Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan
mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur).
Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan
memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan
beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.
Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur
disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi
mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses – proses dalam tubuh
tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang
penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu
dan dapat menyebabkan kematian. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali
manusia menggunakan oat – obatan anti hama.
Pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga disebut insektisida. Adapun
pestisida yang digunakan untuk membasmi jamur disebut fungsida.
Pembasmi hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat harus secara hati –
hati dan tepat guna. Pengunaan pertisida yang berlebihan dan tidak tepat justru dapat
menimbulkan bahaya yang lebih besat. Hal itu disebabkan karena pestisida dapat
menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh karena itu pengguna obat –
obatan anti hama dan penyakit hendaknya diusahakan seminimal dan sebijak
mungkin.
Secara alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat
mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering kali musuh alamiah hama
hilang. Akibat hama tersebut merajalela. Salah satu contoh kasus yang sering terjadi
adalah hama tikus. Sesungguhnya, secara ilmiah, tikus mempunyai musuh yang
memamngsanya. Musuh alami tikus ini dapat mengendalikan jumlah populasi tikus.
2
Musuhnya tikus itu ialah Ular, Burung hantu, dan elang. Sayangnya binatang –
binatang tersebut ditangkapi oleh manusia sehingga tikus tidak lagi memiliki
pemangsa alami. Akibatnya, jumlah tikus menjadi sangat banyak dan menjadi hama
pertanian.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan hama?
2. Apa saja factor-faktor yang dapat mempengaruhi munculnya hama serangga?
3. Serangga apa sajakah yang berpotensi sebagai hama tanaman?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas :
1. Untuk mengetahui definisi hama.
2. Untuj mengetahui faktro-faktor yang mempengaruhi munculnya hama serangga.
3. Untuk mengetahui serangga yang berpotensi sebagai hama tanaman.

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Definisi Hama
Hama ialah semua binatang yang mengganggu dan merugikan tanaman yang
diusahakan manusia. “Hama tanaman sering disebut ‘serangga hama’ (pest) atau
dalam dunia pertanian dikenal sebagai ‘musuh petani. Para ahli pertanian membuat
beberapa versi pengertian (definisi) hama tanaman, diantaranya sebagai berikut:

1. Organisme “jahat” yang mempunyai kemampuan untuk merusak, mengganggu,


atau merugikan organisme lainnya (inang);
2. Organisme yang “memusuhi” (merugikan) kesejahteraan manusia;
3. Setiap spesies organisme yang dalam jumlah besar tidak kita kehendaki
kehadirannya;
4. Organisme yang merugikan dari segi andangan manusia;
5. Organisme hidup yang merupakan saingan kita dalam memenuhi kebutuhan
pangan dan pakaian, ata menyerang kita secara langsung.
Hama tanaman dalam arti luas adalah semua organisme atau binatang yang
karena aktivitas hidupnya merusak tanaman sehingga menimbulkan kesugian ekonimi
bagi manusia.
Ada beberapa golongan hama yang biasanya menyerang tanaman budidaya
yaitu: golongan Serangga, golongan Mamalia, golongan Binatang Lunak, dan
golongan Aves (Burung). Serangga adalah binatang kecil yang memiliki kaki beruas-
ruas, bernafas dengan pembuluh nafas, tubuh, dan kepalanya berkulit keras. Contoh
serangga yang sering menyerang tanaman budidaya adalah belalang, wereng, kutu,
ulat, kumbang, lalat, dan lain-lain. Mamalia adalah mahluk hidup yang memiliki
tulang belakang yang tubuhnya tertutup oleh rambut. Mamalia adalah binatang
menyusui, yang betina memiliki kelenjar mammae (air susu) yang tumbuh baik.
Binatang dari golongan mamalia yang merusak tanaman antara lain: kelelawar, tupai,

2
musang, tikus, kera, gajah, babi, kijang, beruang, dan lain-lain. Golongan binatang
lunak yang potensial menjadi hama tanaman adalah mollusca dan nematode.
Mollusca atau siput adalah golongan hewan bertubuh lunak dan tidak beruas.
Binatang ini suka mengeluarkan lender, dan aktif makan pada malam hari. Pada siang
hari biasanya bersembungi di tempat teduh dan lembab. Nematode adalah jenis
cacing berukuran kecil dan umumnya berbentuk silindris. Golongan nematoda ini
sering ditemukan pada tempat-tempat atau habitat yang basah, misalnya dalam air,
tanah, tanaman, binatang, dan manusia. Nematode dapat hidup sebagai parasit dalam
tubuh mahluk hidup. Binatang yang termasuk ke dalam golongan aves tubuhnya
ditutupi kulit dan berbulu, mempunyai paruh, serta kakinya bersisik. Anggota bagian
depan berupa sayap yang digunakan untuk terbang. Meski demikian terdapat pula
golongan aves yang tidak dapat terbang, seperti: kasuari, kiwi, dan burung unta.
Seluruh ataupun sebagian tanaman yang terserang hama dapat mengalami
penurunan fungsi atau bahkan tidak berfungsi sama sekali proses metabolisme
(fisiologis) pada tubuh tanaman tersebut, sehingga pertumbuhannya tidak normal dan
bahkan berakhir dengan kematian tanaman. Beberapa contoh akibat serangan hama
pada tanaman adalah sebagai berikut :
1. Serangan hama pada bagian akar tanaman menyebabkan proses penyerapan unsur
hara, air, dan lain-lain terganggu.
2. Serangan hama pada bagian batang atau cabang dan rangitng menyebabkan
pengangkutan (transportasi) zat makanan terganggu atau terhenti sama sekali
sehingga tanaman menjadi layu atau mati.
3. Serangan hama pada bagian daun dapat menyebabkan proses fotosintesis
terganggu (terhambat).
Serangan hama pada bagian buah atau biji dapat menyebabkan buah rusak ataupun
bijinya hampa.

2
Serangga dikatakan hama apabila serangga tersebut mengurangi kualitas dan
kuantitas bahan makanan, pakan ternak, tanaman serat, hasil pertanian atau panen,
pengolahan dan dalam penggunaannya serta dapat bertindak sebagai vektor penyakit
pada tanaman, binatang dan manusia, dapat merusak tanaman hias , bunga serta
merusak bahan bangunan dan milik pribadi lainnya. Dalam Pengendalian Hama
Terpadu bahwa hama bukan hanya pada serangga tetapi bisa pada vertebrata, tungau,
virus, bateri, gulma dan organisme pengganggu tanaman lainnya.
Menurut Smith (1983) hama adalah semua organisme atau agens biotik yang
merusak tanaman dengan cara yang bertentangan dengan kepentingan manusia.
Dalam arti yang luas bahwa hama adalah makhluk hidup yang mengurangi kualitas
dan kuantitas beberapa sumber daya manusia yang berupa tanaman atau binatang
yang dipelihara yang hasil dan seratnya dapat diambil untuk kepentingan manusia.
Cirri-ciri dari hama ialah :
1. Hama dapat dilihat oleh mata telanjang
2. Umumnya berasal dari golongan hewan ( tikus, serangga, ulat, dan lain-lain)
3. Hama cenderung merusak bagian tanaman tertentu sehinggatanaman menjadi
mati atau tetap hidup tetapi tidak banyak memberikan hasil
4. Organisme hama biasanya lebih mudah diatasi karena hama tampak oleh mata
dan dapat dilihat secara langsung

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Hama Tanaman


Secara umum terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan serangga,
yaitu faktor internal, faktor external dan faktor makanan.

 Faktor Internal
Kemampuan berkembang biak (reproductive potensial) akan menentukan tinggi
rendahnya, populasi hama. Apabila di telusuri lebih lanjut, kemampuan berkembang

2
biak itu bergantung kepada kecepatan berkembang biak (rate of multiplication) dan
perbandingan sex ratio serangga hama. Kemudian kecepatan berkembang biak
ditentukan oleh keperidian (fecundity) dan jangka waktu perkembangan.
a. Sex Ratio
Serangga hama pada umumnya berkembang biak melalui perkawinan
walaupun ada beberapa spesies tertentu yang menghasilkan keturunannya tanpa
melalui pembuahan telurnya yang disebut partenogenesis. Perbandingan
serangga jantan dan serangga betina atau lebih dikenal dengan sex ratio sangat
penting dalam menentukan cepatnya pertumbuhan populasi hama. Sebagian
besar serangga mempunyai sex ratio 1:1 yang artinya kemungkinan serangga
jantan dan serangga betina yang bertemu kemudian melakukan kopulasi akan
lebih tinggi sehingga reproduksi serangga tersebut akan tinggi. Pada beberapa
serangga hama tertentu, perbandingan sex ratio tidaklah demikian, contoh pada
serangga hama Xylosandrus compactus sex rationya 1:9; pada
serangga Hyphothenemus hampei sex rationya 1:59, artinya serangga betina lebih
banyak dari serangga jantan. Kemudian pada serangga hama Saissetia
nigra dan Saissetia coffeae, telur menetas menjadi serangga betina dan belum
ditemukan serangga jantan. Ada lagi yang menyatakan sex ratio itu sebagai sex
faktor yaitu perbandingan antara jumlah serangga betina dengan populasi
serangga atau :
Sebagai contoh suatu populasi serangga ada 80 ekor di antaranya 40 ekor
serangga betina. Jadi sex faktor = 0,5. Apabila sex faktor = 1,0 berarti seluruh
populasi betina, maka peluang biakan serangga itu partenogenesis.

b. Keperidian
Keperidian adalah kemampuan indiviidu betina untuk menghasilkan
sejumlah telur. Serangga hama yang mempunyai keperidian cukup tinggi biasanya
2
diketahui dengan faktor luar sebagai penghambat perkembangannya juga tinggi.
Baik berupa makanannya, musuh alami, faktor fisik: ataupun faktor kompetisi
antara serangga hama itu sendiri dalam memperoleh ruang tempat hidup,
memperoleh makanan dan lain sebagainya. Pada serangga hama tertentu
meletakkan telur satu per satu dan dalam jumlah yang tidak begitu banyak, namun
mayoritas serangga hama akan meletakkan telur secara berkelompok dan begitu
menetas akan terjadi kompetisi diantara serangga sendiri. Kompetisi akan terjadi
pada individu-individu dalam suatu habitat untuk mendapatkan sumber
kebidupan. Kompetisi antar individu dapat terjadi dalam bentuk:
* Kompetisi dalam hal makanan
Kompetisi dalam hal makanan biasanva terjadi karena populasi makanan saat
itu berkurang, sedangkan populasi serangga stabil atau bahkan meningkat.
Akibatnya akan bekerja faktor yang bersifat density dependent, yang berkaitan
dengan suplai makanan tersebut, terjadinya penurunan populasi serangga karena
meningkatnya mortalitas. Kompetisi diatas dapat dicontohkan pada serangga
hama gudang:Tribolium sp., Sitophilus sp. yang suplai makanannya terbatas
seperti gudang-gudang dikosongkan sehingga makanan terbatas dan serangga
banyak mati. Bagi serangga yang kuat dalam kompetisi itu akan tetap hidup
karena serangga tersebut masih mendapat makanan.
* Kompetisi dalam hal ruang gerak
Kompetisi itu terjadi pada serangga hama yang hidup dan berkembang pada
ruang gerak terbatas. Dapat dicontohkan serangga yang hidup pada lubang
gerak. Bila dalam sebuah lubang gerak dihuni oleh 2 ekor larva atau lebih, maka
ruang gerak menjadi sempit. Akibatnya serangga yang kuat akan bertahan dan
yang lemah akan terdesak dan mati.

* Kompetisi dalam hal tempat berlindung

2
Kompetisi ini sering dijumpai pada serangga-serangga yang berukuran kecil
yang umumnya lemah, tidak tahan sinar matahari langsung, kelembaban yang
rendah, hujan lebat dan angin kencang. Jika tempat berlindung terbatas maka
sebagian populasinya akan tertimpa keadaan ekstrim di atas. Akibatnya populasi
menurun. Pengaruh lain akibat kompetisi ini adalah menurunnya populasi
musuh alami karena berkurangnya inang ataupun mangsa.

c. Jangka Waktu Perkembangan Serangga


Pada sebagian serangga hama jangka waktu perkembangan dari telur sampai
dewasa berlangsung pendek, tetapi pada serangga lain perkembangannya berlangsung
lama. Serangga yang mengalami metamorfosa holometabola perkembangan serangga
dimulai dari telur-larva-pupa/kepompong-dewasa. Pada serangga yang mengalami
metamorfasa hemimetabola atau paurometabola perkembangannya dimulai dari telur-
nimfa-dewasa. Kualitas makanan akan berpengaruh kepada pertumbuhan serangga
seperti dicontohkan pada serangga Dasynus piperis yang diberi makanan (buah lada)
dari varietas Natar mempunyai bobot tubuh yang lebih besar daripada serangga yang
diberi makanan dari varietas Cunuk dan Petaling. Hal itu berkaitan dengan perbedaan
karbohidrat, protein maupun pipereni pada tiga varietas tersebut. Demikian pula
pengaruh makanan terhadap serangga hama diantaranya tercermin dari siklus hidup
serangga itu. Pada umumnya serangga yang kebutuhan nutrisinya terpenuhi dan
berimbang, siklus hidupnya akan lebih cepat bila dibandingkan dengan serangga
hama yang kebutuhan nutrisinya tidak cukup. Berbagai spesies serangga masing-
masing mempunyai berbagai spesies serangga jangka perkembangan bagian serangga
yang berbeda-beda pula. Ada serangga yang siklus hidupnya beberapa hari, atau
hidup lebih dari satu bulan. Pada Coccus viridis, begitu telur diletakkan maka 11 jam
kemudian telur menetas menjadi nimfa.

 Faktor Eksternal

2
Merupakan faktor yang berhubungan dengan lingkungan tempat hidup serangga.
Terdapat tiga faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan hama, yaitu
faktor abiotik, biotik, dan makanan.
a. Faktor Abiotik
1) Suhu/Temperatur
Setiap spesies serangga mempunyai jangkauan suhu masing-masing dimana ia dapat
hidup, dan pada umumnya jangkauan suhu yang efektif adalah suhu minimum.
Serangga memiliki kisaran suhu tertentu untuk kehidupannya. Diluar kisaran suhu
tersebut serangga dapat mengalami kematian. Efek ini terlihat pada proses fisiologis
serangga, dimana pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi dan akan berkurang
(menurun) pada suhu yang lain (Ross, et al., 1982; Krebs, 1985). Umumnya kisaran
suhu yang efektif adalah 15ºC (suhu minimum), 25ºC suhu optimum dan 45ºC (suhu
maksimum). Pada suhu yang optimum kemampuan serangga untuk melahirkan
keturunan akan besar dan kematian (mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit

2). Kelembaban Udara


Kelembaban udara mempengaruhi kehidupan serangga langsung atau tidak
langsung. Serangga yang hidup di lingkungan yang kering mempunyai cara tersendiri
untuk mengenfisienkan penggunaan air seperti menyerap kembali air yang terdapat
pada feces yang akan dibuang dan menggunakan kembali air metabolik tersebut,
contohnya serangga rayap. Oleh karena itu kelembaban harus dilihat sebagai keadaan
lingkungan dan kelembaban sebagai bahan yang dibutuhkan organisme untuk
melangsungkan proses fisiologis dalam tubuh. Sebagai unsur lingkungan,
kelembaban sangat menonjol sebagai faktor modifikasi suhu lewat reduksi
evapotranspirasi. Selanjutnya tidak ada organisme yang dapat hidup tanpa air karena
sebagian besar jaringan tubuh dan kesempurnaan seluruh proses vital dalam tubuh
akan membutuhkan air. Serangga akan selalu mengkonsumsi air dari lingkungannya
dan sebaliknya secara terus menerus akan melepaskan air tubuhnya melalui proses

2
penguapan dan ekskresi. Dalam hal ini kebutuhan air bagi serangga sangat
dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya terutama kelembaban udara.
Beberapa penelitian mengenai beberapa ketahanan serangga terhadap kekeringan
menunjukkan korelasi yang tinggi dengan keadaan lembab tempat hidupnya. Secara
umum kelembaban udara dapat mempengaruhi pembiakan, pertumbuhan,
perkembangan dan keaktifan serangga baik langsung maupun tidak langsung.
Kemampuan serangga bertahan terhadap keadaan kelembaban udara sekitarnya
sangat berbeda menurut jenisnya. Dalam hal ini kisaran toleransi terhadap
kelembaban udara berubah untuk setiap spesies maupun stadia perkembangannya,
tetapi kisaran toleransi ini tidak jelas seperti pada suhu. Bagi serangga pada
umumnya kisaran toleransi terhadap kelembaban udara yang optimum terletak
didalam titik maksimum 73-100 persen. Cuaca yang lembab merangsang
pertumbuhan populasi, sedang cuaca yang sangat kering atau keadaan yang banyak
hujan menghambat pertumbuhan tersebut. Kebanyakan air, seperti banjir dan hujan
lebat merupakan bahaya bagi kehidupan beberapa jenis serangga, termasuk juga
berbagai jenis kupu-kupu yang sedang beterbangan, serta dapat menghanyutkan larva
yang baru menetas.

3). Cahaya, Warna, dan Bau


Cahaya adalah faktor ekologi yang besar pengaruhnya bagi serangga, diantaranya
lamanya hidup, cara bertelur, dan berubahnya arah terbang. Banyak jenis serangga
yang memilki reaksi positif terhadap cahaya dan tertarik oleh sesuatu warna,
misalnya oleh warna kuning atau hijau. Beberapa jenis serangga diantaranya
mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap suatu warna dan bau, misalnya terhadap
warna-warna bunga. Akan tetapi ada juga yang tidak menyukai bau tertentu.
Sumber cahaya dan panas yang utama di alam adalah radiasi surya. Radiasi
dalam hal ini radiasi langsung yang bersumber dari surya dan radiasi baur yang
berasal dari atmosfir secara keseluruhan. Untuk menjelaskan sifat radiasi di bedakan
antara panjang gelombang cahaya dan intensitas cahaya atau radiasi. Pengaruh cahaya
2
terhadap perilaku serangga berbeda antara serangga yang aktif siang hari dengan yang
aktif pada malam hari. Pada siang hari keaktifan serangga dirangsang oleh keadaan
intensitas maupun panjang gelombang cahaya di sekitarnya. Sebaliknya ada serangga
pada keadaan cahaya tertentu justru menghambat keaktifannya. Pada umumnya
radiasi yang berpengaruh terhadap serangga adalah radiasi infra merah, dalam hal ini
berpengaruh untuk memanaskan tubuh serangga.

4). Angin
Angin dapat berpengaruh secara langsung terhadap kelembaban dan proses
penguapan badan serangga dan juga berperan besar dalam penyebaran suatu serangga
dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Baik memiliki ukuran sayap besar maupun
yang kecil, dapat membawa beberapa ratus meter di udara bahkan ribuan kilometer
(Natawigena, 1990). Angin mempengaruhi mobilitas serangga. Serangga kecil
mobilitasnya dipengaruhi oleh angin, artinya serangga yang demikian dapat terbawa
sejauh mungkin oleh gerakan angin.

b. Faktor Biotik
Komponen terpenting dari faktor biotik adalah parasitoid, predator, dan
entomopatogen.
1). Parasitoid
Parasitoid berukuran kecil dan mempunyai waktu perkembangan lebih pendek
dari inangnya dengan cara menumpang hidup pada atau di dalam tubuh serangga
hama. Dalam tubuh host/inang tersebut, parasitoid mengisap cairan tubuh atau
memakan jaringan bagian dalam tubuh inang. Parasitoid yang hidup di dalam tubuh
inang disebut endoparasitoid dan yang menempel di luar tubuh inang disebut
ectoparasitoid. Parasitoid umumnya mempunyai inang yang lebih spesifik, sehingga
dalam keadaan tertentu parasitoid lebih efektif mengendalikan hama.
Kelemahan dari parasitoid itu karena adanya parasitoid tertentu yang dapat
terkena parasit lagi oleh parasitoid lain. Kejadian seperti diatas disebut
2
hiperparasitisme dan parasitoid lain tersebut disebut parasit sekunder. Bila parasit
sekunder ini terkena parasit lagi disebut parasit tersier. Parasit sekunder dan parasit
tersier disebut sebagai hyperparasit.

2). Predator
Predator yaitu binatang atau serangga yang memangsa binatang atau serangga
lain. Predator biasanya berukuran lebih besar dari parasit dan perkembangannya lebih
lama inangnya. Predator tidak spesifik terhadap pemilihan mangsa. Oleh karena itu
predator adalah serangga atau hewan lain yang memakan serangga hama secara
langsung. Untuk perkembangan larva menjadi dewasa dibutuhkan banyak mangsa.
Predator yang monophagous (mempunyai satu inang) menggunakan serangga hama
sebagai makanan utamanya. Predator seperti ini biasanya efektif tetapi mempunyai
kelemahan, yaitu apabila populasi hama yang rnenjadi hama mangsanya berkurang,
biasanya predator tidak dapat bertahan hidup lama. Pada umumnya predator tidak
bersifat monophagous, contoh: kumbang famili Coccinellidae, belalang sembah dan
lain sebagainya.

3). Entomopatogen
Entomopatogen dapat menimbulkan penyakit, meliputi cendawan, bakteri,
virus, nematoda atau hewan mikro lainnya yang dapat mempengaruhi kehidupan
serangga hama. Entomopatogen sudah mulai dikembangkan sebagai pestisida alami
untuk mengendalikan serangga hama. Sebagai contoh Bacillus thuringiensis sudah
diformulasikan dengan berbagai merek dagang. Bakteri ini akan menginfeksi larva
sehingga tidak mau makan dan akhirnya larva mati. Demikian pula dengan cendawan
sudah dikembangkan untuk mengendalikan serangga hama, seperti Metarhizium
anisopliae yang digunakan untuk mengendalikan larva Oryctes rhinoceros.
Entomopatogen lain seperti virus Nuclear Po1yhidrosis Virus (NPV) yang
mempunyai prospek cukup baik untuk mengendalikan larva Lepidoptera, seperti ulat
grayak.
2
 Faktor Makanan
Faktor makanan sangat penting bagi kehidupan serangga hama. Keberadaan
faktor makanan akan dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, curah hujan dan tindakan
manusia. Pada musim hujan, orang banyak menanam lahannya dengan berbagai
tanaman. Apabila semua faktor lain sangat mendukung perkembangan serangga maka
pertambahan populasi serangga akan sejalan dengan makin bertambahnya makanan.
Keadaan sebaliknya akan menurunkan populasi serangga hama.
Hubungan faktor makanan dengan populasi serangga itu disebut hubungan
bertautan padat atau density independent. Oleh karena itu faktor makanan dapat
digunakan untuk menekan populasi serangga hama, baik dalam bentuk tidak
memahami lahan pertanian dengan tanaman yang merupakan makanan serangga
hama, bisa juga menanami lahan pertanian dengan tanaman yang tidak disukai
serangga hama tertentu atau dengan tanaman resistens. Misal makin luasnya tanaman
kelapa akan meningkatkan, populasi Artona sp.
Walaupun demikian Artona lebih menyukai daun tua dan bukan daun muda yang
baru terbuka ataupun daun yang belum terbuka kurang disukai. Walang sangit hanya
menghisap butir padi dalam keadaan matang susu. Jelaslah tersedianya kualitas
makanan dalam jumlah yang memadai akan meningkatkan populasi hama dengan
cepat.

2.3 Serangga yang Berpotensi Sebagai Hama Tanaman


Serangga merupakan objek penting yang dipelajari karena merupakan hama yang
merusak tanaman diarea pertanian dan serangga merupakan jumlah spesies yang
terbesar yaitu sekitar 686.000 (91% dari 750 spesies arthropoda) dan dari seluruh
spesies binatang yang dikenal yakni sekitar 72% dari seluruh spesies binatang.
Serangga yang penting yang tidak lain sering merusak tanaman adalah kelompok
2
kelas Hexapoda. Serangga Hexapoda mempunyai ciri khas yakni memiliki enam buah
kaki. Jenis ini memiliki beberapa jenis ordo,yakni sebagai berikut:

1. Ordo Orthoptera.
Berasal dari kata orthos yang artinya”lurus” dan pteron artinya “sayap”. Golongan
serangga ini sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada
beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator. Sewaktu istirahat sayap bagian
belakangnya dilipat secara lurus dibawah sayap depan. Sayap depan mempunyai
ukuran lebih sempit daripada ukuran sayap belakang. Alat mulut nimfa dan imagonya
menggigit-mengunyah yang ditandai adanya labrum, sepasang mandibula, sepasang
maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan
palpus labialisnya. Tipe metamorfosis ordo ini adalah paurometabola yaitu terdiri dari
3stadia (telur-nimfa-imago).
- Kecoa (Periplaneta sp.)
- Belalang sembah/mantis (Otomantis sp.)
- Belalang kayu (Valanga nigricornis Drum.)

2. Ordo Hemiptera
Hemi artinya “setengah” dan pteron artinya “sayap”. Beberapa jenis serangga dari
ordo ini pemakan tumbuhan dan adapula sebagai predator yang mengisap tubuh
serangga lain dan golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta
sayap depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal,
sebagiannya mirip selaput, dan syap belakang seperti selaput tipis. Paurometabola
merupakan tipe perkembangan hidup dari ordo ini yang terdiri dari 3 stadia yaitu telur

2
> nimfa > imago. Tipe mulut menusuk-mengisap yang terdiri atas moncong (rostum)
dan dilengkapi dengan stylet yang berfungsi sebagai alat pengisap. Nimfa dan imago
merupakan stadium yang bisa merusak tanaman. Beberapa contoh serangga anggota
ordo Hemiptera ini adalah :
- Walang sangit (Leptorixa oratorius Thumb.)
- Kepik hijau (Nezara viridula L)
- Bapak pucung (Dysdercus cingulatus F)

3. Ordo Homoptera
Homo artinya “sama” dan pteron artinya “sayap” serangga golongan ini mempunyai
sayap depan bertekstur homogen. Sebagian dari serangga ini mempunyai dua
bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya kutu daun (Aphis sp.)
sejak menetas sampai dewasa tidak bersayap. Namun bila populasinya tinggi
sebagian serangga tadi membentuk sayap untuk memudahkan untuk berpindah
habitat. Tipe perkembangan hidup serangga ini adalah paurometabola (telur-nimfa-
imago). Jenis serangga ini, antara lain;
- Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.)
- Kutu putih daun kelapa (Aleurodicus destructor Mask.)
- Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla sp.).

2
3. Ordo Lepidoptera
Berasal dari kata lepidos “sisik” dan pteron artinya “sayap”. Tipe alat mulut dari ordo
lepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada imagonya bertipe mulut
menghisap.Perkembangbiakannya bertipe “holometebola” (telur-larva-pupa-imago).
Larva sangat berpotensi sebagai hama tanaman, sedangkan imagonya(kupu-kupu dan
ngengat) hanya mengisap madu dari tanaman jenis bunga-bungaan. Sepasang
sayapnya mirip membran yang dipenuhi sisik yang merupakan modifikasi dari
rambut. Yang termasuk jenis serangga dari ordo ini,antara lain :
- Kupu gajah (Attacus atlas L)
- Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk)
- Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura)

4. Ordo Coleoptera
Coleos artinya “seludang” pteron “sayap”. Tipe serangga ini memiliki sayap depan
yang mengeras dan tebal seperti seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang

2
dan bagian tubuh. Sayap bagian belakang mempunyai struktur yang tipis.
Perkembangbiakan ordo ini bertipe “holometabola” atau metamorfosis sempurna
yang perkembangannya melalui stadia : telur – larva – kepompong (pupa) – dewasa
(imago). Tipe alat mulut nyaris sama pada larva dan imago (menggigit-mengunyah)
jenisnya bentuk tubuh yang beragam dan ukuran tubuhnya lebih besar dari jenis
serangga lain. Anggota-anggotanya sebagian sebagai pengganggu tanaman, namun
ada juga yang bertindak sebagai pemangsa serangga jenis yang berbeda. Serangga
yang yang merusak tanaman, antara lain:
- Kumbang badak (Oryctes rhinoceros L)
- Kumbang janur kelapa (Brontispa longissima Gestr)
- Kumbang buas/ predator (Coccinella sp.)

5. Ordo Diptera
Di artinya “dua” dan pteron artinya “sayap” merupakan bangsa lalat, nyamuk
meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid.
Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedangkan sayap
belakang telah berubah menjadi halter yang multifungsi sebagai alat keseimbangan,
untuk mengetahui arah angin, dan alat pendengaran.Metamorfosisnya
“holometabola” (telur-larva-kepompong –imago). Larva tidak punya tungkai,
dan meyukai tempat yang lembab dan tipe mulutnya menggigit-mengunyah,
sedangkan imago bertipe mulut menusuk-mengisap atau menjilat-mengisap. Jenis
serangga golongan ini, antara lain :
- lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F)
- lalat rumah (Musca domestica Linn.)

2
- lalat parasitoid (Diatraeophaga striatalis).

6. Ordo Odonata
Merupakan bangsa capung, memiliki anggota yang besar dan mudah dikenal. Sayap
dua pasang dan bersifat membranus. Metamorfosisnya bersifat Hemimetabola, pada
stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air.
Anggota-anggotanya dikenal sebagai pemangsa pada beberapa serangga lain jenis.
Contohnya Capung (Ischnura ceruvula).

7. Ordo Hymenoptera

Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar
daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet
dan occelli. Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi
flabellum sebagai alat pengisapnya. Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai
predator/parasitoid pada serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk.

Metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur-> larva–>


kepompong —> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae,
Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman.

Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah :


- Trichogramma sp. (parasit telur penggerek tebu/padi).
- Apanteles artonae Rohw. (parasit ulat Artona).
- Tetrastichus brontispae Ferr. (parasit kumbang Brontispa).

2
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

2
Adapun kesimpulan dalam pembuatan makalah ini yaitu :

1. Hama tanaman dalam arti luas adalah semua organisme atau binatang yang
karena aktivitas hidupnya merusak tanaman sehingga menimbulkan kesugian
ekonimi bagi manusia. Ada beberapa golongan hama yang biasanya menyerang
tanaman budidaya yaitu: golongan Serangga, golongan Mamalia, golongan
Binatang Lunak, dan golongan Aves (Burung).
2. Faktor yang mempengaruhi munculnya hama tanaman : factor eksternal = suhu,
kelembapan, angin, cahaya. Faktor internal = sifat genetis. Faktor makanan.
3. Serangga yang berpotensi sebagai hama tanaman : Ordo Ortopthera (belalang,
kecoa), Ordo Hemiptera (walang sangit, kepik), Ordo Homoptera (wereng, kutu),
Ordo Lepidoptera (ulat, kupu-kupu), Ordo Coleoptera (kumbang), Ordo Diptera
(lalat), Ordo Hymenoptera (parasit).

3.2 Saran
Adapun saran dalam pembuatan makalah ini yaitu :
Makalah yang kami buat belum sempurna sesuai yang diharapkan, karena, kami
hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, kelebihan itu hanya milik Tuhan
semata. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak atau
pembaca demi perbaikan di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Abrar,Ibrahim. 2011. 7 Ordo Hama Serangga Penting.

2
http://www.abrarfapertauntad.blogspot.com (di unduh pada tanggal 21 Februari
2017, pukul 17:00).
Erlin,Elin. 2012. Factor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Serangga.
http://www.erlinrahayu.blogspot.com (di unduh pada tanggal 21 Februari 2017,
pukul 19:00).
Istichomah,Sudiyah. 2016. Serangga 8 Ordo Pterigota.
http://www.duniaaksaraku.blogspot.com (diunduh pada tanggal 21 Februari 2017,
pukul 18:00).
Tamam,Badru. 2013. Pengertian Hama. http://www.artikelsehatituindah.com (di
unduh pada tanggal 21 Februari 2017, pukul 18:25).

Anda mungkin juga menyukai