Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan pemenuhan kebutuhan hidup manusia di dunia dilakukan


dengan memodifikasi ekosistem alami dimana manusia merupakan salah satu
penentu kelangsungan dari ekosistem tersebut yaitu dengan menciptakan sebuah
ekosistem baru yang khusus dibuat untuk keutamaan pertanian yang disebut dengan
agroekosistem. Agroekosistem yang tercipta menjadi lebih sederhana dan biasanya
terdiri dari populasi tumbuhan pertanian yang seragam (monokultur). Dengan
demikian agroekosistem tidak memiliki keragaman yang tinggi, sementara interaksi
antar spesies menjadi rendah. Dengan menyederhanakan ekosistem, manusia
sebenarnya telah mengganggu keseimbangan alam yang sebenarnya telah membuat
semakin bertambahnya populasi serangga, mikroorganisme dan tanaman
pengganggu jenis tertentu melalui kompetisi dengan manusia terhadap tanaman
budidaya. Dengan kata lain, serangga tersebut mempunyai potensi yang amat tinggi
untuk bertambah banyak dalam waktu yang sangat singkat karena hilangnya faktor
pengendali alam.

Ketidakseimbangan ekosistem tersebut merupakan sebuah dampak dari


kebutuhan manusia akan makanan yang pemanfaatannya berasal dari salah satu
komponen dalam ekosistem tersebut. Pemanfaatan lahan dengan membudidayakan
suatu tanaman tertentu akan menambah populasi organism atau mikroorganisme
dalam ekosistem tersebut, sehingga akan menjadi factor pereduksi produktivitas
tanaman yang dibudidayakan.

Perlindungan Tanaman merupakan usaha mencegah dan melindungi


tanaman dari serangan dan gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Upaya perlindungan tanaman dilakukan dengan memberikan pelayanan terbaik
kepada tanaman agar mampu bertumbuh dan berkembang biak secara baik
sehingga tidak berkurang dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Upaya
perlindungan tanaman tidak akan cukup hanya dengan melakukan pemberantasan
Organisme Pengganggu Tanaman.

Organisme Pengganggu Tanaman adalah semua organisme di alam yang


kehadirannya tidak diinginkan karena dapat menghambat, merusak atau merugikan
petani sebagai akibat dari hilangnya sebagian tanaman atau terganggunya
1
pertumbuhan tanaman karena dimakan atau dirusak oleh organisme tersebut.
Organisme pengganggu tanaman dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu
hama, penyakit dan gulma. Identifikasi dari jenis-jenis organisme pengganggu
tanaman tersebut utama untuk dilakukan oleh peserta latihan dalam rangka untuk
mengamankan proses produksi tanaman, khususnya tanaman padi yang sedang
dilakukan. Identifikasi dapat dilakukan dengan mengenal serangga hama atau
patogen dan gulma yang ada di lahan pertanaman.

Identifikasi organisme pengganggu tanaman yang tepat akan dapat


memberikan informasi yang diperlukan dalam rangka mengambil keputusan
pengendalian OPT. Dengan demikian peserta latihan akan tepat dalam mengambil
langkah-langkah pengendalian hama, penyakit maupun gulma. Pada akhirnya
dengan pengambilan keputusan yang benar dalam mengendalikan hama, penyakit
dan gulma, pelaku usaha tani padi akan dapat menghemat biaya dan memperoleh
hasil panen yang optimal.

B. Deskripsi Singkat

Bahan ajar ini berisikan jenis-jenis OPT pada tanaman padi, gejala serangan
hama, penyakit dan gulma utama pada tanaman padi serta teknik-teknik
pengendaliannya.

Bahan ajar ini memuat serangkaian kegiatan pembelajaran, yang disusun


sedemikian rupa sehingga dapat melayani kegiatan pembelajaran secara individu
dan memudahkan setiap peserta untuk menguasai unit pembelajaran secara
sistematis dan bertahap, guna mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ajar ini
digunakan dengan bimbingan widyaiswara / pelatih kepada peserta secara bertahap
sesuai urutan atau langkah kegiatan pembelajaran dalam pencapaian tujuan
pembelajaran, sehingga bahan ajar ini dilengkapi dengan petunjuk pengajaran bagi
pelatih yang memuat Rencana Pembelajaran serta perincian dari kegiatan proses
belajar mengajar yang harus dilakukan oleh widyaiswara/pelatih dan peserta.

Pada setiap sub materi pokok diproses dalam periode waktu yang berurutan,
karena setiap sub materi pokok saling mengait dan merupakan satu kesatuan yang
utuh. Materi pada setiap sub pokok bahasan dapat diperkaya atau dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan kondisi yang sedang atau yang akan terjadi.

Terkait dengan program, proses, hasil dan umpan balik dalam pelatihan baik
yang berkenaan dengan merumuskan tujuan, merancang kegiatan belajar dalam

2
pelaksanaan pelatihan, maka pada bahan ajar ini dilengkapi dengangambaryang
dapat meningkatkan pemahaman peserta mengenai pengendalian OPT.

Bahan ajar ini disajikan melalui pendekatan orang dewasa dengan


menggunakan metode ceramah (penjelasan), curah pendapat, tanya jawab, diskusi,
simulasi dan praktek.

C. Manfaat bagi Peserta

Manfaat bahan ajar ini bagi peserta pelatihan adalah :


1) Sebagai bekal kemampuan untuk dapat menjelaskan jenis-jenis OPT yang
berpengaruh pada usaha tani padi yang selanjutnya dapat memberikan
rekomendasi pengendalian OPT yang tepat.
2) Memberikan keterampilan kepada para peserta pelatihan untuk dapat
menentukan waktudan metode yang tepat dalam pengendalian OPT pada
tanaman padi.
3) Sebagai bahan dan referensi bagi para peserta latihan dalam melaksanakan
kegiatan penyuluhan pengendalian OPT.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu mengidentifikasi dan


mengelola organisme penggaTanaman Padi.
2. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini, diharapkan peserta mampu :

a. Melakukan pengendalian hama utama tanaman padi


b. Melakukan pengendalian penyakit utama tanaman padi
c. Melakukan pengendalian gulma utama tanaman padi

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

BAB II. PENGENDALIAN HAMA UTAMA PADI


A. Definisi Hama
B. Jenis-Jenis, Gejala dan Pengendalian Hama Utama pada Tanaman
Padi
C. Rangkuman
D. Latihan
BAB III. PENGENDALIAN PENYAKIT UTAMA PADI
3
A. Definisi Penyakit
B. Jenis-Jenis, Gejala dan Pengendalian Penyakit Utama pada Tanaman
Padi
C. Rangkuman
D. Latihan
BAB IV. PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Implikasi
3. Tindak Lanjut

F. Petunjuk Belajar

Agar peserta latihan lebih mudah memahami seluruh materi dalam bahan ajar ini
maka diperlukan strategi belajar sebagai berikut :
1) Memahami seluruh garis besar isi bahan ajar dengan mempelajarinya secara
sistematis sesuai dengan urutannya.
2) Mengidentifikasi semua jenis Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) padi dan
gejala yang ditimbulkannya.
3) Mempelajari rangkuman dan mengerjakan latihan-latihan dengan cermat.
4) Mempraktikkan apa yang dipelajari di kelas dengan memadukan beberapa
pengalaman peserta.
5) Melakukan evaluasi pencapaian hasil belajar untuk tiap sub materi pokok dan
melakukan pengulangan pada bagian yang belum dikuasai.

4
BAB II
PENGENDALIAN HAMA UTAMA PADI

A. Definisi Hama
Hama merupakan hewan atau binatang yang mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sehingga akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil
tanaman. Produksi dan produktivitas tanaman padi di Indonesia seringkali mengalami
penurunan bahkan sampai terjadi puso akibat adanya serangan hama. Hal ini
disebabkan selain iklim Indonesia sangat menunjang perkembangan populasi hama
juga sangat dipengaruhi oleh perilaku tanam petani yang tidak memperhatikan
ekologi dan perilaku hama. Selain itu perkembangan populasi hama juga disebabkan
oleh matinya musuh-musuh alami akibat dari penggunaan pestisida kimiawi yang
kurang tepat dan kurang bijaksana.

B. Jenis, Gejala Serangan dan Pengendalian Hama Utama Tanaman Padi


1. PENGGEREK BATANG
Di Indonesia diketahui terdapat 4 (empat) jenis hama penggerek batang
yang sering menyerang tanaman padi yaitu :

PBP Kuning PBP Putih PBP Bergaris PBP Merah Jambu


Scirpophaga Scirpophaga innotata Chilo suppressalis Sesamia inferens
incertulas
Karakteristik penggerek batang padi putih :
 Kelompok telur, larva dan pupa mirip penggerek batang padi kuning
 Larva mampu berdiapause selama musim kemarau di dalam pangkal batang
singgang/tunggul
 Masa terbang ngengat pada awal musim hujan terjadi hampir bersamaan
 Tanaman inang adalah padi, padi liar, beberapa jenis rumput dan tebu

5
Dinamika populasi penggerek batang padi putih sangat dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan terutama faktor iklim (curah hujan), irigasi dan musuh alami.

Gejala Serangan

Hama penggerek batang termasuk hama paling utama pada tanaman


padi, dapat menyerang tanaman mulai dari fase vegetatif maupun generatif.
Penyerangan di awal pertumbuhan tanaman (fase vegetatif) dapat menyebabkan
pucuk tanaman padi menjadi kering dan mati karena batangnya digerek oleh ulat
(larva) dari hama ini dari bagian dalam batang. Serangan hama penggerek batang
pada fase ini secara umum oleh petani dikenal dengan Hama Sundep. Larva dari
hama ini hidup di bagian dalam dari batang sehingga pengendalian dengan
insektisida yang bersifat kontak kurang efektif. Oleh karena itu pengendalian di
fase awal yaitu pada saat serangga (imago) hama ini meletakkan kelompok
telurnya di permukaan pelepah daun akan lebih efektif atau dapat juga digunakan
insektisida sistemik seperti dengan insektisida berbahan aktif karbofuran.
Serangan hama penggerek batang pada fase generatif dikenal dengan
nama Hama Beluk. Bila serangan pada fase ini cukup berat dapat menyebabkan
gagal panen karena tanaman yang terserang sundep malainya mati dan kering.
Dengan demikian maka peggerek batang merupakan :
 hama utama karena tingkat kerusakan yang ditimbulkannya dapat menurunkan
hasil secara signifikan.
 keberadaan hama dapat dilihat dari adanya ngengat di pertanaman dan larva
di dalam batang.
 kerusakan terjadi akibat larva merusak system pembuluh tanaman di dalam
batang.
 Menyerang tanaman sejak di pembibitan hingga pembentukan malai.

Pengendalian

1) Pengendalian secara Bercocok tanam


• Tanam serentak untuk membatasi sumber makanan bagi penggerek batang
padi
• Rotasi tanaman padi dengan tanaman bukan padi untuk memutus siklus
hidup hama
• Pengaturan waktu tanam yaitu berdasarkan penerbangan ngengat atau
populasi larva di tunggul padi

6
 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi pertama
 dan atau 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi
berikutnya

2) Pengendalian Secara Mekanik dan Fisik


• Fisik yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin dan
penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat
membusuk sehingga larva atau pupa mati.
• Mekanik yaitu dengan mengumpulkan kelompok telur di persemaian dan di
pertanaman

3) Pengendalian secara Hayati


a. Pemanfaatan musuh alami parasitoid Tetrastichus schenobii Ferr.,
Telenomus rowani dan Trichogramma japonicum dengan dosis 20 pias/ha
(1 pias = 2000-2500 telur terparasit) sejak awal pertanaman).
b. Pemanfaatan Predator Lycosa pseudoannulata (Araneida; Lycosidae),
Paederus sp. (Coleoptera; Coccinellidae), Ophionea sp. (Coleoptera;
Carabidae), Coccinella sp. (Coleoptera; Coccinellidae) dan Cyrtorhinus
lividipennis (Hemiptera; Miridae).

4) Pengendalian Secara Kimiawi


• Dilakukan pada saat 4 hari setelah ada penerbangan ngengat atau
intensitas serangan rata-rata > 5% sundep
• Insektisida butiran di persemaian dilakukan jika disekitar pertanaman ada
lahan yang sedang atau menjelang panen pada satu hari sebelum tanam
dengan dosis 2 gram insektisida granule/m2 [800 gram/400 m2 (luas
persemaian)].
• Pada pertanaman stadium vegetatif dianjurkan menggunakan insektisida
butiran berbahan aktif : Carbofurant (Furadan), Carbosulfan (Marshal).
• Disemprot dengan insektisida seperti Dimehipo (Dipho), Bensultap
(Spontan), Amitraz (Mitac), Fipronil (Regent).

2. WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens)


Wereng coklat (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama utama pada
tanaman padi, karena pada serangan yang berat dapat menyebabkan puso (gagal
panen). Wereng coklat menyukai tanaman yang dipupuk N dosis tinggi dengan jarak
tanam rapat dengan mengisap cairan tanaman pada sistem vaskuler. Stadia rentan

7
serangan wereng coklat adalah sejak pembibitan hingga fase masak susu dengan
lama total siklus hidup mulai dari fase telur sampai imago adalah 21 - 33 hari.
Gejala Serangan
Serangga dewasa dan nimfa biasanya menetap di bagian pangkal tanaman
padi dan mengisap pelepah daun. Wereng coklat menusukkan stiletnya ke dalam
ikatan pembuluh vaskuler tanaman inang dan mengisap cairan tanaman dari jaringan
floem. Nimfa instar keempat dan kelima menghisap cairan tanaman lebih banyak
daripada instar pertama, kedua dan ketiga. Wereng coklat betina mengisap cairan
lebih banyak daripada yang jantan. Kerusakan khas akibat isapan wereng coklat
adalah kering bagaikan terbakar yang dikenal dengan Hopperburn. Gejala awal yang
timbul adalah menguningnya helaian daun yang paling tua dan makin banyaknya
jamur jelaga karena banyaknya embun madu yang dikeluarkan wereng coklat.
Perubahan warna berlangsung terus meliputi semua bagian tanaman, dan akhirnya
seluruh tanaman mengering berwarna coklat.
Hopperburn biasanya terjadi pada fase setelah pembentukan malai.
Kehilangan hasil akibar serangan wereng coklat berkisar antara 10-90 persen,
tergantung pada tingkat kerusakan tanaman yang terserang.Selain sebagai hama,
wereng coklat juga merupakan vektor (penular) penyakit virus kerdil rumput pada
tanaman padi.

Pengendalian

1) Pengendalian secara Bercocok Tanam


a. Penanaman Varietas tahan misalnya Ciherang dan Inpari 13 yang
dikombinasikan dengan pergiliran varietas.
b. Tanam padi serentak dengan sistem legowo 2 : 1
c. Keringkan pertanaman padi secara serentak
d. Waktu persemaian padi
 Wereng imigran tidak tumpang tindih : 15 hari setelah puncak
imigran
 Wereng imigran tumpang tindih 15 hari setelah puncak imigran ke-2
e. Tuntaskan pengendalian pada generasi ke-1
 Puncak imigran awal = Go
 25-30 hari kemudian = imago G1
 25-30 hari kemudian = imago G2
 25-30 hari kemudian = imago G3

8
f. Pengendalian terbaik:
 pada G0 dan G1
 paling lambat pada G2
 pada G3 tidak akan berhasil

2) Pengendalian secara Fisik Mekanik


a. Secara fisik dengan menggunakan perangkap lampu yang berwarna terang,
misanya dengan warna kuning yang dilakukan pengecekan setiap hari
kemudian dimusnahkan.
b. Secara mekanik dengan memusnahkan telur dan nimfa serta menangkap
langsung imagonya baik dengan menggunakan tangan maupun dengan alat
misalnya jaring.
3) Pengendalian secara Hayati
a. Pemanfaatan cendawan entomopatogen Beauveria bassiana, Hirsutella
citriformis dan Metarrhizium anisopliae.
b. Pemanfaatan parasitoid Anagrus sp. (Hymenoptera; Mymaridae), Gonatocerus
sp. (Hymenoptera; Mymmaridae) dan Oligosita sp. (Hymenopter,
Trichogrammatidae).
c. Pemanfaatan Predator Lycosa pseudoannulata (Araneida ; Lycosidae),
Paederus sp. (Coleoptera ; Coccinellidae), Ophionea sp. (Coleoptera ;
Carabidae), Coccinella sp. (Coleoptera; Coccinellidae) dan Cyrtorhinus
lividipennis (Hemiptera ; Miridae)

4) Pengendalian secara kimiawi


a. Keringkan pertanaman sebelum aplikasi
b. Aplikasi saat air embun tidak ada : pukul 08.00 – 11.00 pagi atau pukul 16.00 –
18.00
c. Karbofuran, karbosulfan, Imidacloprid, fipronil, theametoxam, buprofezin

3. TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer)


Tikus adalah hama yang sangat merugikan pada banyak jenis tanaman pangan
karena memiliki sifat polyfag yaitu memiliki banyak sumber makanan dengan semua
jenis fase pertumbuhan tanaman utamanya tanaman padi. Tikus sangat adaptif pada
berbagai lingkungan yang memilikihabitat di tempat gelap dan semak-semak sekitar
sumber pakannya. Tikus memiliki beberapa kelebihan yaitu : 1). Dapat berenang
hingga 72 jam; 2). Dapat melompat ke atas setinggi 90 cm, datar sejauh 1 – 3 m;
3). Tidak cedera meski jatuh dari ketinggian 10 m.
9
Ekobiologi
a. Perkembangbiakan
 Umur 1,5 – 5 bulan sudah dapat berkembang biak
 Usia bunting 21 hari, dan dapat melahirkan 6-10 ekor anak.
 Anak yang sudah berumur 21 hari sudah pisah dari induk dan setiap ekor
dapat melahirkan sebanyak 4 kali.
b. Mengerat untuk mencegah pertumbuhan giginya yang mencapai 12-15 cm per
tahun.
c. Maksimal berat badannya 130 gram
d. Memiliki warna kelabu gelap pada punggung, putih pada bagian dada dan perut.
Pengendalian
a. Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan memadukan beberapa cara
pengendalian yaitu : Gropyokan, pengemposan, tanam serempak, sanitasi
habitat, musuh alami dan Rodentisida serta pengendalian dengan TBS-LTBS.
b. Langkah-langkah pengendalian :
 Pengendalian mulai pratanam sampai panen
 Pengorganisasian gerakan operasional
 Kerjasama antar pemerintah daerah/batas wilayah
 Koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait

4. KEONG MAS (Pomacea canaliculata)


Keong mas merupakan salah satu hama tanaman
yang sering menimbulkan kerugian pada tanaman
padi, karena hama ini menyerang tanaman muda
dengan cara memotong daun dan batang tanaman
yang dapat menyebabkan kematian. Keong mas
dapat hidup cukup lama di dalam tanah, aktif dan
berkembang biak bila ada air dan tanaman padi
muda. Keong mas meletakkan telur-telurnya di tempat yang kering seperti : rumput,
dahan, kayu di atas air.

Gejala Serangan

a. Pada lokasi persemaian, daun tanaman yang baru tumbuh terpotong hingga
tanaman mati.
b. Menyerang tanaman dibawah umur 15 hari setelah tanam.

10
c. Bagian bawah tanaman terpotong.

Pengendalian

a. Pengendalian secara Bercocok Tanam


 Sebar benih lebih banyak sebagai persiapan penyulaman
 Memindahkan bibit lebih tua yaitu berumur 21 hari setelah tebar benih
 Tidak menggenangi lahan sampai 7 hari setelah tanam
 Buat saluran untuk memudahkan pemungutan keong
 Membuat parit agar keong mas berkumpul
 Pupuk dasar sebelum tanam + saponin

b. Pengendalian secara Mekanik


 Menancapkan bambu untuk bertelur (setelah terkumpul dimusnahkan).
 Memasang saringan di saluran irigasi
 Memungut Keong Mas untuk :
1. Dimasak sebagai hidangan
2. POC (Pupuk Organik Cair)
3. MOL (Mikro Organisme Lokal)
4. Tambahan pakan ternak

c. Pengendalian secara Biologis

 Pemanfaatan parasitoid Ophiomea malayensis.


 Pemanfaatan jamur Beauveria sp dan Metharizum sp.

d. Pengendalian secara Kimiawi

 Dilakukan hanya untuk lahan yang populasi keongnya sangat tinggi dan sukar
dalam pengaturan airnya, sebab pestisida juga toksik terhadap fauna air lain.
 Menaburkan daun kencur di lokasi yg terserang keong mas
 Perlakuan benih dengan penggunaan saponin saat perendaman
 Aplikasi dengan bahan nabati seperti rerak .

C. Rangkuman

Hama merupakan hewan atau binatang yang mengganggu pertumbuhan dan


perkembangan tanaman sehingga akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil
tanaman. Produksi dan produktivitas tanaman padi di Indonesia seringkali mengalami
penurunan bahkan sampai terjadi puso akibat adanya serangan hama. Hal ini
11
disebabkan selain iklim Indonesia sangat menunjang perkembangan populasi hama
juga sangat dipengaruhi oleh perilaku tanam petani yang tidak memperhatikan
ekologi dan perilaku hama. Selain itu perkembangan populasi hama juga disebabkan
oleh matinya musuh-musuh alami akibat dari penggunaan pestisida kimiawi yang
kurang tepat dan kurang bijaksana.

Pengendalian hama diarahkan pada pemanfaatan seluruh teknik pengendalian


dengan tetap mempertimbangkan keseimbangan lingkungan yang lebih dikenal
dengan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT).

D. Latihan
1. Jelaskan pengertian hama.
2. Sebutkan jenis-jenis hama utama pada tanaman padi.
3. Jelaskan gejala serangan wereng coklat
4. Jelaskan ekobiologi dan teknik pengendalian hama tikus
5. Sebutkan jenis-jenis insektisida yang digunakan untuk mengendalikan hama
tanaman padi.

12
BAB III
PENGENDALIAN PENYAKIT UTAMA PADI

A. Definisi Penyakit

Penyakit tumbuhan adalah perubahan fisiologis tanaman budidaya akibat aktivitas


mikroorganisme berupa cendawan, virus, bakteri dll sehingga menyebabkan
ketimpangan pertumbuhan pada tanaman. Ilmu Penyakit Tumbuhan adalah ilmu
yang mempelajari kerusakan yang disebabkan oleh organisme yang tergolong ke
dalam dunia tumbuhan seperti tumbuhan tinggi parastis, ganggang, jamur, bakteri,
mikoplasma dan virus. Kerusakan ini dapat terjadi baik di lapangan maupun setelah
panen.

Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan sudut
ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Kerusakan yang ditimbulkan oleh
penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap
masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena hilangnya hasil ternyata
juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan terhadap konsumen
dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut.

B. Jenis, Gejala dan Pengendalian Penyakit Utama pada Tanaman Padi


1. Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas campestris pv. orizae)
Penyakit hawar daun disebabkan oleh
bakteri yang terdapat disawah setiap
waktu. Bakteri tersebut menginfeksi
tanaman melalui luka atau bagian lain
yang terbuka, kemudian tumbuh didalam
sistem jaringan pengangkutan
menyumbat saluran tersebut sehingga air dan zat makanan tidak dapat masuk ke
dalam atau keluar dari ujung daun.
Gejala Serangan
Gejala kekuningan, layu dan mati pada ujung daun merupakan gejala khas dari
Hawar Daun Bakteri. Pada persemaian gejala tersebut menyebabkan daun
menjadi kuning, kering dan mati. Bentuk gejala bakteri ini disebut “kresek”.
Penyakit ini dapat merusak semua tanaman yang telah ditanam di sawah.

13
Seluruh daun muda akan tampak menguning dan mengering dapat disangka
sebagai kerusakan karena serangan sundep atau penggerek batang.
Pada tanaman tua, bagian tepi ujung daun menjadi kuning dan menguningnya
jaringan tersebut meluas ke daun bagian bawah bagian bawah. Akhirnya ujung
daun menjadi kering dan berwarna putih. Gejala kuning tersebut pertama terjadi
sekitar fase bunting sampai malai keluar. Gejala ini dinamakan “beluk”.
Pengendalian
a. Pengendalian secara Teknis Budidaya
 Menanam Varietas Tahan
 Atur pertanaman di lapang agar jangan terlalu rapat;
 Kurangi penggunaan pupuk N;
 Keringkan sawah beberapa hari pada saat anakan maksimum;
 Rotasi tanaman dengan kacang-kacangan untuk menurunkan serangan;
b. Pengendalian secara Mekanis
 Sanitasi
 Buang, bakar atau manfaatkan jerami menjadi pupuk organik
c. Pengendalian Secara Kimiawi
 Gunakan fungisida (bila diperlukan) antara lain yang berbahan aktif:
heksakonazol, karbendazim, tebukanazol, belerang, flutalonil, difenokonazol,
propikonazol atau validamisin A.
 Untuk mencegah serangan penyakit ini dapat menggunakan fungisida dengan
aplikasi pada saat anakan maksimun dan awal fase produktif.

2. Tungro
Tungro merupakan salah satu penyakit utama
pada padi sangat merusak dan tersebar luas.
Di Indonesia, semula penyakit ini hanya
terbatas di Sulawesi Selatan, tetapi sejak awal
tahun 1980-an menyebar ke Bali, Jawa Timur
dan sekarang sudah menyebar ke hampir
seluruh wilayah Indonesia. Bergantung pada
saat tanaman terinfeksi, tungro dapat menyebabkan kehilangan hasil 5 - 70 %. Makin
awal tanaman terinfeksi tungro, makin besar kehilangan hasil yang ditimbulkannya.
Virus tungro dapat ditularkan dari tanaman satu ketanaman yang lain dan dari suatu
lahan kelahan lainnya oleh wereng hijau, yang disebut sebagai “vector”. Wereng hijau
14
dapat memperoleh virus hanya dari tumbuhan yang terinfeksi virus dan harus makan
untuk waktu yang pendek sekitar 30 menit sebelum wereng Hijau dapat menularkan
pada tanaman yang lain. Wereng Hijau hanya dapat menularkan virus pada tanaman
lain setelah ia mengandung virus tersebut, kemudian memakan tanaman yang sehat.
Setelah menyuntikan partikel virus tungro, virus memerlukan waktu 2 minggu masa
inkubasi. Tingkat serangan virus tungro ini dipengaruhi oleh : ketahanan varietas,
iklim dan teknologi budidaya.
Gejala serangan
Gejala serangan tungro yang menonjol adalah perubahan warna daun dan tanaman
tumbuh kerdil. Warna daun tanaman sakit bervariasi dari sedikit menguning sampai
jingga. Warna kuning tersebut dimulai dari ujung daun meluas ke bagian bawah.
Tingkat kekerdilan tanaman juga bervariasi dari sedikit kerdil sampai sangat kerdil.
Bila infeksi terjadi pada awal pertumbuhan tanaman (fase vegetative) tumbuhan akan
terlihat sangat kerdil, dengan sedikit anakan dan tidak menghasilkan malai. Gejala
khas ini ditentukan oleh tingkat ketahanan varietas, kondisi lingkungan dan fase
tumbuh saat tanaman terinfeksi.

Pencegahan

Pengendalian secara Bercocok Tanam


1. Tanam varietas tahan seperti Tukad Petanu, Tukad Unda, Tukad Balian, Kalimas
dan Bondoyudo
2. Pergiliran varietas
3. Sanitasi sumber tanaman sakit
4. Mengatur waktu tanam serempak minimal 20 ha luasan sawah;
5. Menanam bibit pada saat yang tepat, yaitu dengan menanam bibit sebulan
sebelum puncak kepadatan wereng hijau tercapai;
6. Menanam dengan cara jajar legowo;

Pengendalian secara Kimiawi


Pada saat tanaman umur 2-3 minggu setelah tanam bila dijumpai 2 tanaman
bergejala lebih dari 10 rumpun segera aplikasikan insektisida yang efektif mematikan
wereng hijau;

3. Hawar Pelepah (Rhizoctonia solani)


Hawar pelepah disebabkan oleh Rhizoctonia solani. Penyakit ini merupakan penyakit
utama pada tanaman padi dengan merusak pelepah, sehingga untuk menemukan
15
dan mengenali penyakit, terlebih dahulu harus dibuka kanopi pertanaman. Hawar
pelepah terjadi umumnya saat tanaman mulai membentuk anakan sampai menjelang
panen. Namun demikian, penyakit ini juga dapat terjadi pada tanaman muda.
Pemantauan penyakit ini perlu dilakukan karena keganasan serangannya. Penyebab
penyakit ini adalah kelembaban tinggi dan pemberian pupuk nitrogen berlebihan.
Disamping penggunaan varietas yang memiliki potensi hasil tinggi dengan jumlah
anakan tinggi dan kelembaban yang tinggi di sekitar tanaman merangsang
munculnya penyakit ini.

Gejala Serangan
Penyakit disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani, dengan gejala awal berupa
bercak oval atau bulat berwarna putih pucat pada pelepah. Penyakit menyebabkan
tanaman menjadi mudah rebah, makin awal terjadi kerebahan, makin besar
kehilangan yang diakibatkannya. Penyakit ini menyebabkan gabah kurang terisi
penuh atau bahkan hampa. Dalam keadaan yang menguntungkan (lembab), penyakit
dapat mencapai daun bendera. Patogen bertahan hidup dan menyebar dengan
bantuan struktur tahan yang disebut sklerotium. Penyakit ini sangat sulit dikendalikan
karena patogen bersifat polifag (memiliki kisaran inang yang sangat luas).
Pemupukan tanaman dengan dosis 250 kg urea, 100 kg SP36 dan 100 kg KCl per ha
dapat menekan perkembangan penyakit ini.

Pengendalian
a. Pengendalian secara Bercocok Tanam
 Atur pertanaman di lapang agar jangan terlalu rapat;
 Keringkan sawah beberapa hari pada saat anakan maksimum;
 Bajak yang dalam untuk mengubur sisa-sisa tanaman yang terinfeksi;
 Rotasi tanaman dengan kacang-kacangan untuk menurunkan serangan
penyakit;
 Buang gulma dan tanaman yang sakit dari sawah;
b. Pengendalian Secara Kimiawi
 Gunakan fungisida (bila diperlukan) antara lain yang berbahan aktif:
heksakonazol, karbendazim, tebukanazol, belerang, flutalonil, difenokonazol,
propikonazol atau validamisin A.
 Untuk mencegah serangan penyakit ini dapat menggunakan fungisida dengan
aplikasi pada saat anakan maksimun dan awal fase produktif.

4. Busuk Batang (Helminthosporium sigmoideum)


16
Busuk batang merupakan penyakit yang menginfeksi bagian tanaman dalam kanopi
dan menyebabkan tanaman menjadi mudah rebah. Untuk mengamati penyakit ini,
kanopi pertanaman perlu dibuka. Perlu diwaspadai apabila terjadi kerebahan pada
pertanaman, tanpa sebelumnya terjadi hujan atau hujan dengan angin yang kencang.
Gejala serangan
Penyakit ini disebabkan oleh jamur dengan spora yang sangat tahan di dalam tanah.
Spora jamur ini menginfeksi pangkal batang ketika spora tersebut mengapung di
permukaan air dan mencapai tanaman. Gejala awal berupa bercak berwarna
kehitam-hitaman, bentuknya tidak teratur pada sisi luar pelepah daun dan secara
bertahap membesar. Akhirnya, cendawan menembus batang padi yang kemudian
menjadi lemah dan anakan mati. Apabila batang terserang maka seluruh tanaman
tumbang atau tanaman terkulai. Stadia tanaman yang paling rentan adalah pada fase
anakan sampai stadia matang susu. Spora jamur ini berada pada jerami dan tanah
hingga musim tanam berikutnya dan akan menginfeksi tanaman baru. Kehilangan
hasil akibat penyakit ini dapat mencapai 80%.

Pencegahan
Pengendalian secara Bercocok Tanam
 gunakan pemupukan berimbang; pupuk nitrogen sesuai anjuran dan pemupukan
K cenderung dapat menurunkan infeksi penyakit
 Pemupukan tanaman dengan dosis 250 kg urea, 100 kg SP36 dan 100 kg KCl
per ha
 Pengaturan pengeringan sawah hingga tanah retak-retak dapat mengurangi
serangan penyakit ini
Pengendalian secara Mekanik
 Mengurangi banyaknya spora jamur di sawah dengan cara sanitasi melalui
pembersihan atau pembakaran jerami dan tunggul jerami
Pengendalian secara Kimiawi
 Fungisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif belerang atau difenokonazol

5. Blas (Pyricularia oryzae).


Semula penyakit blas dikenal sebagai salah satu kendala utama pada padi gogo,
tetapi sejak akhir 1980-an, penyakit ini juga sudah terdapat pada padi sawah
beirigasi. Penyakit yang mampu menurunkan hasil yang sangat besar ini disebabkan
oleh jamur patogen Pyricularia oryzae. Bibit jamur ini berupa spora yang
penyebarannya terbawa angin dan air serta terdapat di lahan sawah.
17
Gejala serangan
Penyakit ini menyerang daun, batang dan malai terutama pada leher malai padi,
dimulai dari bercak kecil tetapi melebar sampai beberapa centimeter
panjangnya.Penyakit blas menimbulkan dua gejala khas, yaitu blas daun dan blas
leher. Blas daun merupakan bercak coklat kehitaman, berbentuk belah ketupat,
dengan pusat bercak berwarna putih. Sedang blas leher berupa bercak coklat
kehitaman pada pangkal leher yang dapat mengakibatkan leher malai tidak mampu
menopang malai dan patah. Gejala itu biasanya panjang dan meruncing dibagian
akhir, di bagian tepi gelap dan bagian tengah abu-abu, pada serangan berat dapat
mematikan bagian daun. Pertumbuhan dan perkembangan jamur ini serta gejala
penyakit berupa bercak pada daun atau batang ditentukan oleh banyak faktor
diantaranya pemupukan nitrogen dosis tinggi dengan kondisi yang lembab.
PENGENDALIAN

Pengendalian secara Bercocok Tanam


 Penyakit blas paling baik dicegah dengan pengunaan varietas tahan.
 Pemberian pupuk nitrogen sesuai dengan anjuran (rekomendasi setempat)
 Perlakuan benih untuk mencegah pathogen terbawa benih

Pengendalian secara Kimiawi


Penggunaan fungisida yang berbahan aktif metil tiofanat, fosdifen atau kasugamisin

C. Rangkuman
Penyakit tumbuhan adalah perubahan fisiologis pada tanaman budidaya akibat
aktivitas mikroorganisme berupa cendawan, virus, bakteri dll sehingga menyebabkan
ketimpangan pertumbuhan pada tanaman. Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua
sudut yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian
yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh
karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan
gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur
dalam hasil pertanian tersebut.
Pengendalian pada penyakit tumbuhan diarahkan pada pemanfaatan seluruh teknik
pengendalian dengan tetap mempertimbangkan keseimbangan lingkungan yang lebih
dikenal dengan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT).

18
D. Latihan

1. Jelaskan pengertian penyakit tumbuhan


2. Sebutkan jenis-jenis penyakit utama pada tanaman padi.
3. Jelaskan gejala hawar daun bakteri
4. Jelaskan gejala dan teknik pengendalian hawar pelepah
5. Sebutkan jenis-jenis pestisida yang digunakan untuk mengendalikan penyakit padi.

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) seringkali menjadi hambatan utama


pada budidaya tanaman padi. Keberadaannya di lahan seringkali tidak terduga.
Intensitas serangan yang tinggi menyebabkan gagal panen dan menyebabkan
kehilangan hasil sampai 100 % artinya petani tidak memanen hasil sedikitpun. Oleh
karena itu pemantauan dan pengamatan rutin perlu terus dilakukan agar
perkembangan hama dan penyakit dapat diketahui. Pengendalian hama dilakukan
sebelum mencapai ambang ekonomi.
Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) diarahkan pada
pemanfaatan seluruh teknik pengendalian dengan tetap mempertimbangkan
keseimbangan lingkungan yang lebih dikenal dengan Pengelolaan Hama Terpadu
(PHT).

B. Implikasi

Bahan ajar ini memuat serangkaian kegiatan pembelajaran yang disusun


sedemikian rupa sehingga dapat melayani kegiatan pembelajaran secara individu.
Bahan ajar ini juga memudahkan setiap peserta untuk menguasai unit pembelajaran
secara sistematis dan bertahap guna mencapai tujuan pembelajaran sehingga
memudahkan peserta dalam menyerap informasi dan pengetahuan.
Bahan ajar ini akan menjadi referensi bagi penyuluh pertanian dalam
melaksanakan aktivitas di lapangan sebagai penyuluh khususnya dalam
pengendalian organisme pengganggu tanaman pada tanaman padi.

C. Tindak Lanjut

Setelah memahami tentang cara pengendalian organisme pengganggu


tanaman (OPT) pada tanaman padi, diharapkan purnawidya dapat melakukan
identifikasi masalah OPT di daerah masing-masing, memahami gejala serangan serta
teknik-teknik pengendaliannya sehingga mampu memberikan informasi kepada
petani melalui pelaksanaan penyuluhan di wilayah kerja masing-masing.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Identifikasi Gulma-Gulma Penting pada Tanaman Padi. From :


http://cetlanget.wordpress.com/2009/07/12/identifikasi-gulma-gulma-dominan-
pada-pertanaman-padi-sawah-dan-usaha-pengendaliannya-di-kecamatan-
samatiga-kabupaten-aceh-barat/. 21 Juli 2011

Anonim, 2009. Dari petani untuk petani : klasifikasi gulma. From :


http://pertanian.blogdetik.com/2009/02/28/klasifikasi-gulma/. 21 juli 2011

Anonim, 2007. Masalah Lapang Hama, Penyakit dan Hara Padi. Kementerian Pertanian.
Jakarta

Ahmad I, 1995. Entomologi dan Teknologi Pengendalian Serangga hama yang


berwawasan lingkungan. ITB Bandung. Bandung

Divisi Pengembangan Prsoduksi Pertanian, 1973. Pedoman bercocok Tanam Palawija.


Departemen PErtanian, Jakarta

Gupta, O.P. 1984. Management Weed Scientific. New Delhi: Today and Tomorrow’s
Printers and Pub.,

Kartasapoetra, AG. 1993. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara,
Jakarta

Khodayati, K.P. et al. 1989. ”Fenoxaprop for Grass Control in Dry Seeded Rice (Oryza
sativa)”. Weed Techn, 3:131–135.

Labrada, R. 2003. “The Need for Improved Weed Management in Rice”. In Dat Van Tran
(Ed.), Sustainable rice production for food security. Proceeding of the 20th
session of the International Rice Commission. Bangkok, Thailand, 22–26 July
2002. FAO, Rome.

Matsunaka, S. 1979. “Further Research on Tadpole Shrimps for Biological Weeding”.


Proc. 6th Asia-Pac. Weed Sci. Soc. Conf. 11: 447–450. Jakarta, Indonesia.

Rijn, P.J. van. 2000. Weed Management in the Humid and Sub-humid Tropics.
Amsterdam, Netherlands: Royal Tropical Institute KIT Press.

Soejani, M., A. J. G. H. Kostermans, G. Tjitrosoepomo. 1987. Weeds of Rice In


Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Sundaru, M. Syam, M. Bakar, J. 1976. Beberapa Jenis Gulma Padi Sawah. Lembaga
Pusat Penelitian Pertanian Bogor, Buletin Teknik No. 1.

Smith, R.J. Jr. 1981. “Weeds of Major Economic Importance in Rice and Yield Losses
due to Weed Competition”. In Weed Control in Rice. Los Banos,
Philippines:IRRI.

Tjoe Tjien Mo, 1953. Memberantas Hama Padi di Sawah dan Gudang, Jakarta

21
Wahyudi, Pangabean, Pujiyanto, 2008. Panduan lengkap padi. Penebar Swadaya.
Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai