Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian P-ISSN : 2476-8995

Volume 7 Nomor 1 Februari (2021): 139-152 E-ISSN : 2614-7858

Pemodelan Kinetika Pengeringan Rumput Laut Eucheuma cottonii Menggunakan


Pengering Surya Efek Rumah Kaca

Modeling of Drying Kinetics of Eucheuma cottonii Using Greenhouse Effect Solar


Dryer

Reski Febyanti Rauf, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Makassar, email: reski.febyanti@unm.ac.id

Abstrak
Salah satu tahapan penanganan pascapanen yang mempengaruhi kualitas rumput laut
adalah proses pengeringan. Pengeringan rumput laut melibatkan parameter-parameter
pengeringan yang kompleks sehingga menghasilkan kinetika pengeringan yang khas. Tujuan
penelitian ini mengidentifikasi model matematika pengeringan lapisan tipis yang sesuai untuk
menggambarkan kinetika pengeringan rumput laut Eucheuma cottonii dengan menggunakan
pengering surya efek rumah kaca. Pengeringan dilakukan dengan menghamparkan rumput
laut segar di atas tray dan ditimbang setiap jam selama pengeringan berlangsung.
Selanjutnya, dilakukan pengukuran kadar air, laju pengeringan, dan MR. Nilai MR
diterapkan pada berbagai model matematika pengeringan lapisan tipis dan dilakukan curve
fitting menggunakan analisis regresi nonlinear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan pengering surya efek rumah kaca secara efektif dapat menghasilkan rumput laut
kering yang baik dalam jangka waktu yang relatif singkat. Adapun model yang paling akurat
mendeskripsikan kinetika pengeringan rumput laut yaitu model Midilli dengan persamaan
matematika MR = 1,00192 exp (-0,23914t(1,14766)) + 0,00036t. Model tersebut memiliki nilai
R2 0,99877 dan nilai χ2 0,0001229. Tingkat kesesuaian hasil prediksi model matematika
dengan hasil observasi sangat sesuai dengan nilai R2 = 0.99877, χ2 = 0.000103, RMSE =
0.009914, SSE = 0.001966, dan EF = 0,998767. Nilai effective moisture diffusivity
pengeringan rumput laut Eucheuma cottonii yaitu 2,54 x 10-8 m2/s.
Kata Kunci: Effective moisture diffusivity, Kinetika pengeringan, Pemodelan, Rumput laut

Abstract
One of the post-harvest handling steps that affect the quality of seaweed is the drying
process. Seaweed drying involves complex drying parameters resulting in characteristic
drying kinetics. This research aims to identify a mathematical model of thin-layer drying that
is suitable for describing the drying kinetics of Eucheuma cottonii seaweed using a
greenhouse effect solar dryer. Drying was done by spreading the fresh seaweed on a tray and
weighing it every hour during the drying process. Furthermore, water content, drying rate,
and MR were measured. MR values were applied to various mathematical models of thin-
layer drying and curve fitting was performed using nonlinear regression analysis. The results
showed that the use of greenhouse effect solar dryers can effectively produce good dry
seaweed in a relatively short period of time. The model that most accurately describes the

139
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, Februari 2021

drying kinetics of seaweed is the Midilli model with the mathematical equation MR =
1,00192 exp (-0,23914t(1,14766)) + 0,00036t. The model has R2 0,99877 and χ2 0,0001229. The
level of concordance between the prediction model and the experimental model is very
compatible with the value of R2= 0.99877, χ2 = 0.000103, RMSE = 0.009914, SSE =
0.001966, dan EF = 0,998767. The effective moisture diffusivity value for drying Eucheuma
cottonii seaweed was 2,54 x 10-8 m2/s.
Keywords: Effective moisture diffusivity, Drying kinetics, Modeling, Seaweed

Pendahuluan Penggunaan pengering surya


khususnya efek rumah kaca dapat
Rumput laut merupakan salah satu
mempercepat proses pengeringan rumput
dari tiga produk unggulan dan memiliki
laut dengan memperhatikan indikator
prospek paling tinggi pada pasar ekspor di
karakteristik pengeringan meliputi laju
Sulawesi Selatan (Hendrawati, 2016).
pengeringan, kadar air, suhu pengeringan,
Adanya permintaan pasar baik di dalam
dan kelembaban udara ruang pengering
maupun di luar negeri menyebabkan
(Yadollahinia et al., 2008). Rumput laut
kebutuhan rumput laut terus meningkat
yang dikeringkan menggunakan pengering
sehingga memicu kenaikan produksi
surya dapat diidentifikasi, dihitung, dan
rumput laut. Peningkatan produksi yang
dikendalikan kualitas dan kapasitas
tinggi perlu diimbangi dengan peningkatan
produknya (Tiwari, 2016) sehingga
kualitas rumput laut ekspor melalui
penggunaan pengering ini perlu
penanganan pascapanen. Salah satu tahapan
dipertimbangkan dalam proses pengeringan
penanganan pascapanen yang
rumput laut (Sahdev, 2014).
mempengaruhi kualitas rumput laut adalah
Proses pengeringan memiliki
proses pengeringan.
pemodelan yang didasarkan pada
Pada prinsipnya, pengeringan
persamaan matematika yang secara khas
rumput laut dilakukan untuk mendapatkan
menjelaskan kinetika pengeringan suatu
kadar air tertentu melalui proses transfer
bahan pangan. Setiap bahan pangan
panas dan transfer massa (Patil dan
memiliki karakteristik pengeringan yang
Gawande, 2016). Proses tersebut dapat
berbeda sehingga model yang dihasilkan
terjadi jika adanya perbedaan suhu dan
memiliki perbedaan secara khas sesuai
tekanan udara antara bahan dan lingkungan
dengan jenis bahan tertentu yang
(Dinçer dan Zamfirescu, 2016). Pada
dikeringkan. Penggunaan model
pengeringan rumput laut, petani
matematika ini sangat penting untuk
memanfaatkan sinar matahari untuk
memprediksi performansi sistem
menguapkan air dari bahan (Patre et al.,
pengeringan (Fithriani et al., 2016).
2018). Rendahnya kadar air dapat
Kinetika pengeringan rumput laut
menghambat pertumbuhan mikroorganisme
digambarkan dalam bentuk model
sehingga rumput laut dapat bertahan lebih
matematika yang bertujuan untuk
lama. Akan tetapi, kinerja pengeringan di
merancang suatu alat pengering rumput laut
bawah sinar matahari bergantung pada
dengan kondisi operasi yang efisien dan
kondisi cuaca. Kondisi cuaca berpengaruh
sesuai yang diinginkan. Pemodelan kinetika
terhadap kapasitas produk yang
pengeringan telah banyak dilakukan
dikeringkan dalam waktu tertentu.

140
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, Februari 2021

khususnya di Indonesia, akan tetapi surya efek rumah kaca. Rumput laut segar
karakteristik bahan, metode pengeringan, dihamparkan di atas tray sebanyak 2,5 kg
dan kinetika pengeringan yang khas berat basah. Selanjutnya, dilakukan
memiliki potensi untuk menghasilkan pengukuran berat rumput laut setiap jam
model pengeringan yang berbeda. Oleh selama pengeringan berlangsung. Prinsip
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk pengeringan yang dilakukan adalah
mengidentifikasi model matematika pengeringan alami metode pengeringan
pengeringan lapisan tipis yang sesuai untuk lapisan tipis dengan memaksimalkan suhu
menggambarkan kinetika pengeringan panas matahari dengan sistem efek rumah
rumput laut Eucheuma cottonii dengan kaca tanpa penggunaan exhaust fan
menggunakan pengering surya efek rumah sehingga kecepatan udara diabaikan. Suhu
kaca. dan relative humidity (RH) di dalam ruang
pengering diukur dengan menggunakan alat
Metode Penelitian
termometer dan hygrometer setiap 10 menit
Alat dan Bahan selama pengeringan.
Pengeringan dilakukan di dalam Proses pengeringan dilakukan
ruang pengering surya efek rumah kaca sampai kadar air mencapai kadar air
berdimensi 14 m x 8,5 m x 3,5 m dengan kesetimbangan. Kemudian pengukuran
tray berukuran 1,2 m x 0,8 m x 0,05 m. kadar air dilakukan menggunakan metode
Berat dan kadar air diukur menggunakan oven dengan suhu 105oC (AOAC)
timbangan analitik KERN ABT 320-4M, (Demiray dan Tulek, 2014; Rahmat dan
oven BINDER ED-240, dan desikator. Adiandri, 2015). Dalam studi ini,
Pengukuran suhu dan kelembaban udara pengukuran kadar air dilakukan setelah
menggunakan Elitech RC-4 USB pengeringan untuk mengidentifikasi berat
Temperature Data Logger dan higrometer kering bahan. Selain itu, idenfikasi kadar
Model DS102 USB Temperature and air sepanjang proses pengeringan juga
Humidity Data Logger. dilakukan dengan menghitung
Bahan yang keringkan merupakan perbandingan penurunan berat bahan
rumput laut segar berwarna coklat jenis dengan berat kering bahan (Yadollahinia et
Eucheuma cottonii dengan umur panen 45 al., 2008). Kadar air dapat diindikasikan
hari dengan berat rata-rata ± 59 g. Umur sebagai persen dan dinyatakan dalam
panen 45 hari merupakan umur panen yang metode basis kering (Safrizal, 2010;
memiliki produktivitas tertinggi untuk Prakash dan Kumar, 2014) dengan rumus
rumput laut Eucheuma cottonii (Rivai, (Persamaan 1) berikut ini:
2020). Rumput laut ini berasal dari daerah
𝑤 (𝑡)−𝑑
Takalar, Sulawesi Selatan. Sebelum 𝑀= 𝑥100% (1)
𝑑
dikeringkan, rumput laut direndam dengan
air laut untuk menjaga kesegaran dan Nilai M adalah kadar air basis
meminimalisir penguapan. kering (%), w (t) adalah berat rumput laut
Prosedur Pengeringan pada waktu t (g), dan d adalah berat bahan
kering (g).
Pengeringan rumput laut dilakukan Pada prinsipnya laju pengeringan
selama 2 hari pada pukul 8 pagi sampai adalah kecepatan pengeringan yang
pukul 5 sore di dalam ruang pengering

141
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, Februari 2021

dikaitkan dengan banyak sedikitnya air rumput laut selama pengeringan dihitung
yang menguap pada kurun waktu tertentu dengan menggunakan rumus (Persamaan 3)
(Yadollahinia et al., 2008). Laju berikut:
pengeringan rumput laut menggambarkan Mt - Me
MR= (3)
Mo - Me
pola penurunan kadar air dan penguapan air
dari bahan selama pengeringan berlangsung
Dimana, MR merupakan moisture
(Ramli et al., 2017; Hall, 1980). Laju
ratio, Mt untuk kadar air pada waktu
pengeringan dapat ditentukan dengan
tertentu, Me adalah kadar air
menghitung selisih kadar air basis kering
kesetimbangan, dan Mo untuk kadar air
rumput laut terhadap waktu (Fithriani et al.,
awal (Fudholi et al., 2011;
2016), ditunjukkan pada Persamaan 2.
OBSERVASIIbrahim et al., 2009; Taheri et
𝑑𝑊 𝑊𝑖+1 − 𝑊𝑖 al., 2011).
𝐷𝑅 = − =− (2) Data digambarkan dalam grafik
𝑑𝑡 𝑡𝑖+1 − 𝑡𝑖
hubungan terhadap waktu dan
DR adalah laju pengeringan rumput ditransformasikan dalam bentuk linear.
laut Eucheuma cottonii (% per jam), W Nilai konstanta pengeringan diidentifikasi
adalah kadar air basis kering (%), t adalah sebagai k, a, b, dan n. nilai ini merupakan
waktu (jam), Wi adalah kadar air basis hasil permodelan yang digunakan untuk
kering terhadap ti (%), dan Wi+1 adalah menghasilkan nilai MR model melalui
kadar air basis kering terhadap ti+1 (%). analisis regresi nonlinear. Model
Model Matematika matematika pengeringan lapisan tipis yang
digunakan ditunjukkan pada Tabel 1.
Model matematika pengeringan
lapisan tipis dihitung berdasarkan data
moisture ratio (MR) hasil observasi. MR

Tabel 1. Model Matematika Pengeringan Lapisan Tipis


No. Model Equation Reference
1 Newton MR = exp (-kt) (Lewis, 1921)
2 Henderson-Pabis MR = a exp (-kt) (Henderson dan Pabis, 1961)
3 Page MR = exp (-ktn) (Page, 1949)
4 Modified Page MR = exp (-(kt)n) (Overhults et al. 1973)
5 Logarithmic MR = a exp (-kt) + b (Yagcioglu et al. 1999)
6 Midilli MR = a exp (-ktn) + bt (Midilli et al. 2002)
a, b, k, n – konstanta pengeringan; MR - moisture ratio; t – waktu pengeringan (h)

selama pengeringan. Hadi et al. (2019)


Effective Moisture Diffusivity
menguraikan bahwa perpindahan massa air
Pada periode laju pengeringan pada bahan dilakukan dengan asumsi bahan
menurun, air yang terkandung dalam bahan berbentuk irisan lapisan tipis atau slab,
bergerak secara difusi menuju ke serta tebal bahan lebih kecil dari panjang
permukaan. Effective moisture diffusivity dan lebarnya. Hal ini bertujuan untuk
dilakukan untuk mengidentifikasi laju menyeragamkan perpindahan massa secara
aliran air yang berdifusi dari dalam bahan seragam dan searah. Dalam pengeringan

142
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, Februari 2021

rumput laut, penentuan effective moisture model. Nilai χ2 digunakan untuk menguji
diffusivity dilakukan sesuai dengan hubungan atau pengaruh antar variabel dan
Persamaan Hukum Fick Kedua (Persamaan menghitung tingkat kesesuaian model
4) dengan asumsi bentuk geometri bahan (Doymaz et al., 2006; Sarpong et al.,
yaitu slab. 2019). Nilai SSE dan RMSE merupakan
penyimpangan antara nilai prediksi model
𝜋 2
8 −𝐷𝑒𝑓𝑓 𝑡( ) dengan nilai hasil observasi. Semakin
𝑀𝑅 = (𝑒 2𝑙 ) (4)
𝜋2 tinggi nilai R2 dan semakin rendah nilai χ2,
SSE, dan RMSE, maka semakin tinggi
Persamaan 4 dapat disederhanakan tingkat kesesuaian suatu model (Omolola et
dan disusun ulang menjadi Persamaan 5 al., 2019). Nilai EF digunakan untuk
untuk pengeringan yang berlangsung lama. menunjukkan bagaimana perilaku
pengeringan suatu produk diprediksikan
8 𝜋 2
ln(𝑀𝑅) = ln 𝜋2 − 𝐷𝑒𝑓𝑓 (2𝑙) 𝑡 (5) oleh model matematika secara akurat.
Semakin tinggi nilai EF, maka semakin
Dari Persamaan 5, nilai effective akurat kemampuan suatu model dalam
moisture diffusivity dapat diperoleh dari melakukan prediksi. Nilai R2, χ2, RMSE,
hasil plot data grafik hubungan nilai ln MR SSE, and EF dihitung dengan Persamaan 7
dan waktu. Berdasarkan nilai slope dari - 11 sebagai berikut:
grafik, maka nilai effective moisture
∑N N
i=1(MRi −MRpre,i ) ∙ ∑i=1(MRi −MRexp,i )
diffusivity dihitung menggunakan rumus R2 = 2 2
(7)
√[∑N N
i=1(MRi −MRpre,i ) ]∙[∑i=1(MRi −MRexp,i ) ]
(Persamaan 6) berikut:
2
𝜋2 2 ∑𝑁
𝑖=1(𝑀𝑅𝑒𝑥𝑝,𝑖 −𝑀𝑅𝑝𝑟𝑒,𝑖 )
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 = −𝐷𝑒𝑓𝑓 (4𝑙2 ) (6) 𝜒 = (8)
𝑁−𝑧

2
Dimana, nilai Deff adalah effective ∑ (𝑀𝑅 𝑁
−𝑀𝑅𝑒𝑥𝑝,𝑖 )
𝑅𝑀𝑆𝐸 = √ 𝑖=1 𝑝𝑟𝑒,𝑖 (9)
moisture diffusivity (m2/s) dan L adalah 𝑁

ketebalan bahan (m). 2


𝑆𝑆𝐸 = ∑𝑁
𝑖=1(𝑀𝑅𝑝𝑟𝑒,𝑖 − 𝑀𝑅𝑒𝑥𝑝,𝑖 ) (10)
Analisis Data
2 2
∑𝑁 𝑁
Analisis kesesuaian model 𝐸𝐹 = 𝑖=1(𝑀𝑅𝑖,𝑒𝑥𝑝 −𝑀𝑅𝑖,𝑒𝑥𝑝𝑚𝑒𝑎𝑛 ) −∑𝑖=1(𝑀𝑅𝑖,𝑝𝑟𝑒 −𝑀𝑅𝑖,𝑒𝑥𝑝)
2 (11)
∑𝑁
𝑖=1(𝑀𝑅𝑖,𝑒𝑥𝑝−𝑀𝑅𝑖,𝑒𝑥𝑝𝑚𝑒𝑎𝑛 )
dilakukan untuk mengidentifikasi model
pengeringan yang terbaik dengan Dimana N adalah jumlah data
menggunakan indikator nilai R2 observasi, z adalah jumlah konstanta model
(Coefficient of Determination), χ2 matematika, MRpre,i adalah nilai MR
(Reduced Chi-Square), RMSE (Root Mean prediksi, MRexp,i adalah nilai MR observasi,
Square Error), SSE (Sum of Squared dan MRexp,mean adalah nilai rata-rata dari
Errors), dan EF (increased modeling MR observasi (Omolola et al., 2019;
efficiency) (Taheri et al., 2011; Suherman dan Susanto, 2019).
Yadollahinia et al., 2008; Liang et al., Semua data observasi dianalisis
2018; Meisami dan Rafiee 2009). Nilai R2 secara statistik menggunakan R Statistic
digunakan sebagai kriteria pembanding Software version 4.0.2 Windows Version.
untuk menghitung tingkat keakuratan

143
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, Februari 2021

Hasil dan Pembahasan mencapai 11%. Proses ini digambarkan


pada grafik hubungan suhu dan RH selama
Kinetika Pengeringan Eucheuma cottonii
pengeringan yang berbanding terbalik.
Profil suhu dan kelembaban udara Kondisi ruang pengering dengan suhu yang
selama proses pengeringan ditunjukkan tinggi dan RH yang rendah menguntungkan
pada Gambar 1. Suhu udara dalam ruang dalam proses pengeringan. Menurut Islami
pengering mengalami peningkatan et al. (2017) dalam penelitiannya
khususnya menjelang siang hari dengan menyatakan bahwa ruang pengering dengan
suhu mencapai 59,4oC. Ruang pengering kelembaban yang rendah akan
yang tertutup dan beratap transparan menyebabkan udara panas lebih mudah
memudahkan cahaya matahari dapat masuk menyerap uap air dari bahan yang
ke dalam ruangan dan memaksimalkan dikeringkan. Hal ini terkait dengan
suhu udara di dalam ruangan. Udara panas perbedaan tekanap uap air antara bahan dan
yang terperangkap meningkatkan laju ruang pengering sehingga memicu
penguapan uap air di dalam ruang perpindahan panas dan massa. Berdasarkan
pengering sehingga tekanan uap air profil suhu dan kelembaban relatif yang
menjadi rendah (Ekechukwu dan Norton, diperoleh, penggunaan pengering surya
1999). Menurunnya jumlah uap air di udara efek rumah kaca secara efektif dapat
akibat penguapan berdampak pada menghasilkan rumput laut kering yang baik
penurunan RH di dalam ruangan yang dalam jangka waktu yang relatif singkat.
70 70

60 60

50 50

40 40
Suhu (oC)

RH (%)

30 30

20 20

10 Suhu 10
RH
0 0
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00

10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
8:00
9:00

8:00
9:00

Hari 1 Hari 2

Gambar 1. Hubungan antara suhu udara dan RH ruang pengering selama proses
pengeringan
Peningkatan suhu udara dalam menunjukkan tingginya laju pengeringan
ruang pengering memicu terjadinya pada periode awal proses pengeringan
penguapan air dari dalam bahan sehingga khususnya pada jam pertama dengan nilai
menyebabkan berkurangnya kadar air 169,376 %bk/jam. Hal ini mengindikasikan
bahan. Pengeringan rumput laut yang besarnya penurunan kadar air pada awal
ditandai dengan perpindahan panas dan pengeringan yang disebabkan tingginya
massa secara simultan dalam jangka waktu kandungan air bebas dalam bahan yang
tertentu digambarkan dalam grafik bergerak ke permukaan dan mengalami
hubungan kadar air, laju pengeringan, dan penguapan. Akan tetapi, semakin panjang
waktu pada Gambar 2. Grafik tersebut waktu pengeringan maka semakin besar

144
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, Februari 2021

pengaruhnya terhadap penurunan laju berdifusi ke permukaan sehingga laju


pengeringan. Sebagian besar air bebas pengeringan mengalami penurunan
dalam bahan telah teruapkan dan sisanya khususnya pada periode akhir pengeringan.
merupakan air terikat yang sulit untuk
1000 250

Laju Pengeringan (% bk/jam)


800 200
Kadar Air (% bk)

600 150

400 100

200 50

0 Kadar Air 0
Laju Pengeringan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Waktu (jam)
Gambar 2. Hubungan antara kadar air, laju pengeringan, dan waktu pengeringan

Fenomena ini menggambarkan dengan laju pengeringan menurun


karakteristik yang khas pada pengeringan (Wankhade et al., 2013).
rumput laut yang ditandai dengan proses Pemodelan Kurva Pengeringan
laju pengeringan menurun. Hall (1980)
dalam bukunya menjelaskan bahwa ada dua Karateristik pengeringan rumput
proses yang terjadi pada laju pengeringan laut digambarkan dengan grafik korelasi
menurun yaitu proses difusi air dari dalam nilai moisture ratio (MR) dan waktu
bahan ke permukaan dan proses pengeringan pada Gambar 3. Berdasarkan
perpindahan air dari permukaan bahan ke grafik tersebut, nilai MR mengalami
udara. Pada fenomena laju pengeringan penurunan seiring dengan menurunnya
menurun, jumlah air di permukaan yang kadar air. Kurva pengeringan yang
menguap ke udara lebih besar terbentuk menginterpretasikan faktor-faktor
dibandingkan jumlah air yang berdifusi dari yang berperan dalam penurunan kadar air,
dalam bahan ke permukaan. Mekanisme seperti perubahan suhu dan RH. Santoso et
yang dominan dalam proses ini adalah al. (2018) menguraikan dampak suhu tinggi
proses difusi air yang tersisa dari dalam memicu proses perpindahan panas dan
bahan membutuhkan waktu yang lebih massa yang lebih cepat sehingga waktu
lama untuk keluar sehingga menyebabkan yang diperlukan untuk menghilangkan
semakin menurunnya laju pengeringan. kadar air bahan lebih singkat. Fithriani et
Karakteristik pengeringan ini cenderung al. (2016) juga menjelaskan bahwa
mengarah pada Fick’s Second Law of kombinasi faktor-faktor pengeringan yang
Diffusion yang menggambarkan bekerja dalam meningkatkan difusifitas air
karakteristik pengeringan bahan-bahan memiliki pengaruh yang besar dalam
biopolimer yang umumnya berlangsung meningkatkan konstanta pengeringan.

145
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, Februari 2021

1.0

0.8

Moisture Ratio (MR)


0.6

0.4

0.2

0.0

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Waktu (jam)
Gambar 3. Hubungan antara MR dan waktu pengeringan

Berdasarkan pola grafik MR pada rumput laut dengan menggunakan


Gambar 3, maka dilakukan analisis untuk persamaan nonlinear. Adapun model
menentukan model persamaan matematika pengeringan yang diuji dan nilai konstanta
pengeringan lapisan tipis yang sesuai untuk hasil analisisnya ditunjukkan pada Tabel 2.
menggambarkan kinetika pengeringan

Tabel 2. Hasil Model Pengeringan Lapisan Tipis Eucheuma cottonii


Persamaan Konstanta Pengeringan
Model R2 χ2
Matematika k a b n
Lewis MR = exp (-0,29206t) 0,29206 - - - 0,99566 0,0003637
Henderson- MR = 1,03119 exp (-
0,30056 1,03119 - - 0,99656 0,0003045
Pabis 0,30056t)
MR = exp (-
Page 0,24097 - - 1,13478 0,99862 0,0001221
0,24097t(1,13478))
Modified MR = exp (-
0,28535 - - 1,13462 0,99862 0,0001221
Page (0,28535t)(1,13462))
MR = 1,03498 exp (-
Logarithmic 0,29396 1,03498 -0,00701 - 0,99678 0,0003019
0,29396t) – 0,00701
MR = 1,00192 exp (-
Midilli 0,23914t(1,14766)) + 0,23914 1,00192 0,00036 1,14766 0,99877 0,0001229
0,00036t

Hasil analisis pengujian model dibandingkan dengan model lainnya dan


pengeringan lapisan tipis yang ditunjukkan nilai χ2 yang paling rendah dari model
pada Tabel 2 mengindikasikan bahwa lainnya. Model Midilli umumnya banyak
model Midilli merupakan model digunakan untuk menggambarkan
matematika yang sesuai untuk karakteristik pengeringan bahan hasil
menggambarkan kinetika pengeringan pertanian, termasuk rumput laut. Pada
rumput laut. Hal tersebut dibuktikan penelitian Prasetyo et al. (2018), model
dengan nilai R2 yang paling tinggi yang sesuai untuk menggambarkan

146
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, Februari 2021

pengeringan rumput laut Ulva sp. dan mengindikasikan kesesuaian MR prediksi


Sargassum sp. adalah model Midilli. dengan MR observasi. Adapun hasil
Pengaplikasian model Midilli analisis statistik yang menunjukkan tingkat
ditunjukkan pada Gambar 4 pada kurva keakuratan model, kesesuaian,
perbandingan MR prediksi dan MR penyimpangan, dan kemampuan model
observasi. MR prediksi merupakan hasil dalam melakukan prediksi ditunjukkan
persamaan matematis model Midilli yang dalam Tabel 3. Model pengeringan ini
dibandingkan dengan data hasil observasi dapat digunakan untuk memprediksi
pengeringan rumput laut. Grafik tersebut kandungan air bahan pada berbagai waktu
menunjukkan korelasi antara MR prediksi pengeringan sehingga proses pengeringan
dan MR observasi. Sudut kurva yang dapat dikendalikan sesuai dengan hasil
terbentuk mendekati sudut 45 derajat yang diinginkan.
(Prasetyo et al., 2018) yang

MR Prediksi
Fitted Y of MR Prediksi
y=a+b*x
1.0 MR Prediksi
Pearson's r 0.99939
Adj. R-Square 0.9987
Intercept -5.0772E-4 ± 0.00284
0.8
Slope 1 ± 0.00827
MR Prediksi

0.6

0.4

0.2

0.0

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0


MR Observasi
Gambar 4. Hubungan antara MR prediksi dan MR observasi

Tabel 3. Hasil Statistik Model Pengeringan Lapisan Tipis Eucheuma cottonii

Model R2 χ2 RMSE SSE EF

Lewis 0,99677 0,000364 0,018588 0,006910 0,995664


Henderson-
0,99668 0,000288 0,016553 0,005480 0,996562
Pabis
Page 0,99871 0,000116 0,010481 0,002197 0,998621
Modified
0,99871 0,000116 0,010481 0,002197 0,998621
Page
Logarithmic 0,99678 0,000270 0,016018 0,005132 0,996780
Midilli 0,99877 0,000103 0,009914 0,001966 0,998767

147
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, Februari 2021

MR dan t yang ditunjukkan pada Gambar 5,


Effective Moisture Diffusivity
diidentifikasi nilai slope dari hasil linearitas
Effective moisture diffusivity pada kurva yang merupakan nilai Deff. Adapun
dasarnya menunjukkan pergerakan air dari nilai effective moisture diffusivity rumput
dalam bahan ke permukaan akibat adanya laut yang dikeringkan menggunakan
perbedaan tekanan uap air. Kemampuan pengering surya efek rumah kaca yaitu 2,54
difusi air dari dalam bahan akan meningkat x 10-8 m2/s. Umumnya, nilai effective
seiring dengan peningkatan suhu, akan moisture diffusivity berada pada selang 10-
tetapi kecenderungan pengaruh faktor 13
dan 10-6 m2/detik, akan tetapi sebagian
lainnya juga dapat mempengaruhi besar bahan pangan atau lebih dari 90%
difusivitas suatu bahan, seperti luas berada pada selang 10-12 dan 10-8 m2/detik
permukaan, ketebalan, kecepatan udara, (Afifah et al., 2017; Zogzas dan Maroulis,
RH, waktu pengeringan, dan faktor lainnya. 1996).
Berdasarkan hasil plot data nilai ln
ln MR
Fitted Y of ln MR
1

0 y=a+b*x
ln MR
Pearson's r -0.97896
-1 Adj. R-Square 0.9559
Intercept 0.32073 ± 0.19187
-2 Slope -1.00054E-4 ± 5.0587E-6

-3
ln MR

-4

-5

-6

-7

-8

-10000 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000


Waktu (Jam)

Gambar 5. Hubungan antara ln MR dengan waktu pengeringan

χ2 0,0001229. Tingkat kesesuaian hasil


Simpulan
prediksi model matematika dengan hasil
Proses pengeringan rumput laut observasi sangat sesuai dengan nilai R2 =
Eucheuma cottonii memberikan informasi 0.99877, χ2 = 0.000103, RMSE =
mengenai penggunaan pengering surya efek 0.009914, SSE = 0.001966, dan EF =
rumah kaca yang secara efektif dapat 0,998767. Nilai effective moisture
menghasilkan rumput laut kering yang baik diffusivity pengeringan rumput laut
dalam jangka waktu yang relatif singkat. Eucheuma cottonii yaitu 2,54 x 10-8 m2/s.
Adapun model matematika yang paling
Daftar Pustaka
sesuai untuk menggambarkan karakteristik
laju pengeringan rumput laut Eucheuma Afifah, N., A. Rahayuningtyas, S.I. Kuala.
cottonii adalah model Midilli dengan 2017. Pemodelan Kinetika
persamaan matematika MR = 1,00192 exp Pengeringan Beberapa Komoditas
(-0,23914t(1,14766)) + 0,00036t. Model Pertanian Menggunakan Pengering
tersebut memiliki nilai R2 0,99877 dan nilai

148
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, Februari 2021

Inframerah. AGRITECH Vol. 37 Management, & Applied Science &


(2): 220 – 228. Technologies Vol. 2 (2): 147 - 160.
Demiray, E., Y. Tulek. 2014. Drying Hadi, T., I. M. Bendiyasa, R. Sudiyo. 2019.
Characteristics of Garlic (Allium Studi Pengeringan Bambu dengan
sativum L) Slices in A Convective Pemanfaatan Gas Buang (Flue Gas)
Hot Air Dryer. Heat Mass Transfer Pembakaran Gerabah. Jurnal Ilmiah
Vol. 50: 779 - 786. Rekayasa Pertanian dan Biosistem
Dinçer, İ., C. Zamfirescu. 2016. Drying Vol. 7 (1): 34 – 42.
Phenomena: Theory and Hall, C. W. 1980. Drying and storage of
Applications. John Wiley & Sons, agricultural crops. The AVI
Ltd. United Kingdom. Publishing Inc., Westport,
Doymaz, I., N. Tugrul, M. Pala. 2006. Connecticut, U.S.A.: 291 – 308.
Drying Characteristics of Dill and Henderson S.M., Pabis S. 1961. Grain
Parsley Leaves. Journal of Food Drying Theory I: Temperature
Engineering Vol. 77: 559 - 565. Effect on Drying Coefficient.
Ekechukwu, O.V., B. Norton. 1999. Journal of Agricultural Engineering
Review of Solar-Energy Drying Research Vol.6: 169 – 174.
Systems II: An Overview of Solar Hendrawati, T.Y. 2016. Pengolahan
Drying Techonology. Energy Rumput Laut dan Kelayakan
Conversion and Management Vol. Industrinya. UMJ Press. Jakarta.
40: 615 - 655. Ibrahim, M., Sopian, K., & Daud, W.R.W.
Fithriani, D., L. Assadad, Z. A. Siregar. 2009. Study of The Drying Kinetics
2016. Karakteristik dan Model of Lemon Grass. American Journal
Matematika Kurva Pengeringan of Applied Sciences Vol. 6 (6):
Rumput Laut Eucheuma cottonii. 1070 – 1075.
JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 11 Islami, A., Murad, A. Priyati. 2017.
(2): 159 – 170. Karakteristik Pengeringan Bawang
Fudholi, A., M.H.Ruslan, M.Y.Othman, Merah (Alium Ascalonicum, L)
M.A.Yahya. 2011. Design and Menggunakan Alat Pengering ERK
Testing of Solar Dryer for Drying (Greenhouse). Jurnal Ilmiah
Kinetics of Seaweed in Malaysia. Rekayasa Pertanian dan Biosistem
Conference Paper, July 2011. Vol.5 (1): 330 – 338.
Recent Researches in Geography, Lewis W.K. 1921. The Rate of Drying of
Geology, Energy, Environment and Solid Materials. Industrial and
Biomedicine. Engineering Chemistry Vol. 13 (5):
Garavand-Amin Taheri, Shahin Rafiee, and 427 – 432.
Alireza Keyhani. 2011. Liang Y., Zhonghuan H., Ling Y.,
Mathematical Modeling Of Thin Shouyong X., Mingjin Y., (2018),
Layer Drying Kinetics of Tomato Hot-air drying characteristics and
Influence Of Air Dryer Conditions. quality evaluation of bitter melon
Department Of Agricultural slice, INMATEH - Agricultural
Machinery Engineering University Engineering Vol. 55 (2): 53 – 62.
Of Tehran, Karaj, Iran. International Meisami-asl E., Rafiee S. 2009.
Transaction Journal Of Engineering, Mathematical Modeling of Kinetics

149
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, Februari 2021

of Thin-layer Drying of Apple (var. Rachmat, R., R.S. Adiandri. 2015.


Golab). Agricultural Engineering Evaluation of Dried Straw
International: the CIGR Ejournal. Mushroom (Volvariella volvacea)
Vol 11: 1 – 11. Characteristic Drying by Far Infra
Midilli A., Kucuk H., Yapar Z. 2002. A Red. Jurnal Penelitian Pascapanen
New Model for Single Layer Pertanian Vol. 12 (1): 47 – 52.
Drying. Drying Technology Vol. Ramli, I. A., Jamaluddin, S. Yanto. 2017.
120 (7): 1503 – 1513. Laju Pengeringan Gabah
Omolola, A.O., P.F. Kapila, H.M. Menggunakan Pengering Tipe Efek
Silungwe. 2019. Mathematical Rumah Kaca (ERK). Jurnal
Modeling of Drying Characteristics Pendidikan Teknologi Pertanian
of Jew’s Mallow (Corchorus Vol. 3: S158 - S164.
olitorius) Leaves. Information Rivai, A.A., H. Syam, R.F. Rauf, J.
Processing in Agriculture Vol. 6: Jamaluddin. 2020. Pengaruh Umur
109 - 115. Panen terhadap Produksi Rumput
Overhults, D.G., G.M. White, H.E. Laut Eucheuma cottonii di
Hamilton, I.J. Ross. 1973. Drying Kabupaten Takalar saat Musim
Soybeans with Heated Air. Timur. Jurnal Pendidikan Teknologi
Transactions of The ASAE Vol. 16: Pertanian Vol. 6 (2): 361 – 371.
112 – 113. Safrizal, Refli. 2010. Kadar Air Bahan.
Page G. 1949. Factors Influencing The Teknik Pasca Panen. Jurusan
Maximum Rate of Air Drying Teknik Pertanian, Fakultas
Shelled Corn in Thin-Layers. Pertanian, Universitas Syiah Kuala.
Purdue University. West Lafayette. Sahdev, R.K. 2014. Open Sun and
Patil, R., R. Gawande. 2016. A Review on Greenhouse Drying of Agricultural
Solar Tunnel Greenhouse Drying and Food Products: A Review.
System. Renewable and Sustainable International Journal of Engineering
Energy Reviews Vol. 56: 196 – 214. Research and Technology Vol. 3
Patre, R.L., A. S. Mahajan, A. R. Bhavsar. (3): 1053 – 1066.
2018. Solar Green House Drying. Santoso, D., D. Muhidong, Mursalim.
International Journal of Engineering 2018. Model Matematis
Development and Research Vol. 6 Pengeringan Lapisan Tipis Biji
(3): 192 – 196. Kopi Arabika (Coffeae arabica) dan
Prakash, O., A. Kumar. 2014. Solar Biji Kopi Robusta (Coffeae
Greenhouse Drying: A Review. cannephora). Jurnal Teknologi
Renewable and Sustainable Energy Pertanian Andalas Vol. 22 (1): 86 –
Reviews Vol. 29: 905 – 910. 95.
Prasetyo, D.J., T.H. Jatmiko, & Sarpong, F., C. Zhou, J. Bai, L.P.
C.D.Poeloengasih. 2018. Amenorfe, M.K. Golly, H. Ma.
Karakteristik Pengeringan Rumput 2019. Modeling of Drying and
Laut Ulva sp. Dan Sargassum sp. Ameliorative Effects of Relative
JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 13 Humidity (RH) Against β-carotene
(1): 1 – 12. Degradation and Color of Carrot
(Daucus carota var.) Slices. Food

150
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, Februari 2021

Science and Biotechnology Vol. 28


(1): 75 – 85.
Suherman, S., E.E.Susanto. 2018.
Mathematical Modelling of Paddy
Drying Usiang Fluidized Bed Dryer.
1st Internasional Symposium of
Indonesia Chemical Engineering
(ISIChem). IOP Conf. Series:
Materials Science and Engineering
543.
Tiwari, A. 2016. A Review on Solar Drying
of Agricultural Produce. Journal of
Food Processing and Technology
Vol. 7 (9): 1 – 12.
Wankhade, P. K., Dr.R.S. Sapkal, Dr.V.S.
Sapkal. 2013. Drying Characteristic
of Okra Slices on Drying in Hot Air
Dryer. Procedia Engineering Vol.
51: 371 – 374.
Yadollahinia, A.R., M. Omid and S. Rafiee.
2008. Design and Fabrication of
Experimental Dryer for Studying
Agricultural Products. Int. J.
Agri.Bio., Vol. 10: 61 – 65.
Yagcioglu A., Degirmencioglu A., Cagatay
F. 1999. Drying Characteristic of
Laurel Leaves Under Different
Conditions. In: A Bascetincelik
(Ed), Proceedings of The 7th
International Congress on
Agricultural Mechanization and
Energy: 565 – 569. Adana, Turkey:
Fakulty of Agriculture, Çukurova
University.
Zogzas N. P., Maroulis Z. B. 1996.
Effective moisture diffusivity
estimation from drying data. A
comparison between various
methods of analysis. Drying
Technology Vol. 14 (7 & 8): 1543 –
1573.

151
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, Februari 2021

Halaman ini sengaja dikosongkan

152

Anda mungkin juga menyukai