Anda di halaman 1dari 16

1

LATAR BELAKANG

Tanaman semangka (Citrullus vulgaris) adalah tanaman yang berasal dari

Afrika. Tanaman ini mulai dibudidayakan sekitar 4000 tahun SM sehingga tidak

mengherankan bila konsumsi buah semangka telah meluas ke semua belahan dunia.

Semangka termasuk dalam keluarga buah labulabuan (Cucurbitaceae) dan memiliki

sekitar 750 jenis. Tanaman ini merupakan tanaman semusim yang hidupnya

merambat dan memiliki anekaragam jenis seperti semangka merah, semangka

kuning, semangka biji dan semangka non biji (Ramadhani, 2014).

Buah semangka merupakan komoditas hortikultura yang sangat disukai oleh

masyarakat Indonesia. Warna daging buah yang merah atau kuning serta

konsistensinya yang remah, banyak mengandung air, sangat enak disantap pada saat

haus. Tanaman semangka (Citrullus vulgaris Schard.) memiliki daya tarik khusus

di mata penikmatnya. Buahnya tergolong mengandung banyak air sekitar 92%

(Kalie, 1993).

Dalam sistematikanya, tanaman semangka diklasifikasikan kedalam

Divisi : Mangoliophyta , Kelas : Magnoliopsida , Ordo : Violales Familia :

Cucubitaceae , Genus : Citrulus , Spesies : Citrulus vulgaris (Ramadhani, 2014).

Tanaman semangka termasuk salah satu jenis tanaman buah-buahan

semusim yang mempunyai arti penting bagi perkembangan sosial ekonomi rumah

tangga maupun negara. Pengembangan budidaya komoditas ini mempunyai

prospek cerah karena dapat mendukung upaya peningkatan pendapatan petani.

Daya tarik budidaya semangka bagi petani terletak pada nilai

ekonominya yang tinggi. Praktek budidaya semangka umumnya


2

menghasilkan keuntungan mencapai 5,8 juta/hektar dalam 1 musim

(Arief, 2009).

Tanaman semangka dibudidayakan secara luas oleh masyarakat terutama di

dataran rendah, sehingga memberi banyak keuntungan kepada petani dan

pengusaha semangka, serta dapat meningkatkan perbaikan tata perekonomian

Indonesia, khususnya bidang pertanian (Wijayanto et al., 2012).

Semangka banyak dibudidayakan di negara-negara seperti Cina, Jepang,

India dan negera-negara sekitarnya.Sentra penanaman di Indonesia terdapat di Jawa

Tengah (D.I. Yogyakarta, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulonprogo); di

Jawa Barat (Indramayu, Karawang); di Jawa Timur (Banyuwangi,Malang); dan di

Lampung (Wahyudi, 2014).

Salah satu kiat sukses bertanam semangka adalah keberhasilan dalam

pengendalian hama dan penyakit. Ada beragam jenis hama yang menyerang

semangka, cara hama merusak tanaman pun bermacam-macam, ada yang mengerat,

menghisap cairan, dan mengunyah. Dari banyaknya jenis hama yang menyerang

tanaman dapat dikelompokkan berdasarkan bagian tanaman yang diserang yaitu

daun, batang, dan buah (Rambey, 2011).

Salah satu hama yang paling sering menjadi masalah utama para petani

semangka adalah Lalat Buah. Serangan lalat buah sampai saat ini sangat

mengganggu petani atau pengusaha buah-buahan. Bertelurnya lalat buah dalam

buah dan larva yang menetas dari telur tersebut akan merusak daging buah,

sehingga buah menjadi busuk dan gugur (Syafitri dan Mujiyanto, 2013).

Lalat buah merupakan salah satu hama utama tanaman buah dan beberapa

jenis sayuran. Hama ini merusak buah dengan cara meletakkan telur di dalam
3

buah, dan setelah telur menetas, larva berkembang dan makan buah tersebut dari

dalam sehingga buah menjadi busuk (Muryati dan Hasyim, 2012)

Lalat buah merupakan hama yang menjadi perhatian dunia di dalam

kegiatan ekspor import buah-buahan yang dilakukan oleh suatu negara. Perhatian

itu diberikan karena kegiatan ekspor import komoditas buah segar yang dilakukan

oleh masing-masing negara membawa resiko terhadap masuknya lalat buat dari

satu negara ke negara lain. Indonesia pernah mengalami masalah adanya

komoditas buah-buahan yang menunjukkan gejala serangan lalat buah

(Suputa et al., 2006).

Lalat buah dapat menyebabkan kerusakan langsung terhadap 150 spesies

tanaman buah dan sayur-sayuran baik di daerah tropis maupun subtropis

(Alyoklin et al. 2000 dalam Muryati et al., 2008) Luas serangan lalat buah di

Indonesia mencapai 4.790 ha dengan kerugian mencapai 21,99 miliar rupiah

(Balittro, 2008 dalam Wiratama et al., 2017)


4

Teknik Pengendalian Hama Lalat Buah Pada Tanaman Semangka

Pembibitan

Menurut Wihardjo S. (1993) dalam melakukan budidaya tamanam buah

semangka tentunya harus mengetahui tahapan-tahapan dalam teknik budidaya yang

terdiri antara lain pembenihan.

Tahap pembenihan adalah tahap yang paling baik dalam pengendalian hama

lalat buah karena dapat mencegah turunnya kuantitas dan kualitas panen semangka.

Hal ini di sebabkan lalat buah merusak buah dengan cara meletakkan telur di

dalam buah, dan setelah telur menetas, larva berkembang dan memakan buah

tersebut dari dalam sehingga buah menjadi busuk. Hal ini sesuai dengan literatur

(Astriyanti et al., 2014).

Kerusakan yang diakibatkan lalat buah menyebabkan munculnya gejala

tusukan lalat buah berupa titik hitam pada buah serta gugurnya buah sebelum

mencapai kematangan yang diinginkan, sehingga produksi baik kualitas maupun

kuantitas menurun. Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh serangan hama lalat

buah bervariiasi antara 30-100% bergantung pada kondisi lingkungan dan

kerentanan jenis buah yang diserangnya

(Gupta & Verma 1978 dalam Astriyanti et al., 2014).

Melimpahnya suatu jenis serangga di suatu wilayah dikarenakan daya

dukung wilayah tersebut sesuai terhadap kehidupan serangga. Daya dukung

tersebut berupa faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan serangga, baik berupa


5

faktor biotik (pakan, musuh alami) maupun faktor abiotik (iklim). Apabila kondisi

suatu wilayah mendukung berkembangnya suatu spesies maka spesies tersebut

populasinya akan melimpah, demikian juga sebaliknya (Muryati et al., 2008).

Beberapa teknologi pengendalian yang telah tersedia dan telah ditetapkan

petani yaitu 1) sanitasi kebun dengan membuang daun-daun dan ranting sisa

pangkasan serta memusnahkan buah-buah yang jatuh dan terserang lalat buah, 2)

tidak menanam tanaman inang lainnya seperti cabai dan belimbing disekitar

tanaman mangga, 3) pengasapan kebun dengan jerami atau sekam padi 3-4 hari

sekali pada saat pembentuka buah, 5) pengurungan tanaman dengan jaring, 6)

penggunaan perangkap campuran atraktan dan insektida dan 7) penggunaan

insektisida. Namun cara pengendalian tersebut masih sering diterapkan secara

tersendiri sehingga pengaruhnya terhadap penurunan serangan lalat buah belum

optimal (Asaad et al., 2004).

Menurut Amalia dkk (2012) Teknik pencegahan dari serangan lalat buah

dapat dilakukan saat bibit semangka belum ditanam di lahan. Lahan yang ingin

ditanami semangka terlebih dahulu dilakukan sanitasi.

Sanitasi kebun dilakukan dengan cara membersihkan area sekitar kebun,

buah yang rontok dan jatuh karena lalat buah dikumpulkan lalu dimasukkan ke

dalam kantung plastik, kemudian dibakar agar larva lalat buah mati. Sanitasi kebun

juga dapat dilakukan dengan membersihkan gulma di sekitar areal pertanaman

karena dapat digunakan sebagai inang alternatif terutama saat tidak musim berbuah

(Ditlinhor, 2006 dalam Amalia, 2012).

Untuk menekan pertumbuhan gulma dan serangan lalat buah dapat juga

menggunakan mulsa plastik atau jerami (Vos et al.1995 Dalam Amalia, 2012).
6

Menurut Komar (2012) mulsa yang dipasang di bawah tanaman akan menghalangi

larva instar terakhir lalat buah untuk berpupa di dalam tanah.

Pemeliharaan

Menurut Imran (2005) Pemeliharaan tanaman semangka dapat dilakukan

dalam 4 tahap yaitu penyiraman, pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian

hama dan penyakit. Pemangkasan dilakukan untuk mendapatkan buah yang segar

dan produksi yang tinggi. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit merupakan

pemeliharaan yang paling penting karena terkait langsung dengan tinggi atau

rendahnya produksi semangka ketika panen.

Menurut Irwanto (2008) ada 7 cara dalam pengendalian hama lalat buat,

salah satunya adalah dengan pembungkusan. Pembungkusan buah saat masih muda

dengan kanton plastik, kertas semen, kertas koran, atau daun pisang, untuk

mencegah lalat buah meletakkan telur pada buah.

Pengendalian lalat buah yang banyak digunakan di Indonesia adalah metode

tradisional dengan pembungkusan buah menggunakan berbagai material lokal.

Namun, pembungkusan menjadi kurang praktis jika kebun buah sangat luas dan

pohon buah tinggi. Metode ini cukup praktis dan efisien jika tersedia tenaga kerja

yang cukup banyak dan murah. Pada budidaya yang lebih terorganisir untuk

produksi komersial, malathion merupakan insektisida utama yang dipergunakan

(Isnadi, 1988 Dalam Astrianti, 2104 ).

Pembungkusan termasuk bentuk pengendalian secara fisik yang dapat

menghalangi hama sehingga tidak mampu mendekati bagian tanaman dan tidak

menimbulkan kerusakan dan digunakan untuk menghindari peletakan telur oleh

lalat buah. Tingkat serangan yang disebabkan oleh lalat buat termasuk dalam
7

kategori sedang dengan rata-rata 15.27%. Tingkat serangan dan kerusakan akan

meningkat disaat panen raya karena ketersediaan buah mempengaruhi

perkembangan lalat buah (Pangestika, 2015).

Menurut Abdurahim (2016) Salah satunya strategi pengendalian hama lalat

buah yang efektif adalah metode Sterile Insect Release Method (SIRM) yaitu

eradikasi lalat buah dengan membuat jantan mandul dengan teknik sterilisasi

menggunakan Cobalt-60 atau Cesium-137. Jantan yang telah dibuat mandul

tersebut dilepas lalu dipantau perkembangan populasinya. Meskipun efektif,

metode ini sangat mahal dan memerlukan penanganan para ahli. Metode ini telah

diterapkan di Kume Island - Okinawa, Jepang dan berhasil mengeradikasi Melon

Fly.

Metode parangkapan juga dapat dilakukan dalam upaya pengendalian hama

buah pada tanaman semangka. Pengendalian hama ini umumnya dilakukan dengan

menggunakan atraktan untuk menarik lalat buah jantan ke dalam perangkap.

Penerapan cara pengendalian seperti ini secara terus-menerus dan pada hamparan

yang luas diharapkan dapat menurunkan populasi lalat buah jantan sehingga

kemung kinan terjadinya perkawinan makin kecil. Perpaduan cara pengendalian

ini dengan cara pengendalian lain terutama dengan sanitasi akan meningkatkan

keberhasilan pengendalian. Sanitasi dengan cara mengumpulkan buah-buah

yang terserang untuk kemudian dimusnahkan akan mengurangi sumber investasi

lalat buah (Muryati dan Hasyim, 2012).

Menurut Kardinan (1999), upaya pengendalian lalat buah secara alami (non-

insektisida) seperti pembungkusan buah dan pengurungan tanaman memungkinkan

untuk luasan lahan yang relatif sempit (1-2 ha), tetapi tidak akan efisien untuk laha
8

yang luasnya puluhan hektar karena memerlukan waktu yang lama dan tenaga kerja

yang banyak. Oleh karena itu, cara pengendalian yang efisien pada lahan yang lebih

luas perlu diuapayakan. Salah satunya yang banyak dilakukan adalah penggunaan

perangkap dengan atraktan seperti methyl-eugenol. Cara ini terbukti cukup ampuh

dan aman lingkungan karena zat ini tidak langsung berhubungan dengan buah

sehingga dampak residunya dapat dianggap nol atau tidak ada (kardinan, 1999)

Monitoring yang teratur menggunakan atraktan yang sesuai dapat

membantu petani menentukan strategi pengendalian terhadap hama ini. Selain itu,

penggunaan atraktan yang tepat secara terusmenerus dapat mengurangi populasi

hama sehingga dapat menurunkan serangan lalat buah terhadap tanaman yang

dibudidayakan (Muryati et al., 2008).

Penggunaan perangkap berisi atraktan, disamping untuk deteksi dan

monitoring populasi lalat buah, dapat juga dimanfaatkan untuk menekan populasi

hama tersebut. Keefektifan penangkapan oleh beberapa faktor seperti bentuk

perangkap, jarak dan posisi pemasangan perangkap di kebun (Assad et al., 2004).

Bahan atraktan yang dapat di-gunakan antara lain adalah selasih (Ocimum

spp.), daun wangi (Mela-leuca bracteata), dan cengkeh (Syzygium aromaticum).

Kemungkinan untuk mengeksplorasi bahan atraktan lain masih besar karena

tingginya keragaman spesies vegetasi di daerah tropi (Muryati dan Hasyim, 2012).

Penelitian Susanto et al.(2008) dalam Rahmawati (2014) juga menyatakan bahwa

selasih (Ocimum spp.) dapat digunakan sebagai atraktan lalat buah jantan, karena

menghasilkan metil eugenol dari proses metabolit sekundernya.Tanaman selasih

mengandung minyak asiri, saponin, flavanoid, tanin, dan senyawa geranoil, methyl

eugenol (ME), linalol serta senyawa lain yang bersifat menguap.


9

Penggunaan minyak selasih sebagai penarik lalat buah dilakukan dengan

cara meneteskan pada kapas yang digantungkan pada kawat di dalam botol

perangkap. Botol perangkap digantung pada tiang setinggi 1 m jika digunakan pada

tanaman hortikultura semusim di sawah. Jika pada pohon buah digantung pada

cabang ketinggian 2 – 3 m. Pemasangan perangkap dimulai sejak tanaman berbunga

sampai panen. Jumlah perangkap per hektar sekitar 20 buah, dengan jarak

pemasangan sekitar 20 m. Setiap satu bulan kapas ditetesi minyak selasih lagi

(Aksan, 2010).

Hasil penelitian Roshmani et al ., (1993) menunjukkan bahwa pemasangan

perangkap pada ketingggian 3 meter dari permukaan tanah cukup tepat untuk

keperluan deteksi dan monitoring lalat buah pada mangga. Selanjutnya waktu

pengendalian ayng tepat untuk serangga dewasa adalah pada pagi hari dari jam

06:00 - 09:00 atau pada sore hari dar jam 15:00 - 18:00 karena pada waktu tersebut

aktivitas terbang lebih aktif,

Lalat yang terperangkap kemudian akan jatuh ke dalam air, air juga

berfungsi sebagai perangkap. Lalat-lalat yang telah mengkonsumsi 28 senyawa

atraktan akan mengalami keracunan dan akhirnya mati (Shelly, 2010).

Panen

Panen merupakan rangkaian kegiatan pengambilan hasil budidaya

berdasarkan umur, waktu, dan cara sesuai dengan sifat dan atau karakter produk.

Istilah biasanya digunakan sebagai penanda berakhirnya kegiatan budidaya di

lahan. Penanganan saat panen sangat penting diperhatikan agar produk dari

budidaya yang dihasilkan dapat maksimal (Sesanti, 2017).


10

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan agribisnis buah setelah

panen adalah perlindungan gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

pada buah. Salah satu strategi keberhasilan yang wajib dilakukan adalah kegiatan

pengelolaan OPT setelah panen pada komoditas buah. Pengelolaan OPT setelah

panen pada komoditas buah dilakukan berdasarkan pertimbangan harga jenis

pestisida kimia dan biaya dalam aplikasinya, risiko polusi yang mungkin

ditimbulkan, risiko penolakan publik terhadap penggunaan pestisida, suhu,

kelembaban, curah hujan,populasi gulma, serangga dan penyakit serta populasi

serangga predator atau parasit yang kemungkinan ada di Gudang buah

(Susetyo, 2017).

Di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia, metode perlakuan

buah pasca panen didominasi metode kimiawi seperti fumigasi dan pencelupan di

larutan kalsium, dengan pembungkusan lilin atau perlakuan uap panas. Diketahui

pengeluaran biaya pengendalian kimiawi untuk lalat buah (pada cabai merah) dapat

mencapai sampai 50 % dari total biaya usaha tani (Kaleka, 2011).

Jika terjadi gejala busuk pada buah di dalam tempat penyimpanan setelah

panen, buah yang busuk tersebut akan menghasilkan C2H4 yang cukup banyak dan

akan mengakibatkan pematangan sebelum waktunya pada buah yang sama dalam

ruang penyimpanan tersebut. Proses penularan (infeksi) dimulai dari buah yang

masih terdapat dalam pohon yang dapat tertular dari penetrasi langsung jamur

patogen yang menembus kutikula yang masih utuh, melalui luka –luka atau melalui

lubang –lubang alami pada permukaan tubuh (Susetyo, 2017).


11

KESIMPULAN

1. Tanaman semangka membutuhkan pemeliharaan dan perlindungan dari

hama dan penyakit agar kuantitas dan kualitas panenya terjaga.

2. Teknik pengendalian hama lalat buah pada tanaman semangka dapat

dilakuan pada 3 tahap budidaya yaitu : Pembibitan, Pemeliharaan dan

Panen.

3. Teknik pencegahan yang paling sederhana dalam mengatasi lalat buah

adalah dengan Sanitasi dan pemusnahan buah-buah yang telah terinfeksi

4. Teknik pengendalian yang cocok diterapkan untuk lahan yang tidak terlalu

luas adalah metode pembungkusan dimana terjadi penghindaran lalat buah

meletakan telurnya ke dalam buah.

5. Pada lahan yang lebih luas, upaya pengendalian hama lalat buah adalan

dengan metode Perangkapan yang menggunakan Atraktan berupa methyl-

eugenol sebagai pemikatnya.

6. Setelah panen usai, buah semangka harus melalui proses sortasi terlebih

dahulu agar tidak tercampur dengan yang terinfeksi.


12

DAFTAR PUSTAKA

Aksan, M. 2010. Pemanfaatan Daun Selasih (Ocimum sp.) Sebagai Atraktan Dalam
Pengendalian Lalat Buah (Bactrocera sp) Pada Tanaman Cabe (Capsicum
Annum var longum). Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyan
Yogyakarta. Yogyakarta

Arief, P. 2009. Agribisnis Semangka. Pustaka Grafika: Bandung

Assad, M ; Warda ; Aidar, G., 2004. Kajian Pengendalian Terpadu Lalat Buah

Bactrocera dorsalis, Pada Tanaman Mangga Studi Kasus di Kabupaten Takalar,


Sulawesi Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. SUlawesi Selatan

Astriani, D. 2014. Disinfestasi Lalat BUah (Bactrocera dorsalis hendel) Pada Buah
Belimbing Manis Dengan Perlakuan Perendaman Menggunakan Ekstrak
Bagian Tanaman Pepaya. Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana.
Yogyakarta

Astriyanti N.K.; SUpartha I.W.; dan Sudiarta I.P.,2014. Kelimpahan Populasi Dan
Persentase Serangan Lalat Buah Yang Menarik Tanaman Buah-Buahan Di
Bali. Pasca Sarjana, Universitas Udayana. Bali Biji Buah Semangka (Citrullus
vulgaris) dengan Aplikasi Departemen Pertanian di Indonesia. BPTB. Eugenol
dan Cue-Lure dan Populasinya di Sumatera Barat dan Riau. J. Hort. 18(2):227-
233

Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura. 2006. Pedoman Pengelolaan Hama


Lalat Buah. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian.

Gianyar dan Bangli. Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Bali Hormon


Giberelin (GA3). Jurnal Agroteknos. 2(1):57–62.

Imran,SP. 2015. Budidaya Tanaman Semangka. Rantau Prapat

Kalie, M. B. 1993. Bertanam Semangka. Penebar Swadaya: Jakarta

Kardinan, A. 1999. Prospek Minyak Daun Melaleuca brateata Sebagai Pengendali


Populasi Hama Lalat Buah (Bactrocera dorsalis) di Indonesia. Jurnal Litbang
pertanian, vol. 18 (1). Hal. 10-17

Muryati dah Hasyim, A. Sebaran Spesies Lalat Buah

Muryati dan Hasyim, A. 2012. Sebaran Spesies Lalat Buah di Indonesia. Balai
Penelitian Tanaman Buah.Solok

Muryati, A. 2008. Preferensi Spesies Lalat Buah terhadap Atraktan Metil


13

Pangestika, W. 2015. Keefektifan Pembungkusan Buah Untuk Pengendalian


Penyakit Antraknosa Dan Lalat Buah Pada Jambu Air (Syzygium
Pengelolaan Hama Lalat Buah. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura,

Rahmawati, Y.P. 2014. Ketertarikan Lalat Buah Bactrocera sp. Pada Senyawa
Atraktan Yang Mengandung Campuran Protein Dan Metil Eugenol. Fakultas
MIPA. Universitas Negeri Semarang. Semarang

Ramadhani, A. 2014. Ekstrasi Dan Karakterisasi Pektin Dari Limbah Kulit


Semangka Secara Enzimatis Dengan Aspergillus niger. Skripsi thesis.
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. Riau

Rambey, H.M. 2011. Sistem Pakar Untuk Menentukan Penyakit Dan Hama Pada
Tanaman Semangka Menggunakkan Metode Forward Chaining. Skripsi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera
Utara. Medan

Sesanti, R.N. 2017. Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kemendiktbud.


Jakarta

Suputa. 2006. Pedoman Identifikasi Lalat Buah (Diptera: Tephritidae). Yogyakarta:


UGM

Syafitri, H dan Mujiyanto. 2013. Identifikasi Hama Lalat Buah (Diptera:


Tepritidae) Pada Berbagai Macam Buah-Buahan. Ziraa'ah 36(1): 1

Wahyudi, A. 2014. Peningkatan Produksi Buah Semangka Menggunakan Inovasi


Teknologi Budidaya Sistem "ToPAS". Jurnal Kelitbangan . 2(2): 3.

Wihardjo, Suwandi.1993. Bertanam Semangka. Yogyakarta: Kanisius

Wijayanto T, Yani WR, Arsana MW. 2012. Respon Hasil dan Jumlah

Wiratama, M.D. 2017. Jenis Lalat Buah Bactrocera spp. (Diptera : Tephritidae)
yang Menyerang Pertanaman Jeruk di Kabupaten
14

TEKNIK PENGENDALIAN HAMA LALAT BUAH PADA TANAMAN


SEMANGKA

PAPER

OLEH:
HERU YULIAN
170304041

Dosen Pembimbing

Dr.Ir.Marheni, MP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari Paper ini adalah “ Teknik Pengendalian Hama Lalat

Buah Pada Tanaman Semangka ” yang merupakan salah satu tugas yang

diberikan untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Mata Kuliah Dasar

Perlindungan Tanaman Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu

Dr. Ir. Marheni . MP selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar Perlindungan

Tanaman serta pemberi tugas.

Penulis menyadari bahwa Paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari dosen

bersangkutan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan , Juni 2018

Penulis
16

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

LATAR BELAKANG ………………………………………………………..… 1

TEKNIK PENGENDALIAN HAMA LALAT BUAH PADA TANAMAN


SEMANGKA
Pembibitan ...................................................................................................4
Pemeliharaan ...............................................................................................6
Panen .............................................................................................................9

KESIMPULAN ……………………………………………………….……….. 11

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...…….. 12

LAMPIRAN …………………………………………………………………… 14

Anda mungkin juga menyukai