Anda di halaman 1dari 12

USULAN PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KACANG TANAH

SEBAGAI PUPUK KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum)

Disusun oleh :
GINA RESTYANA
P07133114059

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2016
A. Latar Belakang
Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga,
pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, industry,
puingan bahan bangunan dan besi-besi tua bekas kendaraan bermotor.
Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah
terpakai. Dalam kenyataannya, kegiatan yang menghasilkan sampah paling
banyak adalah segala kegiatan yang dilakukan di tingkat rumah tangga dan
diikuti oleh kegiatan pasar. Sampah rumah tangga dan sampah pasar
didominasi oleh sampah organik yang biasanya mudah membusuk. Sampah
organik tersebut bisa berasal dari sisa sayur-sayuran, buah-buahan,
makanan, daun-daunan, kacang-kacangan, dan masih banyak lainnya lagi.
Limbah atau sampah kacang-kacangan terdiri dari limbah kacang tanah,
kacang hijau, kacang kapri dan kacang-kacangan yang lainnya.
Namun masih banyak orang yang belum memanfaatkan atau mengolah
kembali sampah yang dihasilkan tersebut terutama sampah yang berasal dari
kacang-kacangan. Sejauh ini pemanfaatan kacang tanah (Arachis hypogea
L.) masih terbatas pada pengolahan bijinya saja yang kemudian diolah
menjadi berbagai produk makanan ringan atau bumbu masakan. Sementara
itu, kulitnya belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal tidak tertutup
kemungkinan bahwa di dalam kulit kacang tanah (Arachis hypogea L.)
tersebut juga tersimpan berbagai zat penting seperti yang terkandung dalam
bijinya, termasuk zat antioksidan. Salah satu cara yang dapat dilakukan bagi
pemanfaatan limbah yang melimpah ini adalah dengan mengolahnya menjadi
pupuk organik.

Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu


jenis tanaman pertanian yang tersebar luas dan ditanam di Indonesia.
Tanaman ini merupakan tanaman serbaguna karena hampir semua
bagiannya digunakan untuk berbagai keperluan manusia. Produk utamanya
adalah biji yang digunakan sebagai bahan makanan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti akan mencoba


memanfaatkan kulit kacang tanah untuk dijadikan pupuk kompos yang ramah
lingkungan yang akan menyuburkan terhadap pertumbuhan tanaman dengan
perbandingan pupuk:tanah yaitu 1:2, 1:3 dan 1:4.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dibuat rumusan masalah
sebagai berikut Apakah ada pengaruh penggunaan limbah kulit kacang tanah
sebagai pupuk kompos terhadap pertumbuhan tanaman tomat (Solanum
lycopersicum)?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui manfaat penggunaan pupuk kompos dari limbah kulit kacang
tanah tehadap pertumbuhan tanaman tomat (Solanum lycopersicum)
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pertumbuhan tanaman tomat (Solanum lycopersicum)
yaitu jumlah helai daun dan tinggi pohon setelah diberi pupuk kompos
kulit kacang tanah dengan perbandingan tanah:kompos adalah 1:1.
b. Mengetahui pertumbuhan tanaman tomat (Solanum lycopersicum)
yaitu jumlah helai daun dan tinggi pohon setelah diberi pupuk kompos
kulit kacang tanah dengan perbandingan tanah:kompos adalah 1:2.
c. Mengetahui pertumbuhan tanaman tomat (Solanum lycopersicum)
yaitu jumlah helai daun dan tinggi pohon setelah diberi pupuk kompos
kulit kacang tanah dengan perbandingan tanah:kompos adalah 1:3.

D. Manfaat
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat menambah refrensi tentang cara pemanfaatan limbah kulit kacang
tanah sebagai pupuk kompos.
2. Bagi Masyarakat
Memberi informasi tentang limbah kulit kacang tanah yang dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk kompos.
3. Bagi Peneliti Sendiri dan Peneliti Lain
Meningkatkan ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan dalam bidang
Penyehatan Tanah dan Pengolahan Sampah Padat terutama pada limbah
kulit kacang tanah yang dimanfaatkan sebagai pupuk kompos.
E. Ruang Lingkup
1. Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam lingkup ilmu kesehatan lingkungan
khususnya dalam bidang Penyehatan Tanah dan Pengolahan Sampah
Padat
2. Materi
Materi penelitian ini adalah pemanfaatan limbah kulit kacang tanah
sebagai pupuk kompos terhadap pertumbuhan tanaman tomat (Solanum
lycopersicum).
3. Objek
Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman tomat (Solanum
lycopersicum).
4. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Perumahan Griya Taman Asri, Ngaglik, Sleman.
5. Waktu
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 20 Maret 2016 sampai dengan
20 Mei 2016.

F. Keaslian Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang belum pernah diteliti
sebelumnya, namun ada beberapa peneliti yang terkait, seperti:
1. Pemanfaatan Skimsa sebagai Pupuk Organik Cair: Pengaruhnya
terhadap Jumlah Helai Dan Berat Daun Tanaman Kangkung Darat
(Ipomoea Reptans) (Lukas Tri Kurniawan, 2015). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah penyemprotan skimsa dan pupuk organik cair
merek x memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah helai dan
berat daun tanaman kangkung darat tersebut. Dan didapatkan hasil pupuk
organik cair yang terbuat dari limbah sayuran dan sabut kelapa mempunyai
efektifitas yang sama dengan pupuk organik cair merek x yang dijual di
pasaran.
G. Tinjauan Pustaka
1. Sampah
a. Pengertian Sampah
Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah
tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan,
industri, puingan bahan bangunan dan besi-besi tua bekas kendaraan
bermotor. Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia
yang sudah terpakai. Besarnya sampah yang dihasilkan dalam suatu
daerah tertentu sebanding dengan jumlah penduduk, jenis aktivitas, dan
tingkat konsumsi penduduk tersebut terhadap barang/material. (Sucipto,
2012)
b. Jenis-jenis Sampah
1) Sampah Organik, merupakan sampah yang berasal dari makhluk
hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik
sendiri dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah organik
kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah
mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Sementara bahan yang
termasuk sampah organik kering adalah bahan organik yang
kandungan airnya sedikit.
2) Sampah anorganik, bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini
berasal dari bahan yang bisa diperbarui dan bahan yang berbahaya
serta beracun (contoh: plastik dan logam)
3) Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), merupakan jenis
sampah yang dikategorikan beracun dan berbahaya bagi manusia,
umumnya sampah jenis ini mengandung merkuri.

2. Kacang Tanah
Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu
jenis tanaman pertanian yang tersebar luas dan ditanam di Indonesia.
Tanaman ini merupakan tanaman serbaguna karena hampir semua
bagiannya digunakan untuk berbagai keperluan manusia. Produk
utamanya adalah biji yang digunakan sebagai bahan makanan. Kacang
tanah terdiri dari kulit (shell) 21% - 29%, daging biji (kernel) 69% - 72,40%,
dan lembaga (germ) 3,10% - 3,6%. Kacang tanah mengandung protein
yang tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan
fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin, kalsium, Omega 3, Omega 9. Dalam
1 ons kacang tanah terdapat 18 gram Omega 3 dan 17 gram Omega.

Kacang tanah (Arachis hypogeal L.) baru dimanfaatkan bijinya saja,


sedangkan pemanfaatan kulit baru dilakukan sebagai makanan ternak.
Kulit kacang tanah di tengarai memiliki zat penting seperti yang terkandung
dalam bijinya, termasuk zat anti oksidan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan bagi pemanfaatan limbah yang melimpah ini adalah dengan
mengolahnya menjadi pupuk organik.

Berdasarkan hasil analisis LaboratoriumTanah Unhas (2011), limbah


kulit kacang tanah mengandung beberapa unsur hara,yaitu N 2,64%, P2O5
3,56%, K2O 1,67% dan C Organik 4,93 dengan pH 6,95. Dengan
kandungan yang lumayan tinggi pada unsur nitrogen dan kalium, ampas
kulit kacang tersebut dapat dimanfaatkan dalam campuran pembuatan
pupuk organik. Dengan bahan campuran dari kulit kacang tersebut, maka
kandungan yang terdapat dalam pupuk organik tersebut akan bertambah
sehingga nantinya akan meningkatkan laju pertumbuhan pada tanaman
yang akan diberi pupuk organik tersebut. Pupuk organik merupakan pupuk
alam dan melepaskan unsur hara secara perlahan-lahan sehingga
mempunyai efek residu dalam tanah dan bermanfaat bagi tanaman
berikutnya. Salah satu jenis pupuk organik adalah pupuk kompos. Pupuk
kompos memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah, menyediakan
unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) dan mikro
(besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenium). (Junior et al, 2008).

3. Kompos
Salah satu upaya untuk membantu mengatasi permasalahan
sampah kota adalah melakukan upaya daur ulang sampah dengan
penekanan pada proses pengkomposan. Pengkomposan adalah suatu
proses mengubah atau memanfaatkan sampah sebagai bahan baku untuk
memproduksi kompos. Proses pengkomposan menjadi penting karena 70-
80% sampah kota merupakan bahan organik yang dapat dijadikan kompos
(Sucipto, 2012).
Kompos merupakan sumber hara makro dan mikromineral secara
lengkap meskipun dalam jumlah yang relatif kecil (N, P, K, Ca, Mg, Zn, Cu,
B, Zn, Mo, dan Si). Dalam jangka panjang, pemberian kompos dapat
memperbaiki pH dan meningkatkan hasil tanaman pertanian pada
tanahtanah masam. Pada tanah-tanah yang kandungan P-tersedia rendah,
bentuk fosfat organik mempunyai peranan penting dalam penyediaan hara
tanaman karena hampir sebagian besar P yang diperlukan tanaman
terdapat pada senyawa P-organik. Sebagian besar P-organik dalam organ
tanaman terdapat sebagai fitin, fosfolipid, dan asam nukleat. Kedua yang
terakhir hanya terdapat sedikit dalam bahan organik tanah karena senyawa
tersebut mudah digunakan oleh jasad renik tanah (Setyorini et al, 2006).
Kompos yang baik adalah kompos yang sudah mengalami
pelapukan dengan ciri-ciri warna yang berbeda dengan warna bahan
pembentukannya, tidak berbau, kadar air rendah, dan mempunyai suhu
ruang. Manfaat kompos antara lain sebagai berikut (Yuniwati et al, 2012) :
a. Menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman.
b. Menggemburkan tanah.
c. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah.
d. Meningkatkan porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme tanah.
e. Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air dan memudahkan
pertumbuhan akar.
Kompos memiliki keunggulan dibanding pupuk kimia, karena memiliki sifat-
sifat seperti sebagai berikut:
1) Mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap, walaupun
dalam jumlah yang sedikit.
2) Dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara meningkatkan daya
serap tanah terhadap air dan zat hara, serta membantu drainase dan
tata udara di dalam tanah.
3) Menurunkan aktivitas mikroorganisme tanah yang merugikan (Yuniwati
et al, 2012).

4. Tanaman Tomat
Tanaman tomat (Solanum lycopersicum) adalah tumbuhan setahun,
berbentuk perdu atau semak dan termasuk kedalam golongan tanaman
berbunga (Angiospermae). Buahnya berwarna merah merekah, rasanya
manis agak kemasam-masaman. Tomat banyak mengandung vitamin dan
mineral. Sebenarnya tanaman tomat memang bersifat racun karena
mengandung Lycopersicin. Akan tetapi, kadar racunnya rendah dan akan
hilang dengan sendirinya apabila buah telah tua atau matang. Barangkali
karena racun ini pula lah tomat yang masih muda terasa getir dan berbau
tidak enak. Selain itu tanaman tomat (Solanum lycopersicum) sudah
dikenal sebagai tanaman sayuran yang paling tinggi tingkat
penggunaannya.
Tomat layak menyandang julukan sebagai komoditas multi manfaat
yang komersial. Sebagian masyarakat menggunakan buah tomat untuk
terapi pengobatan karena mengandung karotin yang berfungsi sebagai
pembentuk provitamin A dan lycoppen yang mampu mencegah kanker.
Tanaman tomat dalam pertumbuhannya memerlukan zat-zat makanan
atau unsur hara yang terdiri atas unsur hara makro, seperti N, P, K, S, Mg,
Ca dan unsur hara mikro, seperti Mo, Cu, B, Zn, Fe, Mn. Unsur hara makro
merupakan unsur hara yang paling banyak diperlukan tanaman dalam
pertumbuhannya. Sedangkan unsur hara mikro hanya diperlukan dalam
jumlah sedikit oleh tanaman, namun unsur hara mikro harus tetap tersedia
di dalam tanah. Sebab, kekurangan salah satu dari unsur hara tersebut
tanaman akan menunjukkan gejalah defisiensi sehingga dapat
mengganggu pertumbuhannya. Untuk memenuhi zat-zat makanan
tersebut, maka diperlukan pemupukan (Santi, 2006).
H. Kerangka Konsep Penelitian

Limbah

Padat Cair Gas

Anorganik Organik

Kacang-kacangan

Tidak Dimanfaatkan Dimanfaatkan

Pupuk Kompos

Pertumbuhan
Tanaman Tomat

Keterangan:
= dilakukan perlakuan

= tidak dilakukan perlakuan

I. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan
Post-test Only Design. Jenis penelitian ini perlakuan atau intervensi telah
dilakukan (X), kemudian dilakukan pengukuran (observasi) atau posttest (02).
Selama tidak ada kelompok kontrol, hasil 02 tidak mungkin dibandingkan
dengan yang lain. Rancangan ini sering juga disebut The One Shot Case
Study. Hasil observasi (02) hanya memberikan informasi yang bersifat
deskriptif (Notoatmodjo, 2010). Adapun desain tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:

Eksperimen Posttest

X1 021
X2 022
X3 023

Keterangan:

X1 = Perlakuan memberikan pupuk kompos kulit kacang tanah dengan


perbandingan tanah:pupuk adalah 1:1.
X2 = Perlakuan memberikan pupuk kompos kulit kacang tanah dengan
perbandingan tanah:pupuk adalah 1:2.
X3 = Perlakuan memberikan pupuk kompos kulit kacang tanah dengan
perbandingan tanah:pupuk adalah 1:3.
021 = Pengamatan pertumbuhan tanaman setelah pemberian pupuk
kompos kulit kacang tanah dengan perbandingan tanah:pupuk
adalah 1:1.
022 = Pengamatan pertumbuhan tanaman setelah pemberian pupuk
kompos kulit kacang tanah dengan perbandingan tanah:pupuk
adalah 1:2.
023 = Pengamatan pertumbuhan tanaman setelah pemberian pupuk
kompos kulit kacang tanah dengan perbandingan tanah:pupuk
adalah 1:3.

J. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Pemanfaatan Limbah Kulit Kacang
Definisi operasional : Membuat pupuk kompos dari limbah kulit kacang
tanah yang sudah tidak digunakan lagi.
Skala : Nominal
2. Variabel Terikat
Pertumbuhan Tanaman Tomat
Definsi operasional : Hasil yang diharapkan setelah diberi pupuk kompos
kulit kacang yaitu pada jumlah helai daun dan tinggi pohon.
Skala : Nominal.
DAFTAR PUSTAKA

Junior, I.K.P., Swastini, D.A. & Leliqia, N.P.E., 2008. ABSTRAK Kandungan kimia
kulit kacang tanah seperti serat, saponin dan senyawa fenol diduga memiliki
pengaruh terhadap profil lipid tikus.

Notoatmodjo, S., 2010. METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN 1st ed.,


Jakarta: RINEKA CIPTA.

Santi, T.K., 2006. Pengaruh pemberian pupuk kompos terhadap pertumbuhan


tanaman tomat. Jurnal Ilmiah Progressif, 3(9), pp.4149.

Setyorini, D., Saraswati, R. & Anwar, E.K., 2006. 2. Kompos. Pupuk Organik dan
Pupuk Hayati, pp.1140.

Sucipto, C.D., 2012. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah. In Yogyakarta:


Gosyen Publishing, p. 240.

Yuniwati, M., Iskarima, F. & Padulemba, A. etal, 2012. Optimasi Kondisi Proses
Pembuatan Kompos dari Sampah Organik dengan Cara Fermentasi
Menggunakan EM4. Jurnal Teknologi, 5(2), pp.172181.

Anda mungkin juga menyukai