Organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah hewan atau tumbuhan baik berukuran
mikro ataupun makro yang mengganggu, menghambat, bahkan mematikan tanaman yang
dibudidayakan salah satunya adalah tanaman papaya .
Tanaman pepaya merupakan salah satu tanaman buah yang memiliki jangkauan pasar
luas dan beragam, mulai dari pasar tradisional hingga ke pasar modern. Pada saat ini pasar
pepaya sangat menjanjikan mengingat tingginya tingkat kebutuhan dan pangsa pasar untuk
komoditas pepaya terutama ukuran medium. Pepaya berukuran medium dinilai memiliki
keunggulan diantarnya kulit buah memiliki ketahanan terhadap goresan serta memiliki nilai jual
yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan pepaya yang berukuran besar. Tanaman pepaya
merupakan salah satu tanaman buah yang memiliki jangkauan pasar luas dan beragam, mulai dari
pasar tradisional hingga ke pasar modern. Pada saat ini pasar pepaya sangat menjanjikan
mengingat tingginya tingkat kebutuhan dan pangsa pasar untuk komoditas pepaya terutama
ukuran medium. Pepaya berukuran medium dinilai memiliki keunggulan diantarnya kulit buah
memiliki ketahanan terhadap goresan serta memiliki nilai jual yang lebih menjanjikan
dibandingkan dengan pepaya yang berukuran besar.
Maka akan sangat merugikan bagi petani jika tanama tersebut terkenak oleh serangan
organisme pengganggu tanaman . Berdasarkan jenis seranganya Organisme pengganggu tanaman
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu hama, vektor penyakit, dan gulma.
A. HAMA
Hama adalah hewan yang merusak secara langsung pada tanaman. Hama terdapat beberapa
jenis, diantaranya adalah insekta (serangga), moluska (bekicot, keong), rodenta (tikus), mamalia
(babi), nematoda, dll. Serangan hama sangat terlihat dan dapat memberikan kerugian yang besar
apabila terjadi secara massive. Namun serangan hama umumnya tidak memberikan efek menular,
terkecuali apabila hama tersebut sebagai vektor suatu penyakit.
Pepaya (Carica papaya L) merupakan tanaman buah yang diintroduksi dari Amerika
Tengah yang cukup populer di Indonesia. Hampir seluruh bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan,
baik buah, daun, bunga dan akarnya dapat digunakan sebagai bahan pangan, kosmetik dan obat-
obatan. Menurut Pramyudi (2012) salah satu kendala dalam penanaman pepaya di daerah tropis
adalah tingginya serangan hama dan penyakit. Curah hujan dan kelembaban yang tinggi sepanjang
tahun mengakibatkan perkembangan hama yang sangat cepat. Fluktuasi suhu yang ekstrem juga
berperan dalam penyebaran hama. Mengingat skala usaha budidaya tanaman di Kabupaten
Karimun masih dalam kecil dan sederhana, serangan hama dan penyakit tidak cepat dikendalikan.
Hal ini akan memperparah penyebaran serangan hama dan penyakit.
Berikut beberapa hama yang sering menyerang tanaman papaya adalah : lalat buah (bactocera
papaya,diptera:tephritidae), kutuh putih papaya (paracocus marginatus ,hemiptera:
pseudococcidae) ,dan busuk bakteri ( erwina papaya,enterobacteriales: enterobacteriaceae).
Lalat buah telah dikenal luas sebagai hama penting pada tanaman
buah-buahan. Hama ini menyebabkan kerusakan yang serius pada
berbagai buah yang tumbuh di Indonesia (Astriani, 2011). Dampak
akibat serangan lalat buah ini adalah kehilangan panen hingga
100%, buah yang tak layak konsumsi dan buah yang tak layak jual
atau ekspor.
Umumnya lalat buah yang menyerang tanaman pepaya adalah
Bactrocera papayae Drew&Hancock. Lalat buah ini bersifat
polifag, mempunyai sekitar 26 jenis inang seperti belimbing
manis, jambu biji, tomat, cabai merah, melon, apel, nangka,
mangga, dan jambu air. (Kalie, 1994).
Buah pepaya yang terserang hama ini memiliki gejala pada buah yang hampir
masak terdapat bintik-bintik hitam bekas tusukan ovipositor lalat buah betina ketika
memasukan telur ke dalam jaringan buah. Pada gejala lebih lanjut buah menjadi cepat busuk
sehingga buah berwarna coklat, tidak menarik dan terasa pahit bila dimakan, hal ini disebabkan
oleh enzim yang dihasilkan larva lalat buah guna melunakkan daging buah sehingga dapat
dicerna larva lalat buah .
Pepaya yang terserang bakteri ini menunjukkan gejala berupa tangkai daun dan batang yang
masih hijau terdapat bercak kebasah-basahan.
Pada tanaman muda daun menguning dan membusuk. Setelah beberapa lama bagian
tunas-tunas muda mangalami kematian. Pada helain daun yang besar terdapat bercak-bercak
kering yang bentuknya tidak teratur, selanjutnya meluas sepanjang tulang-tulang daun. Jika
penyakit telah meyerang batang, batang akan membusuk, semua daunnya akan gugur dan pada
akhirnya diikuti oleh matinya seluruh tanaman (Indriyani dkk., 2008).
Penyakit akibat serangan Erwinia papayae ini memiliki arti penting karena dapat
menurunkan hasil panen, rusaknya kualitas buah dan hingga kematian pada tanaman.
Vektor penyakit atau biasa disebut sebagai faktor pembawa penyakit adalah
organisme yang memberikan gejala sakit, menurunkan imunitas, atau mengganggu
metabolisme tanaman sehingga terjadi gejala abnormal pada sistem metabolisme
tanaman tersebut.
Beberapa penyakit masih dapat ditanggulangi dan tidak memberikan efek serius
apabila imunitas tanaman dapat ditingkatkan atau varietas tersebut toleran terhadap
penyakit yang menyerangnya.
Namun terdapat pula penyakit yang memberikan efek serius pada tanaman dan
bahkan menyebabkan kematian. Beberapa vektor penyakit tanaman adalah virus,
bakteri, dan cendawan. Umumnya gejala penyakit memiliki efek menular yang sangat
cepat dan sulit dibendung.
1.Busuk akar dan pangkal batang
Penyebab : Jamur Phytophthora palmivora (Butl.)
Butl.,Pythium spp.
Gejala : Mula-mula daun bawah layu, menguning dan
menggantung di sekitar batang sebelum rontok.
Pengendalian :
• Penyakit ini dicegah dengan hembusan tepung
belerang dosis 0,7% atau
fungisida lain. Penghembusan
sebaiknya dilakukan pagi hari saat hari cerah.
• Mengurangi naungan pada pesemaian
• Pemeliharaan tanaman yang baik
3. Penyakit busuk buah Rhizopus atau Busuk Hitam
Gejala Penyakit ini merupakan penyakit pasca panen (saat pengangkutan dan di
penyimpanan) Penyakit ini menyerang buah pepaya tua yang terluka Buah yang terserang
penyakit ini akhirnya menjadi busuk, bonyok dan berair. Bila keadaannya lembab, buah
dilapisi oleh sporangiospora berwarna hitam.
Pengendalian :
Buah-buah yang sakit dipetik lalu
dimusnahkan,
Perendaman buah ke air panas yang
bersuhu 47°C selama 20 menit untuk
mencegah pembusukan,
Penyimpanan buah pada suhu rendah 10°C
Pembungkusan buah dengan kertas saat
panen untuk menghindari luka pada buah.
4. Penyakit erwinia papaya Penyebab bakteri Bacterium papayae,
Gejala : Tangkai daun dan batang yang
masih hijau terdapat bercak kebasah-
basahan.
Pengendalian :
• Konsep budidaya tanaman sehat,
• Pengendalian serangga pengunjung pada tanaman
pepaya karena bakteri layu Erwinia di tularkan oleh
serangga vektor dari tanaman sakit kepada tanaman
sehat,
• Membongkar tanaman yang sakit lalu dibakar
5. Penyakit bintik hitam (papaya black spot)
Pengendalian :
• Penyemprotan fungisida,
• Perbaikan irigasi,
C.GULMA
Gulma adalah tumbuhan liar yang tidak dikehendaki tumbuhnya dan bersifat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan. Gulma memberikan pengaruh
yang cukup signifikan pada pertumbuhan tanaman, meskipun biasanya tidak menimbulkan
kematian.
Gulma bisa disebut juga sebagai kompetitor penyerap nutrisi daerah perakaran tanaman.
Apabila pertumbuhan gulma lebih cepat dibandingkan tanaman, maka sudah dapat dipastikan
tanaman yang dibudidayakan akan mengalami pertumbuhan yang tidak optimal.
Beberapa jenis gulma bahkan ada yang memberikan efek racun pada perakaran
tanaman, seperti kandungan metabolit sekunder (cairan) pada akar alang-alang.
Gulma yang berasosiasi dengan tanaman akan menyebabkan terjadinya interaksi, dan bila
faktor tumbuh berada dalam kondisi yang kurang tersedia maka akan terjadi kompetisi (Syawal,
2010). Bila terjadi kompetisi antara tanaman dengan gulma, maka akan terjadi penurun
produksi tanaman yang berkisar 20-60 % (Syawal, 1998) begitu juga halnya dengan tanaman
pepaya.
Pepaya merupakan salah satu tanaman hotikultura yang memiliki nilai strategis untuk
dikembangkan, karena memiliki daya terima yang luas dan dikonsumsi oleh semua lapisan
masyarakat (Rusnas, 2002).
Produksi pepaya pada tahun 2005 baru mencapai 548.657 ton atau sekitar 4 % dari produksi
buah nasional. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas pepaya yang ada saat ini masih
rendah. Salah satu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman pepaya
adalah dengan penambahan unsur hara makro ke dalam tanah berupa pupuk buatan NPK. Untuk
mengimbangi harga pupuk anorganik yang semakin meningkat maka digunakan pupuk organik
yang banyak tersedia di sekitar petani yaitu pupuk kandang.
Untuk tanaman pepaya dianjurkan pupuk organik 30 sampai 60 ton ha-1 tahun-1 atau sekitar
15 kg sampai 30 kg tanaman-1 . Tapi di lain pihak dengan pemupukan yang tinggi gulma juga
akan semakin subur, jadi bila melakukan pemupukan mutlak dilakukan pengendalian gulma, dan
untuk menentukan pengendalian yang tepat mutlak diketahui spesies-spesies gulma yang
mendominasi lahan tanaman pepaya tersebut.
BAB II
Pengendalian organisme pengganggu tanaman pepaya
Sehubungan dengan konsep pertanian organik, maka tata cara
pencegahan ataupun penganggulangan OPT harus menggunakan bahan-bahan
organik dan teknis yang ramah lingkungan. Zat-zat yang digunakan untuk
mencegah dan menanggulangi OPT secara organik biasa disebut sebagai
pestisida nabati (pesnab). Bahan-bahan pesnab sebenarnya banyak
ditemukan dan dapat dengan mudah diperoleh di lingkungan sekitar.
Berdasarkan kegunaannya, pesnab terbagi menjadi 3, yaitu pesnab yang
bersifat repellant (penolak), antraktant (penarik/perangkap), dan
antifeedant (mengurangi nafsu makan).
Selain menggunakan pestisida nabati, pencegahan dan penanggulangan dapat melalui kultur teknis dan
predator hama. Kultur teknis adalah suatu perlakuan pada teknis budidaya tanaman untuk meningkatkan
produktivitas dan mengurangi dampak serangan hama atau penyakit. Kultur teknis mulai dilakukan semenjak
fase pembibitan tanaman hingga pemanenan.
Beberapa contoh kegiatan kultur teknis diantaranya adalah menggunakan jarak tanam yang lebar,
melakukan bera untuk tanaman sejenis atau satu famili, gilir varietas, dll. Sedangkan predator hama digunakan
sebagai musuh alami hama yang menyerang tanaman. Setiap hama memiliki musuh alami atau pemangsanya
masing-masing. Oleh karena itu, musuh alami perlu pertahankan secara alami di lahan atau dengan sengaja
melepas musuh alami yang sudah dikembangbiakkan secara khusus.
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU TANAMAN PEPAYA
Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor penentu dalam usaha tani pepaya.Kerusakan
akibat serangan hama dan penyakit tidak hanya akan mengakibatkan penurunan kualitas dan
kuantitas buah yang dihasilkan,tetapi juga dapat mematikan tanaman secara keseluruhan. Di
indonesia,Akhir-akhir ini muncul hama baru tanaman pepaya,Yaitu kutu putih pepaya (Paracoccus
marginatus).Hama ini pertama kali ditemukan didaerah bogor dan sekitarnya,kemudian merebak
ke daerah sentra produksi pepaya di sekitar bogor seperti
Cianjur,Sukabumi,Tanggerang,Lebak,dan Purwakarta .
Menurut pakar ilmu hama dan penyakit, kutu putih berasal dari meksiko dan Amerika
tengah. Di daerah asalnya, kutu ini belum menjadi masalah utama (hama tanaman) karena
kemungkinan terdapat musuh alaminya. Kutu putih memiliki tanaman inang selain pepaya, antara
lain tanaman singkong,alpukat,jeruk,mangga,tanaman kacang-kacangan, serta tanaman sayuran
dari famili solanacee dan cucurbitceae. Pengadilan yang telah dilakukkan oleh PKBT terhadap
hama kutu putih pepaya diantaranya dengan membersihkan koloni kutu putih dari permukaan
tanaman atau dengan cara menyemprotkan larutan deterjen .
Apabila diperlukan,dilanjutkan dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif
dimetoat.Hama lain yang juga sering menyerang pepaya adalah tungau merah(Tetranychus
kanzawai),thrips,kutu, daun (Myzus persiace),dan lalat buah.Kutu daun juga menjadi vektor virus
keriting (mozaik) pada tanaman pepaya.
Sementara beberapa penyakit penting yang kerap menyerang tanaman pepaya diantanya
antraknosa,busuk buah Phytophthora dan Rhizopus ,PRSV,serta busuk/hawar dalam buah.
Penyakit yang biasa menyerang tanaman pada kondisi lembap dan suhu malam dingin adalah busuk
buah (Colletotrichum gloeosporioides) dan penyakit busuk akar (Phytophtora palmivora). Selain
itu,penyakit lain yang juga sering menyerang tanaman pepaya layu bakteri.
Tanaman yang terserang bakteri layu akan menunjukan gelaja layu mendadak,tanpa ditandai
dengan menguningnya daun. Buah yang masih muda tampak pucat dan getahnya encer. Biasanya,buah
yang masih muda berguguran. Penyakit busuk akar dan layu dapat dicegah dengan dranase kebun
baik.
Berikut beberapa macam hama serta penyakit penting tanaman pepaya dan cara pengendaliannya:
(berdiameter 1,6-3 mm) atau berbentuk cincin (diameter 3-18,8 mm) dengan warna
kuning .Penyakit ini dilakukan dengan menggunakan bibit pepaya yang bebas virus
dan mengeradikasi tanaman sakit (dicabut/dibongkar,lalu dibakar) pada gejala awal
serangan.
Untuk mengatasi hama dan penyakit perlu adanya
pengendalian hama dan penyakit terpadu,yakni
dengan melakukan beberapa cara berikut:
C. Pemupukan berimbang
D. Sanitasi lingkungan
E. Penggunaan tanaman
yang tahan (kualitas
unggul)