Anda di halaman 1dari 7

Ida Amalia Ramli, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol.

3 (2017) : S158-S164 S158

LAJU PENGERINGAN GABAH MENGGUNAKAN PENGERING TIPE EFEK RUMAH


KACA (ERK)
Drying Rate Of Grain Using Dryer Greenhouse Effect Type

Ida Amalia Ramli1), Jamaluddin2), Subari Yanto3)


1)Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian FT UNM,
2) dan 3)Dosen FT UNM

idha.amalia@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui laju pengeringan gabah
dengan menggunakan alat pengering tipe efek rumah kaca. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian eksperimen dengan pengeringan gabah selama 7 jam. Selama proses
pengeringan, dilakukan pengukuran suhu pada ruang pengering menggunakan
termometer. Selain itu, untuk mengetahui perubahan kadar air dilakukan uji kadar air
sebelum dan sesudah pengeringan menggunakan metode oven. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kadar air awal pada gabah yaitu 24,21% (bb). Laju pengeringan
gabah tertinggi terjadi pada awal pengeringan yaitu pada menit ke 30 air menguap
sebesar 0,17% (bb / mt). Laju pengeringan terus terjadi, namun seiring dengan
bertambahnya waktu pengeringan dan semakin keringnya bahan sehingga pada tahap
akhir air menguap mendekati 0 dengan kadar air akhir yang diperoleh yaitu 7,24% (bb).
Kata Kunci : Gabah, Kadar Air, Laju Pengeringan
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the rate of drying of grain using dryers of
Greenhouse effect type. This research is a type of experimen research by drying of grain
for 7 hours. During the drying process, conducted temperature measurement of on the
dryer room is using a thermometer. In addition, to determine changes water content
conducted water content test before and after drying use oven method. The results
showed that the initial water content of the in grain that is 24.21% (bb). The of in grain
highest drying rate occurs at the beginning of drying is in the 30th minute water evaporate
at 0.17% (bb/mt). Drying rate continues to occur, but along with the increase drying time
and increasingly dryness of the ingredients so that in the final stages the water
evaporates approach 0 with the final water content obtained that is 7.24% (bb).
Keywords : Grain, Water Content, Drying Rate

PENDAHULUAN cara menguapkan air tersebut dengan


menggunakan energi panas.
Pengeringan merupakan salah Pengurangan kadar air dilakukan untuk
satu penanganan pasca panen mengurangi atau menghambat
yang sangat penting yang harus pertumbuhan mikroorganisme dan
dilakukan pada gabah. Metode kegiatan enzim yang dapat
pengeringan ini bertujuan untuk menyebabkan pembusukan akan
mengeluarkan atau menghilangkan terhenti, sehingga bahan yang
sebagian air dari suatu bahan dengan dikeringkan dapat bertahan lebih lama.
Ida Amalia Ramli, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : S158-S164 S159

Proses pengeringan pada terkendali (Totok, dkk, 2008). Prinsip


prinsipnya menyangkut proses pindah pengeringannya adalah radiasi yang
panas dan pindah massa yang terjadi masuk ke dalam bangunan pengering
secara bersamaan. Pertama, panas terperangkap di dalam bangunan yang
harus ditransfer dari medium panas ke berpenutup transparan, sehingga
bahan. Selanjutnya, setelah terjadi menyebabkan meningkatnya panas di
penguapan air, uap air yang terbentuk dalam bangunan, sehingga panas yang
harus dipindahkan melalui struktur bahan dihasilkan digunakan untuk menguapkan
ke medium sekitarnya. Proses ini akan air yang terkandung dalam produk
mengangkut fluida dimana cairan (Abdullah, dkk, 1993 dalam Ferdiansyah,
harus ditransfer melalui struktur bahan 2003).
selama proses pengeringan
berlangsung. TUJUAN
Umumnya, pengeringan gabah
Tujuan dari penelitian adalah
dilakukan secara konvensional yaitu
untuk mengetahui laju pengeringan
dengan pengeringan yang
gabah menggunakan pengering tipe
memanfaatkan sinar matahari langsung.
Efek Rumah Kaca (ERK).
Pengeringan gabah secara langsung
biasanya menghabiskan waktu selama METODE PENELITIAN
3-7 hari dan sangat tergantung besarnya
penyinaran matahari (Ivan, dkk, 2013). Jenis penelitian ini adalah
Kerugian pengeringan alami ialah terjadi penelitian kuantitatif dengan pendekatan
retak (checking) jika suhu matahari eksperimen yang terdiri dari 1 faktor
terlalu panas, sangat tergantung pada yaitu waktu pengeringan yang dilakukan
cuaca, dan membutuhkan tenaga selama 3 hari. Waktu pengeringan yang
operasional yang lebih banyak (Gatot, dilakukanselama 7 jam kemudian
1983). Selain itu, kelemahan lain dalam dilakukan pengambilan sample setiap 30
pengeringan alami yaitu tingkat susut menit selama pengeringan berlangsung.
hasil karena tercecer ataupun Alat yang digunakan dalam
termakan bintang lebih tinggi, adanya penelitian ini antara lain alat pengering
resiko gabah basah karena hujan, tipe Efek Rumah Kaca (ERK),
maupun gabah kotor akibat binatang timbangan digital, timbangan analitik,
atau kotoran pada lantai jemur, serta baskom, toples, aluminium foil,
kesulitan dalam mengontrol suhu termometer, oven, desikator, cawan,
(Shinta, 2015). penjepit cawan dan stopwatch.
Selain pengeringan gabah secara Adapun bahan baku yang
konvensional, gabah juga dapat digunakan dalam penelitian ini adalah
dikeringkan dengan menggunakan gabah basah varietas Ciherang yang
pengering buatan tipe Efek Rumah Kaca baru dipanen, diperoleh di Jl. Poros
(ERK). Pengeringan tipe ini merupakan Malino desa Lanna, Kecamatan
pengeringan buatan yang juga Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi
memanfaatkan sinar matahari. Hal Selatan.
tersebut digunakan selain dapat Penelitian ini dilaksanakan di
mempercepat proses pengeringan juga Laboratorium Program Studi Pendidikan
dapat mengurangi bercampurnya debu Teknologi Pertanian, Fakultas Teknik,
atau kotoran lainnya serta dapat lebih Universitas Negeri Makassar. Waktu
Ida Amalia Ramli, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : S158-S164 S160

penelitian ini dilaksanakan pada bulan Hal ini sesuai dengan pendapat (Ansar,
Februari–Maret 2017. Waktu dkk, 2012) menyatakan bahwa besarnya
pengeringan gabah dimulai pada suhu yang masuk ke dalam ruang
pukul 09.00-16.00 WITA. pengering tergantung pada sinar
matahari yang diterima oleh kolektor.
HASIL DAN PEMBAHASAN Selain itu, pola peningkatan dan
penurunan suhu pada ruang pengering
Profil Suhu
mengikuti pola intensitas matahari,yang
pada umumnya mengalami peningkatan
menjelang siang hari dan menurun
menjelang sore hari.
Pada proses pengeringan, suhu
udara selain berpengaruh terhadap
waktu pengeringan, juga akan
mempengaruhi kualitas bahan yang
dikeringkan. Semakin tinggi suhu udara
pengering maka relative humadity udara
akan semakin rendah, sehingga
menyebabkan transfer panas dan
Gambar 1 massa antara udara dan gabah akan
Profil suhu selama pengeringan semakin besar dan akhirnya
Gambar 1 menunjukkan bahwa proses pengeringan akan lebih cepat
suhu pada alat pengering selama (Affian, dkk, 2012).
penelitian selalu berfluktuatif. Pada awal Kadar Air
pengeringan, suhu ruang pengering
37 oC dan mengalami peningkatan
hingga pada menit ke 90 suhu mencapai
43oC. Namun, pada menit ke 120 suhu
pengering kembali menurun menjadi
40oC. Penurunan suhu tidak
berlangsung lama, di menit ke 180 suhu
kembali mengalami peningkatan menjadi
44oC. Peningkatan suhu terus terjadi,
pada menit ke 240 suhu ruang pengering
mencapai 54oC yang merupakan suhu
tertinggi pada periode pengeringan. Gambar 2
Menit ke 270-420 suhu pengering Kadar Air Gabah
kembali menurun hingga diakhir Berdasarkan Gambar 2
pengeringan menjadi 38oC. menunjukkan bahwa rata-rata kadar air
Perubahan suhu yang terjadi pada awal gabah yaitu 24.21% (bb). Kadar air
alat pengering disebabkan gabah selama pengeringan selalu
ketergantungan alat tersebut terhadap berkurang. Pada menit ke 30 penurunan
cuaca. Ketika intensitas cahaya kadar air gabah terlihat jelas
matahari meningkat maka akan terjadi pengurangan kadar air yang terjadi dari
peningkatan suhu pada alat pengering. kadar air awal 24.21% (bb) menjadi
Ida Amalia Ramli, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : S158-S164 S161

18.99% (bb), sehingga pengurangan Laju Pengeringan


kadar air diawal pengeringan mencapai
5.22%. Gabah Kering Giling (GKP)
secara umum mempunyai kadar air
antara 20%-27% (bb). Berdasarkan
Standar Nasional Indonesia (SNI)
kualitas gabah, baik kuliatas I hingga
kualitas III mensyaratkan kadar air
gabah maksimal 14% (bb) (BBKP-JT
2006) agar dapat disimpan dalam
jangka waktu 6 bulan yang disebut
Gabah Kering Giling (GKG) (Totok, dkk,
2008). Gambar 3
Hasil analisis kadar air gabah Laju Pengeringan Gabah
menunjukkan bahwa terjadi
pengurangan kadar air di setiap waktu Pada peristiwa pengeringan, air
pengeringan. Penurunan kadar air yang diuapkan terdiri dari air bebas dan
gabah tersebut selain disebabkan oleh air terikat. Laju pengeringan sangat
lama pengeringan, juga disebabkan oleh tinggi terjadi di awal pengeringan. Hal ini
suhu di setiap pengeringan. Kadar air disebabkan terdapat banyak air
gabah menurun secara simultan. Hal ini pada permukaan bulir gabah yang
sesuai dengan tujuan pengeringan tergolong air bebas. Sedangkan dengan
yaitu untuk mengurangi kandungan air bertambahnya waktu dan semakin
yag terdapat pada bahan. Pengurangan keringnya bahan, yang tersisa adalah
kadar air tersebut bertujuan untuk air terikat pada sel-sel bahan
memperpanjang masa simpan produk sehingga penurunan kadar air bahan
dan juga mempengaruhi mutu produk. semakin kecil dan akhirnya konstan
Ananingsih (2007) menyatakan bahwa (Wijaya, 2007).
dengan menurunnya air bebas hingga Hasil penelitian menunjukkan
mendekati nol, maka pertumbuhan bahwa ketika proses pengeringan
mikroorganisme, aktivitas enzim, dan berlangsung di dalam bahan terjadi
reaksi kimia dalam bahan akan terhenti proses penguapan air dari bahan ke
sehingga umur simpan (shelf life) udara sekitar setiap satuan waktu.
bahan pangan akan lebih panjang. Menurut Nishiyama (1982), proses
Apabila air bebas diuapkan seluruhnya, penguapan air dari bahan meliputi 5
maka kadar air bahan berkisar antara tahap, yaitu: (1) pelepasan ikatan
12-25% tergantung pada jenis bahan dari air ke bahan; (2) difusi air dan uap
serta suhu (Adawyah, 2007). air ke permukaan bahan; (3)
perubahan fase menjadi uap air;
(4) transfer uap air dari permukaan
bahan ke udara sekitarnya; dan (5)
perpindahan uap air udara.
Laju pengeringan yang terjadi
berdasarkan Gambar 3 menunjukkan
bahwa semakin lama waktu pengeringan
maka laju pengeringan akan semakin
Ida Amalia Ramli, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : S158-S164 S162

kecil yang mendekati nol. Laju


pengeringan akan semakin menurun
seiring dengan penurunan kadar air
selama pengeringan. Proses
pengeringan mempunyai 3 periode
utama yaitu periode pengeringan
dengan laju pengeringan tetap, periode
pengeringan menurun cepat, dan
periode laju pengeringan menurun
lambat. Periode laju pengeringan akan
tetap terjadi sampai air bebas pada
permukaan bahan telah hilang hingga Gambar 6
mencapai kadar air kritis (Hawa, dkk, Keterkaitan kadar air dan laju
2009). pengeringan gabah
Keterkaitan Suhu, Kadar Air, dan Laju Gambar 4, Gambar 5, dan
Pengeringan Gabah Gambar 6 menunjukkan adanya
keterkaitan antara suhu, kadar air, dan
laju pengeringan. (Taib, dkk, 1988),
menyatakan bahwa semakin tinggi suhu
dan kecepatan aliran udara pengering,
maka akan semakin cepat pula proses
pengeringan berlangsung. Semakin
tinggi suhu udara pengering, semakin
besar energi panas yang dibawa udara
sehingga semakin banyak massa cairan
yang diuapkan dari permukaan bahan
yang dikeringkan. Semakin tinggi suhu
Gambar 4. yang digunakan untuk pengeringan,
Keterkaitan Suhu dan Kadar Air semakin tinggi energi yang disuplai dan
semakin cepat laju pengeringan. Fitriani
(2008) dalam penelitiannya tentang
“Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan
terhadap Beberapa Mutu Manisan
Belimbing Wuluh Kering” menyatakan
bahwa semakin tinggi suhu dan lama
waktu pengeringan maka semakin
banyak molekul air yang menguap dari
belimbing yang dikeringkan sehingga
kadar air yang diperoleh semakin
rendah. Laju pengeringan akan
Gambar 5. menurun seiring dengan penurunan
Keterkaitan Suhu dan Laju pengeringan kadar air selama pengeringan.
Gabah Penurunan kadar air tersebut berkaitan
dengan persentasi kandungan air dalam
bahan pangan.
Ida Amalia Ramli, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : S158-S164 S163

Taufiq (2004), menyatakan bahwa Inderect Contact. Jurnal Teknologi


semakin besar temperature pengeringan Kimia dan Industri (On line) Vol. 1,
maka laju pengeringan akan semakin No. 1, Halaman 157-164,
meningkat. Hal tersebut disebabkan (http://ejournal- sl.undip.ac.id,
makin tinggi suhu udara pengering maka dikases 12 Juni 2016).
semakin tinggi energi panas yang
dibawa udara sehingga semakin banyak Ananingsih, K. (2007). Modul Kuliah:
jumlah massa cairan yang diuapkan dari Food Processing and Engineering.
permukaan bahan. Dengan adanya Teknologi Pengolahan Pangan,
kenaikan suhu pengering maka akan Unika Soegijapranata. Semarang.
menaikkan suhu bahan dan Ansar. Cahyawan. Safrani. 2012.
menyebabkan tekanan uap air di dalam Karakteristik Pengeringan Chips
bahan lebih tinggi dibandingkan tekanan Mangga Menggunakan Kolektor
uap air di udara, sehingga terjadi Surya Kaca Ganda. Jurnal
perpindahan uap air dari bahan ke Teknologi dan Industri Pangan
udara. (On line) Vol. XXIII, No. 2,
Keterbatasan Penelitian (http:journal.ipb.ac.id, diakses 2
Dalam pelaksanaan penelitian, Mei 2017).
kekurangan yang diperoleh yaitu suhu Ferdiansyah, Hadi. 2003. Kinerja Sistem
alat pengering yang berfluktuasi Pengering Tipe Efek Rumah Kaca
sehingga berpengaruh pada alat Dengan Mekanisme Penggetaran.
pengering. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
KESIMPULAN Fitriani, S. 2008. Pengaruh Suhu dan
Lama Pengeringan Terhadap
Pengeringan gabah menggunakan Beberapa Mutu Manisan
pengering tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi
dengan rata-rata kadar air awal L) Kering. Jurnal Sagu. 7(1):32-37.
gabah yaitu 24.21% (bb) diperoleh fase
laju pengeringan tertinggi terjadi di awal Gatot SH. 1983. Mempelajari Pengeruh
pengeringan pada menit ke 30 dimana Suhu Pengeringan dan Kadar Air
air yang menguap sebesar 0.17% Gabah Pada Proses Pemberasan
(bb/mt). Laju pengeringan senantiasa Terhadap Rendemen Beras
terjadi hingga diakhir fase laju Giling, Beras Kepala, Beras
pengeringan menuju nol dengan kadar Patah, dan Menir. IPB. Fakultas
air akhir yang diperoleh yaitu 7.24% (bb). Teknologi Pertanian Bogor.
DAFTAR PUSTAKA Hawa, La Choviya. Sumardi H.S. Elfira,
P.S. 2009. Penentuan
Adawiyah, R. 2007. Pengolahan dan Karakteristik Pengeringan Lapisan
Pengawetan Ikan. Bumi Aksara, Tipis Ikan Kembung (Rastrelliger
Jakarta. sp.) Jurnal Teknologi Pertanian
(On line) Vol.10 No. 3 Halamana
Affian, W. Ridwan. Djaeni, M. Ratnawati .
153-161, (http://jtp.ub.ac.id,
2012. Penggunaan Zeolite
diakses 18 Maret 2017).
Sintesis Dalam Pengeringan
Gabah Dengan Proses Fluidisasi
Ida Amalia Ramli, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : S158-S164 S164

Ivan, A. G. Aulia, R.M. Siswo,S. 2013. Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi


Pengeringan Gabah dengan Pertanian. IPB. Bogor.
Menggunakan pengering
Resirkulasi Kontinyu Tipe
Konveyor Pneumatik. (on line),
Vol. 2, No. 3, (http://ejournal-
sl.undip.ac.id, diakses 12 Juni
2016).
Nishiyama. 1982. Deep Layered grain
drying simulation. J of The Fac of
Agriculture vol 16 (1). Iwate
University.
Shinta, D. Ardhiyanti. 2015. Praktek
Pengeringan Padi yang
Sederhana.(http://m.tabloidsinarta
ni.com, diakses 18 Oktober 2016)
Taib, G., Sa’id, E.G. Wiraatmaja, S.
1988. Operasi Pengeringan Pada
Pengolahan Hasil Pertanian.
Mediyatama Sarana Perkasa,
Jakarta.
Taufiq, Muchamad. 2004. Pengaruh
Temperatur Terhadap Laju
Pengeringan Jagung Pada
Pengering Konvensional dan
Fluized Bed. Skripsi. Fakultas
Teknik. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Totok, Prasetyo., Kamaruddin.A., I.
Made. K.D. 2008. Pengaruh
Waktu Pengeringan dan
Tempering Terhadap Mutu Beras
pada Pengeringan Gabah Lapisan
Tipis. Jurnal Ilmiah Semesta
Teknika (on line), Vol. 11, Nomor
1 (http://journal.umy.ac.id, diakses
09 Juni 2016).
Wijaya, Aji. 2007. Uji Kinerja Mesin
Pengering Tipe Efek Rumah Kaca
(ERK) Berenergi Surya dan
Biomassa Untuk Pengeringan Biji
Pala (Myristica sp.) Di UD Sari
Awi, Ciherang Pondok, Caringin,

Anda mungkin juga menyukai