aduk-aduk sampai tercampur merata.
Setelah didiamkan selama 12 jam, peras dan saring. Cairan siap untuk digunakan.

Dalam pengaplikasiannya pestisida tersebut disemprotkan ke tanaman yang terserang dengan dosis 4
cc/liter air. Untuk pencegahan lakukan setiap 5-7 hari sekali, sedangkan untuk penanggulangan tiga hari
sekali. Ramuan kedua menggunakan formula tunggal, yaitu dengan urin sapi. Sebelum digunakan urin harus
diendapkan terlebih dahulu dalam wadah terbuka selama dua minggu agar terkena sinar matahari. Setelah itu,
urin diencerkan dengan enam bagian air.

Baru, campuran larutan disemprotkan. Terakhir, ramuan dibuat dari daun mimba, tembakau, dan
kunyit masing-masing 1 gengam, urin sapi 2 liter, dan air 12 liter. Daun mimba, tembakau dan kunyit
dihaluskan, lalu direndam dengan air. Setelah 14 hari disaring. Air hasil saringan dicampur dengan urin sapi
yang telah diendapkan selama 14 hari juga. Semprotkan campuran tersebut ke tanaman yang terserang, tanpa
harus diencerkan lagi.

BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
a. Tempat : Pagongan
b. Tanggal : Jum’at 9 April 2020
c. Waktu : 09.00 WIB
3.2 Alat dan Bahan
Alat
a. Buku Catatan
b. Alat Tulis
Bahan
a. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air dan tanaman padi yang terserang penyakit hawar
bakteri, hawar pelepah, gosong palsu, serta bercak daun sempit.

3.3 Prosedur Kerja


Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Tanaman padi yang terserang penyakit hawar bakteri, hawar pelepah, gosong palsu, dan bercak daun
sempit diamati gejala penyakit yang timbul.
b. Patogen dari tanaman padi yang terserang penyakit hawar pelepah, gosong palsu, dan bercak daun
sempit diamati
c. Seluruh gejala penyakit yang tampak dicatat dan digambar dalam buku catatan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
     4.1 HASIL
Lokasi Keterangan
Gejala Tanda
Nama Kepadatan / temuan dan Setatus Cara (Misal
NO Serangga dan
Serangga Intensitas Serangga karakteristi Serangga Pengendalian Kearifan
Komoditas
Lokasi Lokal)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Hawar Timbul Berkembang cepat Semua Rhizoctonia Semprot -
Pelepah bercak pada kondisi yang Lokasi solani pestisida, di
lembab misalnya di
bercak Persawahana tambah
bawah rumpun padi
berwarna pemupukan
yang rapat.
hitam pada Kecepatan
yang
pelepah perkembangan berimabang
penyakit juga akan dan
bertambah ketika pengaturan
urea diberikan
jarak tanaman
secara berlebihan
yang satandart
2 Hawar Daun Faktor, misalnya Semua Xanthomon Sanitasi -
Bakteri Tampak keadaan tanah, Lokasi as lingkunagn
pengairan, comprestis 
Hijau Persawahana Pemanfaatna
pemupukan, pv. oryzae
Kelabu, di agensi hayati
kelembaban, suhu
lanjut kuning dan ketahanan
Penyemprotan
kering, di varietas padi yang bakterisisda
tambah daun ditanam dengan takaran
melekung yang telah di
dan melipat tentuakan
3 Gosong Bulir padi di Gejala penyakit Semua Ustilaginiod Penggunaan
Palsu kelilingi oleh gosong palsu Lokasi ea virens pupuk secraa
sepora terjadi pada bulir Persawahan berimbang
berwarna yang sudah keras
dan matang
kuning
4 Bercak Timbul Serangan yang Semua Cercospora Berikan
Daun bercak berat bercak- Lokasi oryzae darinase yang
bercak terdapat
Sempit panjag kecil, Persawahan baik, berikan
pada upih daun,
berwarna pupuk yang
batang, dan bunga.
cokalat Pada saat tanaman
berimbang
(Sempit) mulai masak gejala dengan
pada bagian yang berat mulai pemebrian
tulang daun terlihat pada daun unsur K yang
bendera dan gejala
di cukup, dan
paling berat
sepanjangnya aplikasi
menyebabkan daun
fungisida di
mengering
pertanmanan

4.2 PEMBAHASAN
1. Hawar Bakteri (Xanthomonas comprestis pv. Oryzae) 
Penyakit hawar daun bakteri (HDB) ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv.Oryzae.
Bakteri patogen ini biasa disebut juga dengan patogen Xoo. Bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae Dye.
dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Phylum            : Prokaryota
Kelas               : Schizomycetes
Ordo                : Pseudomonadales
Famili              : Pseudomonadaceae
Genus              : Xanthomonas
Spesies            : Xanthomonas campestris pv. Oryzae

Bakteri ini berbentuk batang pendek berukuran (1-2) x (0,8-1) µm, di ujungnya mempunyai satu
flagela polar yang berukuran 6-8 µm dan berfungsi sebagai alat bergerak. Bakteri ini bersifat aerob, gram
negatif dan tidak membentuk spora. Di atas media PDA bakteri ini membentuk koloni bulat cembung yang
berwarna kuning keputihan sampai kuning kecoklatan dan mempunyai permukaan yang licin.

Penyakit hawar bakteri pada tanaman padi bersifat sistemik dan dapat menginfeksi tanaman pada
berbagai stadium pertumbuhan. Di masyarakat secara umum penyakit hawar daun bakteri ini disebut juga
sebagai penyakit kresek. Mungkin tanaman yang terserang penyakit hawar daun bakteri ini bunyinya kresek-
kresek pada saat tertiup angin, sehingga untuk memudahkan akhirnya disebut sebagai penyakit kresek.
Penyakit ini disebut kresek apabila menyebabkan layu pada pembibitan.

Gejala layu ini terdapat pada tanaman muda berumur 1-2 minggu setelah tanam atau tanaman dewasa
yang rentan. Apabila menyerang daun maka penyakit ini lebih sering dikenal sebagai hawar daun.
Tanaman yang terinfeksi kehilangan areal daun dan menghasilkan gabah yang lebih sedikit dan lebih
jelek kualitasnya. Pada pembibitan, daun yang terinfeksi berubah hijau keabu-abuan dan menggulung. Begitu
infeksi berlanjut, daun berubah kuning sampai seperti jerami hingga bibit mati. Bibit yang terinfeksi hingga
layu (kresek) mirip dengan kerusakan awal oleh penggerek batang. Pada tanaman yang lebih tua, luka
biasanya dimulai sebagai strip basah sampai kekuningkuningan pada helaian daun atau ujung daun. Luka
dapat berubah kuning ke putih dan menginfeksi daun secara parah sehingga cenderung mati dengan cepat.
Luka ini kemudian menjadi keabuan karena pertumbuhan berbagai jenis jamur saprofit. Malai menjadi steril
dan tidak berisi tapi tanaman tidak terganggu pertumbuhannya meski dalam keadaan parah (Deptan, 2008).
Pada pagi hari atau cuaca lembab, eksudat bakteri sering keluar ke permukaan bercak berupa cairan berwarna
kuning menempel pada permukaan daun dan mudah jatuh oleh hembusan angin, gesekan daun atau percikan
air hujan. Eksudat ini merupakan sumber penularan yang efektif.

Kultivar padi mempunyai tingkat ketahanan yang berbeda terhadap Xanthomonas comprestis pv.


Oryzae. Perbedaan ketahanan ini disebabkan karena bakteri terhambat penetrasinya, bakteri tidak dapat
meluas secara sistemik, dan tanaman bereaksi langsung terhadap bakteri (Semangun, 2001). Penyebaran
penyakit kresek ini dibantu  oleh hujan. Hujan akan meningkatkan kelembaban dan membantu pemencaran
bakteri. Intensitas penyakit yang tertinggi terjadi pada akhir musim hujan, menjelang musim kemarau. Suhu
optimum untuk perkembangan Xanthomonas comprestis pv. Oryzae adalah sekitar 30oC.
Penyakit ini dipengaruhi banyak faktor, misalnya keadaan tanah, pengairan, pemupukan, kelembaban,
suhu dan ketahanan varietas padi yang ditanam. Dengan demikian, perlu dilakukan pengendalian terpadu
yaitu:
1.    Perbaikan cara bercocok tanam, melalui pengolahan tanah secara optimal, pengaturan pola tanam dan
waktu tanam serempak dalam satu hamparan, pergiliran tanam dan varietas tahan, penanaman varietas unggul
dari benih yang sehat, pengaturan jarak tanam, pembuatan persemaian kering atau tidak terendam air,
pemupukan berimbang (N,P, K dan unsur mikro) sesuai dengan fase pertumbuhan dan musim, tidak
memotong akar dan daun bibit yang akan ditanam, serta pengaturan sistem pengairan sesuai dengan fase
pertumbuhan tanaman (air tidak terlalu tinggi pada waktu tanaman baru ditanam).
2.    Sanitasi lingkungan
3.    Pemanfaatan agensia hayati Corynebacterium
4.    Penyemprotan bakterisida anjuran yang efektif dan diizinkan secara bijaksana berdasarkan hasil
pengamatan.).
5.    Kurangi jumlah inokulum, dengan cara pertahankan sawah tetap bersih. Buang atau bajak gulma, jerami
yang terinfeksi, ratun padi yang semuanya dapat menjadi sumber inokulum. Keringkan sawah, upayakan
sawah bera mengering untuk membunuh bakteri yang mungkin bertahan dalam tanah atau sisa tanaman.

2. Hawar Pelepah/Upih (Rhizoctonia solani)


Penyakit hawar pelepah atau upih ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani. Berikut ini merupakan
klasifikasi dari Rhizoctonia solani.
Kingdom         : Fungi
Phylum            : Basidiomycota
Class                : Agaricomycetes
Ordo                : Cantharellales
Famili              : Ceratobasidiaceae
Genus              : Rhizoctonia
Species            : R. solani
(Wikipedia, 2014).

Patogen bertahan dalam tanah dan rimpang yang sakit. Patogen ini mempunyai miselium berwarna
putih. Untuk mempertahankan diri, cendawan R. solani membentuk sklerotium yang semula berwarna putih,
kemudian menjadi coklat. Sklerosia banyak terbentuk pada tumpukan jerami sisa panen maupun pada seresah
tanaman yang lain. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat tersebar ke seluruh petakan sawah dan
menjadi inokulum awal penyakit hawar pelepah pada musim tanam berikutnya. Penyebaran patogen dapat
melalui benih, air, angin, serangga dan alet pertanian .
Dilihat dari segi biologi dan ekologinya, penyakit hawar pelepah mulai terlihat berkembang di sawah
pada saat tanaman padi stadia anakan maksimum dan terus berkembang sampai menjelang panen, namun
kadang tanaman padi di pembibitan dapat terinfeksi parah. Rhizoctonia solani Kuhn termasuk cendawan
tanah, sehingga di samping dapat bersifat sebagai parasit juga dapat sebagai saprofit. Pada saat tidak ada
tanaman padi, cendawan ini dapat menginfeksi beberapa gulma di pematang juga tanaman palawija yang
biasanya digunakan untuk pergiliran tanaman seperti jagung dan kacang-kacangan.
Rhizoctonia solani terutama menyerang benih tanaman di bawah permukaan tanah, tetapi juga dapat
menginfeksi polong, akar, daun dan batang. Gejala yang paling umum dari Rhizoctonia adalah “redaman off”
atau kegagalan benih yang terinfeksi untuk berkecambah. Rhizoctonia soloni dapat menyerang benih sebelum
berkecambah atau dapat membunuh bibit sangat muda segera setelah terjadi perkecambah. Ada berbagai
kondisi lingkungan yang menempatkan tanaman pada risiko tinggi infeksi karena patogen ini lebih suka iklim
basah hangat untuk infeksi dan pertumbuhan. Bibit adalah yang paling rentan terhadap penyakit hawar pada
pelepah.
Gejala dari penyakit bercak pelepah daun pada tanaman padi adalah adanya bercak yang terdapat pada
seludang atau pelepah daun dan jika kondisi menguntungkan bagi perkembangan patogen bercak bisa
menyerang pada helaian daun. Gejala awal biasanya terbentuknya bercak pada pelepah yang berdekatan
dengan air berbentuk lonjong berwarna kelabu kehijau-hijauan kemudian menjadi putih kelabu dengan
pinggiran coklat. Ukuran bercak dapat mencapai panjang 2-3 cm. Batas tepi bercak dan variasi warna
memberikan pola yang jelas pada bagian tanaman yang terinfeksi. Jika kondisinya lembab sekali pelepah
tersebut dapat busuk sehingga penyakit disebut dengan busuk upih. Biasanya gumpalan benang jamur
(miselium) dapat dijumpai pada pelepah yang terinfeksi. Gejala biasanya nyata selama masa pembungaan atau
pada fase pemasakan. Infeksi berat dapat menyebabkan bulir tidak terisi dengan sempurna.
Jamur R. solani dapat berkembang cepat pada kondisi yang lembab misalnya di bawah rumpun padi
yang rapat. Kecepatan perkembangan penyakit juga akan bertambah ketika urea diberikan secara berlebihan.
Sinar matahari dapat menekan infeksi yang disebabkan oleh jamur ini.
Menurut Maspary (2011), pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara:
1.    Pengaturan jarak tanam, sebaiknya jangan menggunakan jarak tanam terlalu rapat terutama saat musim
hujan, gunakan sistem legowo.
2.    Pemupukan berimbang, jangan terlalu banyak memberikan urea.
3.    Penggunaan pestisida, yaitu fungisida dapat digunakan ketika pembentukan anakan maksimum terjadi.
Contoh: Score, folicur, anvil, indar, nativo, opus dll. Bisa juga fungisida kontak (belum terdaftar pada
tanaman padi) seperti dithane, anthracol, kocide, nordox, vondoseb dll.

3. Gosong Palsu (Ustilaginiodea virens)


Klasifikasi cendawan penyebab penyakit gosong palsu yaitu:
Kingdom         : Fungi
Phylum            : Ascomycota
Class                : Ascomycetes
Order               : Incertaesedis
Family             : Incertaesedis
Genus              : Ustilaginoidea
Species            : Ustilaginoidea virens (Pat.)

Sklerotium cendawan yang terbentuk mempunyai diameter 5-8 mm. Pada permukaan sklerotium ini
sebagian besar terdapat konidium berwarna kuning emas, kadang-kadang agak kehijauan. Konidium
berbentuk bulat atau jorong, berduri, berukuran 4-6 x 3-5 µm. Konidium dipencarkan oleh angin. Produksi
spora tertinggi terjadi pada waktu malam hari (Opete, 2011).
Patogen U.virens menghasilkan racun yang dikenal sebagai Ustiloxins. Ustiloxins adalah tetra
peptidesunik dan Ustiloxins A-F yang diisolasi dari ekstrak air spora gosong palsu. Patogen ini dapat
memproduksi sclerotia sebagai fase seksual dan klamidospora sebagai fase seksual dalam tahapan siklus
hidupnya. Sclerotia merupakan sumber utama atau inokulum primer. Di alam, sclerotia berkecambah dan
menghasilkan ascospores pada awal pembungaan. Ascospores selanjutnya menginfeksi bagian bunga.
Penyebaran klamidospora merupakan bagian penting pada proses keparahan infeksi pathogen pada tanaman.
Infeksi lanjutan dari klamidospora merupakan bagian penting dari siklus penyakit gosong palsu. Kelembaban
yang relatif tinggi, suhu rendah dan curah hujan disertai dengan hari berawan selama tanaman padi berbunga
merupakan kondisi yang sangat disukai oleh pathogen.
Penyakit ini menyebabkan kerugian secara kualitatif dan kuantitatif.  Gejala penyakit gosong palsu
terjadi pada bulir yang sudah keras dan matang. Jamur mengubah bulir-bulir panicle menjadi spora yang
berwarna kuning kehijauan di mana penampilannya seperti beludru. Spora-spora tersebut mula-mula kecil dan
terlihat di antara glomes, tumbuh dengan diameter rata-rata mencapai 1 cm atau lebih dan membungkus
bagian bulir. Mereka ditutupi dengan membran yang telah menyembur sebagai hasil dari pertumbuhan yang
lebih lanjut.
Warna bola spora menjadi oranye dan kemudian menjadi kuning kehijau-hijauan atau hijau kehitam-
hitaman. Pada tahap ini, permukaan bola spora pecah. Lapisan luar dari bola adalah berwarna hijau dan terdiri
dari spora matang bersama dengan fragmen sisa miselium. Daerah soporiferous memiliki tiga lapis. Pada
lapisan terluar, tepung spora berwarna hijau kehitam-hitaman, pada lapisan tengah berwarna oranye dan
lapisan bagian dalam berwarna kuning.
Menurut Julianto (2014), penyakit ini bukan termasuk penyakit penting pada padi. Pengendalian
penyakit ini dapat dilakukan dengan:
1.    Penggunaan pupuk secara berimbang
2.    Penggunaan sistem tanam jajar legowo

4. Bercak Daun Sempit (Cercospora oryzae)


Berikut ini merupakan klasifikasi Cercospora oryzae.
Kingdom         : Fungi
Phylum            : Ascomycota
Class                : Dothideomycetes
Subclass          : Dothideomycetidae
Order               : Capnodiales
Family             : Mycosphaerellaceae
Genus              : Cercospora
Species            : Cercospora oryzae

Konidia berbentuk silindris dan menyempit di bagian ujung, dengan 3-10 septa, ukuran (20 x 60) x 5
um, berwama hialin sampai hijau muda, konidiofor keluar dari stomata, soliter atau berkelompok sebanyak 2
atau 3, berwama gelap dan pucat pada bagian pucuk, dengan 3 septa atau lebih berukuran (88 x 140) x 4,5 um
Cendawan ini masuk ke jaringan tanaman melalui stomata, kemudian miselia berkembang di dalam jaringan
parenkhima dan sel-sel epidermis tanaman. Miselia tumbuh intraselular dan konidispora tumbuh melalui
stomata yang berasal dari hifa di bawahnya.  Cendawan ini mampu bertahan dalam jerami atau daun sakit,
spora dapat diterbangkan oleh angin. Cendawan ini dapat berkembang baik pada suhu 25-28 oC, tapi masih
dapat tumbuh pada suhu 6-33°C.

Gejala penyakit timbul pada daun berupa bercak-bercak sempit memanjang, berwarna coklat
kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun, dengan ukuran panjang kurang lebih 5 mm dan lebar 1-1,5 mm.
Banyaknya bercak makin meningkat pada waktu tanaman membentuk anakan. Pada serangan yang berat
bercak-bercak terdapat pada upih daun, batang, dan bunga. Pada saat tanaman mulai masak gejala yang berat
mulai terlihat pada daun bendera dan gejala paling berat menyebabkan daun mengering. Infeksi yang terjadi
pada pelepah dan batang meyebabkan batang dan pelepah daun busuk sehingga tanaman menjadi rebah.
Untuk mengendalikan penyakit ini dapat dilakukan dengan:
1.    Penanaman varietas yang tahan dan benih yang sehat
2.    Pemupukan yang berimbang dengan pemberian unsur K yang cukup
3.    Sanitasi lahan
4.    Pengolahan tanah yang sempurna
5.    Pengairan dan drainase yang baik sehingga akar dapat tumbuh sempurna
6.    Jarak tanam yang tidak terlalu rapat (sistem legowo)
7.    Aplikasi fungisida sebagai seedtreatment dan dipertanaman. Gunakan fungisida berbahan aktif mankozeb,
ziram, klorotalonil dan tembaga hidroksida sebagai pencegah

BAB V
PENUTUP
5.1    Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada lembar sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
1.    Patogen yang menyerang tanaman padi dapat berupa bakteri maupun jamur.
2.    Pada umumnya serangan patogen menyebabkan bercak dan daun padi menjadi kuning kecoklatan.
3.    Perbedaan antara serangan bakteri dan jamur terletak pada ada tidaknya spora pada permukaan bagian
tanaman padi yang terserang.
4.    Pengendalian penyakit terbaik adalah dengan menggunakan pengendalian terpadu.
5.    Tindakan pencegahan timbulnya penyakit lebih baik dilakukan dibandingkan mengobati tanaman yang
sudah terserang.

5.2 Daftar Pustaka

1. Materi pokok dasar dasar perlindungan tanaman; LUHT4310; Sri Hendrastuti Hidayat; Cet 6; Tangerang
Selatan; Unversitas Terbuka 2018

2. https://www.pioneer.com/web/site/indonesia/Jenis-Jenis-Hama-yang-Paling-Sering-Menyerang-Padi

3. https://mitalom.com/hama-dan-penyakit-tanaman-padi-paling-berbahaya/

4. https://tanipedia.co.id/tanaman-padi-indentifikasi-dan-teknis-pengendalian-hama-penyakit/

5.3 LAMPIRAN :

SURAT PERNYATAAN

Dalam surat pernyataan ini menyatakan diri secara pribadi, Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dhiya’ Dinan Rosikhun


Alamat : Tegal

dengan ini menyatakan bahwa saya:

1. Bahwa pelaksanaan praktikum sudah saya lakukan sendiri

Demikian surat pernyataan ini saya  buat dengan sebenar-benarnya sebagai persyaratan untuk
pelaksanaan praktikum. Saya bersedia menerima konsekuensi hukum apabila pernyataan diri ini di kemudian
hari terdapat kesalahan.

Tegal, 9 APRIL 2020

Dhiya’ Dinan Rosikhun

Anda mungkin juga menyukai