Anda di halaman 1dari 123

PHT PADA OPT UTAMA

TANAMAN SAYURAN

Oleh :
FUNGSIONAL BPTPH JABAR
(Sumber : Tonny M & Berbagai Sumber)

Disampaikan padaPEMBEKALAN PETUGAS HORTIKULTURA


DI HOTEL AUGUSTA BANDUNG TANGGAL 26-28 MEI 2009
LATAR BELAKANG
Komoditas
Hortikultura :
 Sumber gizi dan vitamin
 Nilai ekonomi tinggi
 Peluang pasar (ekspor) cukup terbuka
 Produktivitas masih rendah

?
 Teknik budidaya belum optimal
 Pengetahuan bioekologi OPT masih terbatas
 Upaya perlindungan tanaman masih mengandalkan pestisida
PENGELOLAAN OPT TERPADU
1. Segitiga Pemicu Munculnya Suatu OPT Fisologis Tan.

2. Bagaimana Suatu Penyakit Menginfeksi Tanaman


 Bakteri  Nematoda
 Cendawan  Virus

Aspek Teknis
3. Upaya-upaya Pengendalian Aspek Ekologis
Pendekatan Sistem PHT Aspek Ekonomis
Aspek Sosial
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

Budidaya Tan. Sehat

Pertanian Berkelanjutan
Prinsip-prinsip Ekologi :
1. Menjamin kondisi tanah yang mendukung pertumb. tanaman
2. Mengoptimalkan ketersediaan dan daur unsur hara
3. Meminimalkan kerugian akibat hama dan penyakit
OPT TANAMAN BAWANG
MERAH
Ulat bawang (Spodoptera exigua)
Orong-orong (Gryllotalpa sp.)
Trips (Thrips tabaci)
Pengorok daun (Liriomyza sp.)

Penyakit antraknose
Penyakit bercak ungu
Penyakit layu fusarium
Ulat bawang (S. exigua)
Ngengat berwarna
kelabu
Telur diletakkan
secara berkelompok
Ulat berwarna hijau
atau coklat

Gejala serangan
ditandai dengan
timbulnya bercak
putih transparan
pada daun
Orong-orong (Gryllotalpa sp.)
Umumnya menyerang tanaman bawang
merah pada penanaman kedua
Menyerang pada tanaman muda (1-2 MST)

Gejala serangan ditandai dengan layunya


tanaman, karena akar tanaman rusak
Trips (T. tabaci)
Serangga dewasa panjangnya
1 mm dengan sayap
berjumbai seperti sisir.

Umumnya menyerang pada


musim kemarau yang terik,
terutama pada lahan yang
kekurangan air.

Gejala serangan : daun


berwarna putih berkilau
seperti perak
Pengorok daun (Liriomyza sp.)

Serangga dewasa berupa lalat


kecil berukuran sekitar 2 mm

Larva mengorok daun


serangga dewasa menusuk
dan mengisap cairan daun

Gejala serangan : bintik-bintik


putih dan alur korokan pada
daun
Penyakit antraknose

Patogen: cendawan Coletrotricum


gloeosporioides
Gejala serangan : terbentuk bercak
putih pada daun lekukan
patahnya daun-daun bawang
secara serentak
Umumnya penyakit ini menyerang
pada musim hujan
Di Brebes : penyakit otomatis, karena
menyerang pertanaman dengan tiba-
tiba
Penyakit bercak ungu

Patogen: cendawan Alternaria


porii kelembaban tinggi
dengan suhu di atas 26 oC

Gejala serangan : bercak kecil


melekuk berwarna putih atau
ungu
Penyakit layu fusarium
Patogen: cendawan Fusarium
oxysporum
Gejala serangan : daun
menguning, terpelintir, dan
layu. Jika dicabut akarnya
membusuk
Ditularkan melalui bibit,
tanah, udara, dan air
OPT TANAMAN CABAI
Ulat grayak (Spodoptera litura)
Trips (Thrips parvispinus)
Ulat buah (Helicoverpa armigera)
Pengorok daun (Liriomyza sp.)
Kutu kebul (Bemisia tabaci)
Lalat buah (Bactrocera dorsalis)
Kutudaun (Myzus persicae)
Tungau (Polyphagotarsonemus latus dan
Tetranychus sp.)

Penyakit busuk buah


Penyakit bercak serkospora
Penyakit layu bakteri
Penyakit layu fusarium
Penyakit mosaik dan virus kerupuk
Ulat grayak (S. litura)
Hama ini menyerang
tanaman cabai dari
persemaian sampai di
lapangan
Ciri khasnya pada
segemen ke-4 dari
abdomen terdapat
bercak hitam yang
menyerupai kalung
Trips (Thrips parvispinus)
Trips menyerang
tanaman cabai
sepanjang tahun,
khususnya pada musim
kemarau
Gejala serangan
ditandai dengan daun
bagian bawah
keperakan, mengeriting,
berkerut, dan
mengeriting
Ulat buah (H. armigera)

Larva masuk ke
dalam buah dengan
menembus dinding
buah dan hidup di
dalam buah yang
belum masak
Gejala serangan
ditandai dengan
adanya lubang-
lubang pada buah
cabai
Pengorok daun (Liriomyza sp.)

Serangga dewasa berupa


lalat kecil berukuran sekitar
2 mm
Larva merusak tanaman
dengan cara mengorok
daun, sedangkan serangga
dewasa merusak tanaman
dengan cara menusuk dan
mengisap cairan daun
Gejala serangan ditandai
adanya bintik-bintik putih
dan alur korokan pada daun
Kutu kebul (B. tabaci)
Gejala serangan ditandai
dengan adanya bercak
nekrotik pada daun
Embun madu yang
dikeluarkannya dapat
menyebabkan serangan
jamur jelaga yang
berwarna hitam
Kutu kebul adalah vektor
penyakit virus gemini
Lalat buah (B. dorsalis)
Lalat berukuran 6-8 mm
Imago bertina mampu
bertelur sampai 100 butir
Aktivitas serangga dewasa
pada umumnya siang dan
senja hari
Aktivitas serangga terangsang
oleh visualisasi warna,
terutama warna kuning
Gejala serangan ditandai
adanya bekas tusukan pada
pangkal buah
Kutudaun (M. persicae)
Panjang tubuhnya 1-2 mm
Nimfa (apterae), imago
(alatae) mempunyai
sepasang antena
Gejala serangan ditandai
daun keriput, kerdil,
kekuningan, daun terpuntir,
layu
Kutudaun vektor penyakit
virud PLRV dan PVY
Tungau (P. latus dan Tetranychus sp.)
Tungau pada tanaman cabai
ada dua jenis, yaitu tungau
teh kuning (P.latus) dan
tungau merah (Tetranychus
sp.)
Gejala serangan ditandai
dengan adanya warna
tembaga pada bawah daun,
tepi daun mengeriting, daun
melengkung ke bawah, tunas
daun dan bunga gugur
Penyakit busuk buah

Penyakit ini disebabkan


oleh cendawan C.
gloeosporioides
Gejala serangan awal
berupa bercak coklat
kehitaman pada
permukaan buah. Pada
bagian tengah bercak
terdapat kumpulan titik
hitam yang merupakan
kelompok spora
Bercak daun serkospora

Penyebab : jamur Cercospora


capsici.

Gejala serangan : pada daun


terdapat bercak bulat berwarna
putih atau pucat dengan tepi yang
lebih tua warnanya seperti mata
katak, sehingga penyakit ini
disebut pula “mata katak”. Pada
tangkai buah terdapat bercak
melingkar berwarna putih
kecoklatan
Penyakit layu bakteri
Penyebab : bakteri Ralstonia
solanacearum
Pada tanaman muda, gejala layu
mulai tampak pada daun bagian
atas tanaman. Setelah beberapa
hari diikuti oleh layu mendadak dan
permanen, tetapi warna daun tetap
hijau atau sedikit menguning. Buah
menguning.
Penyakit layu fusarium

Penyebab : jamur Fusarium


oxysporum
Gejala serangan : layu dari bagian
bawah tanaman menjalar ke bagian
atas, ke ranting-ranting muda
kemudian mati. Warna jaringan akar
dan batang coklat.
Suhu optimal untuk perkembangan
patogen ini berkisar antara 24-27 oC.
Penyakit mosaik

Penyebab oleh CMV (Cucumber Mosaic Virus), CVMV (Chilli Veinal


Mottle Virus), PVY (Potato Virus Y), dan TMV (Tobacco Mosaic
Virus)
Gejala : daun yang
terserang menjadi belang
hijau muda dan hijau tua.
Ukuran daun
mengecil.Pertumbuhan
tanaman terhambat
sehingga tanaman menjadi
kerdil.
Penyakit virus kerupuk
Penyebab belum dapat diidentifikasi
Gejala serangan ditandai dengan daun-daun
tanaman yang terinfeksi berwarna hijau gelap,
permukaan daun tidak merata, daun melengkung
ke bawah, dan pertumbuhannya kerdil
Penyakit ini ditularkan oleh
Aphis gossypii
Gejala Penyakit Virus Kuning

Daun keriting
Warna
menguning
Bunga gugur
Warna kuning
nampak dari
kejauhan
Gejala pada cabai besar
Gejala pada buah cabai besar
Serangan pada awal pertumbuhan
Gejala pada cabai rawit
Serangan parah pada cabai rawit
Gejala pada buah cabai rawit
Gejala serangan geminivirus pada tomat
Gejala serangan CMV pada cabai
PHT kutu kebul: Pengendalian

PENGENDALIAN DENGAN MUSUH ALAMI

Konservasi musuh alami yang ada di lapang:


– Tidak menggunakan pestisida spektrum luas (termasuk
insektisida nabati)
– Menggunakan insektisida sistemik dan spesisfik utk
kutu kebul

Mengidentifikasi jenis-jenis musuh alami yang ada di


lokasi tertentu dan kalau mungkin mengembangkan
cara perbanyakan di laboratorium dan pelepasannya
di lapang

Mengumpullan informasi yang ada dari berbagai


sumber untuk disebarluaskan
PHT kutu kebul: Pengendalian

PEMUSNAHAN TANAMAN INANG

Pada situasi tertentu dimana pengendalian dengan


cara lain tidak berhasil, terkadang perlu diambil
keputusan untuk memusnahkan populasi kutu kebul
dengan menghilangkan inangnya, dalam hal ini
tanaman cabai (keputusan yang sulit namun
terkadang diperlukan).

Penghilangan inang juga dilakukan pada berbagai


tanaman atau tumbuhan inang yang berada di sekitar
pertanaman cabai
PHT kutu kebul: Pengendalian

PENGGUNAAN PESTISIDA NABATI

Penggunaan pestisida nabati tertentu dengan cara


tertentu yang sesuai dengan SNI pertanian organik
merupakan pilihan untuk pertanaman cabai organik
(gunakan rujukan SNI pertanian organik)

Dalam menggunakan pestisida nabati perlu


diperhatikan hal berikut:
– Beberapa jenis pestisida nabati mempunyai spektrum
yang relatif luas sehingga kemungkinan dapat
membunuh musuh alami

Mengumpulkan dan menyebarluaskan perkembangan


penggunaan pestisida nabati yang berhasil
PHT kutu kebul: Pengendalian

PENGGUNAAN BAHAN KIMIA SELEKTIF DAN


PENGELOLAAN KEKEBALAN SERANGGA (PKS)

Penggunaan pestisida yang secara selektif


mengendalikan kutu kebul sangat disarankan agar
tidak mengganggu populasi musuh alami

Insektisida golongan IGR (Buprofezin, Pyriproxyfen –


JH based) dan neonicotinoid (Imidacloprid,
Thiamethoxam, Acetamiprid) telah terbukti berhasil
mengendalikan kutu kebul di banyak negara dan
merupakan pilihan yang dikombinasikan dengan
teknik budidaya dan pengendalian biologis dalam
program PHT pada kapas
PHT kutu kebul: Pengendalian

PENGGUNAAN BAHAN KIMIA SELEKTIF DAN


PENGELOLAAN KEKEBALAN SERANGGA (PKS) (lanjutan …)

Pengelolaan Kekebalan Serangga – PKS (insect resistance


management) perlu dilakukan agar tidak terjadi kekebalan
(resistensi) pada kutu kebul

PKS dilakukan dengan menggunakan IGR pada saat awal


ditemukan kutu kebul (efektif untuk telur dan nimfa saja).
Terlihat hasilnya lk 14 hari setelah aplikasi

Perlu pengujian jenis nicotinoid dan IGR yang sesuai serta


PKS dengan monitoring tingkat resistensi
Strategi pengendalian
Produksi bibit yang
sehat dan tahan
Perlindungan fisik
pada bibit yang
baru dipindah
OPT TANAMAN KENTANG

Penggerek umbi/ daun (Phthorimae


operculella)
Pengorok daun (Liriomyza sp.)
Kutudaun (Myzus persicae)
Trips (Thrips palmi)
Kutu kebul (Bemisia tabaci)
Penyakit layu bakteri (Ralstonia
solanacearum)
Penyakit busuk daun (Phytopthora infestans)
Penyakit bercak kering (Alternaria solani)
Penyakit virus
Nematoda bengkak akar dan NSK
Penggerek umbi kentang (P. operculella)

Menyerang di
pertanaman dan di
gudang kentang
Gejala serangan pada
daun ditandai dengan
adanya lipatan jaringan
efidermis yang
berwarna coklat
kehitaman
Gejala serangan pada
umbi adanya kotoran
putih pada kulit umbi
Pengorok daun (Liriomyza sp.)
Serangga dewasa berupa
lalat kecil berukuran
sekitar 2 mm
Larva merusak tanaman
dengan cara mengorok
daun, sedangkan serangga
dewasa merusak tanaman
dengan cara menusuk dan
mengisap cairan daun
Gejala serangan ditandai
adanya bintik-bintik putih
kehitaman dan alur
korokan pada daun
Kutudaun (M. persicae)

Panjang tubuhnya 1-2 mm


Nimfa (apterae), imago
(alatae) mempunyai
sepasang antena
Gejala serangan ditandai
daun keriput, kerdil,
kekuningan, daun terpuntir,
layu
Kutudaun vektor penyakit
virud PLRV dan PVY
Trips (Thrips palmi)

Trips menyerang
tanaman kentang
sepanjang tahun,
khususnya pada musim
kemarau
Gejala serangan
ditandai dengan daun
bagian bawah
keperakan, mengeriting,
berkerut, dan
mengeriting
Kutu kebul (B. tabaci)

Gejala serangan ditandai dengan adanya bercak


nekrotik pada daun
Embun madu yang dikeluarkannya dapat
menyebabkan serangan jamur jelaga yang
berwarna hitam
Penyakit layu bakteri
Penyebab : bakteri Ralstonia
solanacearum
Pada tanaman muda, gejala
layu mulai tampak pada
daun bagian atas tanaman.
Setelah beberapa hari diikuti
oleh layu mendadak dan
permanen, tetapi warna daun
tetap hijau atau sedikit
menguning
Pada umbi jika dibelah
terdapat lingkaran vaskuler
yang lebih gelap
Penyakit busuk daun
Penyebab : cendawan P.
infestans
Gejala awal : daun yang
terserang nampak seperti
terendam air panas,
selanjutnya daun menjadi
nekrosis. Pada kondisi
kering daun berwarna
coklat, sedangkan pada
kondisi basah daun
menjadi hitam
Penyakit busuk kering
Penyebab : cendawan A. solani
Gejala pada daun : bercak berwarna coklat,
nekrosis
Gejala pada umbi : busuk berwarna hitam,
kering, dan keras
Penyakit virus (PLRV)

Gejala : ditandai dengan menggulungnya daun-daun bagian atas


terutama anak daun, dan berwarna kuning pucat
Ditularkan oleh kutu daun
Penyakit virus (PVY dan PVA)

Gejala : gejalanya sangat bervariasi, namum


umumnya dimulai dari permukaan daun yang
tidak rata, mengelompok, berhimpit, kerdil, dan
tulang daun nekrosis
Ditularkan oleh kutu daun
Penyakit virus mosaik (PVX, PVS, PVM,
PVY, dan PVA)

Gejala mosaik dapat


terjadi oleh beberapa jenis
virus
Ditularkan oleh bibit,
kontak langsung, dan kutu
daun
Nematoda bengkak akar
(Meloidogyne sp.)
Pada cuaca panas
atau kering gejala
diawali pertumbuhan
pucuk tanaman yang
kecil dan lemah,
daun-daun klorosis
dan layu secara cepat
Akar yang terinfeksi
akan membengkak
dan benjol-benjol
NSK (sista putih dan sista emas/
kuning)
(Globodera palida dan G. rostochiensis)
Pertumbuhan tanaman
kerdil, berwarna kuning,
dan cepat mati
Sista dapat terbawa oleh
tanah yang melekat pada
peralatan pertanian
GEJALA TANAMAN SAKIT
 Pertanaman  terdapat individu / kelompok
tanaman tumbuh kurang baik: kerdil dan
daunnya menguning (klorosis), dan layu pada
siang hari yang terik
 Bagian tanaman di atas permukaan tanah kerdil
dan menguning (cerah), mati bujang (komplikasi
dengan patogen lain)
 Perakaran berkurang, terdapat betina berwarna
putih dan sista berwarna putih, kuning emas,
sampai coklat mengkilat, permukaan umbi
pecah-pecah atau terdapat lekuk-lekuk kecil
A B

Gejala penyakit oleh NSK: penyebaran tanaman C


sakit di lahan mengelompok (A), tanaman kerdil
dan menguning (A,B) dan pada perakaran
ditemukan sista berwarna putih, kuning sampai
coklat
B

(A) Danau Titicaca (3850 m d.p.l.), di


Pegunungan Andes, Amerika Selatan,
Tempat ko-evolusi kentang dan NSK;
Globodera rostochiensis (B) dan
G. pallida (C)
TINDAKAN PRA - TANAM
Pemilihan lahan bebas NSK

Sanitasi kebun  sisa-sisa tanaman kentang


(tanaman volentir), gulma Solanaceae, dll.

Pemilihan bibit kentang bebas NSK

Pengolahan tanah yang baik

Penambahan pupuk organik


TEKNIK PENGENDALIAN
Pergiliran / rotasi tanaman
Tanaman perangkap (trap crop)
Kultivar tahan dan toleran
Pestisida / nematisida selektif
Survey / pengamatan terjadwal
Pengendalian biologi
Lain-lain: pemupukan berimbang, pencabutan
tanaman (roguing), solarisasi tanah,
penambahan bahan organik, tanaman antagonis,
dll.
Pergiliran / rotasi tanaman
Penanaman tanaman bukan inang (selain:
kentang, tomat, aubergine / terung)
Pengalaman negara-negara Eropa: rotasi dengan
barley dapat mengurangi populasi hingga 80%
per musim
Dapat dikombinasi dengan teknik pengendalian
lain: kultivar tahan, tanaman perangkap,
nematisida, dll.
Catatan: dapat menjadi pilihan utama di
Indonesia sebelum ada identifikasi species dan
patotipe yang ada
Tanaman perangkap
Dengan menanam kentang, umur 6 minggu
dicabut sehingga belum bereproduksi. Efikasi
80% per musim dan dapat mencapai 100% bila
ditambah ethopropos pada awal musim tanam
(BELANDA)
Penanaman umbi kentang rentan / toleran
dengan jarak tanam 15 – 20 cm
Solanum sisymbrifolium, merangsang penetasan
telur & tahan terhadap NSK
Catatan: perlu pengkajian lebih cermat untuk
diterapkan di Indonesia
Pengendalian biologi / hayati
Belum ada produk komersial yang tersedia di
pasar (umumnya masih penelitian dalam pot di
rumah kaca)
Beberapa mikroorganisme dilaporkan potensial
sebagai musuh alami NSK, antara lain: Fungi
(Paecilomyces, Cladosporium, Verticillium,
Hirsutella,dan Arthrobotrys) dan bakteri Pasteuria
Sangat cocok dikombinasikan dengan pergiliran
tanaman dan tanaman perangkap (manajemen
NSK secara biologi)
Pestisida
FUMIGAN: Methyl bromide, 1,3-Dichloropropene
(dikombinasikan dengan C3-chlorinated hydrocarbons
and 1,2-dichloropropane): Telone II ( 94% 1,3-D), D-
D (50% 1,3-D), methyl isothiocyanate / MITC:
dazomet, dll.
NON-FUMIGAN: Organophosphates (Fenamiphos,
ethoprophos and isazophos) dan oximecarbamates
(aldicarb dan oxamyl), Benzimidazole, Hypochlorites,
Picrolonic acid, dll.
Aplikasi pestisida ke dalam tanah harus dilakukan
secara cermat  terjadi resistensi, bioremediasi,
pencemaran lingkungan
PENGENDALIAN NSK TERPADU DI
INDONESIA
Pertimbangan yang cermat untuk memilih teknik
pengendalian yang dipakai: tidak ada salahnya
belajar dari pengalaman negara lain (pertajam
prioritas)
Rotasi tanaman dan tanaman perangkap dapat
dikaji lebih detil dan dijadikan teknik pilihan
untuk jangka pendek maupun panjang
Perlu identifikasi species / patotipe dan
distribusinya  pengendalian dengan kultivar
tahan
Teknik-teknik lain dapat diintroduksi sesuai
dengan kebutuhan
OPT TANAMAN KUBIS

Peny. Busuk hitam


Serangga : Crocidolomia binotalis Zell.
ULAT KROP Karakteristik:
 Serangga dewasa berupa ngengat berwarna
kelabu, pada sayap ada garis-garis pucat
serta titik-titik. Ngengat aktif malam hari
 Stadia perusak larva; larva berwarna kuning
kehijauan dengan warna berwarna hitam,
berkelompok pada bagian bawah daun. Pada
tubuh dan bagian samping larva terdapat garis
membujur berwarna coklat, ada 5 instar.
Gejala : Larva sangat rakus, menghabiskan
seluh daun, meninggalkan tulang daun saja.
Populasi tinggi meninggalkan kotoran
berwarna hijau bercampur dengan benang
sutera. Larva masuk dan memakan krop,
menghancurkan titik tumbuh.
Ulat krop
Pengendalian:
• Bercocok tanam secara baik
• Pengendalian fifik/mekanik
• Biologi : Diadegma sp, Cotesia plutellae
• Insektisida
ULAT DAUN Serangga : Plutella xylostella L.
Karakteristik:
 Serangga dewasa berupa ngengat
 Stadia perusak larva; larva tidak memiliki
garis membujur pada tubuhnya, ada 4 instar.
Kepala kuning muda terdapat bintik gelap,
tubuhnya hijau muda terdapat bulu hitam
tipis. Larva disentuh menjatuhkan diri dengan
benang sutera. Pupa pada daun/batang,
membentukjalinan benang putih
Gejala : Larva yang menetas mengorok daun
kubis, memakan jaringan bagian permukaan
bawah daun dan atas sehingga transparan,
robek membentuk lubang. Serangan berat
tinggal tulang daun
Pengendalian:
Ulat daun • Bercock tanam secara baik
• Pengendalian fifik/mekanik
• Biologi : Diadegma sp, Cotesia plutellae
• Insektisida
PENY.AKAR GADA
Patogen : Plasmodiophora brassicae Wor.
Karakteristik serangan : daun berwarna hijau
biru dan layu seperti kekurangan air, pada
malam hari atau pagi hari terlihat segar.
Pertumbuhan tanaman terhambat hingga kerdil,
kubis tdk membentuk krop, akhirnya mati. Bila
tanaman dicabut tampak akar membengkak
seperti berumbi.
Pengendalian :
Cara bercocok tanam
Pemupukan lahan dgn ph > 5,5
Perlakuan benih
Pupuk kandang bebas patogen
Eradikasi selektif
Mulsa daun jagung
PENY.BUSUK HITAM
 Patogen : Xanthomonas campestris pv.
campestris Pammel.
 Karakteristik serangan : ada bercak kuning
berbentuk V di sepanjang pinggir daun
mengarah ke tengah daun. Penyaluran air
melewati bagian yang bergejala terhambat
sehingga tulang daun membusuk dan
berwarna hitam. Serangan berat daun
menguning dan rontok sebelum waktunya.
 Pengendalian :
 Cara bercocok tanam
 Perlakuan benih, merendam dalam air
hangat 52 oC selama 20 menit
Peny. Busuk hitam
 Eradikasi selektif
OPT TANAMAN TOMAT
PENYAKIT BUSUK BASAH DAUN
 Patogen : Phytophthora infestans Mont.
 Karakteristik serangan : gejala awal nekrotik
pada tepi dan ujung daun. Gejala lanjut timbul
nekrotik yang berkembang ke seluruh daun
menyebabkan kematian tanaman. Gejala
muncul pada daun setelah tanaman berumur
1 bulan. Serangan pada umbi menyebabkan
bercak coklat atau hitam ungu masuk
sedalam 3-6 mm.
 Inang lain : kentang
 Pengendalian :
 Cara bercocok tanam
 Biologi : Trichoderma, Gliocladium
Pey. Busuk basah daun
 Fisik/mekanik, sanitasi tanaman terserang
 Kimiawi
PENGGEREK BUAH
Serangga : Helicoverpa (Heliothis) armigera
Hubn.
Karakteristik:
 Serangga dewasa berupa ngengat, berbercak pirang
tua. Larva kuning muda tubuhnya berbentuk silindris.
Larva berubah warna dengan variasi warna. Larva 5
instar. Pupa dalam tanah, walnya kuning, kemudian
kehijauan dan akhirnya kuning kecoklatan.
Gejala : Buah terserang akan membusuk dan jatuh.
Larva kadang menyerang pucuk dan melubangi
cabang-cabang.
Pengendalian:
• Bercock tanam secara baik
• Pengendalian fisik/mekanik
• Insektisida
PENYAKIT LAYU BAKTERI
 Patogen : Ralstonia (Pseudomonas)
solanacearum EFSm.
 Karakteristik serangan : bakteri banyak ras,
infeksi melalui pelukaan pada bagian
tanaman. Bakteri terangkut pembuluh kayu
dan pada batang lunak.
 Gejala : daun muda layu dan tua sebelah
bawah menguning. Bagian tanaman terserang
dibelah akan tampak pembuluh berwarna
coklat, empulur juga kecoklatan. Serangan
lanjut, bila batang diotong akan keluar lendir
berwarna putih susu (beda dengan layu oleh
Fusarium)
 Inang lain : tembakau
 Pengendalian :
 Cara bercocok tanam
 Sanitasi gulma
 Kimiawi
Komponen teknologi PHT
pada tanaman bawang merah

Perencanaan tanam
- menghindari serangan ulat bawang :
April - Juni
- menghindari serangan bercak ungu :
September - Oktober
Varietas :
- musim kemarau : Kuning, Maja
Cipanas, Sumenep, Bangkok
dan Filipina
- musim hujan : Bangkok
Komponen teknologi PHT
pada tanaman bawang merah

Bibit :
- cukup umur tanam (> 65 hari)
- cukup umur simpan (30-60 hari)
- padat, kompak kulit umbi
tidak luka
- ukuran umbi bibit sedang
(diameter 1,5 - 1,8 cm)
- warna berkilau
Komponen teknologi PHT
pada tanaman bawang merah

Perlakuan bibit :
- apabila bibit bawang merah yang akan ditanam
belum cukup umur simpan, maka harus dilakukan
pemotongan ujung umbi (+ 0,5 cm)
- untuk memcegah serangan layu fusarium, sebelum
ditanam bibit diberi perlakuan dengan fungisida
Dithane M 45, yaitu 100 kg bibit ditaburi dengan
100 g
fungisida, selanjutnya bibit disimpan dalam kantung
plastik selama 1 - 2 hari
Komponen teknologi PHT
pada tanaman bawang merah

Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan
matang dan gembur
Komponen teknologi PHT
pada tanaman bawang merah
Jarak tanam dan pemupukan
Jarak tanam : - musim kemarau : 15 cm x 15 cm
- musim hujan : 15 cm x 20
cm
Pemupukan :
- Pupuk dasar (1-7 hari sebelum tanam) :
kompos : 2,5-5 t/ha atau pupuk kandang : 15-
20 t/ha
dan SP 36 : 150-200 kg/ha
- Pupuk susulan I (10-15 hari setelah tanam) :
Urea : 75-100 kg/ha, ZA : 150-250 kg/ha, KCl :
50-75 kg/ha
- Pupuk susulan II (30 hari setelah tanam) :
Urea : 75-100 kg/ha, ZA : 150-250 kg/ha, KCl :
50-75 kg/ha
Komponen teknologi PHT
pada tanaman bawang merah
Pemasangan perangkap sex feromonoids hama
ulat grayak :
50 buah/ ha
Komponen teknologi PHT
pada tanaman bawang merah
Pemasangan perangkap lampu untuk hama ulat
grayak :
30 buah/ ha

Biaya pengendalian :
- Pestisida (tanpa lampu) Rp. 6.000.000,-/ha
- Lampu + pestisida Rp, 1.650.000,-/ha
(Rp.6.550.000,-)
Komponen teknologi PHT
pada tanaman bawang merah
Pemasangan sungkup net untuk ulat bawang :

Biaya sungkup + insektisida Rp. 1.898.500


(hasil panen senilai Rp. 49.440.000,-/ha)
Biaya tanpa sungkup (hanya insektisida) Rp.
7.029.000,- (hasil panen senilai Rp.
40.779.000,-/ha)
Komponen teknologi PHT
pada tanaman bawang merah

Pemasangan perangkap hama (trips,


pengorok daun) : 50 buah/ha
Komponen teknologi PHT
pada tanaman bawang merah
Penggunaan musuh alami SeNPV :
Penyemprotan SeNPV dilakukan secara periodik mulai
tanaman berumur 7 hari setelah tanam, dengan interval 1
minggu
Komponen teknologi PHT
pada tanaman bawang merah

Penerapan ambang pengendalian :

Ulat bawang :
- musim kemarau : 0,1 paket telur atau 5%
kerusakan daun pertanaman contoh

- musim hujan : 0,3 paket telur atau 10%


kerusakan daun pertanaman contoh

Penyakit bercak ungu (trotol), penyakit


antraknose 10% kerusakan daun
Komponen teknologi PHT
pada tanaman bawang merah
Tindakan pengendalian :
Ulat bawang :
- penyemprotan insektisida yang dianjurkan
(Proclaim, Tracer,
Actara, Hostathion)
- Pengambilan kelompok telur dan ulat (nguler)
Trips :
- Penyemprotan insektisida yang dianjurkan
(Tracer, Agrimec, Confidor)
Orong-orong :
- Pemasangan umpan beracun, yaitu campuran
10 kg dedak dengan 100 cc Dursban disebar rata
di atas bedengan pertanaman pada senja hari
Komponen teknologi PHT
pada tanaman bawang merah
Tindakan pengendalian :
Penyakit bercak ungu :
- Penyemprotan fungisida yang dianjurkan
(Anvil, Rubigan, Daconil)
Penyakit antraknose :
- Penyemprotan fungisida yang dianjurkan
(Polycom, Derosal, Ridomil Gold MZ)
Layu fusarium
- Eradikasi selektif
Komponen teknologi PHT
pada tanaman cabai
Varietas :
Jatilaba, Tit Super, Prembun, Hot Chili, atau
Keriting
Bibit :
Lakukan pembibitan di dalam rumah plastik atau
dalam naungan kasa
Komponen teknologi PHT
pada tanaman cabai
Perlakuan benih :
Untuk mencegah serangan penyakit tular
benih, sebaiknya benih direndam di dalam air
suam-suam kuku atau larutan Previcur N
selama 24 jam
Untuk media semai gunakan campuran tanah
dan pupuk kandang yang telah disterilkan
Komponen teknologi PHT
pada tanaman cabai
Pola tanam :
- Monokultur
- Tumpanggilir bawang merah dan cabai
- Tumpangsari cabai dengan kubis
Komponen teknologi PHT
pada tanaman cabai
Penanaman
- Menggunakan mulsa plastik perak (monokultur)
- Di dalam naungan kasa plastik

Penyemprotan insektisida
di dalam skrin 1 kali/ 2 minggu
Komponen teknologi PHT
pada tanaman cabai
Pemasangan perangkap hama (50 buah/ha)
Komponen teknologi PHT
pada tanaman cabai
Penggunaan musuh alami
- penyemprotan SlNPV secara periodik mulai
tanaman berumur
1 minggu setelah tanam dengan interval 1
minggu
- pelepasan kumbang macan secara periodik
mulai tanaman
berumur 1 minggu dengan interval 1 minggu
Komponen teknologi PHT
pada tanaman cabai

Penerapan ambang pengendalian :


Trips, tungau dan kutudaun : 15% kerusakan
daun/ tanaman contoh
Ulat grayak : 12,5% kerusakan daun pertanaman
contoh
Penyakit bercak daun serkospora : 5% kerusakan
daun
Komponen teknologi PHT
pada tanaman cabai

Tindakan pengendalian :
Trips disemprot dengan insektisida Tracer,
Agrimec, Confidor, Actara
Tungau disemprot dengan akarisida Omite atau
Kelthane
Kutudaun disemprot dengan insektisida Tracer,
Confidor, Agrimec
Kutu kebul disemprot dengan insektisida Actara
Lalat pengorok daun disemprot dengan insektisida
Trigard atau Actara
Ulat grayak disemprot dengan insektisida Tracer,
Proclaim
Komponen teknologi PHT
pada tanaman cabai

Tindakan pengendalian :
Penyakit antraknose (busuk buah) disemprot
dengan Bion M secara periodik mulai berbuah
dengan interval 1 minggu
Penyakit bercak daun serkospora disemprot
dengan fungisida Anvil, Rubigan, atau Ridomil
Gold MZ
Eradikasi selektif terhadap tanaman yang
terserang virus, layu fusarium dan layu bakteri
Komponen teknologi PHT
pada tanaman kentang

Varietas :
Dataran tinggi : Granola, Atlantik
Dataran medium : DTO-33, Desiree, dan Red
Pontiac

Bibit :
Harus yang bersertifikat
Ukuran umbi 80 g
Penampakan umbi mulus, panjang tunas 1-3 cm.
Komponen teknologi PHT
pada tanaman kentang

Pemilihan lahan :
Dipilih lahan yang tanahnya gembur
Bukan bekas tanaman Solanaceae (tomat,
cabai, kentang, terung, dll)
Bukan daerah endemik kentang

Pengolahan tanah dan jarak tanam :


Tanah dicangkul sedalam 20-35 cm, dibalik 2-3
kali
Dibuat garitan sedalam 10 cm dengan jarak
antar garitan 60-70 cm
Komponen teknologi PHT
pada tanaman kentang

Pupuk organik 30 ton per ha (20 – 30 ton)


- Pupuk anorganik urea : 200 kg per ha (200
– 300 kg)
- Pupuk anorganik ZA : 400 kg per ha (300 –
400 kg)
- Pupuk anorganik TSP : 250 kg per ha (250
– 300 kg)
- Pupuk anorganik KCl : 300 kg per ha (200
– 300 kg)
- Pada saat tanam digunakan nematisida
Furadan, Rugby dengan dosis 30 kg/ha
Komponen teknologi PHT
pada tanaman kentang
Pemasangan perangkap hama (50 buah/ha)
Komponen teknologi PHT
pada tanaman kentang
Penggunaan musuh alami
- penyemprotan PoGV secara periodik mulai
tanaman berumur
1 minggu setelah tanam dengan interval 1
minggu
- pelepasan kumbang macan secara periodik
mulai tanaman
berumur 1 minggu dengan interval 1 minggu
Komponen teknologi PHT
pada tanaman kentang

Penerapan ambang pengendalian :


Penggerek umbi/ daun (PTM) : 25 ngengat/
perangkap atau 2 larva/ tanaman contoh.
Kutudaun : 0,7 ekor/ tanaman contoh
Trips : 10 ekor/ daun
Busuk daun : 1 bercak aktif/10 tanaman
Layu bakteri : 1 tanaman/ 100 tanaman
Virus (PLRV, mosaik) : 10% tanaman muda
Komponen teknologi PHT
pada tanaman kentang
Tindakan pengendalian :
Penggerek umbi/ daun (PTM) disemprot dengan
insektisida Orthene, Curacron atau Agrimec
Kutudaun disemprot dengan insektisida Confidor,
Agrimec, atau Curacron
Trips disemprot dengan insektisida Confidor,
Agrimec, Tracer, Rampage
Busuk daun disemprot dengan Ridomil Gold MZ,
Dithane M 45, Daconil, Antracol
Eradikasi selektif : bakteri layu dan virus
PENGENDALIAN RAMAH
LINGKUNGAN
Keunggulan Pestisida Nabati
Non toxic
Mudah terurai di alam, tidak mencemari
lingkungan
Pembuatan relatif mudah

Kelemahan Pestisida Nabati


Daya bunuh terhadap jasad sasaran lambat
Rentan terhadap pengaruh lingkungan (cahaya
matahari)
Aplikasi harus berulang – ulang
Ketersediaan bahan baku harus
berkesinambungan
Pestisida nabati dibuat dengan
cara
a. Penggerusan, penumbukan,
pembakaran atau pengepresan
untuk menghasilkan produk berupa
tepung, abu atau pasta
b. Rendaman untuk produk ekstrak
c. Ektraksi dengan peralatan khusus
(tenaga terampil)
1. PEPAYA
Bagian yang diambil :
Daun, biji dan buah yang belum masak
Kegunaan :
Penolak dan pembunuh hama penyakit
Penolak binatang pengerat (rodent –
repellens)
Hama :
Thrips bunga, thrips kuning dan lalat buah
Penyakit :
Karat kopi, karat daun, virus mozaik, jamur
tepung
Karat Kopi
1 kg daun dipotong kecil – kecil, ditumbuk
diberi air 1 liter disimpan 6 jam, kemudian
saring dan campur sabun cair 30 gram.
Cairan diencerkan dengan perbandingan 1
: 4. Aplikasi pagi dan sore dengan interval
3 hari
Ulat jengkal dan Lundi
1 kg daun ditumbuk tambah 10 liter air
kemudian direndam 10 hari lalu disaring
dan siap digunakan
Ekstrak daun pepaya untuk pengendalian
thrips bunga pada buncis
15 kg daun pepaya untuk 1 ha lahan,
daun pepaya mengandung papain dan
enzim proteolitis
2. Kunyit (Curcuma domestica)
Mengandung termerone dan curcumin (C12 H2O
O6)
Sebagai insektisida dan fungisida
Sasaran :
- Hama ulat grayak, plutella sp, wereng hijau,
penggerek batang padi, hama putih palsu, hama
gudang, ulat dan tungau
- Penyakit jamur tepung (Erysiphe spp)
 500 gr kunyit ditumbuk dan rendam 2 liter air
selama 1 malam, ekstrak encerkan dengan 20
liter air kemudian saring untuk plutella dan ulat
tanah
 1 kg kunyit ditambah 3 – 4 liter urine sapi,
biarkan 1 malam, encerkan dengan 15 – 20 liter
air + 4 cc emulsifier (gum arab), getah karet /
tiap 1 liter air untuk mengendalikan hama
3. Untuk mengendalikan thrips
Daun sirsak 50 – 100 lembar
Detergen/sabun colek 15 gram
Air 5 liter
Cara :
Daun ditumbuk + 5 liter air, endapkan semalam
Saring, setiap satu liter encerkan dengan 10 – 15
liter air
4. Untuk mengendalikan belalang dan ulat
Bahan :
Daun sirsak 50 lembar
Daun tembakau 1 genggam
Detergen/sabun colek 20 gram
Air 20 liter
Cara :
Daun sirsak + daun tembakau tumbuk halus,
larutkan dalam 20 liter air, endapkan semalam
Saring, encerkan dengan air 50 – 60 liter, siap
diaplikasikan
5. Untuk mengendalikan wereng coklat, penggerek
batang dan nematoda
Bahan :
Biji nimba 50 gram
Alkohol 10 cc
Air 1 liter
Cara :
Biji nimba ditumbuk + 10 cc alhohol encerkan
dengan 1 liter air
Endapkan semalam dan disaring
6. Untuk mengendalikan hama gudang
Bahan :
Abu serai atau abu sekam
Daun nimba
Cara :
5 – 10 gram tepung daun nimba dilarutkan dalam 1 liter air
+ 1 cc detergen, endapkan semalam, saring dan
aplikasikan
1 gram abu sekam atau abu serai + 1 kg benih, melindungi
benih dari hama gudang selama 6 bulan
7. Untuk mengendalikan jamur, bakteri dan nematoda
Bahan :
Biji Nimba 20 gram atau 50 gram daun nimba
Sabun colek 1 gram
Air 1 liter
Cara :
Ekstrak biji / daun dilarutkan dalam 1 liter air + 1 cc
detergen, endapakan semalam, saring dan siap digunakan
Dapat disiramkan kedaerah perakaran
8. Untuk mengendalikan jamur
Fusarium oxysporum
Bahan :
50 – 100 gram daun cengkeh,
hancurkan
Aplikasi dengan cara membenamkan
dalam tanah disekitar perakaran
sebanyak 50 – 100 gram/tanaman
PHT Hama Cabai :
1. Cara bercocok tanam :
= Sanitasi kebun
= Pengolahan tanah (mematikan pupa)
- Penggunaan pupuk kandang dan pemupukan
berimbang (mendukung pertumbuhan tanaman,
melindungi serangan OPT)
- Penggunaan mulsa plastik hitam-perak
(mengurangi serangan Trips parvispinus dan kutu
daun persik, menghalangi preferensi hinggap
pada waktu terbang, mengurangi persentase
pembentukan pupa dalam tanah)
2. Penanaman varietas tahan:
= Hot pepper 002, Tuban (B. dorsalis), Hot pepper
004 (M. persicae)
3. Pengendalian hayati :
- Pemanfaatan Trichogramma spp.(parasitoid telur)
untuk mengendalikan H. armigera
- Pemanfaatan Ha NPV (gejala: larva lemas
terkulai, keluar cairan putih kemerahan bila inte-
gumen robek).
- Pemanfaatan parasitoid Telenomus spodopterae
dan predator Andrallus sp untk mengendalikan
S. litura .
- Pemanfaatan Beauveria bassiana mampu
menekan 27 – 36 % serangan Trips.
- Pemanfaatan predator Coccinella septempunctata
dan agens antagonis Bacillus thuringiensis dapat
menekan serangan kutu kebul.
4. Pengendalian secara mekanis :
- Larva ulat tanah yang keluar malam hari/senja
dikumpulkan dan dimusnahkan.
5. Penggunaan perangkap
- Perangkap likat biru/putih untuk menekan sera-
ngan Trips ,pasang segera setelah cabai tumbuh
- Perangkap baki kuning (baki kuning diberi air
sabun) untuk menjebak kutu daun, pengorok
daun, kutu kebul.
6. Penggunaan Companion Planting
- Mengurangi serangan kutu kebul (tumpang sari
cabai-tagetes,penanaman jagung/gandum sekitar
cabai.
- trap crop jagung atau bunga matahari
disekeliling cabai untuk mencegah kutu daun
bersayap.
7.Penggunaan Bio-pestisida
Ekstrak kasar NPV untuk S.litura :
5 ekor ulat grayak terinfeksi (kemampuan
makan berkurang, gerakan lambat, tubuh mem-
bengkak, warna kulit berkilau) digerus halus +
1 ltr air bersih + 1 ml Agristick, aduk rata,
larutan siap disemprotkan ke pertanaman cabai.
1 tangki diperlukan 85 ekor larva S. litura
terinfeksi (H. armigera diperlukan 170 ekor).

Beberapa jenis insektisida nabati untuk hama


cabai :
- Selasih (daun) : B. dorsalis
- Nimba (daun dan biji) :S. litura, M. persicae
- Bengkuang (Biji) : H. armigera
- Tagetes (daun) : S. litura, B. tabaci
- Eceng gondok (batang dan daun) : B. tabaci
- Campuran Serai, nimba, lengkuas (batang,
daun, rimpang) : S. litura, T. parpisvinus.
PHT Penyakit Cabai :
Benih :
Colletotricum sp.,TMV/CMV :
- benih bersertifikat
- rendam 1,3 % Clorox 1 menit, larutan Cu SO4
0,75 % 10 menit, buang biji abnormal, rendam
dalam air pada temperatur kira-kira 55 derajat
C selama 30 menit
Persemaian :
Ralstonia sp., rebah kecambah, Meloidogyne
spp., virus mosaik :
- media subsoil (1,5 -2,0 m di bawah tanah) di-
campur pupuk kandang halus dan pasir kali
(1:1:1) dipasturisasi 2 jam
- semaian dan tanah terinfeksi dimusnahkan
- naungan dibuka secara bertahap
- gunakan pestisida selektif dengan dosis batas
rendah.
Lapangan :
Ralstonia sp.,Fusarium sp.,Meloidogyne spp. :
- tidak menggunakan lahan yang banyak infeksi
layunya
- membuang sisa-sisa tanaman sebelumnya
- pemupukan berimbang cabai :
Dt. Rendah :150-200 kg urea, 450-500 kg Za,
100-150 kg TSP, 100-150 KCl, 20-30 ton pupuk
organik/ha
- Furadan 30 kg/ha (bila perlu)
- Tanaman muda terinfeksi (< 30 hari) dimusnah-
kan dan disulam
- Gunakan mulsa plastik di dt. Tinggi dan jerami di
dt. Rendah
- Untuk mengurangi kurang lebih 30% volume
pestisida gunakan spuyer kipas.
Colletotrichum sp., Phytophthora sp, CMV:
- buah cabai terserang dimusnahkan
- gunakan fungisida efektif dan terdaftar dengan
pola sistemik bergantian dengan kontak
- tanaman pembatas (jagung) + 6 baris meng-
hambat laju infeksi
- pemasangan perangkap Aphis sp.
Terima Kasih
HATUR NUHUN

Anda mungkin juga menyukai