Anda di halaman 1dari 22

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Retensi Air, Equilibrium Moisture Content (EMC))

Oleh:

Nama : Willy Rolasdo Sitanggang


NPM : 240110180043
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 15 Oktober 2019
Waktu / Shift : 15.30 WIB / A2
Co. Ass : 1. A. Zahra Nursyifa
2. Maya Irmayati
3. Nunung Nurhaijah
Hudairiah
4. Zhaqqu Ilham Alhafidz

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan hasil pertanian memiliki salah satu sifat memiliki kandungan air
yang banyak. Kandungan air tersebut menyebabkan bahan hasil pertanian mudah
mengalami pembusukan atau masa simpannya rendah. Memperpanjang masa
simpan hasil pertanian dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
pengeringan, pendinginan, pengemasan, penggunaan bahan kimia, penggunaan zat
aditif (tambahan) dan pemasaran. Proses pengeringan adalah salah satu metode
yang sangat sering dilakukan di masyarakat ataupun di industri. Pengeringan juga
berfungsi untuk menurunkan biaya dan mengurangi kesulitan dalam pengemasan
dan pengangkutan karena massa bahan lebih ringan.
Proses pengeringan sangat memerhatikan kadar air yang terkandung
didalam bahan hasil pertanian. Kadar air yang terkandung akan dikurangi dengan
cara pengeringan tersebut hingga menghambat laju pertumbuhan mikroorganisme
didalam bahan. Pengurangan kadar air tersebut diharapkan sampai tingkat
keseimbangan dengan kondisi udara luar normal atau tingkat kadar air yang setara
dengan aktivitas air. Pengukuran kadar air disuatu bahan dapat dilakukan
menggunakan moisture tester. Pengukuran kadar air dilakukan pada berbagai
kondisi yang berbeda-beda untuk pembanding supaya mendapatkan kondisi
lingkungan atau kondisi penyimpanan yang sesuai dengan kadar air yang
diinginkan.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari praktikum Retensi Air, Equilibrium Moisture
Content (EMC) kali ini adalah mengamati perubahan kadar air
bahan hasil pertanian pada berbagai kondisi penyimpanan
dengan menggunakan moisture tester
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Equilibrium Moisture Content (EMC)


Kadar air keseimbangan atau Equilibrium of Moisture Content (EMC)
merupakan konsep penting dari teori pengeringan dan pembasahan pada bahan-
bahan pertanian. Kadar air suatu bahan pertanian sangat dipengaruhi oleh suhu
dan kelembaban relatif udara lingkungan penyimpanan. Hal tersebut merupakan
satu faktor yang menentukan sampai seberapa jauh suatu bahan dapat dikeringkan
pada kondisi lingkungan tertentu dan dapat digunakan sebagai tolok ukur
kemampuan berkembangnya mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya
kerusakan atau pembusukan bahan pada saat penyimpanan (Syarief, 1993).
Penetapan kadar air dan aktivitas air (aw) bahan merupakan salah satu cara untuk
mengetahui kondisi penanganan dan penyimpanan yang lebih baik. Suatu bahan
pangan dengan kadar air yang relatif tinggi akan cenderung mengalami kerusakan
yang lebih cepat jika dibandingkan dengan bahan pangan yang memiliki kadar air
lebih rendah (Kadir,1982). Equilibrium of Moisture Content (EMC) didefinisikan
sebagai kandungan air pada bahan yang seimbang dengan kandungan air udara
sekitarnya. EMC merupakan tolok ukur kemampuan berkembangnya mikro
organisme yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau pembusukan bahan pada
saat penyimpanan (Sukrisno,2011).

2.2 Kadar Air


Jumlah air yang terkandung dalam bahan pangan secara total biasanya
dinyatakan dalam persen berat bahan pangan tersebut dan disebut kadar air
(Nurdahlia, 2015). Kadar air merupakan salah satu sifat fisik bahan pangan yang
menunjukkan banyaknya air terkandung dalam bahan persatuan bobot bahan.
Terdapat 2 jenis kadar air, yaitu: kadar air basis kering dan kadar air basis basah
(Devi,2016).
2.2.1 Kadar Air Basis Basah
Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam persentase berat bahan basah,
kadar air basis basah, dan ditentukan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Wa
Kawb = x 100 % …………………. (1)
Wb
Dimana :
Kawb= kadar air (%)
Wa = berat air dalam bahan (g)
Wb = berat basah mutlak bahan
2.2.2 Kadar Air Basis Kering
Berat bahan kering adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa
waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan). Pada proses pengeringan air
yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan. Jumlah air yang
diuapkan adalah berat bahan sebelum pengeringan dikurangi berat bahan setelah
pengeringan dan dinyatakan pada persamaan berikut:
Wa
Ka db= x 100 %.......................... (2)
Wk
Dimana :
Kadb= kadar air (%)
Wa = berat air dalam bahan (g)
Wb = berat basah mutlak bahan

2.3 Pengeringan
Pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam
jumlah yang relatif kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas. Hasil dari
proses pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai kadar air setara dengan
kadar air keseimbangan udara normal atau setara dengan nilai aktivitas air (aw)
yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis, dan kimiawi. Pengeringan
merupakan salah satu proses pengolahan pangan yang sudah lama dikenal. Tujuan
dari proses pengeringan adalah menurunkan kadar air bahan sehingga bahan
menjadi lebih awet, mengecilkan volume bahan untuk memudahkan, menghemat
biaya pengangkutan, pengemasan, dan penyimpanan. Meskipun demikian ada
kerugian yang ditimbulkan selama pengeringan yaitu terjadinya perubahan sifat
fisik dan kimiawi bahan serta terjadinya penurunan mutu bahan (Anton, 2011).
2.4 Kelembaban Relatif (RH)
Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat
diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan
relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat
digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan
dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan
sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian
uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara
pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak
melebihi 0,5% pada 0 °C (Handoko, 1994).
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat
dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit
tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan
dengan massa uap air atau tekanannya) per satuan volum. Kelembaban nisbi
membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan
jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara
untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu
udara. Sedangkan defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh
dan tekanan uap aktual. Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut
mempunyai arti dan fungsi tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas
(Handoko,1994).
Semua uap air yang ada di dalam udara berasal dari penguapan.Penguapan
adalah perubahan air dari keadaan cair kekeadaan gas. Pada proses penguapan
diperlukan atau dipakai panas, sedangkan pada pengembunan dilepaskan panas.
Seperti diketahui, penguapan tidak hanya terjadi pada permukaan air yang terbuka
saja, tetapi dapat juga terjadi langsung dari tanah dan lebih-lebih dari tumbuh-
tumbuhan. Penguapan dari tiga tempat itu disebut dengan Evaporasi.
BAB III
ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Peralatan yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah:
1. Cawan;
2. Desikator;
3. Refrigerator;
4. Moisture tester; dan
5. Oven.
3.1.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah:
1. Jagung;
2. Kacang hijau;
3. Kacang kedelai; dan
4. Kacang tanah.

3.2 Prosedur Percobaan


Prosedur yang harus dilakukan pada praktikum kali ini adalah:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan;
2. Melakukan pengukuran Rh dan suhu pada ruangan, refrigerator dan
oven pada selang waktu 5, 10 dan 15 menit;
3. Membagi bahan kedalam 6 cawan dengan sama rata;
4. Memasukkan 3 cawan kedalam refrigerator dan 3 cawan kedalam
oven;
5. Mengambil cawan dari dalam oven dengan selang waktu 5, 10 dan 15
menit dan desetiap pengangkatan cawan dimasukkan kedalam
desikator selama 5 menit lalu mengukur kandungan air menggunakan
moisture tester;
6. Mengambil cawan dari dalam refrigerator dengan selang waktu 5, 10
dan 15 menit dan langsung mengukur kandungan air menggunakan
moisture tester;
7. Menghitung kadar air basis basah dan kadar air basis kering bahan
tersebut;
8. Mencatat hasil pengukuran percobaan; dan
9. Mengembalikan dan merapihkan alat dan bahan yang telah digunakan.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

4.1 Hasil Percobaan

Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Suhu dan RH

Pengukura Ruangan Refrigerator Oven


n RH
RH (%) T (°C) RH (%) T (°C) T (°C)
Ke (%)

1 43 27.2 39 17.3 56 65.1


2 44 27.2 51 14.2 46 56.1
3 45 27.2 62 12.2 41 60.1
Rata-rata 44 27.2 50.67 14.57 47.67 60.43

Tabel 2. Penurunan dan Peningkatan Kadar Air

Perlakuka Kadar Air Akhir (%)


Nama Bahan Kadar air
n waktu Penuruna Peningkatan
(5gr) awal (%)
(menit) n (oven) (refrigerator)
Kacang Hijau (2) 5 8.3 8.4 8.4
10 8.6 8.5 9.0
15 8.6 8.6 8.7
Kacang Kedelai 5 9.9 9.4 10
10 10.2 9.1 10.3
15 9.8 9 10.7
Kacang Tanah 5 13.1 12.6 13.6
10 13 12.7 13.6
15 13.3 12.3 13.3
Jagung 5 11.1 10.9 12
10 11.6 11.9 12.3
15 11.6 9.6 12.3
Kacang Hijau (5) 5 8.3 8.6 8.9
10 8.4 8.2 9.0
15 8.7 8.2 9.1

Tabel 3. Hasil Pengukuran KA jagung segar metode ISTA


Ma + massa Ma + Massa Kadar Air %
Massa cawan
Bahan bahan awal Bahan Akhir
Ma (gr) BB BK
Mb (gr) Mc (gr)
Kel 1 2.96 8.3 8.26 6,29 6.71
Kel 2 2.96 8.08 8.08 7,27 7.8403
Kel 3 2.93 8.02 7.95 6,02 6.40
Kel 4 3.04 8.09 7.92 6,24 6.66
Kel 5 3.08 8.12 7.98 6,31 6.74

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan Data kelompok 1


b−c
1. BB = x 100%
b−a

8.3−8.26
= x 100%
8.3−2.96
=%

b−c
2 BK = x 100%
c−a

8.3−8.26
= x 100%
8.26−2.96
= 0.75%
4.2.2 Perhitungan Data Kelompok 2
b−c
1. BB = x 100%
b−a

8.08−8.08
= x 100%
8.08−2.96
= 0%

b−c
2. BK = x 100%
c−a

8.08−8.08
= x 100%
8.08−2.96
=%
4.2.3 Perhitungan Data Kelompok 3
b−c
1. BB = x 100%
b−a

8.02−7.95
= x 100%
8.02−2.93
=%

b−c
2. BK = x 100%
c−a

8.02−7.95
= x 100%
7.95−2.93
= 140%
4.2.4 Perhitungan Data Kelompok 4
b−c
1. BB = x 100%
b−a

8.3−8.26
= x 100%
8.3−2.96
= 0.75%

b−c
2. BK = x 100%
c−a

8.3−8.26
= x 100%
8.26−2.96
= 0.75%

4.2.5 Perhitungan Data Kelompok 5


b−c
5 BB = x 100%
b−a
8.12−7.98
= x 100%
8.12−3.08
= 2.7%
b−c
6 BK = x 100%
c−a
8.12−7.98
= x 100%
7.98−3.08
= 2.85%

4.3 Grafik
4.3.1 Kacang Kedelai (Kelompok 2)

Kadar Air Kacang Hijau Dalam Oven


8.65
8.6
8.6

8.55
8.5
Kadar Air (%)

8.5

8.45
8.4
8.4

8.35

8.3
5 10 15
Waktu (Menit)

Gambar 1. Grafik Kadar Air Kacang Hijau Dalam Oven

Kadar Air Kacang Hijau Dalam Refrigerator


9.1 9
9
8.9
8.8 8.7
Kadar Air (%)

8.7
8.6
8.58.4
8.4
8.3
8.2
8.1
1 2 3
Waktu (Menit)

Gambar 2. Grafik Kadar Air Kacang Hijau Dalam Refrigerator


4.3.2 Kacang Kedelai
Kadar Air Kacang Kedelai Dalam Oven
9.5
9.4
9.4

9.3
Kadar Air (%)
9.2
9.1
9.1
9
9

8.9

8.8
5 10 15
Waktu (Menit)

Gambar 3. Grafik Kadar Air Kacang Kedelai Dalam Oven

Kadar Air Kacang Kedelai Dalam Refrigerator


10.8 10.7

10.6

10.4 10.3
Kadar Air (%)

10.2
10
10

9.8

9.6
5 10 15
Waktu (Menit)

Gambar 4. Grafik Kadar Air Kacang Kedelai Dalam Refrigerator


4.3.3 Kacang Tanah

Kadar Air Kacang Tanah Dalam Oven


12.8
12.7
12.7
12.6
12.6
Kadar Air (%)

12.5

12.4
12.3
12.3

12.2

12.1
5 10 15
Waktu (Menit)

Gambar 5. Grafik Kadar Air Kacang Tanah Dalam Oven

Kadar Air Kacang Tanah Dalam Refrigerator


13.65
13.6 13.6
13.6
13.55
13.5
Kadar Air (%)

13.45
13.4
13.35 13.3
13.3
13.25
13.2
13.15
5 10 15
Waktu (Menit)

Gambar 6. Grafik Kadar Air Kacang Tanah Dalam Refrigerator

4.3.4 Jagung
Kadar Air Jagung Dalam Oven
14
11.9
12
10.9
9.6
10
Kadar Air (%)
8

0
5 10 15
Waktu (Menit)

Gambar 7. Grafik Kadar Air Jagung Dalam Oven

Kadar Air Jagung Dalam Refrigerator


12.4
12.3 12.3
12.3

12.2
Kadar Air (%)

12.1
12
12

11.9

11.8
5 10 15
Waktu (Menit)

Gambar 8. Grafik Kadar Air Jagung Dalam Refrigerator


4.3.5 Kacang Kedelai (Kelompok 5)

Kadar Air Kacang Hijau Dalam Oven


8.7
8.6
8.6
8.5
Kadar Air (%)

8.4
8.3
8.2 8.2
8.2
8.1
8
7.9
5 10 15
Waktu (Menit)

Gambar 9. Grafik Kadar Air Kacang Hijau Dalam Oven

Kadar Air Kacang Hijau Dalam Refrigerator


9.15
9.1
9.1

9.05
9
Kadar Air (%)

8.95
8.9
8.9

8.85

8.8
5 10 15
Waktu (Menit)

Gambar 10. Grafik Kadar Air Kacang Hijau Dalam Refrigerator


BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini membahas mengenai retensi air, dan equilibrium


moisture content (EMC) pada bahan hasil pertanian dimana praktikum ini
memiliki tujuan untuk mengamati perubahan kadar air pada suatu bahan hasil
pertanian dalam berbagai metode penyimpanan dan juga mengukur kadar air.
Kadar air salah satu sifat fisik bahan pertanian. Kadar air pada bahan pertanian
sangat mempengaruhi umur simpan dan juga kualitas yang terdapat pada bahan
tersebut, dan dengan mengetahui kadar air suatu bahan pertanian maka
pengolahan lanjutan dan juga cara pendistribusian bahan dapat dilakukan dengan
cara yang tepat dan sesuai.
Pelaksanaan praktikum untuk mengetahui perubahan kadar air dari suatu
bahan dilakukan dengan alat berupa moisture tester yang merupakan suatu alat
untuk mengukur kadar air suatu bahan, dimana moisture tester ini dapat mengukur
kadar air berbagai jenis bahan biji-bijian. Bahan yang digunakan pada praktikum
kali ini merupakan bahan biji-bijian (grain) berupa jagung, kacang hijau, kacang
kedelai, dan kacang tanah. Keempat biji tersebut dilakukan beberapa perlakuan
yang berbeda, untuk dapat dilihat perbedaan nilai dari tiap-tiap perlakuan berbeda
tersebut, dan untuk bahan kacang hijau digunakan oleh dua kelompok yaitu
kelompok dua dan lima.
Percobaan dilakukan dengan melakukan dua perlakuan berbeda, dimana
perlakuan pertama ialah mendinginkan bahan yang sudah berada di dalam cawan
ke dalam refrigerator, dan perlakuan kedua ialah memanaskan bahan yang sudah
berada didalam cawan ke dalam oven. Masing-masing perlakuan dilakukan
sebanyak tiga kali waktu perlakuan yang berbeda, sehingga masing-masing
perlakuan menggunakan tiga bahan sama yang dipisahkan menggunakan tiga
cawan berbeda dengan waktu berbeda-beda yaitu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit.
Pengukuran suhu dan RH dilakukan setelah melakukan percobaan, dimana
dilakukan pengukuran terhadap suhu dan kelembaban pada masing-masing
perlakuan yaitu suhu dan RH pada refrigerator, oven, serta suhu dan RH pada
ruangan praktikum. Hasil pengukuran mendapatkan nilai RH rata-rata ruangan
ialah 44% dengan suhu rata-rata 27,2oC. Hasil pengukuran pada refrigerator
mendapatkan niali RH rata-rata sebesar 50,67% dan suhu rata-rata sebesar
14,57oC, sedangkan hasil pengukuran pada oven mendapatkan besar nilai RH rata-
rata sebesar 47,67% dan suhu oven rata-rata sebesar 60,43oC.
Percobaan selanjutnya dilakukan pengukuran rata-rata kadar air awal bahan
dimana didapatkan kadar air kacang hijau oleh kelompok 2 sebesar 8,5%, kacang
kedelai sebesar 9,96%, kacang tanah sebesar 13,13%, jagung sebesar 11,43 %,
dan kacang hijau oleh kelompok 5 sebesar 8,46%. Hasil percobaan penurunan
kadar air mengalami memperoleh data yang tidak sesuai dengan literasi seperti
kacang hijau pada kelompok 2 mengalami kenaikan kadar air yaitu 8.4, 8.5, 8.6,
kadar air kacang tanah naik pada menit ke-10 sebesar 0,1% dan pada jagung pada
menit ke-10 naik sebesar 1%. Hasil percobaan peningkatan kadar air terdapat data
yang tidak sesuai literasi yaitu pada kacang hijau oleh kelompok 2 mengalami
penurunan pada menit ke-15 sebesar 0,3%, kacang tanah pada menit ke-15 turun
sebesar 0,3%. Selain data yang disebutkan tersebut, data yang diperoleh sudah
benar sesuai literasi. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat terlihat dengan jelas
pada grafik dimana seharusnya kondisi peningkatan akan mendapatkan grafik
yang mengalami peningkatan nilai secara terus-menerus mulai dari titik awal
terendah, begitupun sebaliknya dengan kondisi penurunan yang seharusnya
mendapatkan grafik yang mengalami penurunan nilai terus-menerus mulai dari
titik awal tertinggi.
Pada literasi dikatakan bahwa peningkatan kadar air terjadi bila melakukan
perlakuan pendinginan dan penurunan kadar air dilakukan dengan cara pemanasan
dimana dalam percobaan kali ini peningkatan kadar air menggunakan
refrigerator dan penurunan kadar air menggunakan oven. Kesalahan-kesalahan
yang menyebabkan hasil percobaan tidak sesuai dengan literasi dikarenakan
perlakuan yang tidak sempurna saat melakukan perhitungan kadar air
menggunakan moisture tester, dan waktu yang dilakukan untuk percobaan tidak
tepat 5, 10, dan 15 menit dengan kata lain waktu terlalu singkat dan juga
pengukuran terhadap moisture tester terlalu lama karena mengantri sehingga suhu
bahan sudah sempat dipengaruhi oleh suhu ruangan sehingga mempengaruhi
kadar air yang ada.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1. Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan hasil pertanian.
2. Kadar air bahan sangat mempengaruhi umur simpan dan juga kualitas
yang terdapat pada bahan tersebut.
3. Mengetahui kadar air dapat dimanfaatkan untuk perlakuan pengolahan
lanjutan serta cara pendistribusian bahan dengan cara yang tepat dan
sesuai.
4. Penurunan kadar air dilakukan dengan cara memanaskan bahan
sedangkan untuk meningkatkan kadar air dilakukan dengan cara
pendinginan bahan.
5. Berdasarkan grafik hasil praktikum, penurunan kadar air bahan yang
paling mendekati benar adalah bahan kacang hijau oleh kelompok 5

6.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah penggunaan moisture tester
yang lebih banyak atau setiap kelompok satu supaya pengukuran terhadap
moisture tester tidak terlalu lama karena mengantri sehingga suhu bahan tidak
sempat dipengaruhi oleh suhu ruangan sehingga mempengaruhi kadar air yang
ada.
DAFTAR PUSTAKA

Anton, Irawan. 2011. Modul Laboraturium Pengeringan. Sultan Ageng Tirtayasa


Press.

Syarief, R. dan Halid, H. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan Lanjut. Cetakan


I. Penerbit Arcan. Jakarta.

Devi, 2016. Kajian Pengeringan Jahe Berdasarkan Perubahan Geometrik dan


Warna Menggunakan Metode Image Analysis. Jurnal Ilmiah Rekayasa
Pertanian dan Biosistem, Vol.4, No. 2, September 2016

Sukrisno, 2011. Karakteristik Isoterm Sorpsi Air Biji Kopi Dengan Model Bet dan
Gab. AGRITECH, Vol. 31, No. 3, AGUSTUS 2011

Handoko, 1986. Pengantar Unsur-unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian,


Jurusan Geofisika dan Metereologi FMIPA-IPB: Bogor.

Kadir, S., M.A. Nur, dan Syachri, M., 1982. Pengontrolan dan pengukuran aw
(aktivitas air) dari ikan pindang dalam rangka meningkatkan mutu dan
stabilitasnya dengan menggunakan NaCl sebagai humectant. Laporan
Penelitian. Bagian Kimia. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN

Gambar 11. Pemasukan Kedalam Oven


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

Gambar 12. Pengukuran Kadar Air Bahan Menggunakan Moisture Tester


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
Gambar 13. Refrigerator yang Digunakan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

Gambar 14. Kacang Tanah


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

Anda mungkin juga menyukai