Anda di halaman 1dari 3

Mengatasi Penyakit Tanaman Cabai

Antraknosa (Busuk Buah) dan Keriting Daun


Dua Musuh Utama Petani Cabai

Antraknosa

Penyakit yang menyerang buah cabai itu disebut busuk buah, yang dikenal dengan nama
antraknosa. Penyebabnya, cendawan Colletotrichum sp atau cendawan Gloeosporium sp.
Serangannya terutama terjadi di daerah berkelembapan tinggi, seperti Cipanas. Maka, tak
heran kalau tanaman cabai di sana sering terserang hama ini.

Gejala awal serangannya berupa bintik-bintik hitam pada buah, biasanya buah yang sudah
tua. Bintik-bintik itu akan berkembang menjadi bercak hitam yang cukup besar, yang
selanjutnya akan melingkari buah cabai. Pada stadia berikutnya, bagian buah yang terserang
akan tampak membusuk dan kering, yang berakhir dengan rontoknya buah.

Cendawan penyebab antraknosa ini masih bisa bertahan hidup pada cabai-cabai yang sudah
dipanen dan disimpan. Kalau cabai yang terserang itu kemudian diambil bijinya untuk
dijadikan bibit, maka tanaman generasi berikutnya akan tertular.

Keriting Daun

Terjadinya keriting daun pada cabai bisa karena ulah virus, bisa juga karena serangan hama
penusuk-pengisap yang berupa kutu dan (Myzus persicae), tungau (Tetranychus sp), dan
thrips. Serangannya bisa terjadi di segala musim, tapi yang terberat terjadi pada musim
kemarau. Dibandingkan dengan penyakit antraknosa, serangan keriting daun ini lebih banyak
dikeluhkan. Hal ini bisa dimengerti, karena umumnya penanaman cabai dilakukan di dataran
rendah yang kelembapan udaranya tak begitu tinggi. Tapi kalau penanamannya dilakukan di
dataran tinggi basah, seperti Cipanas, maka antraknosa akan menjadi penyakit utama di sana.

Mengatasi Penyakit Tanaman Cabai Antraknosa (Busuk Buah) dan Keriting Daun

Untuk mengatasi ancaman penyakit utama tanaman cabai itu, maka segala aspek budidaya
harus diperhatikan. Pemilihan bibit, pengaturan pola tanam, maupun penggunaan pestisida
harus dilakukan secara baik. Menurut peneliti dan perusahaan pestisida, caranya adalah
sebagai berikut :
1. Benih Harus Bebas Cendawan

Benih harus bebas dari cendawan penyakit. Kalau benih itu dipersiapkan sendiri, jangan
sekali-kali memanfaatkan buah cabai yang terserang antraknosa. Kalau benih itu dibeli dari
toko benih, dipilih yang sudah bersertifikat.

2. Pengaturan Jarak Tanam

Dalam penanaman di musim hujan, jarak tanamnya harus diperpanjang, agar kebun tidak
lembap. Kelembapan kebun akan menyebabkan cendawan penyebab antraknosa berkembang
pesat. Kalau jarak tanam pada musim kemarau cukup 60 x 70 cm, maka pada musim hujan
diperpanjang menjadi 70 x 100 cm.

3. Penggunaan Pestisda Secara Dini

Untuk mencegah serangan keriting daun, penyemprotan insektisida harus dilakukan lebih
dini. Penyemprotan dimulai sejak tanaman berumur 2 minggu di lapangan, dengan selang
waktu 7 – 10 hari. Insektisida yang digunakan harus berganti-ganti mereknya. Beberapa
insektisida yang dianjurkan untuk menanggulangi keriting daun tercantum pada tabel.

PESTISIDA YANG DIANJURKAN UNTUK MENCEGAH SERANGAN KERITING DAUN DAN ANTRAKNOSA

Jenis Serangan Nama Pestisida Nama Bahan Aktif

Penyakit antraknosa karena Karbendazim 6,2 %, mankoseb 73,8


Delsene MX 200, Velimex 80 WP
candawan Colletotrichum sp %,meneb 72 %, dan zineb 8 %

Penyakit antraknosa karena


Topsin M 70 WP Metil tiofanat 70 %
cendawan Gloeosporium sp

Alystin 25 WP, Supracide 40 EC, Triflum 25 %, metidation 420 g/l,


Keriting daun karena kutu daunMizus
Curacron 500 EC, Tokuthion 500 EC, profenofos 500 g/l, protiofos 500 g/l,
Persicae
Nudrin 215 WSC metomil 215 g/l

Keriting daun karena


Meothrin 50 EC, Tedion 75 EC Fenpopatrin 50 g/l, tetradifon 75,29 g/l
tungauTetranichus sp

Dekasulfan 350 EC, Sematron 75 SP, Endosulfan 350 g/l, asefat 74,97 %,
Keriting daun karena Thrips
Mesurol 50 WP merkaptodimetur 50 %

Konsentrasi dan volume semprotnya mengikuti aturan dari masing-masing insektisida. Untuk
mencegah penyakit antraktonas, penyemprotan fungisida harus sudah dilakukan sejak buah
mulai terbentuk, yaitu 2 minggu setelah buah muncul. Selang waktu penyemprotan 7 – 10
hari, volume semprot dan konsentrasinya menurut anjuran dalam setiap kemasan fungida.

4. Pergiliran Tanaman

Penanaman cabai secara terus-menerus jelas akan mmelipatgandakan jumlah hama/penyakit.


Oleh karena itu, harus dilakukan pergiliran tanaman. Dan sebaiknya penanaman cabai hanya
dilakukan sekali dalam setahun. Dengan cara ini, siklus hidup hama atau penyakit akan
terhenti, sehingga serangannya pada musim tanam berikutnya akan berkurang.

5. Pemupukan yang Cukup


Pemupukan yang cukup akan membuat tanaman cabai tumbuh lebih baik, sehingga daya
tahannya terhadap hama dan penyakit meningkat. Seorang peneliti di balai Penelitian
Hortikultura Lembang (Jabar) menganjurkan, agar tanaman dipupuk dengan dosis 150 kg N,
60 kg P205 dan 50-100 kg K2O per hektar.

Demikianlah lima jurus yang dianjurkan dalam menanggulangi ancaman hama/penyakit pada
tanaman cabai. Semoga Bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai