Anda di halaman 1dari 8

“PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK BERUPA KOTORAN HEWAN

(KOHE) MENJADI PUPUK ORGANIK UNTUK MENJAGA


KESUBURAN DAN KESEHATAN TANAH DALAM MENDUKUNG
PROSES PERTUMBUHAN TANAMAN HORTIKULTUR DI DESA
KAWUNG LUWUK KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN
CIANJUR JAWA BARAT”

MUKHAMAD SULFANUDIN1), NURDIYAH2)


1
Program Studi Agribisnis Bidang Minat Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian Fakultas Sains Dan Teknologi,
Universitas Terbuka
Email : muhammadzulfanudin@gmail.com
2
Dosen Agribisnis,Universitas Terbuka
Email : nurdiyah@ecampus.ut.ac.id

Abstrak

Limbah kotoran hewan ternak menjadi salah satu permasalahan bagi para peternak selain
menimbulkan bau tak sedap, limbah kotoran hewan ternak juga menjadi penyebab
munculnya penyakit yang mengganggu kesehatan. Minimnya upaya mensosialisasikan
manfaat limbah kotoran hewan ternak menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan secara
serius guna mengurangi pencemaran dan dampak buruk akibat limbah kotoran hewan
ternak. Kurangnya pengetahuan masyarakat dan pelaku usaha ternak terhadap fungsi dan
kandungan yang ada pada kotoran hewan ternak, membuat mereka membuang limbah
kotoran hewan ternaknya secara percuma.

Sejalan dengan pembangunan peternakan yang lebih bersih dan ramah terhadap lingkungan,
sistem usaha peternakan dengan memanfaatkan limbah kotoran hewan ternak menjadi pupuk
organik merupakan salah satu upaya untuk mengurangi penumpukan volume limbah kotoran
hewan ternak dan meminamilisir pencemarannya terhadap lingkungan. Sebagaimana kita
ketahui bahwa pupuk organik memiliki manfaat yang banyak bagi kebutuhan tumbuh
kembang tanaman dan meningkatakan kesuburan serta kesehatan tanah.

Pemanfaatan limbah kotoran hewan ternak sendiri selain mengurangi pencemaran dan
dampak buruk bagi kesehatan juga memiliki potensi ekonomi yang bagus dari sektor
pemnfaatanya dengan menjadikan limbah kotoran hewan ternak menjadi bahan baku utama
pupuk organik, selain nilai ekonomis hal ini juga membantu petani yang saat ini kesulitan
memperoleh akses pupuk bersubsidi.

Kata kunci : (limbah ternak ,kotoran hewan ternak, pupuk organik,)


Pendahuluan

Hewan ternak setiap hari mengeluarakan kotoran dalam jumlah yang tak sedikit, untuk jenis
ternak sapi saja kotoran yang dikeluarkan 12% dari berat tubuhnya perhari sedangkan untuk
jenis kambing dan ayam juga tak sedikit mengeluarkan kotoran tiap harinya, Setiap harinya,
kambing dewasa dapat mengeluarkan kotoran sebanyak 0,5-1 kg/ekor atau 15-30
kg/bulan/ekor. Jumlah kotoran ayam yang dikeluarkan setiap harinya banyak, rata-rata per ekor
ayam 0,15 kg (Charles dan Hariono, 199 1). Fontenot et al. (1983) melaporkan bahwa rata rata
produksi buangan segar ternak ayam petelur adalah 0,06 kg/hari/ekor, dan kandungan bahan
kering sebanyak 26% yang dapat menimbulkan gas yang berbau.tentu saja apabila kotoran ini
tidak dikelola atau diolah dengan baik akan menjadi limbah dan mengakibatkan pencemaran
lingkungan, karena kotoran hewan mengandung beberapa senyawa kimia seperti NH3, NH dan
senyawa kimia lainnya. Sementara kotoran yang masih mengandung nutrient bisa
dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang bisa diaplikasan pada tanaman sebagai sumber
nutrisi dan menjaga kesehatan tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman.
Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan
sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang
digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung
banyak bahan organik daripada kadar haranya.Sumber bahan organik dapat berupa kompos,
pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan
sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah
kota (sampah).

Pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik padat tricho kompos dan pupuk cair dapat
dijadikan sebagai diversifikasi usaha bagi petani yang akan memberikan banyak keuntungan,
menghasilkan teknik bertani ramah lingkungan dan sayur sehat bagi masyarakat (Suhessy
Syarief, 2015).

Metode

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan metode penelitian observasi.
yakni penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap tanaman
hortikultura ( pakcoy, kubis, tomat, mentimun, dan kacang panjang ) yang akan diteliti.
Sehingga akan diperoleh gambaran yang jelas mengenai tanaman yang akan diteliti..
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pupuk organik berbahan limbah
kotoran hewan ternak yang dikenal memiliki banyak fungsi dan manfaat khususnya di dunia
pertanian. Penelitian ini diawali dari membuat pembuatan pupuk organik dari bahan kotoran
hewan ternak dan bahan organik lainnya yang diprosese secara dekomposisi selama tiga
minggu sampai empat minggu kemudian diaplikasikan pada tanaman hortikultur yang ada
lokasi penelitian yaitu di Desa kawung luwuk. Lalu akan di amati perbedaan antara tanaman
yang diberi pupuk organik dari limbah kotoran ewan ternak dengan tanaman yang tidak
diberi pupuk organik limbah kotoran hewan ternak dari masa pertumbuhan sampai masa
pembuahan (fase vegetatif sampai fase genaratif ).

Bahan yang digunakan dalam penelitian di lpangan ini adalah meliputi kotoran hewan
ternak, MOL, molase, air, hijauan segar, daun kering, pupuk kimia (NPK) serta komoditi
tanaman hortikultur yang akan menjadi bahan uji perbandingan.

Percobaan dilakukan dengan menggunakan sampel acak dengan tiga perlakuan serta dua kali
pengulangan agar mendapatkan hasil yang lebih akurat. Bedengan percobaan memiliki ukuran 1 m x
10 meter dengan metode one bed one product artinya satu bedengan satu jenis komoditi sayuran.

Kegiatan ini dilaksanakan di kampung kawung luwuk, kecamatan sukaresmi kabupaten


cianjur jawa barat. dilahan pembelajaran milik yayasan karang widya the learning farm. Pengamatan
dilakukan dimulai dari usia tanam sampai panen akan tetapi kegiatan dilakukan dimulai dari tahapan
persiapan lahan, pembuatan pupuk organik, penyemaian, penanaman, perawatan pemeliharaan dan
panen.

Hasil Dan Pembahasan

Tahapan pembuatan pupuk organik berbahan baku limbah kotoran ternak berupa
kotoran hewan.

a. Penyiapan alat dan bahan yang meliputi cangkul, emrat, toples, terpal, kotoran hewan
ternak (sapi, kambing, ayam), molase, MOL/EM4, air, hijauan, sekam padi, kapur
dolomit.
b. Setelah alat dan bahan siap langkah selanjutnya yaitu mencampurkan molase, mol, dan
air pada embrat dengan perbandingan 1 liter mol, 1 liter molase dan 10 litar air. Aduklah
hingga merata.
c. Selanjutnya cacah hijauan menjjadi bagian kecul-kecil supaya memudahkan proses
pencampuran
d. Setelah hijauan dicacah, kemudian bentangkan terpal agar proses pembuatan berjalan
dengan baik
e. Hamparkan secara merata seka padi pada bentangan terpal secara merata, kemudian
disususl dengan kotoran hewan ternak diatasnya secara merata juga.
f. Setelah kotoran hewan ternak merata, lalu taburkan kapur dolomit secukupnya diatas
kotoran hewan ternak, berikutnya hamparkan hijauan yang telah dicacah diatas kotoran
hewan yang telah ditaburi kapur dolomit, kemudian hamparkan lagi sekam padi diatas
cacahan hiajuan.
g. Setelah semua lapisan tersusun kemudian siramlah dengan campuran air, mol, dan
molase yang sudah dimasukan dalam emrat.
h. Selanjutnya susun seperti awal jika bahan masih tersedia begitu sterusnya. Di akhir
proses tutuplah bentangan terpal secara rapat pada susunan tadi untuk mempercepat
proses dekomposisi.
i. Bolak-balikanlah susunan pupuk organik secara berkala seminggu sekali untuk
mempercepat proses pengomposan dan agar pupuk cepat digunakan.

Tanaman holtikultura pada umumnya ditanaman pada dataran menengah ke atas,


namun pada kegiatan peneilitian ini dilakukan pada daerah dataran menngah dengan ketinggian
800- 857 Mdpl, memiliki rata-rata suhu udara sekira 22°C sampai 29°C, dengan karakteristik
tanah keras dan minim hara bagi tanaman. Kegiatan diawali dari pembuatan lahan serta
pembuatan bedengan kemudian diselingi dengan pembuatan pupuk organik berbahan dasar
limbah ternak dalam hal ini kotoran hewan ternak berupa kotoran sapi dan kotoran kambing
dan bahan organik lain seperti hijauan sisa tanaman sayur, gedebog pisang, serta bio aktivator
berupa MOL ( mikro organisme lokal ) molase, serta sekam padi yang di proses dengan sistem
aerob. Proses dekomposisi pada pupuk organik ini memakan waktu sekira 3 sampai 4 minggu.
Lahan atau bedengan yang sudah siap tanam diberikan kapur dolomit sebagai peningkat ph
tanah kemudian kapur dolomit ditaburkan pada bedengan untuk selanjutnya bedengan akan
diberi pupuk organik sebelum benar-benar siap ditanami beberapa komoditas tanaman
hortikultur.

Pemberian pupuk organik ini bertujuan untuk memeperbaiki struktur dan sifat tanah,
menjaga kesehatan dan meningkatkan kesuburan tanah serta sebagai sumber nutrisi bagi
tumbuh kembang tanaman. Limbah kotoran hewan sebagai bahan dasar pupuk organik ini
mameliki banyak kandungan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam tumbuh
kembang tanaman hortikultur.

Pada tanah yang diberikan pupuk organik berbahan dasar kotoran hewan ternak,
nampak perbedaan dengan tanah yang tidak diberikan pupuk organik, perbedaan itu terlihat
pada tekstur tanah yang lebih remah, serta berwarna lebih gelap serta pada pertumbuhan
tanaman terlihat tanaman lebih sehat dan lebih subur.

Pada tanaman holtikultur yang ditanam dilahan yang diberi pupuk organik dari limbah
kotoran ssapi memiliki perbedaan fisik yang mencolok dimulai dari warna tanaman yang lebih
terang, berdaun lebat dan lebar, serta memliki perakaran yang kuat serta tahan dari seranga
organisme pengganggu tanaman baik hama maupun penyakit.

Dilihat dari aspek ekonomi penggunaan pupuk organik ini sebenarnya jauh lebih
menghemat atau memangkas biaya produksi pertanian dibandingkan dengan membeli pupuk
kimia yang sekarang harganya sangat mahal. Akan tetapi tak sedikit petani yang beranggapan
bahwa penggunaan pupuk organik ini tidak efisinsi dalam proses pembuatannya yang terbilang
lama. Sementara pada aspek bilogis pemberian pupuk organik dari limbah kotoran ternak ini
akan memperbaiki struktur taah serta memperkaya unsur hara dalam tanah.

Perbedaan pertumbuhan pada tanaman hortikultur ( kubis, pakcoy, dan sawi putih )
yang diberi aplikasi pupuk organik, kimia (NPK), dan tanpa pemberian pupuk.

Perlakuan dengan menggunakan pupuk organik.

Pada tanamanan hortikultur yang dalam perlakuannya menggunakan atau


mengaplikasikan pupuk organik pertumbuhan pada daun akan terlihat lebih rindang dengan
warna daun yang cerah serta memiliki ukuran yang lebih lebar pada fase vegetatif awal,
sedangkan pada masa generatif atau pada masa menjelang panen terutama pada kubis dan sawi
putih krop kubis akan terlihat lebih besar dan berisi serta memiliki bobot yang lebih berat ketika
dipanen. Pada struktur perakaran tanaman akan lebih kuat tidak mudah rebah.

Sementara pada tanah pupuk organik ini mampu memperbaiki sifat-sifat tanah baik
secara kimia, fisik, dan biologis. Tanah menjadi subur dengan tekstur yang remah serta
memiliki warna hitam gelap. Disamping itu pada kehidupan didalam tanah mikroba-mikroba
yang membantu proses tumbuh kembang tanaman juga makin banyak. Serta pemberian pupuk
organik ini juga memperkuat resistensi tanaman terhadap beberapa macam penyakit.
Penggunaan dalam jangka panjang dan terus menerus akan meningkatkan kualitas kesuburan
tanah dan meningkatkan produktivitas hasil pertanian

Perlakuan dengan menggunakan pupuk kimia (NPK)

Pertumbuhan pada tanaman yang diberi perlakuan dengan aplikasi pupuk NPK
cenderung agak rindang akan tetapi memiiki warna daun yang sedikit gelap, sementara pada
ukuran daun tidak terrlalu lebar dan pada bobot krop kubis dan sawi putih tergolong normal
atau standar. Pada sistem perakaran tanamn ini cenderung kuat akan tetapi seringkali
ditemukan tanaman yang rebah pada fase vegetatif awal dan fase gebneratif awal ketika krop
mulai muncul.

Peggunaan terus menerus dan jangka panjang serta penggunaan tanpa dosis yang tepat
akan menurunkan kualitas kesuburan tanah, biasanya tanah akan terlihat bewarna coklat
kekuningan dengan tekstur keras dan padat bisanya kehidupan biota di dalamnya minim karena
pengaruh bahan kimia berlebih akan membunuh cacing dan mikroba mikroba yang membantu
menyuburkan tanah.

Perlakuan tanpa menggunakan pupuk

Pertumbuhan tanaman dengan tidak menggunakan pupuk akan terlihat pada daun yang
jarang dengan ukuran daun yang tidak lebar, namun memiliki warna agak terang, sementara
pada bobot krop setelah panen tergolong ringan. Sementara pada perakaran tanaman tidak kuat
dan mudah rebah .

PERBANDINGAN TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN PERLAKUAN


APLIKASI PUPUK ORGANIK, TANPA PUPUK DAN PUPUK KIMIA NPK

6
5
5 4.54
4.23
4
3.3
3 2.9
3 2.5
2.3
2 1.8

0
KUBIS PAKCOY SAWI PUTIH
NPK TANPA PUPUK ORGANIK
Penutup

A. Kesimpulan

Pemanfaatan limbah kotoran hewan ternak sebagai pupuk organik merupakan sebuah
upaya untuk mengurangi limbah yang dihasilkan oleh hewan ternak. Peranan limbah
kotoran hewan ternak pada lingkungan diantaranya : mengurangi polusi udara,
meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman.

Pupuk organik berbahan dasar limbah kotoran hewan sendiri mrmpunyai kandungan
unsur hara makro seperti nitrogen, posfor, kalium, dan unsur lainnya yang tentunya sangat
baik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman.

Pembuatan pupuk organik ini sendiri tentunya menggunakan baha dasar kotoran hewan
dengan ditambah campuran hijauan cacah, sekam padi, kapur dolomit, molase dan mol
untuk menyempurnakan proses pengomposan atau dekomposisi sebelum menjadi pupuk
siap pakai.

B. Saran

Guna menyebarkan manfaat limbah kotoran hewan ternak sebagai pupuk organiknyang
kaya akan kandungan unsur makro perlu adanya penyuluhan terhadap para petani. Selain
itu perlu adanya pembekalan ketrampilan tentang pembuatan pupuk organik berbahan dasar
kotoran ternak.

Dari penelitian yang sudah dilakukan dan untuk perbaikan dimasa mendatang. Dalam
pembuatan pupuk organik dari limbah kotoran ternak sebaiknya menggunakan kotoran
hewan ternak yang masih basah guna memepermudah pencampuran dengan bahan lainnya.
Daftar Pustaka

Ida Syamsu Roidah. 2013. Manfaat penggunaan pupuk organik untuk kesuburan tanah. Jurnal
Universitas Tulungagung Bonorowo Vol. 1.No.1

Sukamta, Muhammad Abdus Shomad, Andika Wisnujati.(2017). Pengelolaan Limbah Ternak


Sapi Menjadi Pupuk Organik Komersial di Dusun Kalipucang, Bangunjiwo,Bantul,
Yogyakarta. Jurnal berdikari vol.5 no 1. Hal 4-5.

Oviyanti, F., Syarifah, S., & Hidayah, N. (2016). Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair
Daun Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Kunth ex Walp.) Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Jurnal Biota , 2 (1), 61-67. Diperoleh dari :
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/biota/article/view/531.

Anastasia, M. Izzati, and SWA Suedy. (2014) "Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk
Organik Padat dan Organik Cair Terhadap Porositas Tanah dan Pertumbuhan
Tanaman Bayam (Amarantus tricolor L.)," Jurnal Akademika Biologi , vol. 3, hlm.
1-10. [Online]. Diperoleh dari :
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/biologi/article/view/19439.

Adi Ratriyanto, Susi Dwi Widyawati, Wara PS Suprayogi, Sigit Prastowo, Nuzul Widyas.
(2019). Pembuatan Pupuk Organik dari Kotoran Ternak untuk meningkatkan
Produksi Pertanian. Jurnal semar vol 8. No. 1. Hal 1-9. Diperoleh dari :
https://jurnal.uns.ac.id/jurnal-semar/article/view/40204/26422

Dwi Yuli Rakhmawati, Salmon Andriano Dangga, Nor Laela (2019). Pemanfaatan Kotoran
Sapi Menjadi Pupuk Organik. Vol 3. No. 1. Diperoleh dari : http://jurnal.untag-
sby.ac.id/index.php/abdikarya/article/view/3779

Rahayu, Sugi, Dyah Purwaningsih dan Pujianto. 2009. “Pemanfaatan Kotoran Ternak Sapi
Sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan beserta Aspek Sosio
Kulturalnya”. Jurnal Inotek Volume 13 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai