Anda di halaman 1dari 16

Lalat Buah dan Pengendaliannya

Lalat buah telah menjadi musuh penting bagi petani sejak berabad-abad lalu. Terutama petani
hortikultura.

Di Indonesia telah ditemukan 66 spesies lalat buah yang telah menyerang 100 jenis tanaman
holtikutura. Salah satu jenis lalat buah yang ada di Indonesia adalah jenis Bactrocera sp.

Sebagian besar masyarakat mengenal lalat buah adalah lalat buah kecil-kecil (Drosophila
melanogaster). Padahal yang berbahaya dan banyak menjadi masalah di pertanaman
hortikultura, terutama untuk komoditas buah dan sayur adalah dari jenis Bactrocera sp.
Lalat Drosophila umumnya hadir ketika buah mulai lewat masa matang, sedangkan lalat
Bactrocera biasanya sudah tersembunyi di dalam buah sejak buah masih belum terlalu
matang, bahkan masih berada di pertanaman.

Beberapa lalat buah yang banyak dihadapi petani adalah Bactrocera umbrosa, Bactrocera
papayae, Bactrocera carambolae dan Bactrocera dorsalis.
Tanaman inang dari lalat-lalat tersebut juga beragam. Berbeda jenis lalat buahnya, berbeda
pula tanaman inangnya.
Tanaman inang untuk B. Umbrosa adalah nangka, cempedak, sukun, jeruk; untuk B. papayae
adalah pisang, mangga, pepaya, jambu biji, belimbing, cabai, nangka, duku, rambutan, sawo,
sirsak, jeruk, terong, sedangkan untuk B. carambolae dan B. dorsalis adalah jambu biji,
belimbing, cabai, sukun, nangka, mangga, sawo, tomat, dan jeruk.

Siklus hidup

Siklus hidup lalat buah sekitar 18-20 hari tergantung suhu, lalat betina bisa menyuntikkan 50-
100 telurnya ke dalam buah yang masih muda. Setelah 2-5 hari telur tersebut telah menetas
menjadi belatung dan segera merusak buah.
4-7 hari belatung keluar dari daging buah dengan cara melubangi kulit buah dan segera
menjatuhkan diri dan menjadi pupa didalam tanah. Setelah 3-5 hari pupa berubah menjadi
lalat.

Kehidupan dan perkembangan lalat buah dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya suhu,
kelembaban dan ketersediaan inang.

Gejala Serangan

Di musim hujan sering kali kita menemui buah-buahan yang rontok sebelum matang, kadang
kala buah berwarna kuning dan keriput, terlihat bintik hitam kecil pada bagian kulit buah. Hal
tersebut merupakan beberapa gejala serangan lalat buah.

Lalat buah yang menyerang sebetulnya adalah lalat betina. Lalat tersebut menyerang dengan
menusukkan alat peletak telurnya (ovipositor) ke dalam buah.
Oleh karena itu, gejala awal yang ditunjukkan serangan lalat buah adalah adanya noda/titik
bekas tusukan pada permukaan kulit buah. Selanjutnya telur-telur akan menetas di dalam
buah dan menjadi larva.

Gangguan yang dilakukan oleh larva-larva inilah yang akan menimbulkan noda-noda di kulit
buah dan berkembang menjadi bercak coklat di sekitarnya.
Saat buah yang terserang dibelah, akan telihat belatung atau larva lalat buah. Larva akan
merusak daging buah sehingga buah menjadi busuk dan gugur sebelum tua/masak.

Buah yang gugur ini akan menjadi biang serangan generasi berikutnya jika tidak
dimusnahkan dengan segera.

Sejauh ini, lalat buah termasuk hama yang sulit dikendalikan. Beberapa teknik pengendalian.
baik secara tradisioanal maupun modern telah banyak diaplikasikan namun hasilnya belumlah
optimal.

Walaupun demikian, usaha-usaha pengendalian tetap harus kita upayakan sebisa mungkin
agar dampak dari serangan tidak terlalu merugikan.

Beberapa cara pengendalian hama lalat buah yang bisa diupayakan di antaranya:

Pemeliharaan Tanah

Memelihara tanaman dengan baik di antaranya melakukan mengolah dan merawat tanah
secara berkala. Pencacahan tanah di bawah tajuk pohon dapat menyebabkan pupa lalat buah
yang terdapat di dalam tanah terkena sinar matahari dan akhirnya mati.

Sanitasi yang Baik


Tujuan dari sanitasi kebun adalah memutus siklus perkembangan lalat buah. Kebun harus
terbebas dari buah-buah yang terserang lalat buah yang jatuh atau yang masih di pohon.

Buah yang berisi telur dan larva lalat buah dikumpulkan kemudian dimusnahkan dengan
dibakar atau dibenamkan ke dalam tanah. Buah-buah yang gugur di bawah pohon berpeluang
dijadikan tempat bertelur lalat buah.

Semak-semak dan gulma juga dapat digunakan lalat buah sebagai inang alternatif ketika tidak
musim buah. Sanitasi kebun akan efektif jika dilakukan oleh seluruh petani secara serempak.
Pembungkusan Buah

Pembungkusan buah saat masih muda dapat membantu menangkal serangan hama lalat buah.
Petani bisa menggunakan kertas, kertas karbon, plastik hitam, daun pisang, daun jati, atau
kain untuk membungkus buah jenis tertentu seperti belimbing dan jambu.

Lalat buah tertarik pada warna kuning dan aroma buah yang masak atau aroma amonia yang
dikeluarkan oleh beberapa jenis bunga dan buah, jadi membungkus buah sedini mungkin bisa
efektif mengurangi serangan lalat buah.

Penggunaan Tanaman Perangkap

Tanaman aromatik atau tanaman yang mampu mengeluarkan aroma, bisa juga digunakan
untuk mengendalikan lalat buah. Di antaranya jenis selasih/kemangi, tanaman kayu putih dan
tanaman yang bersifat sinergis (meningkatkan efektifitas atraktan), seperti pala.
Semua tanaman ini mengandung bahan aktif yang disukai lalat buah, yaitu Methyl eugenol,
dengan kadar yang berbeda.

Dengan menanam salah satu tanaman tersebut disekitar lahan, maka diharapkan dapat
mengurangi serangan lalat buah secara signifikan. Sesuai dengan fungsinya sebagai atraktan,
tanaman tersebut hanya bersifat menarik lalat buah tetapi tidak membunuhnya.

Jadi tujuan sebenarnya hanya untuk mengalihkan perhatian lalat buah dari tanaman budidaya
utama. Oleh karena itu, penggunaan tanaman tersebut akan lebih optimal bila dilengkapi
dengan alat yang dapat menjebak atau menangkap lalat buah.

Pemanfaatan Musuh Alami dan Agens Hayati

Selanjutnya dengan memanfaatkan musuh alami berupa prasitoid maupun predator. Yang
termasuk parasitoid untuk lalat buah di antaranya Biosteres sp dan Opius sp, dari famili
Braconidae.

Adapun predator yang bisa memangsa lalat buah antara lain semut/lebah (hymenoptera),
laba-laba (arachnida), kumbang tanah carabid dan staphylinid (coleoptera), cocopet
(dermaptera), sayap jala chrysopid (ordo neuroptera) dan kepik penratomid (hemiptera).

Penggunaan Perangkap Atraktan


Salah satu cara yang dianggap paling efektif, mudah dan ramah lingkungan untuk
mengendalikan lalat buah adalah penggunaan perangkap atraktan (pemikat) lalat buah. Cara
ini dianggap aman karena tidak meninggalkan residu pada komoditas yang ditanam.

Bahan pemikat ini biasanya ditempatkan di dalam perangkap berupa botol plastik atau tabung
silinder sehingga lalat buah akan masuk dan terperangkap di dalam.

Mekanisme kerja perangkap adalah memancing lalat buah masuk ke dalam perangkap dengan
menggunakan methyl eugenol yang ditempatkan di dalam botol perangkap.

Di dasar botol perangkap bisa diisi air sehingga sayap lalat buah akan lengket jika menyentuh
air tersebut dan akhirnya lalat buah akan mati tenggelam.

Secara Kimiawi

Pengendalian lalat buah dengan insektisida berbahan aktif spinosad bisa membunuh lalat
buah. Pestisida sebagai umpan dengan bahan aktif spinosad sangat digemari lalat buah baik
jantan maupun betina.

Namun sayangnya penyemprotan dengan insektisida sering menyebabkan pemborosan karena


banyak yang tidak tepat sasaran, mengingat sifat lalat buah yang selalu bergerak.

Penggunaan insektisida juga bisa menyebabkan pencemaran lingkungan dan meninggalkan


residu yang berbahaya bagi manusia.
Cara tradisional lain yang bisa diterapkan adalah dengan pengasapan. Pengasapan dilakukan
3-4 hari sekali dimulai pada saat pembentukan buah dan diakhiri 1-2 minggu sebelum panen
dengan membakar serasah atau jerami sampai menjadi bara yang cukup besar.

Kemudian bara dimatikan dan di atas bara ditaruh dahan kayu yang masih lembab.

Namun, cara ini menjadi kurang efisien jika diterapkan di kebun yang luas. Cara ini hanya
efisien jika diterapkan di pohon-pohon milik perseorangan yang jumlahnya terbatas atau
tidak terlampau banyak.

Kelemahan lain pada pengendalian pengasapan adalah sulitnya diterapkan pada komoditas
sayuran.
Referensi:

Direktorat Perlindungan Holtikultura

taniorganik.com

gerbangpertanian.com

perkebunan.litbang.pertanian.go.id

pustaka.litbang.pertanian.go.id

unud.ac.id

Kategori

       

Anda mungkin juga menyukai