Anda di halaman 1dari 8

KARAKTERISTIK PENGERINGAN PADA BIJI JAGUNG (Zea Mays)

MENGGUNAKAN MESIN PENGERING TIPE RAK


Drying Characteristics of Corn Seeds (Zea Mays) using a Rack Type Dryer

Taufan Sugiarto1, Siswoyo Soekarno1


1
Program Studi Teknik Pertanian – FTP – Universitas Jember
Jl. Kalimantan no 37 Kampus Tegalboto, Jember 68121 Indonesia
E-mail: sugiartotaufan14@gmail.com

ABSTRACT
Corn is an annual plant whose life cycle lasts for 80 - 150 days. Corn seed
is the part of the plant that contains carbohydrates and most of the starch is
stored in the endosperm. Drying is the process of removing water or separating
relatively small amounts of water from materials using heat energy. Storage of
materials requires drying in order to last a long time. Drying aims to reduce the
water content to a certain extent so as to extend the shelf life. Quality
requirements of 14% water content in order to be durable and not damaged due
to the growth of fungus on the material. Moisture content is one of the physical
properties of a material that indicates the amount of water it contains. The Rack-
Type Drying Machine has 11 racks that use a 120-watt light bulb heater. Data
analysis in the form of temperature, Rh, rate and changes in water content.

Keywords: Corn, Corn Seed, Dryer, Moisture, Water content, endosperm, Corn kernel,
Rh, drying rate, temperature.

PENDAHULUAN menjadi salah satu makanan pokok


Jagung merupakan tanaman pengganti nasi, jagung juga dapat
yang diminati masyarakat Indonesia digunakan sebagai bahan baku
karena memiliki beberapa manfaat industri pakan ternak. Kebutuhan
bagi kesehatan. Menurut Suarni dan jagung di Indonesia mengalami
Widowati (2016) Kandungan gizi peningkatan sejak lima tahun terakhir
yang ada di dalam jagung seperti dari tahun 2013 sekitar 20.738.000
karbohidrat, protein, glukosa, asam ton menjadi 23.474.934 ton pada
lemak, vitamin A dan E, dan berbagai tahun 2017.
mineral esensial seperti K, Na, P, Ca, Pengeringan adalah proses
dan Fe sangat bermanfaat bagi tubuh pengeluaran air atau pemisahan air
manusia. Selain dimanfaatkan sebagai dalam jumlah relatif kecil dari bahan
sayuran jagung juga dijadikan bahan menggunakan energi panas.
dasar industri ternak dan olahan Penyimpanan bahan memerlukan
makanan. Jagung salah satu pengeringan agar dapat bertahan
komoditas tanaman pangan kedua lama. Pengeringan bertujuan
paling penting setelah padi. Selain menurunkan kadar air hingga batas
tertentu sehingga dapat tipe rak dan Untuk mengetahui
memperpanjang daya simpan. perubahan kadar air dan laju
Beberapa keuntungan melakukan pengeringan pada mesin pengering
pengeringan adalah meningkatkan tipe rak.
daya simpan, menambah nilai
ekonomis, dan memudahkan METODE PENELITIAN
pengolahan. Jagung sebagai salah satu Alat dan Bahan Penelitian
bahan pangan yang sangat dibutuhkan Alat yang digunakan pada
oleh manusia dan hewan dalam penlitian ini meliputi mesin
perdagangannya harus memenuhi pengering, data logger, Sd card,
persyaratan mutu kadar air sebesar neraca digital, desikator, oven, cawan,
14% agar dapat tahan lama dan tidak miller machine dan laptop.
rusak karena tumbuhnya jamur pada Bahan yang digunakan pada
bahan. Dari permasalahan ini perlu penelitian ini teridiri atas biji jagung.
adanya suatu alat pengering mekanik Varietas jagung hibrida pertiwi 6
yang dapat membantu proses memiliki umur panen ± 106 hari
pengeringan lebih cepat. Peralatan setelah tanam, tinggi tanaman 220
pengeringan yang digunakan yaitu cm, jumlah baris biji pertongkol 14-
pengering tipe rak yang sederhana 16 baris dan rendemen biji 79-81%.
(Napitupulu dkk, 2012).
Sumber energi panas adalah Tahapan Penelitian
elemen listrik yang dilengkapi blower Penelitian ini akan dilaksanakan
untuk mengalirkan udara panas ke melalui beberapa tahapan. Jagung
ruang pengering. Jumlah rak kawat dengan umur panen kering ± 106
yang dapat dimasukkan adalah 11 rak. dipilih benih jagung terbaik,
Prinsip kerja alat pengering rak kemudian dilakukan pemipilan untuk
adalah panas yang berasal dari elemen memisahkan bonggol dengan biji
elektrik dibawa oleh medium jagung. Tahapan pertama yaitu
pembawa panas yaitu udara. Laju mempersiapkan alat serta bahan yang
aliran udara panas ke ruang pengering digunakan kemudian untuk mencari
diatur oleh blower. Selanjutnya pada nilai kadar air biji jagung dilakukan
ruang pengering terjadi proses pengukuran kadar air awal, lalu
pengeringan bahan oleh panas yang pemberian biji jagung seberat 120 gr
dibawa udara tersebut. setiap rak, pengoperasian mesin
Penggunaan energi listrik pengering kemudian menyalakan data
sebagai sumber pemanas dalam logger untuk perekaman data suhu
proses pengeringan perlu diketahui dan Rh serta pengukuran kadar air biji
kinerjanya, terutama pada jagung tiap 60 menit sekali dan
pengeringan biji jagung. Keuntungan pengulangan pengeringan hingga
dari penggunaan alat pengering tipe kadar air jagung ± 14% kemudian
rak ini antara lain, tidak tergantung menganlisis data yang dihasilkan
pada panas sinar matahari dan cuaca, berupa perubahan kadar air, laju
tidak memerlukan tempat yang luas. pengeringan, suhu pengerinagan dan
Penelitian ini bertujuan untuk kelembapan.
mengetahui perubahan suhu dan Tahapan penelitian ditampilkan
kelembapan pada mesin pengering dalam bentuk diagram alir penelitian
dapat dilihat pada Gambar 1. dianalisa berdasarkan perhitungan
serta secara grafik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Suhu terhadap Waktu
Pengeringan
Proses pengeringan biji jagung
dilakukan dengan menggunakan
mesin pengering tipe rak dengan suhu
40ºC. Untuk mengetahui hasil dari
proses pengeringan antara suhu
dengan waktu pengeringan dapat
dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan antara suhu


terhadap waktu
pengeringan

Hasil analisis menunjukkan


bahwa lama pengeringan biji jagung
pada mesin pengering tipe rak yang
memiliki 11 rak selama 3 jam dengan
Gambar 1. Diagram alir penelitian interval waktu 60 menit.
Menunjukkan hasil nilai suhu
Analisis Data tertinggi pada rak 11 dengan suhu
Data yang telah dikumpulkan 38ºC dan nilai suhu terendah pada rak
dan diolah kemudian dianalisis untuk 1 dengan suhu 32ºC. Pada proses
mendapatkan kesimpulan dari suatu pengeringan biji jagung dapat
penelitian. Analisis data yang diamati diketahui bahwa rak 11 memiliki
yaitu perubahan suhu yang terjadi suhu paling tinggi lalu untuk rak 1
pada setiap rak dan dianalisis secara memiliki nilai cukup rendah
grafik dan karakteristik pengeringan dikarenakan rak 11 paling dekat
biji jagung meliputi hubungan antara: dengan pemanas yang berupa lampu
kadar air terhadap waktu pijar dengan daya 120 watt (Estiasih,
pengeringan; laju pengeringan dkk. 2009).
terhadap waktu pengeringan dan laju
pengeringan terhadap kadar air Kadar Air (bb) terhadap Waktu
Pengeringan
Pengukuran kadar air
dilakukan sebelum proses
pengeringan. Pengukuran kadar air
bertujuan mengetahui jumlah air yang
terkandung pada bahan. Kadar air biji
jagung pada penelitian ini yaitu berat
bersih 20,10% bb dan berat kering
25,16% bk. Hasil analisis keragaman
menunjukkan bahwa kadar air (bb) Gambar 4. Hubungan antara kadar air (bk)
berpengaruh sangat nyata terhadap terhadap waktu pengeringan
waktu pengeringan. Kadar air berat Hasil analisis menunjukkan
basah biji jagung yang dihasilkan bahwa kadar air (bk) pada bahan yang
berkisar antara 13,71 % sampai dikeringkan dengan interval waktu
16,38%. 60, 120 dan 180 menit menunjukan
penurunan yang tidak terlalu
signifikan. Semakin lama waktu
pengeringan maka kandungan air
pada bahan akan semakin kecil.

Laju Pengeringan terhadap Waktu


Pengeringan
Data hasil analisis laju
Gambar 3. Hubungan antara kadar air
(bb) terhadap waktu pengeringan terhadap waktu
pengeringan pengeringan dapat dilihat pada
Gambar 5.
Hasil analisis menunjukkan
bahwa kadar air (bk) pada bahan yang
dikeringkan dengan interval waktu
60, 120 dan 180 menit menunjukan
penurunan yang tidak terlalu
signifikan. Semakin lama waktu
pengeringan maka kandungan air
pada bahan akan semakin kecil.
Gambar 5. Hubungan antara laju
Kadar Air (bk) terhadap Waktu pengeringan terhadap waktu
Pengeringan pengeringan

Hasil analisis keragaman Hasil analisis menunjukkan


menunjukkan bahwa kadar air (bk) bahwa hubungan antara laju
berpengaruh sangat nyata terhadap pengeringan terhadap lama waktu
waktu pengeringan. Kadar air berat pengeringan. Maka didapatkan
basah biji jagung yang dihasilkan hubungan yang berbanding lurus
berkisar antara 15,89 % sampai antara laju pengeringan dan lama
19,59%. Jumlah kadar air (bk) biji waktu pengeringan. Hal serupa dapat
jagung tiap rak dapat dilihat pada terlihat bahwa semakin lama waktu
Gambar Gambar 4.
pengeringan maka akan semakin Hubungan Suhu terhadap Waktu
sedikit kandungan air pada bahan. Pengeringan
Dimana nilai yang dihasilkan pada Dalam penelitian kali ini suhu
pengulangan tiap 60 menit dari 5,91 diatur rata-rata 40ºC dengan kondisi
% hingga 1,27% dan terus mengalami blower menyala. Bahan yang
penurunan (Srihari, dkk. 2010). dikeringkan adalah biji jagung dengan
menggunakan pemanas lampu
Hubungan Kelembapan terhadap bohlam pada mesin pengering tipe
Waktu Pengeringan rak.
Dari hasil pengolahan data
adalah hubungan kelembapan
terhadap waktu pengeringan. Dapat
dilihat pada Gambar 6.

Gambar 7. Hubungan antara suhu terhadap


waktu pengeringan

Berdasarkan Gambar 4.6


terlihat bahwa grafik yang dihasilkan
dari data logger yaitu data permenit
Gambar 6. Hubungan antara kelembapan tiap pengulangan selama 3 kali
terhadap waktu pengeringan dengan interval waktu 60 menit. Hasil
Berdasarkan Gambar 4.5 dari pengukuran menghasilkan nilai
menunjukkan bahwa grafik yang rata-rata kelembapan mencapai 47%
dihasilkan dari nilai kelembapan dan nilai rata-rata suhu mencapai
terhadap waktu pengeringan yang 32ºC. Hal ini tampak bahwa semakin
signifikan pada saat pengamatan tiap lembab udara di dalam ruang
pengulangan 3 kali dengan interval pengering maka suhu akan semakin
waktu 60 menit harus di timbang dan rendah.
diukur tiap nampan untuk mengetahui
nilai pengukuran dari rak 1 hingga rak Hubungan Suhu Pengering
11. Kemudian dari tiap pengulangan 3 terhadap Suhu Lingkungan
kali serta data yang terbaca oleh data
logger menghasilkan data permenit
pada masing-masing tiap rak sehingga
di dapatkan rata-rata nilai kelembapan
dari rak 1 hingga ke rak 11 yaitu 63%,
62%, 62%, 62%, 62%, 61%, 60%,
60%, 60%, 60% dan 59% (Kumalla,
dkk. 2013).

Gambar 8. Hubungan suhu pengering


terhadap suhu lingkungan
Pengukuran kadar air awal
dilakukan sebelum proses
pengeringan bertujuan untuk
mengetahui jumlah air yang
terkandung pada biji jagung
dikarenakan kadar air berpengaruh
terhadap waktu pengeringan dan laju
pengeringan dipengaruhi oleh kadar
Gambar 9. Hubungan Rh pengering
air biji jagung dimana semakin rendah
terhadap Rh lingkungan kadar air maka laju pengeringan
semakin rendah.
Dari hasil menunjukkan bahwa hasil
suhu pengering saat pengamatan DAFTAR PUSTAKA
waktu ke 60 menit adalah 33֯ C Adiputra, R. 2020. Evaluasi
kemudian terjadi kenaikan ke 34֯ C Penanganan Pasca Panen
waktu ke 120 menit dan pada waktu Yang Baik Pada Jagung (Zea
ke 180 menjadi 33֯ C kemudian nilai mays L). Jurnal Agro
suhu lingkungan pada waktu 60, 120 Wiralodra, 3(1).
dan 180 adalah 29,8 ºC, 30,8 ºC dan Andarwulan, N, Kusnandar, F,
28,9 ºC. Kemudian pada Gambar 4.8
terlihat bahwa pada pengamatan Herawati, D. 2011. Analisis
pertama kelembapan diluar mencapai Pangan. Dian Rakyat. Jakarta.
62%, pengamatan kedua 57% dan
pengamatan ketiga 59%. Pengamatan Anonim1, 01-4483-1998, Standar
waktu pada 60 menit pertama, Nasional Indonesia, Jagung
kelembapan mancapai 56% kemudian
terjadi penurunan kelembapan hingga bahan baku pakan, Badan
mencapai 55% pada waktu ke 120 Standarisasi Nasional, 1998.
menit, masuk pada waktu ke 180
menit nilai kelembapan 55% (Rini, Arifin, S. 2011. Studi Pembuatan Pati
2000). Dengan Substitusi Tepung
Sukun (Musa Paradisiaca
KESIMPULAN formatypica). Skripsi.
Berdasarkan hasil dan Universitas Hasanuddin.
pembahasan di atas, maka kesimpulan Makassar. Corn Refiners
yang dapat diperoleh adalah sebagai Association. 2006. CornOil,
berikut: Fifth Edition. Washington DC:
Corn Refiners Association.
Pada pengeringan biji jagung Ditjen POM, 2000. “Penetapan
menggunakan suhu rata-rata 40ºC lalu
mengalami perubahan suhu yang Kadar Air dan kualitas Suatu
terjadi pada tiap rak sangat berbeda Bahan”.
dikarenakan panas yang dihasilkan
dari lampu bohlam berada paling Estiasih, Teti dan Ahmadi. 2009.
bawah dan lama waktu pengeringan 3 Teknologi Pengolahan Pangan.
jam dengan interval 60 menit.
Bumi Aksara:
Firmansyah, I. U., Aqil, M., & Tuntunan Praktikum. Rineka
Sinuseng, Y. 2007. Cipta : Jakarta.
Penanganan pascapanen Kumalla, Larose., H.S, Sumardi., dan
Hermanto, MB. 2013. Uji
jagung. Buku Jagung: Teknik
Performasi Pengering
Produksi dan Pengembangan. Semprot Tipe Buchi B-290
Pada Proses Pembuatan
(Eds: Sumarno, Suyamto, A.
Tepung Santan. Jurnal
Widjono, Hermanto, H. Kasim). Bioproses Komoditas Tropis.
Fakultas Teknologi Pertanian:
Puslitbang Tanaman Pangan,
Maisnam, D., Rasane, P., Dey, A.,
Badan Litbang Pertanian. Kaur, S. & Sarma, C. 2017.
Recent Advances in
Guiné, R. 2018. The drying of foods
Conventional Drying of
and its effect on the physical- Foods. J Food Technol
Press(1), 25-34. Malang
chemical, sensorial and
Muarif. 2013. Rancang Bangun Alat
nutritional properties. Pengering. Politeknik Negeri
Sriwijaya
International Journal of Food
Napitupulu, Farel H., Tua, Putra
Engineering, 2(4), 93-100.
Mora. (2012). Perancangan
Hasanah, M., Sukarman, dan D.
dan Pengujian Alat Pengering
Rusmin. 2004b. Teknologi
Kakao dengan Tipe Cabinet
Produksi Benih Jahe. Plasma
Dryer untuk Kapasitas 7,5 kg
nutfah dan Perbenihan
Per-Siklus. Jurnal Dinamis, II
Tanaman Rempah dan Obat.
(10). Palembang
Perkembangan Teknologi
Srihari, Endang., Lingganingrum, F
Tanaman Rempah dan Obat
S., Hervita, R., dan S, Helen
XVI(1): 9−16.
W. 2010. Pengaruh
Iriany, R. N., Yasin, M., & Andi
Penambahan Maltodekstrin
Takdir, M. 2008. Asal, sejarah,
Terhadap Pembuatan Santan
evolusi, dan taksonomi tanaman
Kelapa Bubuk. Seminar
jagung. Maros: Balai
Rekayasa Kimia dan Proses.
Penelitian Tanaman Serelia.
Hal A-18-1 - A-18-7.
Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi
Suarni, (2016). Suarni dan S.
Benih. Pengolahan Benih dan
Widowatig(.2016). Struktur,
Komposisi, dan Nutrisi
Jagung. Teknik Produksi dan Teknologi Pangan. Gramedia,
Pengembangan.balai Penelitian Jakarta.
tanaman serealia,1-17.
Tangendjaja, B., & Wina, E. 2007.
Limbah tanaman dan produk
samping industri jagung untuk
pakan. Bagian Buku Jagung.
Puslitbang Tanaman Pangan.
Hal, 427-455.
Tulliza, I. S. & Mursalim. 2011.
Pengeringan Lapis Tipis Biji
Jagung dengan Alat Pengering
Sistem Fluidasi. Jurnal
Keteknikan Pertanian, 25(1).
Universitas Brawijaya. Malang Rini,
I. 2000. Modifikasi proses
pembuatan tepung agar agar
dengan menggunakan
pengering semprot (Spray
Dryer) dan Pengering Drum
Widodo, W. 1991. Pemilihan Wadah
Simpan dan Bahan Pencampur
pada Penyimpanan Benih. Balai
Teknologi Perbenihan, Bogor.
Winarno, F. G. 1988. Teknologi
Pengolahan Jagung. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman
Pangan.
Winarno, F.G., S. Fardiaz, dan D.
Fardiaz. (1980). Pengantar

Anda mungkin juga menyukai