Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Prisma Myristica

Volume 1, nomor 1, Februari 2019 22

ANALISIS PENGERINGAN IRISAN BUAH PISANG MENGGUNAKAN


ALAT PENGERING ENERGI MATAHARI
ANALYSIS OF SLICED BANANAS DRYING USING SOLAR DRYER ENERGY

Toar Daniel Malingkas


Universitas Prisma
toarmalingkas@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan kinerja proses pengeringan, menentukan karakteristik
pengeringan irisan pisang, menganalisis kualitas dalam hal kadar air irisan pisang serta untuk menentukan efisiensi
pemanasan serta efisiensi pengeringan total pada proses pengeringan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, proses pengeringan membutuhkan 15 jam dengan intensitas radiasi matahari rata-
rata adalah 554,39W/m2.menit. Intensitas tersebut menghasilkan perubahan suhu pada suhu udara pengeringan dan suhu
bahan selama pengeringan yang berkisar masing-masing 31,6OC - 64,3OC dan 26,5OC - 55,3OC. Kelembaban rata-rata
udara sekitar pada proses pengeringan adalah 79,6%, sedangkan kelembaban rata-rata pada pengering adalah 90,8%.
Laju pengeringan irisan pisang bervariasi di setiap rak, di mana laju pengeringan irisan pisang terjadi pada laju
pengeringan konstan dan laju pengeringan turun serta kadar air akhir irisan pisang adalah 10,25% bb - 27,8% bb,
dengan Kadar air terkecil adalah dalam bahan seperti pada rak bawah diikuti oleh bahan di rak tengah dan rak atas.
Penentuan efisiensi pengering surya digunakan untuk efisiensi pemanasan, yang diperoleh pada hari pertama dan hari
kedua masing-masing adalah 45,21% dan 43,71%. Sedangkan efisiensi pengeringan total pada hari pertama dan hari
kedua masing-masing adalah 60% dan 33,25%.
Kata kunci: intensitas cahaya matahari, suhu dan kelembaban, karakteristik pengeringan, mutu, efisiensi.

ABSTRACT
This research aims to analyze and describe the performance of drying process, to determine characteristics of banana
slices drying, to analyze the quality in terms of water content of banana slices and then to determine heating efficiency
also total drying efficiency at drying process.
The results showed that, drying process need 15 hours with average solar radiation intensity is 554,39W/m2.minutes.
Those intensity generate temperature changes at drying air temperature and materials temperature during drying that
range at 31,6OC – 64,3OC and 26,5OC – 55,3OC, respectively. Average humidity of ambient air on drying process was
79,6%, while average humidity on the dryer was 90,8%. Drying rate of bananas slices are vary on every shelf, where as
drying rate of drying banana slices occurs on constant drying rate and falling drying rate and also final moisture
content of bananas slices are 10,25%wb – 27,8%wb, with smallest water content is in materials as on the bottom shelf
followed by materials at the middle shelf and upper shelf. Solar dryer efficiency determination goes to heating
efficiency, that obtained on the first day and second day are 45.21% and 43.71% respectively. Meanwhile the total
drying efficiency on the first day and second day are 60% and 33,25% respectively.
Keywords: Solar intensity, temperature and humidity, drying characteristic, quality, efficiency.

I. PENDAHULUAN dibiarkan membusuk baik di lahan maupun di


pasar, karena perolehan keuntungan tidak
Produksi buah pisang banyak
cukup untuk menutupi biaya produksi yang
dibudidayakan di seluruh wilayah Indonesia
dikeluarkan. Timbulnya kendala tersebut
terutama di daerah Sulawesi Utara, ditunjang
disebabkan oleh tingkat penguasaan maupun
data dari BPS Sulut (2009) yang menunjukkan
pengetahuan teknologi penanganan pasca
bahwa pada tahun 2008 produksi pisang di
panen yang terbatas pada petani serta penjual.
Sulut mencapai 56,112 ton. Dalam capaian
Kurniawan (2009) menuliskan, kendala
besaran produksi tersebut petani sering
tersebut menyebabkan hasil panen menghadapi
menemui kendala, terlebih lagi saat produksi
masalah dalam penyimpanan atau
buah yang melimpah di pasaran.
pengangkutan sehingga hasil panen hanya
Salah satu kendala yang sering ditemui
dipasarkan dalam bentuk tandan buah segar
oleh petani yaitu penurunan harga yang sangat
rendah mengakibatkan banyak buah pisang

Toar Daniel Malingkas


UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 23

mengakibatkan keuntungan yang diperoleh dari bahan irisan buah pisang yang digunakan
cukup kecil. yaitu sebesar 65.6 %bb.
Kandungan karbohidrat yang tinggi pada B. Alat dan Bahan
buah pisang diharapkan dapat digunakan
sebagai subsitusi beras dalam menganeka Alat-alat yang digunakan selama penelitian
ragamkan makanan yang berkarbohidrat berlangsung berupa alat pengering buatan
(BPPHP, 2007), sehingga salah satu usaha (artificial dryer) dengan energi matahari
pengembangan tersebut melalui pemanfaatan sebagai sumber panas dan aliran udara
buah pisang untuk diolah menjadi tepung pengering konveksi alami mengacu pada
pisang (Cepeda, 1991). Tepung pisang desain dari Wenur, et al (2010) dengan
termasuk salah satu produk olahan antara untuk modifikasi pada dinding ruang pengering yang
penyediaan sumber pangan karbohidrat selain terbuat dari tripleks (plywood) mengikuti
beras yang berperan sebagai bahan makanan bentuk dari Skiles (1983), serta alat lainnya
tambahan terhadap makanan pokok, dimana seperti : solarimeter (sensivitas 5,0 mv/cal.cm-
2
metode pembuatannya melalui tahapan proses .min-1), oven, anemometer, perekam data
pengeringan baik secara alamiah (tradisional) Yokogawa, kawat sensor termokopel,
maupun melalui pengeringan buatan. timbangan analitis, desikator, jam, dan alat
Pengeringan merupakan teknologi dalam tulis-menulis.
proses pengolahan pasca panen untuk C. Variabel Pengamatan
mempertahankan masa simpan hasil pertanian
sehingga dapat meningkatkan nilai Pengamatan dilakukan selama proses
ekonomisnya. Penggunaan energi, sebagai pengeringan berlangsung. Variabel yang
sumber panas dalam pengeringan dari diamati adalah sebagai berikut :
matahari, menjadi salah satu solusi dalam 1. Perubahan suhu udara pengering sebagai
teknologi pengeringan karena mudah diperoleh pengaruh intensitas matahari yang
serta ramah lingkungan. diterima.
Penelitian ini bertujuan menganalisa 2. Perubahan suhu serta kelembaban relatif
proses pengeringan yang terjadi, meliputi (RH) udara selama pengeringan.
perubahan suhu udara pengering sebagai 3. Karakteristik pengeringan bahan.
pengaruh intensitas matahari yang diterima, 4. Mutu dari gaplek yang dihasilkan.
perubahan suhu udara pengering dan 5. Efisiensi alat pengering yang digunakan
kelembaban relatif udara (RH) dalam alat D. Analisa
pengering, penentuan karakteristik pengeringan
dari bahan irisan buah pisang menggunakan 1. Perubahan suhu udara pengering karena
alat pengering energi matahari, menganalisa pengaruh intensitas matahari yang
capaian mutu dari segi kadar air gaplek pisang diterima selama pengeringan
yang dikeringkan, serta menentukan efisiensi berlangsung, dianalisa secara grafik.
pemanasan dan efisiensi pengeringan total dari 2. Perubahan suhu yang terjadi, yaitu suhu
alat pengering. udara pengering dan suhu bahan, serta
kelembaban relatif (RH) dari udara
II. METODOLOGI PENELITIAN selama proses pengeringan dianalisa
A. Tempat dan Waktu Penelitian secara grafik. Penentuan RH dilakukan
berdasarkan perolehan data suhu bola
Penelitian ini dilaksanakan di basah dan suhu bola kering yang
Laboratorium Pasca Panen, Jurusan Teknologi ditentukan berdasarkan penentuan pada
Pertanian, Fakultas Pertanian, Unsrat, sejak Psychrometric Calculation (2010).
bulan April sampai Juni 2011. Bahan yang 3. Karakteristik pengeringan irisan buah
digunakan dalam penelitian adalah buah pisang pisang meliputi hubungan antara : Kadar
kepok (Musa paradisiaca forma typica) yang air terhadap waktu pengeringan, laju
sering dikenal dengan pisang sepatu, dengan pengeringan terhadap waktu
tingkat kematangan sekitar 70 – 80 % pengeringan, dan laju pengeringan
(Rachman, 2009) atau berumur 80 hari setelah
pembungaan (Sondak, 1990). Kadar air awal

Toar Daniel Malingkas


UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 24

terhadap kadar air dianalisa berdasarkan M𝑝(I−1)−M𝑝(I)


LP(I) = ...…………………….(6)
perhitungan serta secara grafik. t(I−1) −tI
4. Mutu dari gaplek yang dihasilkan
b. Penentuan Efisiensi Alat Pengering
dianalisa sesuai dengan Syarat Mutu
Tepung Pisang yang terdapat pada SNI 1. Penentuan Efisiensi Pemanasan
nomor 01-3841-1995. Hal ini disebabkan Persamaan untuk perhitungan efisiensi
pada produk gaplek pisang masih belum pemanasan berdasarkan persamaan dalam
terdapat Standar Mutu yang baku, Syarief et al (1987) yaitu:
sehingga SNI dari tepung pisang dapat q
dijadikan sebagai sumber acuan terutama Epn = x 100 % ..………………………. (7)
Qk
dari kadar airnya.
5. Efisiensi dari alat pengering dibagi atas Energi yang terdapat pada kolektor (Qk) dapat
efisiensi pemanasan serta efisiensi diperoleh melalui persamaan:
pengeringan total, yang merupakan hasil Q k = α × G × Ak ...…………………….. (8)
penampilan alat pengering yang
digunakan selama proses pengeringan Energi udara yang terpakai (q) dihitung melalui
persamaan :
E. Metode Pehitungan
Q
a. Karakteristik Pengeringan q= × (h2 − h1) …………………..…...(9)
v

1. Penentuan Kadar air Awal dimana, massa aliran udara (Q) dihitung
dengan persamaan :
Kadar air awal bahan dihitung menggunakan
w×v
kadar air basis basah (%bb) melalui metode Q= ………….....…………………(10)
Hd−Hb
oven (Hii et al, 2009) yaitu :
W𝑖 −W𝑓
Penentuan nilai h2 dan h1 yang merupakan
Mi = x 100% …...……………….(1) nilai entalpi dari udara pengering dan entalpi
W𝑖
udara luar dilakukan melalui grafik
2. Perubahan kadar air terhadap waktu psikometrik, demikian dalam penentuan nilai
Dihitung berdasarkan kadar air basis basah Hd dan Hb sebagai nilai kelembaban mutlak
(%bb) dari pengukuran berat bahan dengan dari udara pengering dan kelembaban mutlak
selang waktu tertentu selama proses udara luar. Penentuan melalui grafik
pengeringan berlangsung, berat kering bahan psikometrik dilakukan masing-masing untuk
dan berat air dalam bahan, yaitu : pengeringan hari pertama dan hari kedua
pengeringan.
Berat bahan (Wi) :
2. Penentuan Efisiensi Pengeringan Total
Wi = Wk − Wpan …………….………(2)
Efisiensi pengeringan merupakan jumlah
Berat kering dari bahan (Wbk) : energi panas yang efektif digunakan untuk
100−M𝑖 menguapkan air dari bahan yang dikeringkan,
Wbk = × W𝑖 ……..………………(3) dibagi dengan jumlah energi panas yang
100
dihasilkan dari kolektor (Syarief et al, 1987).
Banyaknya air dalam bahan (Wa) : Efisiensi ini ditentukan berdasarkan persamaan
Wa = Wi – Wbk …………………………..(4) (Saputera, 1982 dalam Syarief et al, 1987):
Kadar air bahan selama pengeringan (Mp): w X hfg
Epr = x 100 % …..………………(11)
Wa Qk
Mp = x 100 % …………………………(5)
W𝑖 Menurut Brooker et al (1974), nilai panas laten
3. Laju pengeringan (%bb/menit) penguapan air merupakan fungsi suhu mutlak
lingkungannya yang dapat dinyatakan melalui
Dihitung berdasarkan perubahan kadar air persamaan :
terhadap selang waktu tertentu (t(I))
berdasarkan persamaan dari Thahir (1986) : hfg = 1075,90 − 0,57(Tabs − 491,69).... (12)

Toar Daniel Malingkas


UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 25

III. HASIL DAN PEMBAHASAN meningkatkan suhu bahan di setiap rak melalui
hantaran udara yang masuk ruang pengering.
1. Perubahan Suhu Udara Pengering sebagai
Pengaruh Intensitas Matahari 2. Perubahan Suhu selama Pengeringan
Besarnya intensitas matahari yang diterima Perkembangan suhu selama proses
dan suhu yang dihasilkan dapat dilihat pada pengeringan meliputi suhu udara pengering
gambar 1. Hasil pengamatan yang dipilih yaitu tiap rak, suhu udara pengering saat memasuki
proses pengeringan pada selang waktu tanggal plenum. Peristiwa ini dapat dilihat pada
18 Juni 2011 sampai tanggal 19 Juni 2011. gambar 1 dan gambar 2. Perkembangan suhu

Gambar 1. Grafik Intensitas Matahari dan Suhu selama Proses Pengeringan

Rata-rata intensitas matahari yang diterima udara sangat dipengaruhi oleh besarnya energi
solarimeter pada hari pertama sebesar 551,03 panas yang diperoleh dari intensitas cahaya
W/m2.menit dengan kondisi maksimum sebesar matahari di kolektor.
885,57 W/m2.menit dan hari kedua sebesar Proses pengeringan hari pertama rentang
557,76 W/m2.menit dengan kondisi maksimum suhu yang terdapat dalam alat pengering
sebesar 910,67 W/m2.menit, dimana intensitas selama pengeringan hari pertama untuk suhu
penyinaran matahari hari pertama mencapai udara pengering di ruang pengering dari
puncak pada selang waktu pukul 11.00 sampai kolektor berkisar antara 35,9 OC sampai 64,3
pukul 12.30 siang demikian juga untuk O
C, serta suhu bahan dan suhu udara secara
intensitas penyinaran hari kedua. berurutan di setiap rak yaitu: rak bawah
Besar intensitas matahari yang diterima di berkisar antara 30,1 OC sampai 37,9 OC dan
kolektor menyediakan energi panas yang cukup 34,9 OC sampai 53,0 OC; pada rak tengah
untuk mengeringkan irisan buah pisang. Energi berkisar antara 28 OC sampai 36,2 OC dan 31,6
O
yang diperoleh kolektor dari cahaya matahari C sampai 43,3 OC; serta pada rak atas berkisar
sangat berpengaruh terhadap besarnya suhu antara 26,5 OC sampai 35,6 OC dan 32,1 OC
udara yang masuk ke ruang pengering untuk sampai 43,5 OC.

Toar Daniel Malingkas


UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 26

Proses pengeringan pada hari kedua sebagai hasil penguapan hari pertama. Hal ini
menunjukkan rentang suhu selama hari kedua, menyebabkan suhu udara bahan semakin
suhu udara pengering berkisar antara 36,1 OC mendekati suhu udara pengering, sehingga
sampai 60 OC dan untuk suhu bahan serta suhu menunjukkan kesesuaian dengan sifat-sifat
udara di setiap rak secara berurutan yaitu : rak pengering lapisan tebal dimana suhu bahan
bawah berkisar antara 31,9 OC sampai 55,3 OC berangsur-angsur mendekati suhu udara
dan 36,5 OC sampai 56,1 OC; pada rak tengah pengering.
berkisar antara 32,3 OC sampai 40 OC dan 36,5 Hubungan suhu udara, suhu bahan dan laju
O
C sampai 52,1 OC; serta pada rak atas berkisar pengeringan dapat dilihat pada gambar 7.
antara 31,7 OC sampai 38,3 OC dan 34,3 OC Selama pengeringan berlangsung menunjukkan
sampai 50,9 OC. pola yang hampir sama, yaitu semakin tinggi

Gambar 2. Grafik Perubahan Suhu Udara dan Suhu Bahan terhadap Laju Pengeringan
Bahan setiap Rak
Selama proses pengeringan berlangsung, suhu bahan maka laju pengeringan yang terjadi
perkembangan suhu bahan yang terjadi hampir cukup cepat. Saat bahan mulai kering, rongga –
serupa dengan rekomendasi yang disarankan rongga antar bahan mulai terbuka
oleh Radiyati et al. Dalam penelitian ini, dibandingkan pada saat bahan sebelum
selama proses pengeringan berlangsung sejak dikeringkan, dimana rongga antar bahan cukup
hari pertama sampai hari kedua suhu bahan sempit, sehingga aliran udara pengering yang
berkisar pada 26,5 OC – 55,3 OC, dimana melalui bahan semakin membesar untuk
selama rentang waktu tersebut suhu bahan menuju bahan pada rak diatasnya.
tidak melampaui 70 OC yang dapat 3. Perubahan Kelembaban Udara selama
menyebabkan case hardening pada gaplek Pengeringan
pisang.
Selain itu, selama pengeringan Kelembaban udara (Relative Humidity
berlangsung suhu udara pada hari kedua lebih (RH)) dipengaruhi oleh suhu udara selama
tinggi dari hari pertama, karena bahan yang proses pengeringan berlangsung. Kelembaban
berada di rak bawah kadar airnya lebih rendah udara menurun pada saat dipanaskan, sehingga

Toar Daniel Malingkas


UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 27

digunakan untuk membawa uap air bahan oleh besarnya akumulasi kandungan uap air
selama pengeringan. Proses ini juga turut pada udara pengering saat melewati bahan
dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang yang berada di rak sebelumnya, sehingga
mempengaruhi kelembaban serta suhu saat kapasitas udara untuk menguapkan air semakin
memasuki kolektor. Gambar 3 menunjukkan menurun saat udara bergrak melewati bahan di
fluktuasi suhu lingkungan pada pangkal setiap rak. Hal ini juga menjadi salah satu
cerobong serta RH pada lingkungan dan RH penyebab pada laju pengeringan, dimana bahan
pada pangkal cerobong. pada rak atas laju pengeringan lebih lambat

Berdasarkan hasil pengamatan yang dibandingkan dengan bahan pada rak yang
ditunjukkan oleh grafik pada gambar 8, rata- berada dibawahnya.
rata kelembaban udara lingkungan pada hari Penyebab lainnya yaitu kondisi rata-rata
pertama sebesar 78,4% serta hari kedua 80,8 % aliran udara pengering secara konveksi alami
dibandingkan dengan rata-rata kelembaban dengan menggunakan data psikrometrik yang
udara sebelum melalui cerobong hari pertama dipakai dalam perhitungan efisiensi pemanasan
pada pukul 09.00 pagi sampai dengan 12.00 menghasilkan aliran udara yang mengalir
siang sebesar 93,3%; pukul 12.00 siang sampai melalui bahan di setiap rak rata-rata sebesar
dengan pukul 14.00 siang 94,2%; dan pukul 0,014 m3/s selama pengeringan berlangsung.
14.00 siang sampai dengan pukul 16.30 sore Peristiwa tersebut cukup rendah dengan hasil
99,6%. Demikian juga pada hari kedua untuk dari penelitian Hassanain (2009) yaitu aliran
pukul 09.00; 12.00 dan menunjukkan 72,5%; udara yang mengalir di dalam ruang pengering
89,3%; dan 96,2%, secara berurutan. sebesar 0,06 m3/s. Namun menurutnya, aliran
Hasil tersebut menunjukkan kelembaban udara secara konveksi alami berdasarkan
udara cukup tinggi pada RH dalam alat literaturnya yaitu sebesar 0,005 m3/s, sehingga
sebelum melalui cerobong yang disebabkan

Toar Daniel Malingkas


UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 28

laju aliran udara tersebut masih lebih cepat terlihat relatif cepat dan terlihat mulai menurun
dibandingkan aliran udara secara alami. secara perlahan saat bahan mulai mendekati
kadar air keseimbangannya.
4. Karakteristik Pengeringan Gaplek Pisang
Massa air yang tersedia dalam jumlah besar
a. Perubahan Kadar Air terhadap Waktu di permukaan bahan menyebabkan penurunan
Kurva penurunan kadar air terhadap waktu kadar air yang cepat. Saat massa air semakin
pengeringan dapat dilihat pada gambar 4. mendekati keseimbangan, penurunan kadar air
Proses pengeringan dalam penelitian ini semakin lambat karena massa air yang terdapat
dilakukan selama 15 jam atau selama dua hari di permukaan semakin menipis sehingga air
kerja, sehingga diperoleh kadar air gaplek yang diuapkan berasal dari dalam bahan.
pisang pada rak bawah yang dapat mencapai Hal ini sesuai dengan prinsip pengeringan,
9,73 %bb. yaitu pada saat air di permukaan bahan telah

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa habis maka pergerakkan air dari dalam bahan
bahan di setiap rak membutuhkan waktu yang terjadi secara difusi menuju permukaan bahan
berbeda untuk mencapai kadar air selanjutnya menguap dibantu udara pengering
keseimbangannya. Rak yang tersusun dalam yang mengalir di sekitar bahan (Hall, 1980;
ruang pengering berbentuk tingkatan, sehingga Henderson dan Perry, 1976).
makin rendah tingkatan rak makin cepat proses
b. Perubahan Laju Pengeringan terhadap
pengeringan berlangsung.
Waktu dan Kadar Air
Proses pengeringan yang membutuhkan
waktu 15 jam menunjukkan penurunan kadar Laju pengeringan bahan yang diperoleh
air yang relatif cepat saat pengeringan hari dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan
pertama, kemudian pada hari kedua masih serta jumlah kadar air yang diuapkan,

Toar Daniel Malingkas


UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 29

ditunjukkan pada gambar 5 dan gambar 6. pertama menunjukkan peningkatan laju


Setiap rak menunjukkan pola laju pengeringan pengeringan bahan dimana sebagian besar
yang cukup berbeda, hal ini disebabkan uap air udara pengering digunakan sepenuhnya untuk
yang berasal dari bahan pada rak sebelumnya menguapkan air pada permukaan bahan di
terakumulasi dengan udara pengering sehingga setiap rak dan mulai menurun saat suhu udara
menaikkan kelembaban dari udara pengering menurun. Laju pengeringan terbesar terdapat
tersebut mengakibatkan laju pengeringan pada bahan di rak bawah, karena bahan
berlangsung cukup lama untuk mencapai kadar tersebut langsung mendapatkan aliran udara
air keseimbangannya. pengering dari kolektor dengan kelembaban

Hal ini sangat tergantung dari ketersediaan yang rendah, dibandingkan dengan bahan pada
aliran udara yang membawa panas dari koletor rak-rak diatasnya sehingga laju pengeringan
serta kelembaban relatif udara pengering, berlangsung lebih rendah disebabkan
dimana saat udara pengering masuk ruang peningkatan kelembaban udara pengering
pengering kelembaban relatif udara akan karena penguapan air dari bahan pada rak
menurun menyebabkan air pada bahan sebelumnya, sehingga kapasitas udara semakin
menguap ke udara sekitar dengan laju menurun untuk menguapkan air pada bahan
pengeringan bahan yang bervariasi di setiap rak pada rak diatasnya.
pengering. Secara teoritis, proses pengeringan yang
Selama proses pengeringan berlangsung, berlangsung terjadi pada laju pengeringan
rata-rata laju pengeringan bervariasi pada konstan dan laju pengeringan menurun, dimana
tumpukkan bahan irisan buah pisang di setiap lebih jelas terlihat pada pengeringan yang
rak yaitu: hari pertama, rak bawah 0,051 berlangsung pada hari kedua. Proses tersebut
%bb/menit; rak tengah 0,04 %bb/menit; dan dapat dilihat pada gambar 11 dimana saat awal
rak atas 0,02 %bb/menit. Sedangkan pada hari pengeringan laju pengeringan berlangsung
kedua, untuk rak bawah 0,05 %bb/menit; rak dengan cepat terutama pada hari pertama,
tengah 0,06 %bb/menit; dan rak atas 0,05 karena air pada permukaan bahan mudah untuk
%bb/menit. diuapkan.
Berdasarkan gambar-gambar tersebut,
secara keseluruhan proses pengeringan hari

Toar Daniel Malingkas


UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 30

Gambar 6. Grafik Laju Pengeringan Bahan terhadap Kadar Air setiap Rak
Selanjutnya air pada permukaan bahan Tabel 1. Capaian Kadar Air Gaplek Pisang
semakin menipis, sehingga perpindahan air ke setelah 13,5 jam Waktu Pengeringan
udara pengering berasal dari dalam bahan yang
Rak Kadar Air minimum Bahan
menyebabkan laju pengeringan semakin
(%bb)
menurun. Hal ini menyerupai dengan hasil
Atas 27,86
penelitian dari Malingkas (2005) bahwa laju
Tengah 14,25
pengeringan irisan buah pisang berlangsung
pada laju pengeringan konstan dan menurun. Bawah 9,73
Dalam kondisi ini, perpindahan air dari dalam Berdasarkan hasil penelitian dari Malingkas
bahan tidak langsung berpindah ke udara (2005), kadar air keseimbangan bahan berupa
namun mengalami difusi penguapan dari dalam gaplek pisang dalam pengeringan lapisan tipis
bahan menuju permukaan bahan dan diuapkan irisan buah pisang untuk suhu 40 OC sebesar
oleh udara pengering. 9,23 %bb. Hasil yang diperoleh dalam
5. Mutu Gaplek Pisang Hasil Percobaan pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata suhu
bahan selama pengeringan pada hari pertama
Dalam penelitian ini tidak dibahas secara dan kedua sebesar 33,5 OC dan 39,6 OC, maka
rinci mutu gaplek pisang hasil pengeringan, besaran suhu tersebut dapat mengacu suhu dari
tetapi hanya dibatasi terhadap hasil capaian pengeringan lapisan tipis tersebut. Sehingga
kadar air akhir dari gaplek pisang sesuai dengan membutuhkan waktu pengeringan
dengan hasil pengamatan karakteristik selama 13,5 jam kadar air bahan pada rak
pengeringan yang dilakukan. Hasil bawah dapat menghasilkan gaplek pisang yang
karakteristik pengeringan untuk penurunan sesuai dengan mutu dari tepung pisang. Selain
kadar air bahan yang diamati untuk proses itu, perbedaan kadar air gaplek pisang yang
pengeringan selama 15 jam menunjukkan dihasilkan untuk rak bawah, tengah dan atas
bahwa capaian kadar air gaplek pisang pada disebabkan oleh penggunaan tipe rak pada alat
akhir pengeringan minimum berkisar antara pengering ini.
10.25 %bb – 27,86 %bb, dimana kadar air
bahan pada rak bawah telah mencapai 9.75 % 6. Efisiensi Alat Pengering
setelah membutuhkan waktu pengeringan Perhitungan efisiensi yang dihasilkan dari
selama 13,5 jam. Capaian hasil kadar air alat pengering meliputi efisiensi pemanasan
tersebut dapat dilihat pada tabel 1. dan efisiensi pengeringan total. Efisiensi

Toar Daniel Malingkas


UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 31

pemanasan dihitung dengan menggunakan dan kedua sebesar 45,21% dan 43,71%,
persamaan (7) dan efisiensi pengeringan total sedangkan efisiensi pengeringan total hari
dihitung menggunakan persamaan (11). pertama dan kedua sebesar 60% dan
Hasil perhitungan menghasilkan efisiensi 33,25%.
pemanasan pada hari pertama dan kedua II. Saran
sebesar 45,21 % dan 43,71 %, secara
1. Perlu dilakukan perbaikkan pada
berurutan. Sedangkan hasil perhitungan
kolektor serta cerobong untuk
efisiensi pengeringan total pada hari pertama
meningkatkan laju aliran udara
dan hari kedua sebesar 60 % sebesar 33,25 %,
pengering serta pemasangan isolasi
secara berurutan. Perbedaan ini disebabkan
yang lebih rapat sehingga proses
oleh besarnya jumlah air yang diuapkan dari
penguapan air pada bahan akan lebih
bahan pada hari pertama pengeringan lebih
besar.
besar dibandingkan penguapan air bahan pada
2. Untuk menyeragamkan kadar air, selain
hari kedua.
menambah laju aliran udara pengering
perlu dilakukan rotasi terhadap bahan di
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
rak pengering. Cara lainnya dengan
I. Kesimpulan mengeluarkan lebih dulu gaplek yang
telah kering dengan kadar air 10 – 12
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
%, biasanya mulai dari rak bawah dan
1. Intensitas matahari menyediakan energi
berakhir pada rak atas.
panas yang cukup untuk proses
3. Disarankan untuk memasang alat
pengeringan.
pemanas tambahan yang menggunakan
2. a. Perubahan suhu bahan yang mendekati
sumber energi alternatif sebagai sumber
suhu udara pengering sesuai dengan
panas sehingga efisiensi pengeringan
sifat-sifat pengeringan lapisan tebal.
dari alat pengering dapat ditingkatkan,
b. RH udara pengering dalam alat cukup
serta dapat mempersingkat waktu
tinggi karena dipengaruhi oleh aliran
pengeringan.
udara pengering dengan kapasitasnya
4. Perlu penelitian lanjutan mengenai
untuk menguapkan air pada permukaan
model simulasi pengeringan dalam
bahan.
memprediksi output hasil pengeringan
3. Karakteristik pengeringan ditentukan oleh
yang ingin dicapai serta suatu rancang
laju pengeringan disertai oleh perubahan
bangun yang tepat.
kadar air bahan di setiap tingkatan rak.
Laju pengeringan bahan cukup bervariasi DAFTAR PUSTAKA
di setiap tingkatan rak yang dipengaruhi Adeyemi, O.S., A.T. Oladiji. 2009.
oleh suhu, laju aliran udara serta RH. Compositional Changes in Banana
Selain itu, laju pengeringan bahan (Musa ssp) Fruits During Ripening.
berlangsung pada dua periode yaitu Africal Journal of Biotechnology, vol 8
periode laju pengeringan konstan dan (5), pages : 858-859.
periode laju pengeringan menurun.
4. Capaian kadar air gaplek pisang pada rak BPS Sulut, 2009. Sulawesi Utara dalam Angka
bawah, rak tengah dan rak atas masing- 2009. Katalog BPS nomor 1403.71. Hal:
masing sebesar 10,25 %bb, 14,25 %bb dan 182. ISSN : 0215 – 2274.
27,86 %bb. Disesuaikan dengan mutu dari BPPHP. 2007. Buletin Teknopro Hortikultura.
tepung pisang, hasil capaian kadar air Edisi 72. Direktorat Jendral Bina
gaplek pisang di rak bawah, sebesar 9,73 Pengelolaan dan Pemasaran Hasil
%bb, dapat memenuhi kriteria kadar air Pertanian (BPPHP). Departemen
dari mutu tersebut setelah dikeringkan Pertanian.
selama 13,5 jam.
5. Efisiensi dalam alat pengering yang cukup Brooker, D.B., W.F.B. Arkema., C.W. Hall,
baik untuk kemampuan alat pengering, 1974. Drying Cereal Grain. The AVI
dimana efisiensi pemanasan hari pertama

Toar Daniel Malingkas


UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 32

Publishing Company, Inc. Westport, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian;


Connecticut. Departemen Pertanian.
Bukola, O., Bolaji., P. Olalusi Ayoola. 2008. Radiyati, T., D. Darmayana., H. Siregar., C.
Performance Evaluation of a Mixed- Hindasah., Sutrisno. Studi Penggunaan
Mode Solar Dryer. AU J.T. 11(4) : 225- Food Dehydrator untuk Pengeringan
231. Pisang Sale. Balai Pengembangan
Teknologi Tepat Guna. Subang. Seminar
Cepeda, G.N. 1991. Pengaruh Suhu
Hasil Penelitian dan Pengembangan
Pengeringan terhadap Warna dan
Bidang Fisika Terapan 1994/1995. Hal
Kandungan Gizi Tepung dari Beberapa
241, 247.
Jenis Pisang. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Unsrat. Renewable Resource Data Center. 2009.
Standard Format Broadband Manual.
Djunaedi, I. 2004. Rancang Bangun dan Uji
http://rredc.nrel.gov/solar/pubs/SBF/b.ht
Unjuk Kerja Double Layer Solar Tunnel
ml. Akses tanggal 11 April 2011.
Dryer. Balai Pengembangan Teknologi
Tepat Guna – Lembaga Penelitian Skiles, R.L. 1983. Training Manual: Food
Indonesia. Subang. Prosiding Seminar Preservation-Solar Drying With
Nasional Rekayasa Kimia dan Proses. Supplemental Heat. Collaboration Short
ISSN : 1411 – 4216. Course between Postharvest Institute for
Perishable, College of Agriculture,
Green, G. Matthew dan Dishna Schwarz. 2001.
University of Idaho; Sam Ratulangi
Solar Drying Technology for Food
University; Washington State University;
Preservation. Info Gate – GTZ.
and USAID/Jakarta. Manado.
Germany.
Sondak, P. 1990. Kandungan Pati pada
Hall, C.W. 1980. Drying and Storage of
Beberapa Varietas Pisang. Skripsi.
Agriculture Crops. The AVI Publishing
Fakultas Pertanian. Unsrat.
Company, Inc. Westport.
Syarief, A.M., Benjamin O. Malingkas. 1987.
Kurniawan, F. 2009. Memproduksi Tepung
Laporan Penelitian Perancangan dan
dari Bahan Pisang. Tabloid Sinar Tani.
Pengujian Pengeringan Kopra.
Kumar, K.L. 1976. Engineering Tables and Laboratorium Rekayasa Proses Pangan.
Charts, General and Examination PAU Pangan dan Gizi, IPB. Bogor.
Reference. Khana Publishers. Delhi.
Thahir, R. 1986. Analisis Pengeringan Gabah
Malingkas, B.O. 1987. Studi Pengeringan Berdasarkan Model Silindris. Disertasi.
Kopra Lapisan Tebal. Tesis. Fakultas Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Tjahjohutomo, R. 1980. Rancangan dan Uji
Malingkas, T.D. 2005. Koefisien Pengeringan Teknis Alat Pengering Gabah dengan
dan Kadar Air Kesetimbangan Dinamis Menggunakan Energi Surya. Skripsi.
pada Pengeringan Lapisan Tipis Buah Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil
Pisang Irisan. Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
Pertanian, Fakultas Pertanian. Unsrat.
Wenur, F., T.D.J. Tuju., G.S.S. Djarkasi., F.
Perumal, R. 2007. Comparative Performance Pangkerego., L.E. Lalujan., E.J.N.
Of Solar Cabinet, Vacuum Assisted Solar Nurali., S.M.E. Kairupan. 2010. Disain
And Open Sun Drying Methods. Tesis. dan Uji Unjuk Kerja Alat Pengering
McGill University. Canada. Surya dengan Sumber Panas Tambahan
Psycrometric calculation. 2010. untuk Pengeringan Bahan Baku Tepung.
http://www.sugartech.co.za/psychro/inde Laporan Kemajuan Penelitian. Badan
x.php. Akses tanggal 12 April 2010. Ketahanan Pangan Propinsi Sulawesi
Utara. Manado.
Rachman, C. 2009. Standar Prosedur
Operasional (SPO) Pengolahan Pisang.

Toar Daniel Malingkas


UNIVERSITAS PRISMA

Anda mungkin juga menyukai