PUPUK CAIR DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottoni, Sargassum sp. DAN
Gracilaria sp. MENGGUNAKAN PROSES PENGOMPOSAN
MIFTA ARRAIYAN
HERLILIAN DUTA
NICO RAHMAN CAESAR
NOVIAN ADE SAYITNA
SATRIO SANDI PAMUNGKAS
AHMAD AFANDY
VAVA ARDHIKA HERMAWAN
125080101111074
125080107111002
125080101111030
125080101111036
125080101111062
125080107111016
125080107111008
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1 Pengertian Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik......................................6
2.2 Pupuk Organik Cair.................................................................................10
2.3
BAB I PENDAHULUAN
kandungan nitrogen pada urea hanya sekitar 40-60% saja. Jumlah yang hilang
mencapai 50% disebabkan oleh penguapan, pencucian (leaching) serta terbawa
air hujan (run off). Efek lain dari penggunaan pupuk kimia juga mengurangi dan
menekan populasi mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanah yang
sangat bermanfaat bagi tanaman.
Untuk saat ini suplai pupuk organik sebagian besar berasal dari kotoran
ternah ataupun pupuk kompos dari daun-daunan. Akan tetapi di negara-negara
lain di dunia rumput laut digunakan sebagai bahan utama pembuatan pupuk
organik untuk tanaman pertanian, seperti berbagai jenis atau bentuk preparasi
rumput laut diantaranya liquid seaweed fertilizer (LSF), seaweed liquid fertilizer
(SLF), liquid fertilizer (LF), dan chopped powdered algal manure yang umum
beredar di pasaran. Berdasarkan hasil uji antara pupuk rumput laut baik padat,
cair, maupun campuran keduanya dengan urea diketahui kondisi tanaman
menggunakan pupuk rumput laut lebih subur. Dalam uji coba penyemprotan
pupuk rumput laut dilakukan dua kali selama masa tanam. Secara umum,
tanaman yang diberi pupuk rumput laut menghasilkan batang lebih besar dan
tegak, urat daun terasa kasar, batang tidak mudah patah, dan daun berwarna
hijau serta tidak mudah sobek. Sedangkan tanaman yang disiangi pupuk urea
memiliki batang yang mudah rebah dan patah, daun berwarna hijau tua, urat
daun terasa halus, serta mudah sobek.
Pemanfaatan rumput laut sebagai pupuk atau bahan tambahan pupuk
diharapkan dapat menjadi alternatif pemecahan permasalahan lingkungan
karena aman bagi mikroba tanah maupun tanaman dan juga meningkatkan nilai
ekonomi rumput laut di Indonesia. Beberapa metode pembuatan pupuk cair
rumput laut telah dilakukan sebelumnya, diantaranya adalah ekstraksi cairan
rumput laut segar secara fisik, maupun ekstraksi dengan mengunakan alkali.
Dengan metode tersebut, kandungan senyawa HPT dan unsur hara pupuk cair
yang didapatkan masih belum optimal. Pada penelitian ini pembuatan pupuk cair
rumput laut dari beberapa jenis rumput laut dilakukan dengan cara pengomposan
untuk mendapatkan pupuk cair yang memiliki kandungan HPT yang tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dapat ditentukan rumusan masalah,
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pupuk organik dan pupuk anorganik ?
2. Bagaimana proses pembuatan pupuk organik berbahan dasar rumput laut
menggunakan metode pengomposan ?
3. Berapa besar kandungan hormon pemacu pertumbuhan yang dihasilkan dari
proses pengomposan rumput laut ?
4. Apa saja kandungan unsur mikro maupun makro yang terdapat dalam pupuk
5.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah dengan tema pemupukan ini, antara lain :
1. Mengetahui definisi, perbedaan dan keunggulan dari pupuk organik dan
anorganik.
2. Mengetahui alur pembuatan pupuk cair berbahan dasar rumput laut melalui
metode pengomposan.
3. Mengetahui besarnya hormon pertumbuhan yang dapat dihasilkan metode
pengomposan terhadap pembuatan pupuk dair berbahan dasar rumput laut.
4. Mengetahui unsur makro dan mikro yang terkandung didalam pupuk cair
berbahan dasar rumput laut.
5. Mengetahui efektivitas penggunaan pupuk cair berbahan dasar rumput laut
terhadap pertumbuhan tanaman dan alga.
BAB II PEMBAHASAN
non-organik
(mineral).
Pupuk
berbeda
dari
suplemen.
Pupuk
sumber
bahan
yang
digunakan,
pupuk
dapat
adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral dan telah diubah melalui
proses produksi dipabrik sehingga menjadi senyawa kimia yang mudah
diserap tanaman. Sementara itu, pupuk organik adalah pupuk yang terbuat
dari bahan organik atau makhluk hidup yang
ini
akan
mengalami
telah
mati.
Bahan
organik
sehingga
sifat
fisiknya akan berbeda dari semula. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk
lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur
mengandung
unsur
mikro.
Jika
dilihat
dari
bentuknya,
pupuk
dan
organik
secara
lingkungan
dan
pertanian.
Tulang
hewan
sisa
penyembelihan hewan bisa dijadikan bubuk tulang yang kaya kandungan fosfat.
Pupuk organik
diketahui mampu
meningkatkan
keanekaragaman
hayati
pertanian dan produktivitas tanah secara jangka panjang. Pupuk organik juga
dapat menjadi sarana sekuestrasi karbon ke tanah. Nutrisi organik meningkatkan
keanekaragaman hayati tanah dengan menyediakan bahan organik dan nutrisi
mikro bagi organisme penghuni tanah seperti jamur mikoriza yang membantu
tanaman menyerap nutrisi, dan dapat mengurangi input pupuk. Pupuk organik
merupakan pupuk yang bersifat kompleks karena ketersediaan senyawa yang
ada pada pupuk tidak berupa unsur ataupun molekul sederhana yang dapat
diserap oleh tanah secara langsung. Kadar nutrisi yang tersedia sangat
bervariasi dan tidak dalam bentuk yang tersedia secara angsung bagi tanaman
sehingga membutuhkan waktu lama untuk diserap oleh tanaman. Beberapa
limbah yang dikomposkan, jika tidak diolah secara tepat, dapat menjadi sarana
pertumbuhan patogen yang merugikan tanaman.
Beberapa kendala penggunaan pupuk organik apabila dibandingkan
dengan pupuk anorganik, antara lain Kadar nutrisi, tingkat kelarutan, dan laju
pelepasan nutrisi pupuk organik umumnya lebih rendah dibandingkan pupuk
anorganik. Secara umum, keberadaan nutrisi pada pupuk organik lebih terlarut
ke antara molekul tanah, namun juga tidak lebih tersedia dalam wujud yang bisa
dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman. Berdasarkan studi dari Universitas
California, semua pupuk organik diklasifikasikan sebagai pupuk dengan laju
pelepasan yang lambat (slow release fertliizer) sehingga tidak menyebabkan
memar (burn) pada tanaman meski kadar nitrogen pada pupuk organik berlebih.
Gejala burn merupakan gejala umum yang ditemukan pada tanaman ketika
pemberian pupuk kimia dilakukan secara berlebihan. Kualitas pupuk organik dari
kompos dan sumber lainnya dapat bervariasi dari satu proses produksi ke proses
yang
berasal
dari
sisa
tanaman,
kotoran
hewan
dan
yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari
pupuk organik ini adalah mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat, tidak
bermasalah dalam pencucian hara, dan juga mampu menyediakan hara secara
cepat. Jika dibandingkan dengan
pupuk
2.3
yang disebut juga dengan proses nitrofosfat. Bebatuan fosfat dengan kadar
fosfor hingga 20% dilarutkan ke asam nitrat untuk menghasilkan asam fosfat dan
kalsium nitrat. Bebatuan fosfat juga bisa diproses menjadi mineral P2O5 dengan
bantuan asam sulfat. Melalui tungku listrik, mineral fosfat juga bisa direduksi
menjadi fosfat murni, namun proses ini sangat mahal. Kalium secara komersial
dapat ditemukan di berbagai tempat mulai dari bebatuan di dalam bumi hingga
sedimen di dasar laut. Bebatuan yang mengandung kalium seringkali berada
dalam bentuk kalium klorida yang juga ditemukan bersamaan dengan mineral
natrium klorida. Bebatuan yang mengandung kalium ditambang dengan bantuan
air panas sehingga larut. Larutan ini diuapkan dengan bantuan sinar matahari.
Senyawa amina digunakan untuk memisahkan KCl dengan NaCl.
2.4 Peranan Pupuk Cair dari Rumput Laut
Pemberian pupuk cair rumput laut mempunyai peranan penting seperti
mencegah keracunan besi dan aluminium pada tanah-tanah yang bereaksi
masam serta dapat meningkatkan ketersediaan fosfat di dalam tanah,
peningkatan kadar humus di dalam tanah akan meningkatkan kapasitas tukar
kation (KTK). Hal ini sesuai dengan literatur Damanik et al., (2010) yang
menyatakan bahwa pemberian pupuk organik bukanlah bertujuan untuk
menambah unsur hara, karena kandungan haranya rendah, tapi bila ditinjau dari
pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah, pupuk organik mempunyai peranan
yang penting seperti peningkatan kadar humus di dalam tanah akan
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), meningkatkan ketersediaan fosfat di
dalam tanah dan dapat mencegah keracunan besi dan aluminium pada tanahtanah yang bereaksi masam.
Fermentasi pupuk cair rumput laut menghasilkan asam-asam organik
yang menghasilkan anion organik yang dapat mengikat logam-logam seperti Al,
Fe, dan Ca sehingga ion-ion akan bebas dari pengikatan logam tersebut
sehingga fosfat tersedia di dalam tanah. Anonim (2010) menyatakan bahwa
pupuk organik tidak hanya memiliki kandungan hara lengkap yang dibutuhkan
Rumput laut segar, Eucheuma cottonii, Sargassum sp. dan Gracilaria sp.,
yang diperoleh dari perairan Jepara-Jawa Tengah dibawa ke laboratorium tempat
pengolahan pupuk dengan menggunakan karung goni (transportasi kering),
dengan waktu tempuh 4 jam. Rumput laut kemudian dicuci bersih
menggunakan air tanah untuk menghilangkan lumpur, pasir, garam, cangkang
kerang, serta kotoran yang menempel pada talus. Setelah dicuci, rumput laut
dicacah secara manual dengan ukuran 5 cm lalu digiling hingga lumat, kecuali
untuk Sargassum sp. hanya dicacah saja,kemudian masing- masing rumput laut
dimasukkan kedalam drum komposter yang terbuat dari bahan plastik. Untuk
mempercepat proses penguraian digunakan starter bakteri komersial, EM4 dari
PT. Songgolangit Persada, yang mengandung bakteri fermentasi Lactobacillus,
Actinomycetes, jenis jamur fermentasi, serta kandungan lainnya. Bakteri
komersial EM4 yang telah diencerkan dalam air m enjadi 2% larutan,
disemprotkan ke masing-masing rumput laut sambil diaduk hingga merata ke
seluruh permukaan ( 200 ml larutan untuk 10 kg rumput laut). Selain itu,
ditambahkan juga ikan rucah yang telah digiling, terdiri dari campuran ikan kurisi
(Nemitarus
nematophorus)
dan
kuniran
(Upeneus
sulphureus),
dengan
perbandingan rumput laut:ikan rucah adalah 5:1 (w/ w). Hancuran ikan rucah
digunakan sebagai media nutrisi untuk penguraian dan sekaligus untuk
meningkatkan kandungan hara pupuk yang dihasilkan. Jumlah seluruh bahanbahan yang dimasukkan 3/4 volume drum komposter. Selanjutnya komposter
ditutup rapat, lalu didiamkan selama 30 hari sampai menghasilkan pupuk organik
cair (lindi).
tanah
dan
air, penurunan
tingkat
kesuburan
tanah,
dan
ketergantungan petani secara ekonomi dan social (Udiyani & Setiawan, 2003).
Selain itu, penggunaan pupuk kimia juga memiliki dampak berbahaya terhadap
kesehatan manusia (Camargo & Alonso,2006).
Pemberian pupuk organik mampu memperbaiki sifat-sifat tanah seperti
sifat fisik, kimia dan biologi. Bahan organik merupakan perekat butiran lepas,
sumber hara tanaman, dan sumber energi dari sebagian besar organisme tanah.
Selain itu penggunaan pupuk organik juga dinilai mampu mengurangi aplikasi
pupuk anorganik yang berlebihan (Amilia, 2011).
Rumput laut sesungguhnya telah lama digunakan secara langsung
sebagai kondisioner tanah maupun pupuk di berbagai wilayah pesisir di dunia
(Haslam & Hopkins, 1996; Cocozza et al., 2011), dan ekstrak rumput laut juga
telah banyak dipasarkan sebagai bahan tambahan pada pupuk tanaman yang
manfaat serta keuntungan penggunaannya telah banyak dilaporkan (Fornes et
al., 2002; Padhi dan Swain, 2006; Sivansankari et al., 2006; Prithiviraj, 2009;
Sedayu et al., 2013).
3.1 Kesimpulan
Pupuk organik cair rumput laut yang dihasilkan dengan teknik
pengomposan semi anaerobik memiliki kandungan hormon pemacu tumbuh
(auksin, giberelin, dan sitokinin) yang tinggi, dan bahkan lebih tinggi
dibandingkan dengan pupuk cair komersial. Kandungan tertinggi dari senyawa
tersebut berturut-turut didapatkan dari rumput laut yang berasal dari E.cottonii,
Gracilaria sp. dan Sargassum sp. Namun unsur hara makro (N, P2O5, K2O) dan
mikro (Mn, Zn, Fe, Mo, Co, dan B) yang terkandung masih sangat rendah.Selain
itu, pupuk cair yang dihasilkan juga
masih berbau. Oleh karena itu masih dibutuhkan penambahan bahan lainnya
untuk meningkatkan unsur hara pupuk, serta menyempurnakan teknik dan
proses pengomposan termasuk parameter pengamatannya hingga didapatkan
pupuk organik cair yang telah matang atau stabil. Pupuk cair rumput laut ini juga
mampu
meningkatkan atau mempercepat pertumbuhan tanaman terung dan tomat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010. Rumput laut (http : //tentang rumput laut. com/ 2010/12). Diakses
pada tanggal 8 Februari 2012.
Basmal, J. (2010). Teknologi pembuatan pupuk organic cair kombinasi hidrolisat
rumput laut Sargassum sp. dan limbah ikan. Squalen. 5(2): 5966.
Chang, J.I. & Hsu, T.E. (2008). Effects of compositions on food waste
composting. Bioresource Technology 99: 80688074.
Damanik, M.M.B., B.E. Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin., H. Hanum.
Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press.
2010.