LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN
(Pengeringan Bahan Hasil Pertanian: Rosella)
Oleh :
Nama : Intan Siti Sa’adah
NPM : 240110160045
Hari, Tanggal Praktikum : Jum’at, 30 November 2018
Waktu / Shift : 07.30 – 09.30 WIB / A2
Co. Ass : 1. Bonie Pamungkas
2. Elviera Rahmadina
3. Irene June Sidabutar
4. Zahrah Eza Arpima
2.1 Pengeringan
Proses pengeringan di dalam industri pertanian merupakan salah satu tahapan
yang cukup penting dari beberapa proses lainnya dalam penanganan bahan hasil
pertanian. Pengeringan dapat membantu menghambat kerusakan yang terjadi pada
bahan hasil pertanian, karena bahan yang telah dipanen masih melakukan proses
respirasi sehingga apabila disimpan dalam waktu yang lama akan mengalami
pembusukan. Dengan proses pengeringan, kadar air bahan hasil pertanian dapat
dikurangi sampai tingkat kadar air kesetimbangan dengan kondisi udara luar normal
atau tingkat kadar yang setara dengan aktivitas air sehingga bahan hasil pertanian
akan aman dari kerusakan mikrobiologi, enzimatis dan kimiawi. (Zain, 2005).
Tujuan pengeringan bahan hasil pertanian adalah untuk mengurangi
kandungan air bahan sampai dengan kadar air aman, baik untuk proses pengolahan
maupun penyimpanan. Menurut Henderson (1976), pengeringan adalah suatu
metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari bahan dengan
menggunakan media pengering (udara, cair, padat) sampai pada tingkat kadar air
kesetimbangan (equilibrium moisture content = EMC) dengan kondisi udara luar
(atmosfer) normal atau tingkat kadar air yang setara degnan nilai aktivitas air (aw)
yang aman dari kerusakan oleh mikrobiologi, enzimatis, dan kimia. (Zain, 2005)
Proses pengeringan dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu periode laju
pengeringan tetap dan periode laju pengeringan menurun. Laju pengeringan tetap
akan berhenti pada saat air bebas dipermukaan habis dan laju pengurangan kadar
air akan berkurang secara progresif. Kadar air dimana laju pe geringan tetap
berhenti disebut kadar air kritis. Laju pengeringan menurun dibatasi oleh EMC dari
kurva kadar air antara nol dan mendekeati RH 100%.
Penanganan bahan hasil pertanian dikatakan tepat jika penanganan tersebut
mampu mengelola hubungan antara faktor-faktor yang dimiliki bahan hasil
pertanian diantaranya struktur bahan biologis dan retensi air dengan lingkungan
dimana bahan hasil pertanian berada. Untuk dapat memilih teknik penanganan hasil
pertanian yang tepat perlu dipahami pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap
kualitas bahan hasil pertanian.(Zain,2005)
Metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air pada suatu bahan adalah
dengan menggunakan metode “Penetapan air dengan metode oven“, yaitu suatu
metode yang dapat digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali produk
tersebut mengandung komponen-komponen yang mudah menguap atau jika produk
tersebut mengalami dekomposisi pada pemanasan 100oC – 102oC sampai diperoleh
berat yang tetap. (Rudi, 2011)
2.4 Oven
Oven merupakan sebuah chamber tertutup yang memiliki fungsi utama untuk
memanaskan produk makanan. Tetapi, selain memiliki fungsi untuk memanaskan
makanan oven juga dapat digunakan untuk steaming dan deep frying. Karena
kelebihannya yang dapat diterapkan untuk berbagai proses pengolahan makanan
inilah, akhirnya oven banyak digunakan untuk proses memasak, mulai dari skala
rumah tangga sampai restoran- restoran yang menyediakan makanan- makanan
cepat saji seperti daging panggang dan kentang panggang (Zamzam, 2006)
Terdapat beberapa jenis oven yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-
hari antara lain oven konvensional, convections ovens, oven kombinasi(steamers)
yang dapat digunakan untuk proses steaming, oven konveyer dan rotisseries. Oven
kombinasi biasanya digunakan untuk mencetak adonan dan mengukus sayur-
sayuran, rotisseries banyak digunakan untuk memanggang ayam, iga dan juga dapat
digunakan untuk memanggang pizza. Sedangkan oven konveyer biasanya
digunakan untuk memproduksi produk dalam skala besar. Misalnya digunakan oleh
restoran seafood skala besar dan juga hotel.
2.4.1 Jenis Oven yang Umum Digunakan
1. Oven Konvensional
Oven konvensional merupakan sejenis oven yang menggunakan sistem
radiasi sederhana untuk proses transfer panasnya. Mekanisme kerja dari oven
konvensional ini adalah, pertama- tama sumber pemanas akan menghasilkan
panas yang kemudian akan dialirkan ke udara sehingga terciptalah udara
panas. Udara panas ini kemudian akan mengalir ke permukaan bahan dan
menyebabkan bahan menjadi matang. Karena hanya mengandalkan udara
panas, tanpa adanya sirkulasi udara, maka proses pengovenan akan sangat
dipengaruhi oleh tata letak Loyang di dalam oven, di antara Loyang satu
dengan loyang yang lainnya harus ada jarak agar bahan makanan dapat
mengembang dengan baik, selain itu dengan adanya jarak sirkulasi udara
akan terjadi dengan lebih baik. Contoh dari oven konvensional adalah range
oven dan deck oven. Kedua jenis oven ini sesuai digunakan untuk
memanggang produk- produk bakery dan pizza.
2. Oven Konveksi
Oven konveksi merupakan hasil pengembangan dari oven konvensional,
oven konveksi ini dilengkapi dengan kipas yang memungkinkan adanya
sirkulasi udara. Dengan adanya sirkulasi udara, maka udara panas akan
tersebar secara lebih merata pada produk yang dipanaskan, sehingga proses
pemasakan makanan berlangsung secara lebih cepat. Terdapat dua jenis oven
konveksi, antara lain adalah Rack oven dan Combination oven.
3. Oven Konveyor
Oven jenis ini menggunakan empat jenis transfer panas sekaligus, yang
pertama adalah transfer panas secara radiasi dengan menggunakan infrared,
yang kedua adalah transfer panas secara konveksi dengan media transfer
panas berupa lapisan keramik, yang ketiga adalah proses transfer panas
dengan menggunakan tekanan udara panas, dan terakhir adalah transfer panas
dengan menggunakan kombinasi antara penggunaak inframerah dan tekanan
udara panas. Karena proses transfer panasnya ynag beragam, oven konveyor
ini dapat digunakan untuk memanggang berbagai macam produk dalam
jumlah yang banyak. Tetapi oven jenis ini hanya dapat digunakan untuk
memanggang bahan- bahan makanan yang bentuknya seragam.
4. Rotisseries
Merupakan oven yang biasanya digunakan untuk memanggang daging
yang dilengkapi dengan spits sehingga daging dapat berputar dan pemanasan
yang terjadi merata. Sumber panas bisa berasal dari gas, listrik maupun kayu.
Rotisseries dibagi menjadi 2 yakni rotisseries oven dan rotisseries boiling.
Rotisseries ovens merupakan oven yang dirancang untuk 1 kali
pemanggangan atau pemasakan yang dilengkapi dengan roda pemutar.
Sedangkan rotisseries broilers adalah oven yang dirancang untuk pemasakan
yang berlangsung secara terus menerus yang dilengkapi dengan pemutar
vertikal bertumpuk.
2.5 Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Rosella (Hibiscus sadbariffa L.) merupakan anggota famili Malvaceae.
Rosella dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan subtropis. Tanaman ini
mempunyai habitat asli di daerah yang terbentang dari India hingga Malaysia.
Sekarang, tanaman ini tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia
dan mempunyai nama umum yang berbeda-beda di berbagai negara.
Tanaman Rosella hidup berupa semak yang berdiri tegak dengan tinggi 0,5-5
meter, memiliki batang yang berbentuk silindris dan berkayu, serta memiliki
banyak percabangan. Ketika masih muda, batangnya berwarna hijau. Dan ketika
beranjak dewasa dan sudah berbunga, batang Rosella berwarna cokelat kemerahan.
Pada batang Rosella melekat daun-daun yang tersusun, berwarna hijau, berbentuk
bulat telur dengan pertulangan menjari dan tepi beringgit. Ujung daun Rosella ada
yang meruncing dan tulang daunnya berwarna merah. Panjang daun Rosella dapat
mencapai 6-15 cm dan lebar 5-8 cm. Akar yang menopang batangnya berupa akar
tunggang. Mahkota bunganya berbentuk corong yang tersusun dari 5 helai daun
mahkota (Daryanto, 2008). Berikut merupakan klasifikasi dan gambar bunga
Rosella:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Bangsa : Malvales
Suku : Malvaceae
Marga : Hibiscus
Pada prinsipnya tanaman rosela dapat hidup di kondisi lahan, cuaca, serta
suhu yang bagaimanapun, akan tetapi disetiap daerah yang berbeda akan
menghasilkan warna yang berbeda pula. Kelopak bunga rosela yang ditanam di
lereng pegunungan berwarna merah agak kehitam-hitaman, yang ditanam di tanah
pekarangan berwarna merah kurang cerah dan yang ditanam di sawah dan dataran
rendah berwarna merah cerah (Daryanto, 2008).
Tanaman Rosella mudah dan murah jika ingin dibudidayakan karena umur
panennya singkat. Tingkat konsumsi Rosella terbilang masih rendah karena selama
ini kelopak bunga Rosella hanya dimanfaatkan sebagai minuman kesehatan dan
belum dimanfaatkan sebagai pewarna makanan. Bagian tanaman Rosella yang bisa
diproses menjadi produk pangan adalah kelopak bunganya. Kelopak bunga
tanaman ini berwarna merah tua, tebal, dan berair. Tanaman Rosella juga sangat
baik untuk dikembangkan sebagai bahan baku minuman karena memiliki pigmen
antosianin yang berbentuk flavonoid yang berperan sebagai antioksidan. Pigmen
antosianin ini membentuk warna ungu kemerahan menarik di kelopak bunga
Rosella. Kandungan gizi yang terdapat dalam kelopak bunga Rosella disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan gizi kelopak bunga Rosella segar.
Komponen Jumlah/100 gram kelopak segar
Kalori 44 kal
Air 86,2 %
Protein 1,6 g
Lemak 0,1 g
Karbohidrat 11,1 g
Serat 2,5 g
Abu 1,0 g
Kalsium 160 mg
Fosfor 60 mg
Besi 3,8 mg
Betakaroten 285 ig
Vitamin C 14 mg
Tiamin 0,04 mg
Riboflavin 0,6 mg
Niasin 0,5 mg
(Sumber: Daryanto, 2008)
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN
4.1 Tabel
Tabel 1. Hasil Pengamatan Sampel Segar Sebelum dan Sesudah Dikeringkan
Jenis Berat
Perlakuan Suhu Waktu Warna Aroma
Pengeringan (gram)
Rosella
Oven Lab. Sebelum 60° 8 Jam 98,34 Terang
segar
Pasca
Sesudah 59,1° 8 Jam 23,92 Gelap Gosong
Rosella
Sebelum 60° 8 Jam 100 Terang
segar
Oven Blower
Lebih
Sesudah 59,5° 8 Jam 11,37 Lebih Kuat
Gelap
Rosella
Sebelum 50% 12 Mnt 19,99 Terang
segar
Sesudah 50% 12 Mnt 4,24 Lebih Tua Lebih Kuat
Microwave
Rosella
Sebelum 50% 12 Mnt 19,99 Terang
Segar
Sesudah 50% 12 Mnt 3,29 Gelap Lebih Pekat
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Kadar Air Awal
M −M
a. Kadar Air (DB) = Mb− M c x 100%
c a
4,98−3,23
= 3,23−2,98 x 100%
= 700 %
M −M
b. Kadar Air (DB) = Mb− M c x 100%
c a
4,97−3,2
= 3,2−2,97 x 100%
= 769,565 %
M −M
c. Kadar Air (DB) = Mb− M c x 100%
c a
5,03−3,25
= 3,25−3,03 x 100%
= 809,09 %
4.2.2 Perhitungan Kadar Air Akhir
M −M
a. Kadar Air (DB) Oven Blower (a) = Mb− M c x 100%
c a
7,08−6,94
= 6,94−5,08 x 100%
= 7,5268 %
M −M
b. Kadar Air (DB) Oven Blower (b) = Mb− M c x 100%
c a
7,05−6,96
= 6,96−5,05 x 100%
= 4,7120 %
M −M
c. Kadar Air (DB) Oven Blower (c) = Mb− M c x 100%
c a
7,01−6,9
= 6,9−5,01 x 100%
= 5,8201 %
M −M
d. Kadar Air (DB) Microwave 1 (a) = Mb− M c x 100%
c a
5 −4,32
= x 100%
4,32−3
= 51,51 %
M −M
e. Kadar Air (DB) Microwave 2 (a) = Mb− M c x 100%
c a
4,96−4,44
= 4,44−2,96 x 100%
= 35,135 %
4.2.3 Perhitungan Rendemen
Massa Sampel Kering
a. Rendemen Oven Lab. Pasca = x 100%
Massa Sampel Segar
23,92
= 98,34 x 100%
= 24,32377 %
Massa Sampel Kering
b. Rendemen Oven Blower = x 100%
Massa Sampel Segar
11,37
= x 100%
100
= 11,37 %
Massa Sampel Kering
c. Rendemen Microwave 1 = x 100%
Massa Sampel Segar
4,24
= 19,99 x 100%
= 21,2106 %
Massa Sampel Kering
d. Rendemen Microwave 2 = x 100%
Massa Sampel Segar
3,29
= 19,99 x 100%
= 16,4582 %
BAB V
PEMBAHASAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:
1. Kadar air paling tinggi dimiliki oleh Microwave 1 yaitu sebesar 51,51%
2. Kadar air paling kecil dimiliki oleh Oven Blower (b) yaitu sebesar 4,7%
3. Nilai rendemen berkaitan dengan kandungan bioaktif yang terdapat pada
Rosella tersebut, semakin kecil nilai rendemen yang didapat maka
kandungan bioaktif pada Rosella tersebut sedikit
4. Semakin tinggi rendemen maka kadar air yang dikurangi semakin sedikit.
6.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya seluruh prosedur dilakukan
oleh praktikan sehingga praktikan dapat memahami keseluruhan praktikum yang
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Zamzam, Rizky. 2006. Oven dan Jenis-Jenis Oven, Beserta Kelebihan dan
Kekurangannya. Terdapat pada: https://docuri.com/oven-
_59c1ddf0f581710b28690694_pdf (Diakses pada, 5 Desember 2018 pukul
20.43 WIB)
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum