Anda di halaman 1dari 7

Notulensi Penyelenggaraan Bimbingan Teknis Pengendalian OPT Cabai Merah Bagi

Penerimaan Bantuan Sarana Produksi Hortikultura Tanggal 15 November 2022

Peserta:
Poktan Cabai di Jawa Barat
PPL pendamping poktan
POPT

Strategi menyikapi perubahan iklim


a. Antisipasi, berupa pengkajian terhadap perubahan iklim untuk meminimalkan
dampak negatif terhadap sektor pertanian
b. Adaptasi, berupa penyesuaian sistem alam dan sosial untuk menghadapi dampak
perubahan iklim
c. Mitigasi, usaha dalam mengurangi risiko terhadap peningkatan emisi gas rumah
kaca
Pengaruh iklim bersifat spesif;
• Ada pengaruh suhu udara dan curah hujan terhadap variasi kelimpahan Nilaparvata
lugens sepanjang tahun (Ali et al., 2014).
• Peningkatan suhu dan kadar CO2 berbanding lurus dengan tingkat keperidian N.
lugens betina (Shi et al., 2014).
• Peningkatan suhu berbanding terbalik dengan kelimpahan populasi Plutella xylostella.
Kelembapan udara yang ekstrim juga dilaporkan menurunkan kelimpahan P.
xylostella (Farias et al., 2020).
• Ledakan populasi hama tanaman konifer Choristoneura fumiferana di Kanada
cenderung terjadi jika periode awal musim panas bersifat kering dengan cerah (Lynch
et al., 2012).
• Kelimpahan populasi lalat buah Bactrocera invadens meningkat pada musim hujan
(Vayssières et al., 2009)
Pengaruh suhu terhadap tanaman, dan serangga/penyakit tanaman

Suhu sangat rendah: pertumbuhan tanaman sangat lambat sehingga tidak mendukung
untuk perkembangan serangga.
Suhu tinggi: tanaman berkembang terlalu cepat yang menyebabkan tidak terjadi
sinkronisasi dengan kehidupan serangga.

Hama Tanaman Cabai Merah


1. Thrips (Thrips parvispinus Karny) Thripidae:Thysanoptera))
Gejala serangan :Hama ini menyerang tanaman dengan menghisap cairan
permukaan bawah daun (terutama daun-daun muda). Serangan ditandai dengan
adanya bercak keperak - perakkan. Daun yang terserang berubah warna menjadi
coklat tembaga, mengeriting atau keriput dan akhirnya mati. Pada serangan berat
menyebabkan daun, tunas atau pucuk menggulung ke dalam dan muncul benjolan
seperti tumor, pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman
menjadi mati.
Hama ini merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting. Pada musim
kemarau perkembangan hama sangat cepat, sehingga populasi lebih tinggi
sedangkan pada musim penghujan populasinya akan berkurang karena banyak thrips
yang mati akibat tercuci oleh air hujan.
Hama ini bersifat polifag dengan tanaman inang utama cabai, bawang merah, bawang
daun, jenis bawang lainnya dan tomat, sedangkan tanaman inang lainnya tembakau,
kopi, ubi jalar, waluh, bayam, kentang, kapas, tanaman dari famili Crusiferae,
Crotalaria dan kacang-kacangan.
Cara pengendalian:

• Menggunakan tanaman perangkap seperti kenikir kuning.

• Menggunakan mulsa perak

• Sanitasi lingkungan dan pemotongan bagian tanaman yang terserang thrips.

• Penggunaan perangkap warna kuning sebanyak 40 buah per ha atau 2 buah per 500
m2 yang dipasang sejak tanaman berumur 2 minggu. Perangkap dapat dibuat dari
potongan bambu yang dipasang plastik map warna kuning. Plastik diolesi dengan lem
agar thrips yang tertarik menempel. Apabila plastik sudah penuh dengan thrips maka
plastik perlu diganti.

• Pemanfaatan musuh alami yang potensial untuk mengendalikan hama thrips, antara
lain predator kumbang Coccinellidae, tungau, predator larva Chrysopidae, kepik
Anthocoridae dan patogen Entomophthora sp.

• Pestisida digunakan apabila populasi hama atau kerusakan tanaman telah mencapai
ambang pengendalian (serangan mencapai lebih atau sama dengan 15% per tanaman
contoh) atau cara-cara pengendalian lainnya tidak dapat menekan populasi hama.
2. Lalat Buah (Bactrocera sp.)

Gejala serangan : Lalat buah menyebabkan kerusakan pada buah cabai yang masih
muda maupun buah yang sudah matang. Buah yang terserang akan membusuk dan
kemudian jatuh ke tanah. Gejala awal terlihat dari adanya titik hitam pada bagian
pangkal buah, titik hitam pada pangkal buah muncul karena aktifitas lalat buah dewasa
yang memasukkan telurnya pada buah cabai. Telur tersebut akan menetas dan
berkembang di dalam buah cabai. Larva yang terdapat di dalam buah menimbulkan
kerusakan dari dalam, buah menjadi berwarna kuning pucat dan layu. Kualitas buah
cabai yang terserang hama ini akan menurun dan tidak layak untuk dipasarkan.
Serangan berat terjadi pada musim hujan disebabkan oleh bekas tusukan ovipositor
serangga betina terkontaminasi oleh cendawan sehingga buah yang terserang
menjadi busuk dan jatuh ke tanah.

Cara Pengendalian:
• Pemusnahan buah terserang
• Pembungkusan buah
• Pengggunaan perangkap atraktan metil eugenol (ME) atau petrogenol sebanyak 1
ml/perangkap. Jumlah perangkap yang dibutuhkan 40 buah/Ha. Perangkap dipasang
pada saat tanaman berumur 2 minggu sampai akhir panen dan atraktan diganti setiap
2 minggu sekali.
• Rotasi tanaman
• Pemanfaatan musuh alami antara lain parasitoid larva dan pupa (Biosteres sp, Opius
sp), predator semut, Arachnidae (laba – laba), Staphylinidae (kumbang) dan
Dermatera (Cecopet).
• Pengendalian secara kimiawi dilakukan apabila cara – cara pengendalian lainnya tidak
dapat menekan populasi hama. Pestisida yang digunakan harus efektif, terdaftar dan
sesuai anjuran.

3. Kutu Kebul (Bemisia tabaci)


Gejala serangan: Gejala serangan pada daun berupa bercak nekrotik, disebabkan
oleh rusaknya sel-sel dan jaringan daun akibat 6 serangan nimfa dan serangga
dewasa. Pada saat populasi tinggi, serangan kutu kebul dapat menghambat
pertumbuhan tanaman. Embun muda yang dikeluarkan oleh kutu kebul dapat
menimbulkan serangan jamur jelaga yang berwarna hitam, menyerang berbagai
stadia tanaman. Keberadaan embun jelaga menyebabkan terganggunya proses
fotosintesis pada daun.

Cara Pengendalian:
• Pemanfaatan musuh alami, seperti predator, parasitoid dan patogen serangga.
• Predator yang diketahui efektif terhadap kutu kebul, antara lain Menochilus
sexmaculatus (mampu memangsa larva Bemisia tabaci sebanyak 200 – 400
larva/hari), Coccinella septempunctata, Scymus syriacus, Chrysoperla carnea,
Scrangium parcesetosum, Orius albidipennis, dll.
• Parasitoid yang diketahui efektif menyerang B. Tabaci adalah Encarcia adrianae (15
spesies), E. Tricolor, Eretmocerus corni (4 spesies), sedangkan jenis patogen yang
menyerang B. Tabaci, antara lain Bacillus thuringiensis, Paecilomyces farinorus dan
Eretmocerus
• Penggunaan perangkap kuning dapat dipadukan dengan pengendalian secara
fisik/mekanik dan penggunaan insektisida secara selektif. Dengan cara tersebut
populasi hama dapat ditekan dan kerusakan yang ditimbulkannya dapat dicapai dalam
waktu yang relatif lebih cepat.
• Sanitasi lingkungan
• Tumpangsari antara cabai dengan Tagetes, penanaman jagung disekitar tanaman
cabai sebagai tanaman perangkap.
• Sistem pergiliran tanaman (rotasi) dengan tanaman bukan inang, seperti tanaman
kentang dan mentimun.
• Penggunaan pestisida selektif sebagai alternatif terakhir antara lain Permethrin,
Amitraz, Fenoxycarb, Imidacloprid, Bifenthrin, Deltamethrin, Buprofezin, Endosulphan
dan asefat.

4. Kutu Daun Persik (Myzus persicae)

Gejala serangan: Kutu daun yang berada pada permukaan bawah daun mengisap
cairan daun muda dan bagian tanaman yang masih muda. Daun yang terserang akan
tampak berbercak-bercak. Hal ini akan menyebabkan daun menjadi keriting. Pada
bagian tanaman yang terserang akan didapati kutu yang bergerombol. Bila terjadi
serangan berat daun akan berkerut-kerut (menjadi keriput), tumbuhnya kerdil,
berwarna kekuningan, daun-daunnya terpuntir, menggulung kemudian layu dan mati.
Kutu daun persik merupakan hama yang menjadi hama utama karena beberapa
alasan diantaranya mampu bertahan hidup pada hampir semua tanaman budidaya,
merupakan penular yang paling efisien dibandingkan hama lainnya.

Cara Pengendalian:
• Pengendalian hama kutu daun ini dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida,
bila populasi tinggi (ambang batas), yaitu lebih dari 50 setiap tanaman pada tanaman
muda, tanaman pindahan, hampir panen.
• Musuh alami kutu daun ini dapat berupa parasitoid yaitu Diaretiella rapae, sedangkan
predator yang berfungsi sebagai musuh alami dari hama ini seperti kumbang macan,
laba-laba, larva dari syrphid, dan belalang sembah.

5. Tungau (Polyphagotarsonemus latus dan Tetranychus sp.)

Gejala serangan: Tungau menyerang daun-daun muda dengan cara menghisap


cairan tanaman dan menyebabkan kerusakan sehingga terjadi perubahan bentuk
menjadi abnormal dan perubahan warna seperti daun menebal dan berubah warna
menjadi tembaga atau kecokelatan.
Daun menjadi kaku dan melengkung ke bawah, menyusut dan keriting. Tunas dan
bunga gugur. Serangan berat terjadi pada musim kemarau, biasanya serangan
bersamaan dengan serangan Thrips dan kutu daun.

Cara pengendalian:

• Sanitasi dengan mengeradikasi bagian tanaman yang terserang kemudian


dimusnahkan.
• Pemanfaatan musuh alami yaitu predator Ambhyseins cucumeris
• Pengendalian dengan akarisida yang efektif, terdaftar dan diijinkan Menteri Pertanian
dilakukan apabila ditemukan gejala kerusakan daun dan populasi tungau.

Penyakit tanaman cabai merah :


1. Bercak daun
Penyebab Cendawan Cercospora capsici
Gejala serangan Bercak kecil berbentuk bulat dan kering dengan diameter kurang
lebih 0,5 cm. Pusat bercak berwarna pucat sampai putih dengan
warna tepi lebih tua.
Pengendalian 1. Menciptakan Iklim miro yg tidak sesuai dg penyakit
2. Pembuangan tunas air dan daun bawah.
3. Pemasangan turus bambu sebagai penyangga tanaman agar
terjadi sirkulasi udara

2. Mosaik Virus

Penyebab Cucumber Mozaic Virus, Tobacco Etch Virus dan Tobacco Rattle
virus
Gejala serangan Menguningnya tulang daun atau terjadinya jalur kuning sepanjang
tulang daun. Daun menjadi belang hijau muda dan hijau tua, serta
ukuran daun menyempit atau mengecil. Jika infeksi terjadi pada
tanaman muda akan menyebabkan tanaman kerdil
Penularan ✓ Kutu daun
✓ Secara mekanik (gosokan)
✓ Nematoda genus Trichodorus
Pengendalian 1. Pemusnahan gulma khususnya family terung-terungan
2. Penyemaian cabai didalam sungkup
3. Sanitasi di persemaian
4. Penggunaan MPHP
5. Tumpangsari dengan kemangi atau seledri
6. Tanaman yang terinfeksi dicabut dan dibakar

3. Yellow Virus (Pepper Yellow Leaf Curl Virus (PYLCV)


Penyebab Pepper Yellow leaf curl Virus (PYLCV)
Virus Gemini
Vektor Bemisia tabaci
Gejala serangan Pertama muncul gejala pada pucuk atau daun muda berupa bercak
kuning disekitar tulang daun, mirip dengan kekurangan unsur mikro
Fe. Tanaman yang terinfeksi, pada awal pertumbuhan tidak dapat
tumbuh dengan normal & tdk menghasilkan buah
Pengendalian 1. Pemusnahan gulma babadotan yg merupakan inang kutu
kebul
2. Penyemaian cabai didalam sungkup
3. Sanitasi di persemaian
4. Penanaman jagung sebagai barrier
5. Pemasangan perangkap kuning
6. Penggunaan MPHP
7. Tumpangsari dengan kemangi atau seledri
8. Tanaman yang terinfeksi dicabut dan dibakar

4. Layu fusarium
Penyebab Fusarium oxysporum
Penularan Melalui udara dan air
Gejala serangan Tanaman menjadi layu mulai dari daun bagian bawah. Anak tulang
daun menguning. Jaringan batang dan akar berwarna coklat
Tanaman Inang bawang merah, buncis, kentang, kaccang Panjang, labu, mentimun,
oyong, paria, seledri, semangka, tomat dan terung
Pengendalian 1. Penyiraman larutan PF atau larutan kaporit pada lubang
tanamam dg dosis 200 ml/lubang
2. Pembuatan bedengan yg cukup tinggi (30-40 cm)pada musim
hujan.
3. Eradikasi

5. Layu Bakter

Penyebab Ralstonia solanacearum


Gejala serangan Gejala awal tanaman menjadi layu yang dimulai dari pucuk menjalar
ke bagian bawah tanaman sampai seluruh daun layu dan akhirnya
tanaman mati. Penyakit akan berkembang pesat pada musim hujan
Pengendalian 1. Penyiraman larutan PF atau larutan kaporit pada lubang
tanamam dg dosis 200 ml/lubang
2. Pembuatan bedengan yg cukup tinggi (30-40 cm)pada musim
hujan.
3. Eradikasi

6. Busuk buah
Penyebab Cendawan Colletotrichum capsica
Penularan Udara dan biji
Gejala serangan Timbulnya bercak coklat kehitaman pada permukaan buah, kemudian
bercak menjadi lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan
titik hitam yg merupakan kelompok spora. pada serangan berat
seluruh permukaan buah keriput & mengering dan warna kulit buah
spt kulit Jerami padi.
Pengendalian 1. Menciptakan Iklim miro yg tidak sesuai dg penyakit
2. Pembuangan tunas air dan daun bawah.
3. Pemasangan turus bambu sebagai penyangga tanaman agar
terjadi sirkulasi udara

7. Busuk daun Phytophtora

Penyebab Phytopththora capsici


Penularan Udara dan air
Gejala serangan Gajala awal berupa bercak kebasah basahan pada bagian tepi atau
tengah daun. Bercak selanjutnya melebar 7 terbentuk daerah nekrotik
yg berwarna coklat. Bercak dikelilingi oleh masa sporangium yg
berwarna putih dg latar belakang hijau kelabu. Serangan dpt
menyebar ke batang, tangkai dan buah.
Pengendalian 1. Menciptakan Iklim miro yg tidak sesuai dg penyakit
2. Pembuangan tunas air dan daun bawah.
3. Pemasangan turus bambu sebagai penyangga tanaman agar
terjadi sirkulasi udara

Oleh : Taufik Nur Hidayah (POPT)

Anda mungkin juga menyukai