NIM : 1177060093
Kelas : Agroteknologi 7C
Mata Kuliah : Praktikum Pasca Panen
Pengeringan Alami
a. Massa
Perubahan karakteristik cabai puyang yang mudah diamati adalah
terjadinya penyusutan massa dari awal hingga akhir proses pengeringan.
Pada pengeringan cabai puyang segar massa menyusut sampai akhir
pengeringan menjadi 26,58%. Pada cabai puyang blansing menyusut
menjadi 25,47% dari massa awal. Cabai puyang segar akan mengalami
penurunan massa secara cepat pada hari pertama (6 jam awal) lalu
melambat hingga hari keempat pengeringan. Cabai puyang blansing
mengalami penurunan massa secara cepat pada 6 jam awal lalu konstan
hingga akhir pengeringan.
b. Panjang
Perubahan karakteristik cabai puyang yang diamati selanjutnya adalah
penyusutan panjang dari awal sampai akhir proses pengeringan. Dimana
nilai penyusutan panjang cabai puyang sampai akhir pengeringan yaitu
65,60 %. Pada cabai puyang blansing mengalami penyusutan sampai akhir
proses pengeringan menjadi 67,14%.
c. Lebar
Lebar buah cabai puyang diamati dengan mengukur diameter tengah cabai
puyang yang mengalami penyusutan saat proses pengeringan. Cabai
puyang segar mengalami fluktuasi penyusutan lebar yaitu menurun sampai
akhir pengeringan mencapai 58,82%. Pada cabai puyang blansing,
penyusutan lebar menjadi 61,65% pada akhir pengeringan.
d. Tebal
Tebal cabai puyang juga diamati penyusutannya selama proses
pengeringan. Cabai puyang menyusut sampai akhir pengeringan yaitu
59,09%. Cabai puyang blansing, menyusut sampai akhir pengeringan
dengan nilai penyusutan cabai puyang menjadi 63,68%.
Uji Pengeringan Biji Jagung (Zea mays. Sp) Menggunakan Alat Pengering
Biji Bijian Tipe Rak (Tray Drayer)
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
penting Selain gandum dan padi. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga
ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya
(dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau
maizena), dan beberapa bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung
tongkolnya). Penanganan pasca panen yaitu pengeringan merupakan tahap yang
penting untuk menjaga kualitas jagung selama masa penyimpanan. Pada saat ini
pengeringan jagung dijalankandengan dua cara yaitu dengan sinar matahari
langsung pemanas buatan. Pengeringan model pertama terkendala dengan
ketergantungan pada musim, dimana pengeringan hanya dapat dijalankan jika
intensitas sinar matahari cukup danhari tidak hujan. Selain itu hasil proses
pengeringan memiliki kandungan air yang tidak seragam tergantung dari
kelembaban relatif udara sekitar pada saat proses pengeringan.
a. Kadar Air
Perubahan kadar air biji jagung selama dalam proses pengeringan
menggunakan mesin pengering biji-bijian tipe rak (Tray Dryer) mula-mula
mengalami penurunan lebih cepat. Hal tersebut disebabkan karena mula-
mula penguapan air terjadi dipermukaan, selanjutnya kadar air biji jagung
mengalami penurunan secara perlahan. Hal tersebut disebabkan karena air
yang ada dalam biji jagung sudah mulai pengaliran keluar dipermukaan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari perubahan kadar air, maka dapat
diketahui bahwa dengan menggunakan suhu yang rendah dan lama
pengeringan yang cepat akan menghasilkan perubahan kadar air yang
rendah pula, sedangkan dengan menggunakan suhu yang tinggi dan lama
pengeringan yang lama akan menghasilkan perubahan kadar air yang
tinggi pula.
b. Laju Pengeringan
Berdasarkan hasil perhitungan, proses pengeringan biji jagung terjadi
peningkatan laju pengeringan yang tinggi karena pada tahap ini diduga
terjadi kontak langsung antara biji jagung dengan media udara panas pada
ruang pengering. Pada proses pengeringan tahap selanjutnya hingga tahap
akhir pengeringan laju pengeringan cenderung konstan, hal tersebut terjadi
karena adanya besarnya suhu biji pada jagung sudah hampir mencapai
suhu udara panas ruang pengering sehingga transfer panas kedalam bahan
semakin kecil.
Pada peristiwa pengeringan, air yang diuapkan terdiri dari air bebas dan air
terikat. Laju pengeringan sangat tinggi terjadi di awal pengeringan. Hal ini
disebabkan terdapat banyak air pada permukaan bulir gabah yang
tergolong air bebas (amalia, 2017).
Hall (1957) menyebutkan jika hasil panen dikeringkan maka akan
mengalami dua fase pengeringan, yaitu fase laju pengeringan tetap dan
fase laju pengeringan menurun. Kemudian Henderson dan Perry (1976)
mengemukakan bahwa kedua periode ini dibatasi oleh kadar air kritis yaitu
kadar air terendah saat laju aliran air bebas dalam bahan ke permukaan
sama dengan laju pengambilan uap air maksimum dari bahan. Nasution
(1982) mengemukakan laju pengeringan suatu bahan yang terjadi pada air
permukaan yang bebas disebut laju pengeringan yang konstan.