LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Retensi Air, Equilibrium Moisture Content (EMC))
Oleh :
Nama : Saeqalbu Yabsuthurrizkon
NPM : 240110200098
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 13 Oktober 2022
Waktu / Shift : 15.30 – 17.00 WIB / B1
Asisten Praktikum : 1. Annisa Pusponegoro
2. Maya Irmayanti
3. Shintya Devita Maharani
4. Shitah Khoerunnisa
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Kadar air produk pertanian memainkan peran yang sangat penting dalam
menjaga kualitas dan umur simpan produk pertanian. Pembusukan pascapanen
produk pertanian disebabkan oleh tingginya kadar air produk pertanian.
Kelembaban bahan harus diturunkan ke tingkat air yang sesuai dengan kondisi luar
ruangan normal atau ke tingkat kelembaban yang sesuai dengan air, sehingga
produk berada pada tingkat yang aman tanpa kerusakan. Tujuan dari proses
pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air produk pertanian. Proses
pengeringan dipengaruhi oleh jenis produk pertanian yang digunakan, bentuk
bahan, ukuran bahan, kadar air yang dikandungnya dan suhu yang diberikan selama
pengeringan. Perbedaan antara proses pendinginan dan pengeringan adalah selama
proses pendinginan, kandungan air dalam produk pertanian meningkat, yang
meningkatkan pelestarian bahan-bahan tersebut, karena aktivitas enzim dan
mikroorganisme yang ada menguranginya. karena suhu produk yang rendah. mesin
pendingin. Pengolahan produk pertanian dianggap efektif dan efisien apabila
pengolahan tersebut dapat mengontrol hubungan antara faktor-faktor yang dimiliki
oleh produk pertanian, sehingga diperlukan praktikum retensi air dan Equilibrium
Moisture Content (EMC) untuk mengetahui cara penanganan produk pertanian
yang benar produk pertanian.
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengamati perubahan kadar air bahan
hasil pertanian pada berbagai kondisi penyimpanan dengan menggunakan moisture
tester.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengeringan
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat
penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur,
dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan
kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi
mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak,
sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1997).
Kadar air merupakan pemegang dan peranan penting, maka aktivitas air
mempunyai peranan tersendiri dalam proses pembusukan dan ketengikan pada
bahan pangan. Kerusakan bahan makanan pada umumnya merupakan proses
mikrobiologis, kimiawi, enzimatik atau kombinasi antara ketiganya. Dengan
berlangsungnya ketiga proses tersebut diperlukan air dimana kini telah diketahui
bahwa hanya air bebas yang dapat membantu berlangsungnya proses tersebut.
Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan
dari suatu bahan pangan. Semakin banyak kadar air yang terkandung dalam suatu
bahan maka akan semakin singkat masa simpannya. Hal ini dikarenakan jika suatu
bahan banyak mengandung kadar air, maka sangat memungkinkan adanya
pertumbuhan mikroorganisme (Pratiwi, 2014).
Penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting dilakukan agar
dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang
tepat. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan
dalam oven pada suhu 105 - 110 °C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang
konstan. Untuk bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi,
minyak, daging, kecap dan lain-lain pemanasan dilakukan dalam oven vakum
dengan suhu yang lebih rendah. Kadang-kadang pengeringan dilakukan tanpa
pemanasan, bahan dimasukkan ke dalam eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai
pengering hingga mencapai berat yang konstan (Winarno, 2007).
Kandungan air pada bahan pangan berbeda-beda tergantung sifat dan jenis
bahannya. Kadar air rendah biasanya terdapat dalam produk kacang-kacangan,
sedangkan kadar air tinggi biasanya terdapat pada sayuran, buah-buahan atau
pangan segar. Keberadaan air dalam bahan pangan selalu dihubungkan dengan
mutu bahan pangan dan sebagai pengukur bagian bahan kering atau padatan. Air
dalam bahan dapat digunakan sebagai indeks kestabilan selama penyimpanan serta
penentu mutu organoleptik terutama rasa dan keempukan. Kandungan air dalam
bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya, dan hal ini sangat
erat hubungannya dengan daya awet suatu bahan pangan (Winarno, 2007).
Kadar air suatu bahan dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu berdasarkan
bahan kering (dry basis) dan berdasarkan bahan basah (wet basis). Kadar air secara
dry basis adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut
dengan berat keringnya. Bahan kering adalah berat bahan asal setelah dikurangi
dengan berat airnya. Sedangkan kadar air secara wet basis adalah perbandingan
antara berat air di dalam bahan tersebut dengan berat bahan mentah (Tabrani, 2006).
Kandungan air basis basah bahan basah dapat dinyatakan sebagai berikut:
100 𝑊𝑚
m = (𝑊𝑚+𝑊𝑑)
Sedangkan kandungan air bahan kering dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝑊𝑚
M = 100 𝑊𝑑
100𝑚
M = 100−𝑚
Dimana:
m = kadar air bahan basah (%)
M = kadar air bahan kering (%)
Wm = berat air dalam bahan (kg)
Wd = berat bahan padat (bagian yang tidak mengandung air) (kg).
Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa
metode. Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Metode-metode penentuan kadar
air diantaranya metode pengeringan (dengan oven biasa), metode distilasi, metode
kimia, dan metode khusus seperti refraktometer. Penentuan kadar air sangat penting
dalam banyak masalah industri, misalnya dalam evaluasi materials balance atau
kehilangan selama pengolahan (Irawati, 2007).
Analisa kadar air dalam bahan pangan penting untuk bahan pangan segar
maupun bahan pangan olahan. Analisa sering menjadi tidak sederhana karena air
dalam bahan pangan berada dalam bentuk terikat baik secara fisik atau kimia
dengan komponen bahan pangan lainnya sehingga sulit memecahkan ikatan- ikatan
air tersebut. Penentuan kadar air dalam makanan dapat dilakukan dengan beberapa
metode diantaranya metode pengeringan dengan oven (thermogravimetri), metode
oven vakum, metode destilasi dan metode Moiusture Analyzer (Pratiwi, 2014).
Water activity adalah jumlah air bebas bahan yang dapat dipergunakan oleh
mikroba untuk pertumbuhannya, dimana untuk memperpanjang daya awet suatu
bahan maka sebagian air pada bahan dihilangkan sehingga mencapai kadar air
tertentu. Mikroba hanya tumbuh pada kisaran Aw tertentu, untuk mencegah
pertumbuhan mikroba, maka Aw bahan harus diatur. Bahan pangan yang
mempunyai Aw di bawah 0,70 biasanya dianggap cukup baik dan tahan dalam
penyimpanan. Kandungan air yang terdapat di dalam suatu bahan terdiri atas tiga
jenis, masing-masing air bahan itu adalah sebagai berikut :
a. Air bebas
b. Air terikat secara fisik
c. Air terikat secara kimia(Agung,2012)
2.5 Moisture tester
Moisture tester merupakan sebuah instrumen yang biasa digunakan untuk
mengetahui tingkat kelembaban atau kadar air pada suatu bahan, bisa dalam bentuk
biji-bijian ataupun yang lainnya. Kandungan kelembaban dipengaruhi oleh zat yang
mempunyai sifat fisik seperti berat, densitas, indeks bias, kekentalan, konduktivitas,
dan lain-lain. Metode pengukuran dapat dibagi dalam beberapa metode, yaitu
metode termogravimetri, metode kimia, metode spektroskopi, dan lain-lain.
Ada bermacam-macam moisture tester yang digunakan, seperti Conventional
meter dan Grainspear. Kedua-duanya digunakan sesuai dengan kebutuhan dan
situasi. Banyak organisasi memiliki lebih dari satu jenis untuk penggunaan
dengan aplikasi yang berbeda. Spear lebih umum digunakan untuk on-floor drying
dan inbin storage. Untuk penggunaannya di gudang pengeringan (drying shed),
lapangan in-field atau untuk loading-in/out grain desain tradisional adalah lebih
baik. Kemudian ada aturan keras dan cepat tentang mana dan di mana yang harus
digunakan, penggunaan dan anggaran yang akan menentukan yang mana yang
dibutuhkan (Cinta, 2015).
BAB III
METODOLOGI
HASIL PERCOBAAN
4.1 Tabel
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Suhu dan RH
Ruangan Refrigerator Oven
Pengukuran
RH
Ke RH (%) T (°C) RH (%) T (°C) T (°C)
(%)
1 71 24,5 72 24,2 79 105
2 71 24,5 72 24,2 79 105
3 71 24,5 72 24,2 79 105
4.2 Perhitungan
10,159−8,819
= 10,159−5,095 × 100% = 26,5%
M −M
b. Kadar Air (DB) = Mb− M c x 100%
c a
10,159−8,819
= × 100% = 35,98%
8,819−5,095
Perhitungan Data Kelompok 2
M −M
a. Kadar Air (Wb) = Mb− Mc x 100%
b a
9,516−8,326
= 9,516−4,602 × 100% = 24,217%
M −M
b. Kadar Air (DB) = Mb− M c x 100%
c a
9,516−8,326
= 8,326−4,602 × 100% = 31,95%
9,813−8,599
= 9,516−4,602 × 100% = 24,22%
M −M
b. Kadar Air (DB) = Mb− M c x 100%
c a
9,813−8,599
= 8,599−4,801 × 100% = 31,96%
9,654−8,494
= 9,654−4,531 × 100% = 22,6%
M −M
b. Kadar Air (DB) = Mb− M c x 100%
c a
9,654−8,494
= 8,494−4,531 × 100% = 29,27%
9,778−8,531
= 9,,778−4,818 × 100% = 25,1%
M −M
b. Kadar Air (DB) = Mb− M c x 100%
c a
9,778−8,531
= 8,531−4,818 × 100% = 33,58%
10,160−8,618
= 10,160−5,144 × 100% = 30,7%
M −M
b. Kadar Air (DB) = Mb− M c x 100%
c a
10,160−8,618
= × 100% = 44,39%
8,618−5144
4.3 Grafik
24.1
20
15 13.7 13.8
12.3
10
5
0
5 15 30
Waktu (Menit)
Oven Refrigrator
Gambar 2. Grafik Kadar Air Kacang Kedelai dalam Oven dan Refrigerator
0
5 15 30
Waktu (Menit)
Oven Refrigrator
Gambar 3. Grafik Kadar Air Jagung Kering dalam Oven dan Refrigerator
12 12.3 12.3
10.8
10 9.8
Kadar Air (%)
0
5 15 30
Waktu (Menit)
Oven Refrigrator
Gambar 4. Grafik Kadar Air Kacang Hijau dalam Oven dan Refrigerator
10
8.8
8.5
8 8.2 8.1
6
4
2
0
5 15 30
Waktu (Menit)
Oven Refrigrator
Gambar 5. Grafik Kadar Air Gabah dalam Oven dan Refrigerator
10 10.2
8 8.5
6
4
2
0
5 15 30
Waktu (Menit)
Oven Refrigrator
Gambar 6. Grafik Kadar Air Kacang Tanah dalam Oven dan Refrigerator
10
8
6
4
2
0
5 15 30
Waktu (Menit)
Oven Refrigrator
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini, mempelajari tentang bagaimana cara menghitung kadar air suatu
bahan hasil pertanian dengan berbagai kondisi penyimpanan dengan menggunakan
moisture texture. Ada enam bahan yang akan digunakan dalam praktikum ini yaitu beras,
jagung, kacang kedelai, kacang hijau, gabah dan kacang tanah. Dilakukan pengukuran
suhu dan RH, pengukuran kadar air dengan metode ISTA, pengukuran kadar air dengan
metode SNI, pengukuran penurunan dan peningkatan kadar air suatu bahan setelah
dimasukkan ke dalam oven dan refrigerator.
dilakukan terhadap 6 cawan yang berisi bahan dengan masing-masing massa bahan
yaitu 5 gram. Kadar air pada suatu bahan hasil pertanian memiliki tingkat maupun nilai
yang berbeda-beda, hal ini ditunjukkan pada perhitungan rata-rata kadar air awal pada
beras yaitu 13.23%, rata-rata kadar air awal pada jagung yaitu 12%,rata-rata kadar air
awal pada kacang kedelai yaitu 10.5%, rata-rata kadar air awal pada kacang hijau yaitu
8,.8%, rata-rata kadar air awal pada gabah yairu 13.4%, serta rata-rata kadar air awal pada
kacang tanah yaitu 16,0%, dimana hal ini dapat dipengaruhi oleh gen dari bahan hasil
pertanian tersebut, lingkungan, maupun tempat bertumbuhnya bahan hasil pertanian.
Pengukuran melalui percobaan penurunan dan peningkatan kadar air dengan
menggunakan beras sebagai bahannya, maka diperoleh hasil kadar air penurunan dengan
menggunakan oven secara berurutan 5, 10, dan 15 menit adalah 12.3%, 24.1%, dan Error,
dimana hal ini sesuai dengan teori yang ada, yaitu semakin lama perlakuan pemanasan
(oven) maka semakin sedikit tingkat kadar air pada suatu bahan hasil pertanian tersebut.
Peningkatan kadar air dengan menggunakan refrigerator secara berurutan 5, 10, dan 15
menit adalah 13.7%, 13.8%. Hasil tersebut sesuai dengan literatur yaitu semakin lama
waktu penyimpanannya pada refrigerator maka akan semakin naik pula nilai kadar airnya,
hal ini disebabkan oleh penurunan suhu di refrigerator ataupun karena sifat fisik dari beras
dan kandungan yang ada dalam bahan tersebut. Hasil dari seluruh bahan hasil pertanian
dalam praktikum kali ini secara keseluruhan kadar air akhir baik itu melalui penurunan
maupun peningkatan, hasil terhadap waktu yaitu berbanding terbalik, dimana semakin
lama bahan berada pada oven maupun refrigerator, maka bahan tersebut memiliki kadar
air yang semakin menurun. Penurunan dan peningkatan kadar air dapat disimpulkan jika
kadar air lebih cepat mengalami penurunan kadar air pada proses pengovenan atau
menggunakan oven dibandingkan dengan proses menggunakan refrigerator, dimana hal
tersebut dapat terjadi dikarenakan suhu dalam oven lebih tinggi dibandingkan refrigerator
sehingga kadar air yang terdapat pada bahan akan lebih cepat hilang. Tetapi hasil yang
diperoleh oleh praktikan, rata-rata suhu dan RH (Relative Humidity) dalam oven ataupun
refrigerator nilainya hampir sama, hal tersebut disebabkan pada saat pengukuran suhu dan
RH, praktikan tidak menunggu pengukurannya sampai maksimal, jadi suhu dan RH
belum maksimal praktikan sudah mencatat nilainya.
Pengukuran selanjutnya pada praktikum kali ini adalah pengukuran kadar air
dengan metode ISTA pada bahan yang sama yaitu jagung segar. Pengukuran kadar
air menggunakan Kadar Air Basis Basah (KABB) dan Kadar Air Basis Kering (KABK).
Kadar Air Basis Basah adalah perbandingan antara kadar air bahan dengan berat total
bahan (jumlah kadar air dan padatan). Sedangkan Kadar Air Basis Kering adalah
perbandingan kadar air kadar kering suatu bahan dengan berat padatan bahan. Hasil
perhitungan kadar air basis basah basis kering pada bahan jagung (kelompok 1) adalah
26.5% dan 35.98%. Lalu, perhitungan kadar air basis basah basis kering pada bahan
jagung (kelompok 2) adalah 24.217% dan 31.95%. Kemudian perhitungan kadar air basis
basah basis kering pada bahan jagung (kelompok 3) adalah 24.22% dan 31.96%.
Selanjutnya perhitungan kadar air basis basah basis kering pada bahan jagung (kelompok
4) adalah 22.6% dan 29.27%. Lalu perhitungan kadar air basis basah basis kering pada
bahan jagung (kelompok 5) adalah 25.1% dan 33.58%. dan pada kelompok terakhir
adalah 30.7% dan 44.39%. Hasil menunjukan bahwa nilai basis kering lebih tinggi
dibandingkan nilai basis basah. Hasil ini seragam mulai dari perhitungan kelompok 1
sampai 6. Hal tersebut terjadi karena nilai dari perbandingan kadar airnya lebih tinggi
daripada berat padatannya. Kadar air dari biji – bijian relative tidak sebanyak dengan jenis
bahan hasil pertanian lainnya seperti sayuran dan buah. Nilai kadar air basis basah bahan
batas maksimum teoritis sebesar 100%, sedangkan nilai kadar air basis kering bahan dapat
melewati angka 100%.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Kadar basis kering lebih besar dibandingkan nilai kadar basis basah, dimana kadar
air basis kering lebih sering digunakan sebagai patokan karena lebih konstan
karena pembaginya adalah bahan yang telah dikeringkan yang tidak mengandung
air lagi;
2. Pengurangan kadar air jumlah berat dan kadar air bahan akan terus berkurang
semakin lama waktu bahan dalam oven;dan
3. Nilai RH dan suhu lingkungan sangat berpengaruh terhadap kecepatan laju
penurunan ataupun peningkatan kadar air.
6.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah gunakan bahan hasil pertanian yang lebih
bervariasi agar dapat terlihat perbedaan kandungan kadar air pada setiap bahan.
DAFTAR PUSTAKA
Kadir, S., M.A. Nur, dan Syachri, M. (1982). Pengontrolan dan pengukuran aw
(aktivitas air) dari ikan pindang dalam rangka meningkatkan mutu dan
stabilitasnya dengan menggunakan NaCl sebagai humectant. Laporan
Penelitian. Bagian Kimia. Institut Pertanian Bogor
Marinos-Kouris, D., dan Z.B. Maroulis, 1995, Transport Properties in The Drying
of Solids, dalam Handbook of Industrial Drying, A.S. Mujumdar (ed.), Vol.
1, Marcel Dekker, Inc., New York, hal. 113-159.
Suyitno. 1995. Serat Makanan dan Perilaku Aktivitas Air Bubuk Buah. Disertasi
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Tabrani. 2006. Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Islam Riau Press: Pangkal
Pinang.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.