Anda di halaman 1dari 20

PUPUK ORGANIK LIKUID BERBAHAN LIMBAH SISTIM EKSKRESI

MANUSIA BERAROMA TAPAI SEBAGAI PENGGANTI PUPUK


KIMIA

Areebah Areej Wafeeqa, Putri Maharani Husna,


Program Studi Teknologi Pertanian, SMAS Cendana Mandau,
Duri, Riau, Tel/Fax : 0822-8501-0035, e-mail :
areebah20@gmail.com

Pupuk kimia yang semakin banyak beredar di pasaran dan menjadi alternatif para
petani untuk membantu perawatan tanaman ternyata menimbulkan beberapa masalah yang
akan terjadi ke depannya bila digunakan terus menerus. Mengutip dari Fauzi Albar Rasyiddin
(2017:5), penggunaan pupuk kimia yang tak terkendali menjadi salah satu penyebab
penurunan kualitas kesuburan fisik dan kimia tanah. Sedangkan, kualitas kesuburan fisik dan
kimia tanah harusnya dijaga untuk kebaikan ekosistem dunia. Oleh karena itu, peneliti
berusaha menemukan solusi dan melakukan penelitian untuk mengatasi dan mengganti posisi
pupuk kimia ini. Peneliti menghadirkan pupuk organik likuid dari limbah salah satu sistim
ekskresi manusia, yaitu pupuk urin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggantikan
pupuk kimia, meghasilkan pupuk organik yang bisa terus diproduksi, mengubah wujud pupuk
organik padat menjadi likuid, menghasilkan pupuk dengan takaran yang mudah,
menghilangkan dampak yang dimiliki pupuk kimia agar ramah lingkungan, dan
menghilangkan bau menyengat urin. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode
kualitatif dan kuantitatif dengan metode subjek tunggal. Peneliti menyimpulkan bahwa
inovasi pupuk yang ditawarkan dapat digunakan kepada tumbuhan dan berhasil
menggantikan posisi pupuk kimia.

Kata Kunci : Urin, pupuk, likuid

i
BAB 1. PENDAHULUAN

Sektor pertanian menjadi sektor yang dipilih oleh kebanyakan masyarakat di


Indonesia karena posisi Indonesia yang geografis, struktur tanahnya yang agraris, dan
kebutuhan akan pangan yang sedang kritis. Pertanian menjadi salah satu bidang yang harus
selalu ada untuk memenuhi keberlangsungan hidup manusia. Untuk mencapai suksesnya
pertanian tersebut diperlukan perawatan yang ekstra. Dimulai dari menemukan peralatan-
peralatan terbaru untuk menunjang pertanian sampai memperbaiki proses-proses dalam
pertanian yang ada di Indonesia menjadi lebih baik. Proses penanaman, perawatan, bahkan
panen memerlukan langkah yang sangat panjang. Hal yang dicapai di sini bukan hanya cara
bagaimana bisa cepat selesai tetapi juga bagaimana agar hasil nya sehat, bagus, baik, dan
aman dikonsumsi untuk masyarakat Indonesia serta ramah lingkungan. Agar hal tersebut
dapat dicapai hadirlah pupuk sebagai penyelamat sektor pertanian.
Pupuk adalah memiliki kandungan baik satu maupun lebih unsur hara/nutrisi bagi
tanaman untuk menopang tumbuh dan berkembangnya tanaman. Unsur-unsur hara yang
dibutuhkan tanaman tersebut terdiri dari C, H, O (ketersediaannya di alam sangat melimpah),
N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro), dan Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro). Oleh karena
itu, pupuk harus mengandung beberapa unsur tersebut agar tanaman dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Karena adanya unsur-unsur yang dibutuhkan itu terciptalah oleh
manusia berbagai macam pupuk, mulai dari pupuk alami maupun pupuk kimia.
Dewasa ini, pupuk kimia sering kali menjadi pilihan bagi para petani dan pengusaha
lainnya terhadap sektor pertanian. Pupuk kimia sendiri sangat banyak sekali beredar di
pasaran. Hal yang mendasari terjadinya fenomena ini adalah karena pupuk kimia mudah
dicari, harganya relatif murah, dan dapat meningkatkan produksi pertanian sehingga banyak
dibeli oleh para petani. Pupuk kimia memang sangat efektif untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Tanaman yang diberi pupuk kimia akan tumbuh dan
berkembang dengan baik dan subur. Namun, yang menjadi masalah di sini adalah dampak
buruk yang akan diperoleh kedepannya apabila kita terus menerus menggunakan pupuk ini.
Dampak buruknya ada yang secara langsung dan tidak langsung baik itu terhadap tanaman,
para herbivora dan omnivora, dan bahkan lingkungan sekitar pertanian itu sendiri yang rusak.
Lingkungan sekitar pertanian yang rusak adalah salah satu fenomena terburuk yang
sering terjadi akibat penggunaan pupuk kimia ini. Mengutip dari Fauzi Albar Rasyiddin
(2017:5), penggunaan pupuk kimia yang tak terkendali menjadi salah satu penyebab
penurunan kualitas kesuburan fisik dan kimia tanah. Keadaan ini semakin diperparah oleh
kegiatan pertanian secara terus menerus, sedang pengembalian ke tanah pertanian hanya
berupa pupuk kimia. Hal ini mengakibatkan terdegradasinya daya dukung dan kualitas tanah
pertanian sehingga produktivitas lahan semakin menurun. Parahnya lagi, lahan pertanian
sendiri sering berada di dekat objek-objek yang sangat penting bagi ekosistem. Dikutip dari
Badan Pusat Statistik tahun 2018, menurut data dari Kementerian Pertanian tahun 2016
terdapat sebanyak 8,1 juta hektar lahan di Indonesia digunakan sebagai lahan pertanian dan
tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Apabila kita telaah lebih lanjut, itu berarti, hampir
seluruh wilayah di Indonesia mendapatkan dampak buruk dari pupuk kimia tersebut. Maka,
pupuk organik harus hadir untuk mengatasi ini.

1
Pupuk organik dicetuskan guna meminimalisasi dampak buruk dari pupuk kimia.
Pupuk organik yang berkembang biasanya terbuat dari limbah daun kering, kotoran hewan,
dan lain sebagainya. Menurut peneliti, bahan-bahan tersebut sulit untuk didapatkan karena
memerlukan usaha yang lebih. Contohnya, pupuk organik dari kotoran hewan umumnya
menggunakan kotoran sapi, kotoran sapi tidak dapat ditemukan dengan mudah, tidak semua
daerah terdapat sapi. Hal tersebut berarti, diperlukan tempat penangkaran sapi untuk
mengumpulkan kotorannya, sedangkan harga sapi sendiri tidaklah murah. Selain itu, pupuk
organik yang ada tidak menghasilkan hasil yang sama dengan hasil yang dihasilkan pupuk
kimia.
Di sisi lain, saat ini, kebanyakan pupuk yang ada memiliki dosis dan takaran tertentu
yang harus dipenuhi dan membutuhkan perhitungan yang sulit untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Sedangkan, mayoritas petani di Indonesia berada di daerah pedesaan dan memiliki
ilmu hitung yang tidak sama dengan ilmu hitung yang didapat di perkotaan.
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin menukar posisi pupuk kimia sebagai
pupuk yang sangat efektif dan efisien untuk menopang tumbuhan dengan hadirnya pupuk
organik likuid dari urin. Pupuk organik likuid dari urin yang diberikan pada tumbuhan akan
menghasilkan tumbuhan yang tumbuh dan berkembang dengan baik layaknya tumbuhan yang
diberi pupuk kimia tanpa menimbulkan dampak yang buruk. Selain itu, pupuk dari urin ini
bisa terus diproduksi selama masih adanya peradaban manusia. Lalu, dosis dan takaran saat
penggunaan pupuk urin ini menggunakan kalkulasi yang tidak rumit.
Penelitian mengenai pupuk organik likuid dari urin ini pernah dilakukan oleh
mahasiswa jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Islam Indonesia bernama Hudori yang
dilakukan pada tahun 2007 dengan judul penelitian “Pemanfaatan Urine Manusia sebagai
Pupuk pada Tanaman Tomat”. Pada penelitian sebelumnya, peneliti berhasil membuat pupuk
organik dari urin pengganti pupuk kimia. Peneliti menghasilkan tanaman tomat dengan
tingkat pertumbuhan dan kualitas buah tomat yang baik saat menggunakan urin dengan
konsentrasi 25% yang didiamkan selama 2 bulan tanpa tambahan bahan lain dan
menghasilkan bau yang lebih menyengat. Peneliti percaya bahwa urin memiliki nutrien yang
banyak yang sesuai dengan kriteria pupuk seharusnya. Namun, disebabkan pupuk urin yang
dihasilkan peneliti memiliki bau yang sangat menyengat tentu saja akan menjadi masalah
bagi para petani lainnya. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi penelitian ini. Peneliti akan
memberikan inovasi dengan memodifikasi bahan untuk menghilangkan bau tidak menyengat.
Berdasarkan uraian dari latar belakang, peneliti menemukan beberapa permasalahan.
Permasalahan berasal dari pupuk kimia dan pupuk organik likuid urin. Permasalahan itu
meliputi:
1. Dampak buruk pupuk kimia terhadap tanaman dan lingkungan sekitar.
2. Bahan dasar pupuk organik yang beredar susah didapat.
3. Aroma yang dihasilkan dari pupuk organik berbahan urin yang sangat menyengat.
4. Mengefesiensikan takaran penggunaan pupuk bagi para petani.
Setelah mengetahui permasalahan yang ada, peneliti ingin merumuskan masalah yang
didapat. Permasalahan yang ada menimbulkan banyak pertanyaan yang muncul. Pertanyaan
itulah yang akan dituangkan dalam suatu rumusan masalah. Adapun rumusan masalah
penelitian itu, antara lain:
1. Bagaimana kandungan urin yang dihasilkan manusia?
2. Apakah pupuk organik dari urin dapat menggantikan pupuk kimia?
3. Bagaimana cara menghilangkan bau menyengat urin?
4. Bagaimana dampak setelah pemakaian pupuk organik likuid dari urin?

2
Dalam pembuatan penelitian ini memiliki bertujuan agar mencapai suatu puncak tujuan.
Tujuan itulah yang menjadi pegangan peneliti untuk membuat penelitian ini mencapai titik
berhasil. Adapun tujuan yang dijadikan patokan dalam penelitian yaitu :
1. Untuk mengetahui kandungan yang ada dalam urin manusia.
2. Untuk membuktikan bahwa pupuk organik dari urin dapat menggantikan pupuk kimia.
3. Untuk mempelajari cara menghilangkan bau menyengat urin.
4. Untuk mengetahui dampak setelah pemakaian pupuk organik likuid dari urin.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Dewasa ini, pupuk kimia sudah meraja lela di kalangan para petani di Indonesia.
Penggunaan pupuk kimia yang dilakukan secara berkala memiliki dampak negatif yang
sering terabaikan. Dampak negatif yang ditimbulkan itu harus ditanggulangi dengan zat
terbarukan. Zat yang dihadirkan memiliki wujud likuid/cairan. Zat ini dibuat dari limbah dari
sistim ekskresi manusia, yaitu urin. Limbah itu terbuang begitu saja di tempat penampungan
terakhir. Untuk memanfaatkan limbah yang terbuang percuma, peneliti menggunakannya
sebagai bahan utama pembuatan zat ini dengan dicampurkan beberapa bahan-bahan alami.
Dengan dicampurkan bahan-bahan tersebut, zat cair yang dibuat akan mengeluarkan aroma
seperti tapai. Tentu, tidak lupa dengan konstribusi dari EM4 yang mempercepat pada proses
fermentasinya. Zat yang dimaksud peneliti di sini adalah pupuk organik likuid berbahan
limbah sistim ekskresi manusia beraroma tapai sebagai pengganti pupuk kimia.

A. Pupuk Organik
Menurut Rosmarkam (2002), pupuk merupakan bahan yang ditambahkan ke
dalam tanah untuk menyediakan unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman.
Pupuk terbagi atas 2 penggolongan berdasarkan sumber bahan penyusunnya. Salah
satunya yaitu pupuk organik. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari bahan-
bahan yang ada di alam dan sisa-sisa makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-
sisa tanaman, hewan, dan limbah sisa manusia. Tujuan pembuatan pupuk organik adalah
mempermudah masyarakat dalam penggunaan pupuk tersebut. Tujuan penggunaan pupuk
organik adalah untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah khususnya secara
biologis. Karena namanya yang organik, tentu kandungan yang mendominasi dari pupuk
tersebut adalah bahan organik. Bahan organik yang ada antara lain pupuk kandang,
kompos, pupuk hijau, sisa panen (jerami, tongkol jagung, dan sabut kelapa), limbah
industri, limbah ternak, dan  dari kota (sampah).
B. Pupuk Kimia
Asal mulanya pupuk kimia diawali oleh permasalahan yang dihadapi benua eropa
pada abad ke-20. Pemasalahan yang terjadi adalah tentang krisis pangan. Hal itu terjadi
karena tanaman penyedia pangan tidak sebanding dengan jumlah populasi manusia pada
masa itu. Untuk memberi makanan bagi tanaman, orang eropa mengambil dari kotoran
hewan yang diimpor dari negara Chile yang dikenal dengan sebutan Guano. Kotoran yang
dipakai yakni kelelawar.
Pada tahun 1908, seorang kelahiran Polandia berhasil mengubah sejarah. Beliau
adalah seorang ilmuwan yang bernama Fritz Haber. Ia menemukan cara membuat pupuk
kimia pengganti Guano dari kotoran kelelawar. Selain terdapat dampak positif dalam
penggunaan pupuk kimia, tentu memiliki dampak negatif. Dampak negatif yang
dihasilkan memfokuskan pada dampak ekologi/lingkungan, seperti tanah menjadi kering
dan bersifat asam. Selama terjadinya evolusi, para ahli mengemukakan bahwa pupuk
kimia ternyata memberikan dampak negatif lebih bayak dibandingkan dampak positifnya.
Disebabkan karena masalah negatif terhadap lingkungan/ekologi, peneliti
memiliki ide untuk mengatasinya. Menurut peneliti, sudah saatnya penggunaan pupuk

4
kimia digantikan oleh pupuk organik. Pupuk yang disarankan oleh peneliti adalah pupuk
organik dari urin manusia dan dicampur oleh bahan-bahan alami yang menyebabkan
aroma dari pupuk tersebut menyerupai aroma tapai.
C. Sistim Ekskresi Manusia
Sistim Ekskresi Manusia adalah suatu sistem yang memiliki tugas dalam mengatur 99
pembuangan senyawa sisa hasil metabolisme tubuh. Senyawa yang dikeluarkan adalah
zat yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh manusia. Senyawa sisa hasil metabolisme
tersebut memiliki kandungan kimiawi seperti, karbon dioksida (CO2), air (H20), amonia
(NH3), urin, dan empedu. Tubuh manusia wajib mengeluarkan senyawa-senyawa tersebut
agar terhindar dari penyakit dan tidak menumpuk di dalam tubuh. 
Limbah dari sistim ekskresi manusia yang difokuskan dalam penelitian adalah urin.
Urin atau yang akrab disebut Air Kencing, adalah cairan yang mengalami proses urinasi
yang dikeluarkan oleh organ manusia berupa ginjal. Pengeluaran urin menjadi kegiatan
mutlak yang dilakukan oleh tubuh untuk membuang ampas sisa dan ditindaklanjuti oleh
ginjal dalam proses filtrasi. Dengan mengeluarkan urin, manusia dapat menjaga
kestabilan suhu dalam tubuh.
Manusia dalam seharinya akan membuang urin sebanyak 6-8 kali dalam frekuensi
normal dengan jumlah berkisar antara 400 sampai dengan 2.000 mL. Pengeluaran urin
akan terus dilakukan selama masa hidup seorang manusia, yang berarti urin tidak akan
habis dan akan terus bisa diproduksi. Urin pada manusia mengandung tiga unsur hara
makro berupa N, P, dan K yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan pada tanaman dan
merupakan salah satu komponen utama pupuk.
Adapun kegunaan yang bisa diambil dari urin disamping hanya dijadikan sebagai
ampas proses ekskresi seperti, urin dijadikan sebagai bahan utama dalam pembuatan
pupuk organik. Mengapa demikian? Karena di dalam urin sendiri mengandung unsur
yang sedikit dimiliki oleh tanah dan menjadi unsur yang sangat berperan penting dalam
pertumbuhan tanaman yakni, nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Tanaman sendiri
membutuhkan 16 unsur untuk menunjang pertumbuhan secara normal. Namun, tanah
hanya menyediakan 13 unsur secara cukup yang terdiri dari, Ca, Mg, S, Cl, Ze, Mn,
Cu,Zn, B, dan Mo. Terdapat 3 unsur lainnya yang diperoleh dari udara seperti C, O, dan
H. Menurut Wolgast (1993) dalam Morgan (2004), satu liter urine mengandung sekitar
11 g nitrogen, 0.8 g phosphor dan 2 g kalium atau dengan perbandingan unsur N:P:K
adalah 11:1:2. Apabila 500 L urine yang dihasilkan oleh satu orang dalam waktu satu
tahun, maka diperkirakan jumlah unsur NPK adalah 5.6 kg nitrogen, 0.4 kg phosphor dan
1 kg kalium. Disebabkan ketidakmampuan tanah menyediakan 3 unsur penting bagi
tanaman, urin menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Ampas hasil ekskresi itu mampu
mendistribusikan unsur yang dimilikinya kepada tanah.
D. Likuid
Zat cair atau yang dikenal juga dengan istilah likuid  adalah zat atau benda yang
memiliki volume yang tetap tetapi bentuknya berubah-ubah sesuai dengan tempat
(wadahnya). Contohnya; bensin yang disimpan di dalam botol, teh yang dimasukkan ke
dalam gelas, air minum dalam ceret, sirum dalam gelas, dan pupuk.
Penggolongan pupuk umumnya didasarkan pada sumber bahan yang digunakan, cara
aplikasi, bentuk, dan kandungan unsur haranya. (Hadisuwito,2012) Berdasarkan

5
bentuknya, pupuk organik dibedakan menjadi dua, yakni pupuk cair dan padat. Pupuk
cair adalah larutan yang berisi satu atau lebih 7 pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman
yang mudah larut. Kelebihan pupuk cairan/likuid dalah mampu memberikan hara sesuai
kebutuhan tanaman. Selain itu, pemberiannya dapat lebih merata dan kepekatannya dapat
diatur sesuai kebutuhan tanaman.
Dalam penelitian ini, Peneliti ingin membuat suatu inovasi baru. Pupuk organik
maupun pupuk kimia yang dijual di pasaran, memiliki wujud yang rata-rata padat. Wujud
itu baik berupa bongkahan atau serbuk. Kebanyakan, pupuk yang diproduksi pabrik
dalam wujud cair/likuid adalah pupuk kimia. Maka dari itu, Peneliti ingin membuat
pupuk organik yang mulanya berwujud padat, berubah menjadi likuid/cairan.
Prinsip pembuatan pupuk cair/likuid dengan menggunakan urin manusia adalah
menambahkan bakteri pengurai untuk menguraikan senyawa-senyawa organik yang
terkandung di dalam urin tersebut sehingga bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman.
(Ilham Azril, 2015) Urin manusia dalam pembuatan pupuk cair membutuhkan bakteri
pengurai. Bakteri pengurai yang umum digunakan adalah berupa produk EM4 sebagai
energi yang digunakan oleh bakteri. EM4 merupakan Effective Microorganism E 4 yang
berguna untuk mempercepat proses pengomposan ataupun pada pembuatan pupuk cair.
EM4 mengandung sekitar 80 macam genus mikroorganisme, tetapi hanya ada lima
golongan yang paling pokok, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp (BAL),
Streptomyces sp, ragi (yeast), dan Actinomycetes. Proses pembuatan pupuk cair dari urin
manusia dapat berlangsung secara cepat dengan bantuan EM4 ini, yaitu sekitar tujuh hari.
Proses pengolahan yang baik dan benar akan menghasilkan pupuk cair yang tidak
panas,tidak berbau busuk, tidak mengandung hama dan penyakit, serta tidak
membahayakan pertumbuhan ataupun produksi tanaman (Maspary, 2011). Proses
pengolahan pupuk cair dengan urin manusia sangatlah sederhana, yaitu dengan
mencampurkan urin manusia, EM4, dan bahan-bahan alami pada jerigen yang terbuka
kemudian didiamkan selama satu bulan
E. Tapai
Tapai atau yang dikenal akrab sebagi tape adalah makanan ringan yang dihasilkan
dari proses fermentasi bahan pangan berkarbohidrat sebagai substrat oleh ragi. Di
Indonesia dan negara-negara tetangganya, substrat ini biasanya umbi singkong dan beras
ketan. Ragi untuk fermentasi tapai merupakan campuran beberapa mikroorganisme,
terutama fungi, seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis
burtonii, Mucor sp., Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, dan Pediococcus sp.
Makalah yang dibuat oleh peneliti terdahulu yaitu Hudori, jurusan Teknik
Lingkungan, Universitas Islam Indonesia dengan judul “Pemanfaatan Urine Manusia
sebagai Pupuk pada Tanaman Tomat”, aroma pupuk urin yang dihasilkan sangat
menyengat. Maka dari itu, peneliti ingin membuat inovasi dari permasalahan aroma
pupuk urin. Peneliti ingin mengubah aroma menyengat dari pupuk urin itu menjadi aroma
yang sedap atau masih bisa dinetralisasikan oleh indra penciuman yaitu hidung. Dengan
menambah bahan-bahan alami yang memiliki kandungan yang dibutuhkan tanaman,
aroma dari proses fermentasi yang dilakukan selama 1 bulan akan mengeluarkan aroma
pupuk menyerupai tapai.

6
BAB 3. METODE PENELITIAN

A. Desain Penilitian
Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan pendekatan ganda. Pendekatan
ganda terdiri dari pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah (scientific inquiry) yang didasari oleh
filsafat positivisme logikal (logical positivism) yang beroperasi dengan aturan-aturan
yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum, dan prediksi (Watson, dalam
Danim 2002). Fokus penelitian kuantitatif diidentifikasikan sebagai proses kerja yang
berlangsung secara ringkas, terbatas dan memilah-milah permasalahan menjadi
bagian yang dapat diukur atau dinyatakan dalam angka-angka. Pada penelitian ini,
tujuan dari penggunaan pendekatan kuantitatif adalah untuk melihat tinggi tanaman
Jambu Air Black Kingkong.
Selain pendekatan kuantitatif, Peneliti juga menggunakan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
penelitian data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang,
perilaku yang dapat diamati sehingga menemukan kebenaran yang dapat diterima oleh
akal sehat manusia. Pada penelitian ini, tujuan dari penggunaan pendekatan secara
kualitatif adalah untuk melihat kualitas daun dan buah yang dihasilkan.
Penelitian ini dilakukan dengan metode subjek tunggal. Subjek tunggal (single
subject research), yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
besarnya pengaruh dari perlakuan yang diberikan secara berulang-ulang dalam waktu
tertentu (Tawney & David, 1987:2). Pada penelitian ini, subjeknya yaitu penggunaan
pupuk urin terhadap tanaman Jambu Air Black Kingkong.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari tanggal 9 Agustus 2019 sampai tanggal 18 November
2019. Penelitian dilakukan secara rutin pada kurun waktu pukul 16.00 dan berakhir
pada pukul 18.00 di hari Senin sampai Jumat. Sementara pada hari Sabtu dan Minggu
penelitian dilakukan dari pukul 08.00 dan berakhir pada pukul 13.00.
C. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Provinsi Riau, tepatnya di kota Duri. kota Duri yang
dikenal dengan kota “Kilang Minyak”, dijadikan tempat penelitian karena
mengandung beberapa alasan. Berikut alasan Kota Duri dijadikan tempat pelaksanaan
penelitian :
1. Lokasi yang strategis di kawasan kota Duri.
2. Peneliti aktif berada di kota Duri.
3. Tanah yang ada di sekitar kota Duri yang dijadikan tempat penelitian sangat lah
subur.
4. Tempat yang dijadikan lokasi penelitian banyak dikelilingin tanaman yang subur.
5. Suhu dan sinar matahari yang ada di daerah kota Duri sangat cocok bagi tanaman
yang digunakan untuk penelitian.

7
D. Objek Penelitian
Objek yang digunakan untuk penelitian adalah Jambu Air yang berjenis Black
Kingkong dengan nama latin Syzygium aqueum. Jambu Air Black Kingkong
merupakan varian buah jambu air unggul. Nama Black Kingkong disematkan karena
warna buahnya merah kehitaman dengan ukuran besar. Tanaman jambu ini dapat
ditanami di daerah dataran rendah, maupun di daerah dengan ketinggian menengah.
Tempat penanaman yang digunakan biasanya pada tanah langsung. Tidak hanya pada
tanah langsung, jambu air ini bisa juga ditanam di dalam pot. Kebutuhan sinar
matahari untuk tanaman ini yaitu dari tingkat yang sedang hingga tinggi.
E. Prosedur Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian, harus dilengkapi dengan langkah kerja yang
sistematis. Di samping itu, kita harus menyediakan alat dan bahan yang mendukung
penelitian yang akan dilakukan. Berikut alat dan bahan yang digunakan oleh peneliti
serta langkah kerjanya :
1. Alat dan Bahan
a. Air kelapa
b. Gula putih
c. Air beras
d. Air urin manusia
e. EM 4
f. Jahe
g. Kunyit
h. Susu bubuk
i. Blender
j. Jerigen

2. Langkah Kerja
Adapun langkah-langkah kerja dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Cairkan 2 sdm gula putih dengan dipanaskan.
b. Setelah itu, dinginkan gula putih yang sudah dicairkan.
c. Campurkan EM 4 dengan jumlah 100 cc dengan gula yang sudah dicairkan.
d. Fermentasikan atau diamkan campuran larutan itu selama 1 hari.
e. Setelah seharian didiamkan, aduklah campuran larutan tersebut.
f. Kemudian diamkan kembali selama 1 jam.
g. Sembari menunggu pupuk yang didiamkan, siapkan kunyit dan jahe.
h. Kunyit dan jahe yang sudah dibersihkan, kemudian blender hingga halus.
i. Campurkan air kelapa, air beras, urin, susu bubuk, larutan jahe dan kunyit
yang sudah diblender kedalam campuran larutan EM4 dan gula putih. Lalu
aduk hingga merata.
j. Fermentasikan selama 1 bulan campuran semua bahan pupuk di dalam jerigen
dengan syarat tiap minggu dibuka tutup jerigennya sambil diaduk.

8
k. Setelah 1 bulan fermentasi, pupuk dapat di pakai secara aktif dengan melihat
panduan dalam penggunaan pupuk.
3. Panduan dalam penggunaan pupuk
Adapun panduan dalam penggunaan pupuk organik likuid dari urin adalah sebagai
berikut :
a. Perbandingan pupuk dengan air adalah 1 : 3.
b. Penyiraman pupuk pada tanaman dikotil dilakukan 2 minggu sekali dengan
jumlah 1 liter pupuk + air dengan perbandingan yang sudah ditetapkan.
c. Biang dari pupuk organik liquid dicampurkan oleh air ketika ingin dipakai.

F. Pembiayaan
Adapun rincian biaya dari bahan dan alat yang digunakan dalam proses penelitian
adalah :
Tabel 1 : Biaya Alat dan Bahan Penelitian

No Nama Jumlah Harga (Rp)

1 Urin 1 liter 5000

2 Air kelapa ½ liter 4000

3 Air cucian beras ½ liter 1000

4 EM 4 100 cc 2000

5 Gula putih 2 sdm 500

6 Jahe 1 ons 3000

7 Kunyit 1 ons 1000

8 Blender 1 (perawatan alat) 1000 (sekali pakai)

9 Jerigen 1 buah (3 liter) 7500

10 Susu bubuk 27 gram 1000

TOTAL 18500

9
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
(Hadisuwito,2012) Berdasarkan bentuknya, pupuk organik dibedakan menjadi
dua, yakni pupuk cair dan padat. Pupuk cair adalah larutan yang berisi satu atau lebih
7 pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman yang mudah larut. Kelebihan pupuk
cairan/likuid dalah mampu memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman. Selain itu,
pemberiannya dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai kebutuhan
tanaman.
Pupuk likuid yang digunakan dari sisa limbah ekskresi manusia berupa urin.
Menurut Wolgast (1993) dalam Morgan (2004), satu liter urine mengandung sekitar
11 g nitrogen, 0.8 g phosphor dan 2 g kalium atau dengan perbandingan unsur N:P:K
adalah 11:1:2. Unsur yang terkandung pada urin manusia sangat dibutuhkan oleh
pertumbuhan tanaman. Kemudian urin mengandung yang sudah diracik,
menghasilkan aroma yang menyerupai makanan fermentasi yaitu tapai. Bahan-bahan
organik yang menjadi tambahan dalam pembuatan pupuk likuid ini menambah
kandungan dari pupuk ini yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Selain karena proses
fermentasi selama 1 bulan yang dimulai dari bulan Juli, bahan-bahan tambahan seperti
air kelapa, jahe, kunyit, susu, air sisa cucian beras, dan EM4 juga mendukung
terciptanya aroma tapai yang menjadi ciri khas dari penelitian ini. Setelah selesai
diracik sedemikian rupa oleh peneliti mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP),
pupuk organik likuid berbahan limbah sistim ekskresi manusia beraroma tapai ini
dapat diterapkan langsung pada objek tanaman yang diinginkan.
Objek yang digunakan untuk penelitian adalah pohon Jambu. Varietas dari pohon
jambu yang digunakan yaitu Jambu Air Black Kingkong dengan nama latin Syzygium
aqueum. Dalam proses penanamannya, media tanam yang digunakan peneliti adalah
pada tanah langsung. Pada saat pemberian pupuk, takaran antara air dengan pupuk
urin yang digunakan adalah 1 : 3.

10
Gambar 4.1 : Hasil pupuk likuid urin dengan jumlah 3 liter setelah fermentasi selama 1
bulan

Pada penilitian ini, peneliti menggunakan pohon yang berumur 1 tahun. Penelitian
telah dilakukan sejak bulan Agustus (sekitar 3 bulan) di kota Duri. Tinggi bibit dari
Jambu Air Black Kingkong mecapai 70 cm. Kini, tinggi tanaman yang dijadikan
objek penelitian sudah mencapai 90 cm.
Setelah melakukan penelitian terhadap pupuk likuid organik, peneliti langsung
menerapkannya kepada objek tanaman yaitu pohon Jambu Air Black Kingkong.
Tentu dalam proses pemberian pupuk harus mengikuti prosedur yang sudah dijelaskan
peneliti pada Bab 3 bagian 3 Panduan Pemberian Pupuk. Setelah melakukan
penelitian dan uji coba kurang lebih 3 bulan yang dimulai sejak bulan Agustus 2019,
peneliti mendapatkan hasil baik dari segi tanaman, lingkungan sekitar, maupun dari
pupuknya. Hasil yang didapatkan oleh peneliti berupa :
1. Daun pada pohon jambu lebat dan segar dengan warna hijau yang pekat.
2. Buah yang dihasilkan sehat, besar, dan subur.
3. Bakal biji pada pohon jambu bertambah banyak.
4. Tanaman pohon jambu lebih subur dan tidak kering karena memakai pupuk
organik dari alam.
5. Pupuk likuid organik yang digunakan tidak beraroma menusuk seperti urin
manusia, sebaliknya menyerupai aroma dari tapai.
6. Penggunaan dari pupuk likuid organik ini lebih ekonomis karena dalam sekali
pembuatan sesuai pada langkah kerja yang dibuat oleh peneliti menghasilkan 9
liter pupuk likuid yang bisa digunakan cukup lama.
7. Pupuk organik likuid dari urin dapat menggantikan posisi pupuk kimia, tanpa
menghasilkan dampak yang berarti bagi lingkungan sekitar.

11
Gambar 4.2 : Jambu Air Black Kingkong ( Syzygium aqueum ) saat berusia 2 bulan

Gambar 4.3 : Jambu Air Black Kingkong ( Syzygium aqueum ) saat berusia 3 bulan

Gambar 4.4 : Buah Jambu Air Black Kingkong setelah dipanen

12
Gambar 4.5 : Isi dari buah Jambu Air Black Kingkong

Gambar 4.6 : Daun yang lebat dan segar dari pohon Jambu Air Black Kingkong

13
Gambar 4.7 : Daun yang lebar dari pohon Jambu Air Black Kingkong

B. Pembahasan
Berdasarkan pernyataan mengenai urin yang dipaparkan pada Bab 2 yang akhirnya
menguatkan lahirnya pupuk urin ini untuk menggantikan pupuk kimia. Pernyataan
tersebut yaitu oleh Wolgast (1993) dalam Morgan (2004), satu liter urine mengandung
sekitar 11 g nitrogen, 0.8 g phosphor dan 2 g kalium atau dengan perbandingan unsur
N:P:K adalah 11:1:2. Unsur yang terkandung dalam urin tersebut sangat berperan penting
dalam pertumbuhan tanaman sehingga cocok dijadikan pupuk. Pernyataan tersebut telah
dapat dibuktikan seperti yang tertera pada subbab hasil yang memaparkan tanaman Jambu
Air Black Kingkong yang tumbuh dan berkembang dengan baik setelah pemakaian pupuk
urin.
Penelitian mengenai pupuk organik likuid dari urin ini pernah dilakukan oleh
mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Islam Indonesia bernama Hudori
yang dilakukan pada tahun 2007 dengan judul penelitian “Pemanfaatan Urine Manusia
sebagai Pupuk pada Tanaman Tomat”. Mengikuti penelitian terdahulu yang membuat
pupuk organik likuid dari urin yang berhasil menghasilkan tanaman dengan kondisi yang
baik namun memiliki bau yang menyengat. Bau menyengat yang dihasilkan karena
difermentasikan sangat lama tanpa disertai bahan-bahan tambahan yang lainnya.
Sedangkan dalam penelitian ini, Peneliti berhasil menghilangkan bau urin yang
menyengat tersebut. Aroma urin yang menyengat itu digantikan dengan aroma tapai
karena mengalami proses fermentasi selama sebulan dan ditambahkan bahan-bahan alami
yang mendukung terciptanya aroma menyerupai tapai. Selain itu, objek yang digunakan
dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu. Peneliti menggunakan objek
penelitian berupa tanaman dikotil yaitu Jambu Air Block Kingkong.
Tanah disekitar tanaman jambu ini sangat subur dan tidak kering tidak seperti jika
memakai pupuk dari bahan kimia. Maka dari itu, peneliti mengatakan bahwa dampak
pemakaian yang dihasilkan dari pupuk likuid urin ini tidak memberikan efek yang

14
signifikan terhadap ekologi/lingkungan. Jika pupuk yang ditawarkan peneliti digunakan
oleh para petani secara efektif dan dijual di pasaran, keberadaan pupuk kimia dapat
disingkirkan dan limbah urin manusia tidak akan terbuang percuma di masa yang akan
datang.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan pembahasan terhadap penelitian yang dilakukan, Peneliti dapat


menyimpulkan dari semua aspek pembuatan makalah ini. Di samping itu, Peneliti harus
mencantumkan beberapa saran yang akan berguna bagi pembaca mendatang. Saran-saran
yang tercantum di bawah berdasarkan proses penelitian yang dialami Peneliti secara
langsung.
A. Kesimpulan
Dengan terlaksanakannya penelitian ini sampai titik berhasil, Peneliti
menyimpulkan bahwa inovasi pupuk yang ditawarkan dapat digunakan kepada tumbuhan
dan berhasil menggantikan posisi pupuk kimia. Pupuk kimia yang semakin banyak
beredar di pasaran dan menjadi alternatif para petani untuk membantu perawatan tanaman
ternyata menimbulkan beberapa masalah yang akan terjadi ke depannya bila digunakan
terus menerus. Mengutip dari Fauzi Albar Rasyiddin (2017:5), penggunaan pupuk kimia
yang tak terkendali menjadi salah satu penyebab penurunan kualitas kesuburan fisik dan
kimia tanah. Sedangkan, kualitas kesuburan fisik dan kimia tanah harusnya dijaga untuk
kebaikan ekosistem dunia. Oleh karena itu, Peneliti menciptakan sebuah pupuk organik
yang berbahan dari salah satu limbah sistim ekskresi manusia, yaitu urin. Pupuk urin ini
apabila diberikan pada tanaman akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dan
berkembang dengan baik. Selain itu, yang menjadi nilai tambah dari pupuk urin ini adalah
takaran yang digunakan saat pemakaian pupuk urin tidak memerlukan kalkulasi yang

15
sulit. Pupuk yang ditawarkan oleh peneliti berupa Pupuk Likuid Organik dari Bahan
Limbah Ekskresi Manusia Beraroma Tapai bisa dan berhasil digunakan untuk tanaman
dikotil seperti jambu, khususnya Jambu Air Black Kingkong ( Syzygium aqueum ). Pupuk
likuid organik ini memiliki nilai tambah jika dibandingkan dengan pupuk lain.
Kelebihannya yaitu tidak mengeluarkan aroma yang terlalu menyengat. Pupuk ini
mengeluarkan makanan fermentasi seperti tapai, sehingga para pengguna pupuk ini tidak
akan merasa jijik karena bahan utama penyusunnya adalah urin manusia. Di samping itu,
pupuk urin ini tidak ada memberikan dampak yang buruk dari awal pemakaian sampai
panen. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pupuk ini dapat terus dipergunakan.
Pernyataan itu dipaparkan dalam kajian teori bab 2 yang mengatakan bahwa manusia
memproduksi setidaknya dengan jumlah 400 sampai 2.000 mL tiap harinya. Sedangkan
untuk membuat 3 liter pupuk urin dibutuhkan hanya 1 liter urin. Oleh karena itu, Peneliti
dapat menyimpulkan pupuk urin menjadi inovasi andalan bagi petani yang ingin
mendapatkan kalkulasi takaran yang mudah, harga ekonomis, bahan dasar yang dapat
terus ditemukan, tidak memberikan efek yang buruk, dan tentunya menghasilkan tanaman
dengan kualitas yang baik.
B. Saran
Dalam proses penelitian, sebaiknya diperhatikan perkembangan tanaman hingga
pembuahan serta masa panennya. Sebelum memasuki masa panen, lakukanlah perawatan
yang maksimal dan khusus kepada tanaman jambu air tersebut. Perlakuan khusus yang
diterapkan kepada pohon jambu seperti, membungkus bakal buah jambu yang sudah
mekar dipohon hanya menggunakan kantong plastik yang berwarna biru. Tujuan
pemilihan kantong plastik yang berwarna karena warna biru memberikan efek yang bagus
dalam pertumbuhan buah jambu. Pernyataan itu dijabarkan dalam Makalah terdahulu oleh
Firman, Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
Makassar dengan judul “Pengaruh Jenis Plastik Pembungkus pada Penyimpanan Buah
Rambutan (Nephelium Lappaceum, Linn)”.

16
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan tercapainya penelitian tentang “Pupuk Organik Likuid Berbahan Limbah Sistem
Ekskresi Manusia Beraroma Tapai sebagai Pengganti Pupuk Kimia”, Peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia dan hidayah-Nya sehingga Peneliti
dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Orang tua atas dukungan dan saran dalam proses penelitian sehingga penelitian ini
mencapai titik berhasil
3. Kepala SMAS Cendana Mandau, Wiselmi, M.M., yang telah memfasilitasi tempat
dan waktu untuk pembuatan dan penyusunan karya ilmiah ini.
4. Ibu Guru Epritriyanti selaku guru pembimbing ekstrakurikuler KIR atas arahan dan
koreksinya selama penyusunan dan penulisan karya ilmiah.
5. Bapak Guru Ruslan Abdul Gaya selaku guru Bahasa Indonesia atas arahan dan
koreksinya dalam sistematika karya ilmiah.
6. Ibu Guru Ezi Leswita, S.Pd. atas bimbingan dalam melakukan pratikum penelitian ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hudori. 2007. Pemanfaatan Urine Manusia sebagai Pupuk pada Tanaman Tomat.
https://www.researchgate.net/publication/
287914186_PEMANFAATAN_URINE_MANUSIA_SEBAGAI_PUPUK_PADA_T
ANAMAN_TOMAT [tanggal dibuat jurnal]

Firman. 2012. Pengaruh Jenis Plastik Pembungkus pada Penyimpanan Buah Rambutan
(Nephelium Lappaceum, Linn).
https://core.ac.uk/download/pdf/25487440.pdf

Ilham Azril. 2015. Teori Pupuk Tanaman


http://fliphtml5.com/xzzr/ztdr/basic

Wibisono Adiwinata. 2019. Fritz Haber, Ilmuwan Berpengaruh yang Dilupakan Dunia.
https://www.idntimes.com/science/discovery/wibi-sono/fritz-haber-ilmuwan-
berpengaruh-yang-dilupakan-dunia-exp-c1c2

18
Agregasi Hellosehat.com. 2017. Berapa Kali Buang Air Kecil dalam Sehari Dianggap Sehat?.
https://lifestyle.okezone.com/read/2017/06/19/481/1719558/berapa-kali-buang-air
kecil-dalam-sehari-dianggap-sehat diakses tanggal 18 Oktober 2019

Rany Fauziah. 2019. Ini Penjelasan soal Luas Lahan Pertanian RI.
https://economy.okezone.com/read/2019/01/30/320/2011632/ini-penjelasan-soal-luas-
lahan-pertanian-ri diakses tanggal 18 Oktober 2019

Admin Plantation Key Technology. 2017. Pengertian Pupuk, Fungsi Pupuk dan Jenis-jenis
<KI
https://sawitnotif.pkt-group.com/2017/12/15/pengertian-pupuk-fungsi-pupuk-dan-jenis-jenis-
pupuk/

Sarjanaku.com. 2011. Pendekatan Kualitatif.


http://www.sarjanaku.com/2011/06/pendekatan-kualitatif.html

Suaidinmath. 2011. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.


https://suaidinmath.wordpress.com/2011/03/23/pendekatan-kuantitatif-dan-kualitatif/

Dwi Endah Pertiwi. 2013. Single Subject Research.


http://repository.upi.edu/1759/6/T_PKKH_1006984_chapter3.pdf

Ilham Azril. 2015. Teori Pupuk Tanaman


http://fliphtml5.com/xzzr/ztdr/basic

19

Anda mungkin juga menyukai