PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
Bahan ajar ini berisikan jenis-jenis OPT pada tanaman padi, gejala serangan
hama, penyakit dan gulma utama pada tanaman padi serta teknik-teknik
pengendaliannya.
Pada setiap sub materi pokok diproses dalam periode waktu yang berurutan,
karena setiap sub materi pokok saling mengait dan merupakan satu kesatuan yang
utuh. Materi pada setiap sub pokok bahasan dapat diperkaya atau dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan kondisi yang sedang atau yang akan terjadi.
Terkait dengan program, proses, hasil dan umpan balik dalam pelatihan baik
yang berkenaan dengan merumuskan tujuan, merancang kegiatan belajar dalam
2
pelaksanaan pelatihan, maka pada bahan ajar ini dilengkapi dengangambaryang
dapat meningkatkan pemahaman peserta mengenai pengendalian OPT.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
F. Petunjuk Belajar
Agar peserta latihan lebih mudah memahami seluruh materi dalam bahan ajar ini
maka diperlukan strategi belajar sebagai berikut :
1) Memahami seluruh garis besar isi bahan ajar dengan mempelajarinya secara
sistematis sesuai dengan urutannya.
2) Mengidentifikasi semua jenis Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) padi dan
gejala yang ditimbulkannya.
3) Mempelajari rangkuman dan mengerjakan latihan-latihan dengan cermat.
4) Mempraktikkan apa yang dipelajari di kelas dengan memadukan beberapa
pengalaman peserta.
5) Melakukan evaluasi pencapaian hasil belajar untuk tiap sub materi pokok dan
melakukan pengulangan pada bagian yang belum dikuasai.
4
BAB II
PENGENDALIAN HAMA UTAMA PADI
A. Definisi Hama
Hama merupakan hewan atau binatang yang mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sehingga akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil
tanaman. Produksi dan produktivitas tanaman padi di Indonesia seringkali mengalami
penurunan bahkan sampai terjadi puso akibat adanya serangan hama. Hal ini
disebabkan selain iklim Indonesia sangat menunjang perkembangan populasi hama
juga sangat dipengaruhi oleh perilaku tanam petani yang tidak memperhatikan
ekologi dan perilaku hama. Selain itu perkembangan populasi hama juga disebabkan
oleh matinya musuh-musuh alami akibat dari penggunaan pestisida kimiawi yang
kurang tepat dan kurang bijaksana.
5
Dinamika populasi penggerek batang padi putih sangat dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan terutama faktor iklim (curah hujan), irigasi dan musuh alami.
Gejala Serangan
Pengendalian
6
15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi pertama
dan atau 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi
berikutnya
7
serangan wereng coklat adalah sejak pembibitan hingga fase masak susu dengan
lama total siklus hidup mulai dari fase telur sampai imago adalah 21 - 33 hari.
Gejala Serangan
Serangga dewasa dan nimfa biasanya menetap di bagian pangkal tanaman
padi dan mengisap pelepah daun. Wereng coklat menusukkan stiletnya ke dalam
ikatan pembuluh vaskuler tanaman inang dan mengisap cairan tanaman dari jaringan
floem. Nimfa instar keempat dan kelima menghisap cairan tanaman lebih banyak
daripada instar pertama, kedua dan ketiga. Wereng coklat betina mengisap cairan
lebih banyak daripada yang jantan. Kerusakan khas akibat isapan wereng coklat
adalah kering bagaikan terbakar yang dikenal dengan Hopperburn. Gejala awal yang
timbul adalah menguningnya helaian daun yang paling tua dan makin banyaknya
jamur jelaga karena banyaknya embun madu yang dikeluarkan wereng coklat.
Perubahan warna berlangsung terus meliputi semua bagian tanaman, dan akhirnya
seluruh tanaman mengering berwarna coklat.
Hopperburn biasanya terjadi pada fase setelah pembentukan malai.
Kehilangan hasil akibar serangan wereng coklat berkisar antara 10-90 persen,
tergantung pada tingkat kerusakan tanaman yang terserang.Selain sebagai hama,
wereng coklat juga merupakan vektor (penular) penyakit virus kerdil rumput pada
tanaman padi.
Pengendalian
8
f. Pengendalian terbaik:
pada G0 dan G1
paling lambat pada G2
pada G3 tidak akan berhasil
Gejala Serangan
a. Pada lokasi persemaian, daun tanaman yang baru tumbuh terpotong hingga
tanaman mati.
b. Menyerang tanaman dibawah umur 15 hari setelah tanam.
10
c. Bagian bawah tanaman terpotong.
Pengendalian
Dilakukan hanya untuk lahan yang populasi keongnya sangat tinggi dan sukar
dalam pengaturan airnya, sebab pestisida juga toksik terhadap fauna air lain.
Menaburkan daun kencur di lokasi yg terserang keong mas
Perlakuan benih dengan penggunaan saponin saat perendaman
Aplikasi dengan bahan nabati seperti rerak .
C. Rangkuman
D. Latihan
1. Jelaskan pengertian hama.
2. Sebutkan jenis-jenis hama utama pada tanaman padi.
3. Jelaskan gejala serangan wereng coklat
4. Jelaskan ekobiologi dan teknik pengendalian hama tikus
5. Sebutkan jenis-jenis insektisida yang digunakan untuk mengendalikan hama
tanaman padi.
12
BAB III
PENGENDALIAN PENYAKIT UTAMA PADI
A. Definisi Penyakit
Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan sudut
ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Kerusakan yang ditimbulkan oleh
penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap
masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena hilangnya hasil ternyata
juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan terhadap konsumen
dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut.
13
Seluruh daun muda akan tampak menguning dan mengering dapat disangka
sebagai kerusakan karena serangan sundep atau penggerek batang.
Pada tanaman tua, bagian tepi ujung daun menjadi kuning dan menguningnya
jaringan tersebut meluas ke daun bagian bawah bagian bawah. Akhirnya ujung
daun menjadi kering dan berwarna putih. Gejala kuning tersebut pertama terjadi
sekitar fase bunting sampai malai keluar. Gejala ini dinamakan “beluk”.
Pengendalian
a. Pengendalian secara Teknis Budidaya
Menanam Varietas Tahan
Atur pertanaman di lapang agar jangan terlalu rapat;
Kurangi penggunaan pupuk N;
Keringkan sawah beberapa hari pada saat anakan maksimum;
Rotasi tanaman dengan kacang-kacangan untuk menurunkan serangan;
b. Pengendalian secara Mekanis
Sanitasi
Buang, bakar atau manfaatkan jerami menjadi pupuk organik
c. Pengendalian Secara Kimiawi
Gunakan fungisida (bila diperlukan) antara lain yang berbahan aktif:
heksakonazol, karbendazim, tebukanazol, belerang, flutalonil, difenokonazol,
propikonazol atau validamisin A.
Untuk mencegah serangan penyakit ini dapat menggunakan fungisida dengan
aplikasi pada saat anakan maksimun dan awal fase produktif.
2. Tungro
Tungro merupakan salah satu penyakit utama
pada padi sangat merusak dan tersebar luas.
Di Indonesia, semula penyakit ini hanya
terbatas di Sulawesi Selatan, tetapi sejak awal
tahun 1980-an menyebar ke Bali, Jawa Timur
dan sekarang sudah menyebar ke hampir
seluruh wilayah Indonesia. Bergantung pada
saat tanaman terinfeksi, tungro dapat menyebabkan kehilangan hasil 5 - 70 %. Makin
awal tanaman terinfeksi tungro, makin besar kehilangan hasil yang ditimbulkannya.
Virus tungro dapat ditularkan dari tanaman satu ketanaman yang lain dan dari suatu
lahan kelahan lainnya oleh wereng hijau, yang disebut sebagai “vector”. Wereng hijau
14
dapat memperoleh virus hanya dari tumbuhan yang terinfeksi virus dan harus makan
untuk waktu yang pendek sekitar 30 menit sebelum wereng Hijau dapat menularkan
pada tanaman yang lain. Wereng Hijau hanya dapat menularkan virus pada tanaman
lain setelah ia mengandung virus tersebut, kemudian memakan tanaman yang sehat.
Setelah menyuntikan partikel virus tungro, virus memerlukan waktu 2 minggu masa
inkubasi. Tingkat serangan virus tungro ini dipengaruhi oleh : ketahanan varietas,
iklim dan teknologi budidaya.
Gejala serangan
Gejala serangan tungro yang menonjol adalah perubahan warna daun dan tanaman
tumbuh kerdil. Warna daun tanaman sakit bervariasi dari sedikit menguning sampai
jingga. Warna kuning tersebut dimulai dari ujung daun meluas ke bagian bawah.
Tingkat kekerdilan tanaman juga bervariasi dari sedikit kerdil sampai sangat kerdil.
Bila infeksi terjadi pada awal pertumbuhan tanaman (fase vegetative) tumbuhan akan
terlihat sangat kerdil, dengan sedikit anakan dan tidak menghasilkan malai. Gejala
khas ini ditentukan oleh tingkat ketahanan varietas, kondisi lingkungan dan fase
tumbuh saat tanaman terinfeksi.
Pencegahan
Gejala Serangan
Penyakit disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani, dengan gejala awal berupa
bercak oval atau bulat berwarna putih pucat pada pelepah. Penyakit menyebabkan
tanaman menjadi mudah rebah, makin awal terjadi kerebahan, makin besar
kehilangan yang diakibatkannya. Penyakit ini menyebabkan gabah kurang terisi
penuh atau bahkan hampa. Dalam keadaan yang menguntungkan (lembab), penyakit
dapat mencapai daun bendera. Patogen bertahan hidup dan menyebar dengan
bantuan struktur tahan yang disebut sklerotium. Penyakit ini sangat sulit dikendalikan
karena patogen bersifat polifag (memiliki kisaran inang yang sangat luas).
Pemupukan tanaman dengan dosis 250 kg urea, 100 kg SP36 dan 100 kg KCl per ha
dapat menekan perkembangan penyakit ini.
Pengendalian
a. Pengendalian secara Bercocok Tanam
Atur pertanaman di lapang agar jangan terlalu rapat;
Keringkan sawah beberapa hari pada saat anakan maksimum;
Bajak yang dalam untuk mengubur sisa-sisa tanaman yang terinfeksi;
Rotasi tanaman dengan kacang-kacangan untuk menurunkan serangan
penyakit;
Buang gulma dan tanaman yang sakit dari sawah;
b. Pengendalian Secara Kimiawi
Gunakan fungisida (bila diperlukan) antara lain yang berbahan aktif:
heksakonazol, karbendazim, tebukanazol, belerang, flutalonil, difenokonazol,
propikonazol atau validamisin A.
Untuk mencegah serangan penyakit ini dapat menggunakan fungisida dengan
aplikasi pada saat anakan maksimun dan awal fase produktif.
Pencegahan
Pengendalian secara Bercocok Tanam
gunakan pemupukan berimbang; pupuk nitrogen sesuai anjuran dan pemupukan
K cenderung dapat menurunkan infeksi penyakit
Pemupukan tanaman dengan dosis 250 kg urea, 100 kg SP36 dan 100 kg KCl
per ha
Pengaturan pengeringan sawah hingga tanah retak-retak dapat mengurangi
serangan penyakit ini
Pengendalian secara Mekanik
Mengurangi banyaknya spora jamur di sawah dengan cara sanitasi melalui
pembersihan atau pembakaran jerami dan tunggul jerami
Pengendalian secara Kimiawi
Fungisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif belerang atau difenokonazol
C. Rangkuman
Penyakit tumbuhan adalah perubahan fisiologis pada tanaman budidaya akibat
aktivitas mikroorganisme berupa cendawan, virus, bakteri dll sehingga menyebabkan
ketimpangan pertumbuhan pada tanaman. Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua
sudut yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian
yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh
karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan
gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur
dalam hasil pertanian tersebut.
Pengendalian pada penyakit tumbuhan diarahkan pada pemanfaatan seluruh teknik
pengendalian dengan tetap mempertimbangkan keseimbangan lingkungan yang lebih
dikenal dengan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT).
18
D. Latihan
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Tindak Lanjut
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Masalah Lapang Hama, Penyakit dan Hara Padi. Kementerian Pertanian.
Jakarta
Gupta, O.P. 1984. Management Weed Scientific. New Delhi: Today and Tomorrow’s
Printers and Pub.,
Kartasapoetra, AG. 1993. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara,
Jakarta
Khodayati, K.P. et al. 1989. ”Fenoxaprop for Grass Control in Dry Seeded Rice (Oryza
sativa)”. Weed Techn, 3:131–135.
Labrada, R. 2003. “The Need for Improved Weed Management in Rice”. In Dat Van Tran
(Ed.), Sustainable rice production for food security. Proceeding of the 20th
session of the International Rice Commission. Bangkok, Thailand, 22–26 July
2002. FAO, Rome.
Rijn, P.J. van. 2000. Weed Management in the Humid and Sub-humid Tropics.
Amsterdam, Netherlands: Royal Tropical Institute KIT Press.
Sundaru, M. Syam, M. Bakar, J. 1976. Beberapa Jenis Gulma Padi Sawah. Lembaga
Pusat Penelitian Pertanian Bogor, Buletin Teknik No. 1.
Smith, R.J. Jr. 1981. “Weeds of Major Economic Importance in Rice and Yield Losses
due to Weed Competition”. In Weed Control in Rice. Los Banos,
Philippines:IRRI.
Tjoe Tjien Mo, 1953. Memberantas Hama Padi di Sawah dan Gudang, Jakarta
21
Wahyudi, Pangabean, Pujiyanto, 2008. Panduan lengkap padi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
22