PENDAHULUAN
Proses pascapanen meliputi serangkaian kegiatan penanganan hasil panen, mulai dari
pemanenan sampai menjadi produk yang siap di konsumsi. Penanganan pascapanen jagung
merupakan salah satu mata rantai penting dalam usaha tani jagung. Hal ini di dasarkan
kenyataan bahwa petani umumnya memanen jagung pada musim hujan dengan kondisi
lingkungan yang lembab dan curah hujan masih tinggi (Firmansyah, 2009).
Provinsi Lampung menjadi daerah penghasil jagung terbesar nasional setelah Jawa
Timur dan Jawa Tengah. Pada tahun 2016 produksi jagung mencapai 1,7 ton, tahun 2017
meningkat hingga 2,4 juta ton. Secara nasional Lampung menyumbang 8,59% produksi
nasional. Salah satu program pendukungnya yakni fasilitas pengembangan jagung 189 ribu
hektare dan pembukaan lahan baru seperti di Kota Terpadu Mandiri (KTM) Mesuji. Total
Salah satu tahapan proses untuk meningkatkan kualitas jagung yaitu dengan cara
pengeringan. Pengeringan adalah proses pengeluaran air dari suatu bahan sampai kadar air
keseimbangan dengan udara lingkungan atau sampai kadar air tertentu di mana jamur, enzim
dan isekta yang bersifat merusak tidak dapat aktif (Henderson dan Perry 1976).
Pengeringan hasil panen pertanian merupakan masalah utama yang sering dihadapi
oleh petani tradisional. Kadar air awal yang cukup tinggi dan cuaca yang tidak mendukung
sering menjadi kendala yang sangat sulit dihadapi. Proses pengeringan yang banyak
dilakukan secara konvensional adalah menjemur produk yang akan dikeringkan dibawah
sinar terik matahari. Cara ini memerlukan waktu yang lama dan apabila digunakan untuk
terkontaminasi oleh polutan. Agar hasil pertanian tetap bertahan dalam jangka waktu yang
lama maka perlu dilakukan pengeringan dengan menggunakan teknologi pengeringan yang
sesuai.
Pengeringan merupakan upaya untuk mengurangi kandungan air pada bahan hingga
tercapainya kadar air yang seimbang dengan lingkungan sekitar. Tujuan proses pengeringan
adalah untuk mengurangi kadar air sehingga memperlambat laju kerusakan bahan oleh
antara lain suhu, tekanan, dan mekanisme perpindahan bahan. Salah satu alat pengering
buatan untuk mengeringkan jagung adalah pengering Bed Dryer. Alat ini memiliki ruang
pengering (plenum) berbentuk silinder dan berdiri secara vertikal. Alat pengering ini lebih
sesuai dipergunakan untuk mengeringkan bahan pangan berbentuk bijian(padi dan jagung).
pengeringan dilakukan pengaturan terhadap suhu, kelembaban (RH) dan aliran udara.
Perubahan kadar air dalam bahan pangan disebabkan oleh perubahan energi dalam proses
(jagung) mampu mempertahankan mutu produknya terhadap perubahan fisik dan kimiawi
mudah dioperasikan, mudah dibongkar pasang, mudah dipindahkan, mudah diperbaiki dan
mengeringkan jagung menghasilkan waktu pengeringan rata-rata 7 jam dengan kadar air
ekonomi untuk melihat kelayakan finansialnya. Hal ini yang menjadi latar belakang
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kelayakan ekonomi atau
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang alat mesin
TINJAUAN PUSTAKA
bahan pangan sehingga memiliki daya simpan yang cukup lama. Menurut Arianto (2010)
dalam Hargono (2012) bahwa kadar air pada produk pangan yang aman disimpan dan
untuk diolah lagi adalah 15% atau kurang maka aktivitas mikroba, bakteri, dan jamur
menjadi terhambat sehingga jagung dapat dipasarkanke tempat-tempat jauh dan akan tahan
lama. Dari proses pengeringan, hasil yang diperoleh ialah bahan akhir yang memiliki kadar
air setara dengan kadar air keseimbangan udara (atmosfir) atau setara dengan nilai aktifitas
air (Aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis. Pengertian dari proses pengeringan
berbeda dengan proses penguapan (evaporasi). Proses penguapan atau evaporasi merupakan
suatu proses pemisahan uap air dalam bentuk murni dari suatu campuran yang berupa
larutan atau bahan cair dalam jumlah volume yang relatif banyak.
Tujuan pengeringan adalah menurunkan kadar air biji sehingga aktivitas biologis
terhenti dan mikroorganisme serta serangga tidak bisa hidup di dalamnya, meningkatkan
daya simpan biji jagung, meningkatkan nilai ekonomi jagung, pengangkutan lebih ringan
Prinsip dasar proses pengeringan adalah proses terjadinya pindah panas dari alat
pengering dan difusi air (pindah massa) dari bahan yang dikeringkan. Pindah panas air
tersebut memerlukan perubahan fase air dari cair menjadi uap, sehingga proses perubahan
tersebut memerlukan panas laten. Menurut Djaeni, dkk (2011) pengering dengan
pemanasan konveksi (oven, fluidisasi) dimana udara panas dihasilkan melalui proses
pemanasan baik dengan steam, listrik, atau gas hasil pembakaran, lebih handal dari
pengering matahari. Pada sistem ini waktu operasi lebih singkat, kontaminasi produk
rendah, kadar air dalam produk dapat dikontrol, tidak ada ketergantungan terhadap musim,
serta biaya buruh dapat ditekan. Namun kualitas produk mengalami penurunan akibat
introduksi panas, dan efisiensi pengeringan rendah atau boros energi. Bahkan pada
pengeringan jagung dengan suhu >60⁰ C terjadi kerusakan pada tekstur dan kandungan
proteinnya.
kecepatan aliran udara pengering, kandungan air yang diinginkan, energi pengering, dan
kapasitas pengering. Pengeringan yang terlampau cepat dapat merusak bahan, oleh karena
permukaan bahan terlalu cepat kering sehingga kurang bisa diimbangi dengan kecepatan
gerakan air di dalam bahan yang menuju permukaan bahan tersebut. Adanya pengeringan
cepat menyebabkan pengerasan pada permukaan bahan, selanjutnya air di dalam bahan
tersebut tidak dapat lagi menguap karena terhambat. Dalam pengeringan, keseimbangan
kadar air menentukan batas akhir dari proses pengeringan. Kelembapan udara nisbi serta
suhu udara pada bahan kering biasanya mempengaruhi keseimbangan kadar air. Pada saat
kadar air seimbang, penguapan air pada bahan akan terhenti dan jumlah molekul - molekul
air yang akan diuapkan sama dengan jumlah molekul air yang diserap olehpermukaan
bahan.
1. Digunakan untuk pemanasan fluida yang mempunyai perbedaan suhu antara inlet dan
2.2 Jagung
Tanaman jagung (Zea mays) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan.
setelah gandum dan padi. Oleh karena itu, mutu jagung perlu ditingkatkan dengan
penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen sampai siap konsumsi untuk
Jagung merupakan salah satu komoditas strategis bagi Indonesia karena peranannya
sangat penting, baik untuk kebutuhan pangan dan pakan maupun industri lainnya. Pada
masa yang akan datang, Indonesia tidak mustahil akan menggunakan jagung sebagai salah
satu bahan baku alternatif untuk industri biofuel. Penggunaan komoditi jagung lebih
didominasi untuk bahan baku utama industri pakan ternak, yaitu sebesar 51 persen.
Selanjutnya diikuti penggunaan bahan pangan antara lain pangan langsung, bahan baku
minyak nabati non kolesterol, tepung jagung dan makanan kecil (Zakaria, 2011).
Pengeringan jagung adalah proses penurunan kadar air jagung sampai mencapai nilai
tertentu sehingga siap untuk diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang
lama. Jika butiran jagung yang akan disimpan tidak dikeringkan, maka bahan akan berubah
Pengeringan butiran berkadar air tinggi, dapat dilakukan baik dalam waktu lama pada
suhu udara pengering yang rendah atau dalam waktu yang lebih pendek pada suhu yang
lebih tinggi. Jika waktu yang dilakukan untuk pengeringan terlalu lama, dapat
menyebabkan penjamuran dan pembusukan, apalagi jika dilakukan pada musim penghujan.
Sebaliknya, temperatur yang terlalu tinggi bisa menyebabkan kerusakan baik secara fisik
maupun kimia terhadap butiran tersebut, khususnya untuk bahan- bahan yang sangat
Proses pasca panen jagung terdiri dari atas serangkaian kegiatan yang dimulai dari
pemetikan dan pengeringan tongkol, pemipilan tongkol, pengemasan biji, dan penyimpanan
sebelum dijual ke pedagang pengumpul. Semua proses tersebut apabila tidak ditangani
dengan baik akan menurunkan kualitas produk karena berubahnya warna biji akibat
Kehilangan hasil jagung pada pascapanen dapat berupa kehilangan kuantitatif dan
kualitatif. Kehilangan kuantitatif merupakan susut hasil akibat tertinggal di lapang waktu
panen, tercecer saat pengangkutan, atau tidak terpipil. Kehilangan kualitatif merupakan
penurunan mutu hasil akibat butir rusak, butir berkecambah, atau biji keriput selama proses
yang memadai, padahal petani umumnya memanen jagung pada musim hujan dengan kadar
air biji di atas 35%. Oleh karena itu, diperlukan inovasi teknologi prosesing yang tepat, baik
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan
saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui besar biaya
produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan. Biaya variabel adalah biaya yang
besarnya tergantung pada output yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang
dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya
yang tidak tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan (Priyo, 2012).
Jenis-jenis analisis ekonomi yaitu Ekonomi deskriptif, Teori ekonomi, dan Ekonomi terapan.
pengetahuan bertujuan untuk menganalisis kenyataan yang wujud di alam semesta dan
mengambarkan sifat hubungan yang wujud dalam kegiatan ekonomi, dan ramalan tentang
peristiwa yang terjadi apabila suatu keadaan yang mempengaruhinya mengalami
perubahan. Ekonomi terapan disebut juga sebagai teori kebijakan ekonomi, yaitu cabang
ilmu ekonomi yang menelaah tentang kebijakan yang perlu dilaksanakan untuk mengatasi
masalah-masalah ekonomi.
Investasi pada suatu usaha harus didasarkan pada perhitungan ekonomis agar
usaha tersebut tidak merugi. Seiring waktu yang berjalan nilai usaha tersebut akan
mengalami penyusutan dan terjadinya inflasi. Hal ini harus disadari oleh para investor
Biaya tetap (Fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan baik pada saat mesin
digunakan maupun dalam keadaan tidak digunakan. Biaya ini tidak tergantung pada
pemakaian alat atau mesin. Biaya penggunaan per jam tidak berubah dengan penggunaan
jam kerja tiap tahun dari pemakaian alat mesin tersebut (Penson, et al., 1982 dalam
Risyanto, 2007). Biaya-biaya yang termasuk dalambiaya tetap adalah biaya penyusutan,
a) Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan dihitung berdasarkan umur ekonomisnya. Umur dari suatu alat
dinyatakan dalam tahun atau jumlah jam kerja, dan lamanya akan sangat dipengaruhi
oleh cara dan pemeliharaannya. Dalam perhitungan biaya penyusutan dikenal 4 metode,
yaitu:
(straight line method) yang juga memperhatikan bunga modal. Metode garis lurus
adalah metode yang pada dasarnya memberikan hasil perhitungan yang sama setiap
Biaya gudang atau bagunan dihitung sebagai akibat tidak adanya gudang atau garasi
pada alat atau mesin. Seperti diketahui bahwa dengan adanya gudang maka perbaikan mesin
akan menjadi mudah dan aman, pemeliharaan yang teratur dan baik, serta dapat mengurangi
kerusakan alat atau mesin yang dapat mencegah berkurangnyausia ekonomis alat. Besarnya
biaya gudang diperkirakan sebesar 1% dari harga mesin (P) per tahun.
Menurut Giatman (2006), biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya-biaya yang
dikeluarkan pada saat alat atau mesin bekerja dan jumlahnya tergantung
pada jumlah jam kerja pemakaian pada saat digunakan. Perhitungan biaya tetap dilakukan
dalam satuanRp/tahun. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya operator, biaya pemakaian listrik,
biaya bahan bakar, biaya perawatan dan perbaikan, sertabiaya lain-lain yang tidak terduga.
a) Biaya Operator
Biaya operator adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengupah seseorang yang bertugas
untuk mengoperasikan alat atau mesin yang digunakan. Dasar penentuan biaya operator
adalah besarnya upah minimum kota (UMK) biasanya dinyatakan dalam satuan Rp/hari atau
Rp/jam atau juga menggunakan upah uruh harian yang sesuai dengan upah buruh daerah
temapt dilaksanakannya penelitian. Operator yang digaji bulanan dapat dikonversikan dalam
Biaya pemakaian listrik adalah biaya yang dikeluarkan untuk menggerakkan atau
mengoperasikan suatu alat atau mesin yang menggunakan tenaga listrik. Listrik dibutuhkan
untuk menggerakkan dynamo kipas.. Biaya listrik dapat ditentukan dengan menggunakan tarif
dasar listrik yang berlaku pada Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang dinyatakan dalam
Rp/kWh. Besarnya biaya listrik bergantung pada besarnya tenaga alat atau mesin yang
Biaya bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan bakar yang
dibutuhkan untuk pembakaran di ruang pemanasan. Harga yang digunakan adalah harga
daerah setempat. Dengan mengetahui biaya bahan bakar di lokasimaka akan didapat biaya
dalam Rp/tahun.
Biaya pemeliharaan, yang dinyatakan dalam rupiah per tahun, termasuk ke dalam
usnur komponen biaya tidak tetap (variable cost). Besarnya biaya ini tergantung pada
tingkat pemakaian serta kerusakan yang terjadi. Biaya penggantian bagian- bagian alat
yang rusak maupun penggantian secara rutin juga termasuk dalam biaya pemeliharaan.
Biaya pemeliharaan dikeluarkan untuk memberikan kondisi kerja yang baik bagi mesin dan
pengolah hasil pertanian beserta mesin penggeraknya diperkirakan sebesar 5% P per tahun.
e) Biaya Lain-lain
Yang dimaksud dengan biaya lain-lain adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk
mengganti suatu bagian atau suku cadang mesin yang memerlukan suatu penggantian
Biaya total adalah biaya keseluruhan yang diperlukan untuk mengoperasikan suatu
mesin pertanian, biaya ini merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap yang
dinyatakan dalam satuan Rp/tahun.
2.4.4. Biaya Pokok Pengeringan
diperlukan alat pengering untuk mengeringkan kakao setiap kilogram. Untuk dapat
menghitung biaya pokok pengeringan pada mesin pengering, diperlukan data kapasitas
mesin pengering jagung tipe Bed Dryer. Apabila kapasitas mesin diketahui atau dapat
dihitung, maka biaya pokok per satuan produk dapat dicari dengan membagi biaya total
dengan jumlah jam kerja mesin tersebut lalu dikalikan dengan kapasitas mesin tersebut.
Menurut Giatman (2006), BEP atau titik impas adalah suatu tingkat usaha
pengelolaan alat dan mesin dimana pemasukan dan pengeluaran mencapai titik nilai yang
sama. Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapakah
suatu perusahaan akan mulai mendapatkan keuntungan. Analisis ini juga dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui kaitan antara jumlah produksi, harga jual, biaya produksi,
keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh pada suatu tingkat produksi tertentu. Titik
impas akan dicapai pada saat jumlah penerimaan sama dengan jumla biaya atau
tahap awal perlu melalui langkah perhitungan yang sama, yaitu penyusunan arus kas pada
setiap tahun selama umur usaha, baik untuk arus biaya maupun manfaat. Untuk menilai
kelayakan suatu usaha atau membuat peringkat beberapa usaha, dapat digunakan beberapa
kriteria. Adapun kriteria yang paling banyak digunakan adalah net present value (NPV),
benefit cost ratio (B/C ratio), dan internal rate of return (IRR).
Net present value (NPV) adalah jumlah selisih antara nilai terkini dari pemasukan
(benefit) dan nilai terkini dari pengeluaran (cost). Analisis NPV digunakan untuk
Benefit costratio (B/C ratio) adalah perbandingan antara nilai terkini dari pemasukan
(benefit) dan nilai terkini dari pengeluaran (cost) yang digunakanuntuk mengetahui apakah
IRR merupakan tingkat pengembalian modal yang digunakan dalam suatu usaha, yang
nilainya dinyatakan dalam persen per tahun. Suatu usaha yang layak dilaksanakan akan
mempunyai nilai IRR yang lebih besar dari nilai discount rate. Nilai IRR merupakan nilai
investasi yang diukur dari pendapatan rata-rata yang diperoleh dari kegiatan usaha. Metode
analisis payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa lama(periode) investasi akan
dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi break even- point (jumlah arus kas masuk sama
dengan jumlah arus kas keluar). Analisis payback period dihitung dengan cara menghitung
waktu yang diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas keluar.
Dari hasil analisis payback period ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif
dengan periode pengembalian lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan
e) Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari
sebelumnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan atau dilaksanakan Pabrik Kawanua Pork Luther FARM,
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengering jagung tipe Bed
mesin, rincian biaya yang dikeluarkan selama pengujian, dan rincian spesifikasi mesin
Data-data yang diperlukan sesuai isian dengan data dan rincian biaya yang telah
dikeluarkan. Data-data yang diperlukan adalah rincian data analisis ekonomi mesin
pengering jagung tipe silinder vertikal, biaya pembelian mesin, suku bunga bank, umur
ekonomis mesin, jumlah operator, upah operator, kapasitas mesin, jam kerja mesin, hari
kerja mesin, daya kipas, biaya listrik, kebutuhan bahan bakar, biaya bahan bakar, dan biaya
jasa pengeringan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Metode survei merupakan
metode yang menggunakan perlakuan dalam pengumpulan data (kuesioner, wawancara, dan
sebagainya) kemudian semua data yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis.
Data-data yang diperoleh digunakan untuk menentukan biaya tetap, biaya tidak tetap,
biaya total, biaya pokok pengeringan, pendapatan, analisis titik impas, Net Present Value,
B/C Ratio, dan IRR. Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat
pengujian dan pengolahan data, yaitu antara bulan Maret sampai April 2023.
Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian.
3.5.1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya ini biasanya tidak berhubungan langsung dengan pemakaian, Jadi biaya tetap
adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode akan tetap jumlahnya. Biaya tetap sering
juga disebut biaya kepemilikan (ownership cost). Biaya ini tidak tergantung pada produk
yang dihasilkan dan bekerja atau tidaknya mesin serta besarnya relatif tetap. Dengan
demikian biaya tetap dapat didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat
a) Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan adalah biaya bukan uang yang dibebankan pada produksi. Ada 4
metode penyusutan yaitu metode garis lurus, metode penjumlahan angka tahun, metode
pengurangan berganda, dan metode sinking fund. Namun demikian metode perhitungan
biaya penyusutan yang paling umum digunakan adalah metode garis lurus. (Molenaar, et al.,
2016).
S = 10% × P (1)
i(1+i)n
Crf = (1+i) −1n (2)
D = (P – S) × Crf (3)
Keterangan:
Bangunan atau gudang dapat dianggap sebagai unit yang terpisah dan berbeda dari
komponen unit-unit produksi dan dapat pula dianggap sebagai satu kesatuan
unit terpisah maka penentuan biaya dilakukan sesuai dengan individu- individu mesin yang
dipecah secara khusus dengan menghitung biaya penyusutan dan pemeliharaan tahunan pada
Rumus
BG = 1% × P (4)
Dimana:
Biaya total adalah jumlah keseluruhan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap
Rumus
FC = D + BG (5)
Dimana:
Biaya tidak tetap atau variable cost adalah biaya yang dikeluarkan pada saat alat dan
mesin beroperasi dan jumlahnya bergantung pada jam pemakaiannya atauvolume pekerjaan.
Apabila jumlah satuan produk yang diproduksi pada masatertentu naik, maka jumlah biaya
variabel juga naik, perhitungan biaya variabel dilakukan dalam satuan Rp/jam. (Molenaar et
al., 2016). Contoh biaya yang termasuk biaya variabel dalam pengoperasian berbagai
peralatan dan mesin pertanian antara lain biaya bahan bakar dan pelumas, biaya
Biaya operator biasanya dinyatakan atas dasar per hari atau per jam. Upah seorang
operator yang melayani sejumlah mesin otomatik ditentukan atas dasar waktu yang
Biaya operator biasanya dinyatakan atas dasar per hari atau per jam. Upah seorang
operator yang melayani sejumlah mesin otomatik ditentukan atas dasar waktu yang
Op ×U op
BO = JKb (6)
Keterangan:
1. Pelumasan
5. Pengecetan, pembersiahan/pencucian.
dapat ditentukan atas dasar tahunan. Pelumasan dan pergantian biasa yang
Rumus:
BPP =P× m
1260 jam (7)
Keterangan:
BL = W × HBL × JK × HK (8)
Keterangan:
Keterangan :
TC =FC + VC (10)
Keterangan :
FC = Biaya tetap
(Rp/tahun)
BP = TC (11)
X×k
Keterangan :
a) Penerimaan
B = k × BJP (12)
Keterangan:
B = Benefit/penerimaan (Rp/tahun)
(Rp/kg)
b) Pengeluaran (C)
C = k × BP (13)
Keterangan:
C = Pengeluaran (Rp/tahun)
π =B–C (14)
Keterangan:
π = Pendapatan (Rp/tahun)
VC (15)
VCunit = K
BEP = FC
P−VCunit (16)
Keterangan :
Jika jumlah jagung yang dikeringkan oleh mesin pengering dalam 1 tahun
lebih kecil dari BEP, maka penggunaan mesing pengering tersebut rugi. Namun
jikajumlah
jagung yang dikeringkan dalam 1 tahun lebih besar dari BEP maka penggunaan mesin
Ekonomi diperlukan discount factor (DF) atau faktor potongan dengan rumus :
DF = i
t
(1+i) (17)
Keterangan :
Keterangan :
t = Tahun ke-t
Jika NPV > 0, maka mesin pengering ini dapat digunakan. Sedangkan jika NPV < 0,
maka mesin pengering tidak layak digunakan. Artinya, jika NPV = 0, maka
discount rate yang berlaku. Untuk NPV > 0, proyek dapat dilaksanakan dengan
memperoleh keuntungan sebesar nilai NPV. Sedangkan apabila NPV < 0, maka
Metode perhitungan B/C Ratio menggunakan Gross Benefit /Cost Ratio (Gross B/C
Bt
∑ t
B/C Ratio= (1+i )
Ct (19)
∑
( 1+i )t
Jika B/C Ratio> 1, maka penggunaan mesin pengering tersebut layak. Sedangkan
jika B/C Ratio ˂ 1, maka penggunaan mesin pengering tersebut tidak layak.
Menurut Priyo (2012), untuk memperoleh nilai IRR dilakukan perhitungan dengan
trial and error karena tidak dapat diselesaikan secara langsung. Prosedurpenentuan
Menentukan suatu nilai i yang diduga mendekati nilai IRR yang dicari (dilambangkan
dengan i’). Dengan nilai i’, akan dihitung nilai NPV arus kas biaya dan manfaat setiap
tahun. Apabila NPV yang dihasilkan bernilai positif, berarti bahwa nilai dugaan i’
terlalu rendah. Untuk itu dipilih nilai i’ yang lebih tinggi. Tahap berikutnya dipilih
nilai i” yang lebih tinggi lagi yang diharapkan dapat memberikan nilai NPV negatif.
Nilai NPV dengan i’ dilambangkan dengan NPV’, dan nilai NPV dengan i”
dilambangkan dengan NPV”, maka perkiraan nilai IRR dapat didekati dengan
persamaan berikut :
IRR = i′ + NPV 𝐹
(i" − i′) (20)
NPV −N𝐹 PV"
Nilai IRR yang diperoleh merupakan nilai pendekatan , karena hubungan antara
perubahan i dan NPV tidak merupakan suatu garis linier, sehingga ketepatan atau
besarnya penyimpangan nilai IRR akan dipengaruhi besarnya nilai i’ dan i”.
Artinya semakin kecil perbedaan nilai i’ dan i”, maka nilai IRR yang diperoleh
semakin mempunyai ketepatan yang lebih tinggi atau mendekati nilai sebenarnya.
Dari perhitungan IRR yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai berikut: Jika
IRR >discount rate maka usaha layak untuk dilaksanakan sedangkan jika IRR
<discount rate maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Untuk memperoleh nilai
IRR dari persamaan di atas dilakukan dengan trial and error karena tidak dapat
Fathani, H. 2008. Rancang Bangun Alat Pengering Gabah Tipe Silinder Vertikal.
(Skripsi). Bandar Lampung. Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Giatman, M. Ekonomi Teknik. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 212 hlm. Hargono.,
Putra, M. 2018. Uji Kinerja Alat Pengering Silinder Vertikal Pada Proses
Pengeringan Jagung ( Zea mays ssp.mays). (Skripsi). Jurusan Teknik
Pertanian. Universitas Lampung.
Riansyah, A., Supriadi, A., Nopianti, R. 2013. Pengaruh Perbedaan Suhu dan
Waktu Pengeringan Terhadap Karakteristik Ikan Asin Sepat Siam
(Trichogaster pectoralis) Dengan Menggunakan Oven. Jurnal Teknologi
Hasil Perikanan. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. 2 (1) 53-68.
Zakaria, A.K. 2011. Kebijakan Antisipatif dan Strategi Penggalangan Petani Menuju
Swasembada Jagung Nasional. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. 9 (3) 261-
274