LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Retensi Air, Equilibrium Moisture Content (EMC))
Oleh :
A B Desorpsi
k
a
d
a
r
a
i Adsorpsi
r
X *
M X * .............(5)
T wtetap
Dimana:
X* = Kadar air kesetimbangan basis kering (desimal)
T = suhu (K)
W = Kelembaban mutlak (kg uap air/kg udara kering) (%)
= Konstanta dengan nilai dari 0,005 hingga 0,01, K-1
Bahan basah di dalam alat pengering akan mengalami penguapan pada
seluruh permukaannya. Penguapan tersebut akan terhenti pada saat tertentu,
karena molekul-molekul air yang belum diserap dari bahan sama jumlahnya
dengan molekul-molekul air yang belum diserap oleh permukaan bahan basah
tersebut. Keadaan itu dikatakan sebagai keadaan keseimbangan antara penguapan
dan pengembunan. Kadar air bahan dalam keadaan seimbang disebut kadar air
keseimbangan (equilibrium moisture content). Keseimbangan itu terjadi pada
suhu tertentu dan ditentukan oleh kelembapan nisbi tertentu. Kadar air
keseimbangan suatu bahan dapat diartikan sebagai kadar air minimum yang dapat
dikeringkan di bawah kondisi pengeringan yang tetap atau pada suhu dan
kelembapan nisbi yang tetap. Suatu bahan berada dalam keadaan seimbang
dengan kondisi sekelilingnya, apabila laju kehilangan air dari bahan menuju
kondisi sekeliling (atmosfer) sama dengan laju air yang didapat dari udara
sekelilingnya. Apabila kelembapan nisbi udara sekeliling bahan dalam keadaan
seimbang dengan sekitarnya disebut sebagai kelembapan nisbi keseimbangan
(equilibrium relative humidity). Kadar air keseimbangan (KAK) atau Equilibrium
Moisture Content (EMC) dapat disimpulkan sebagai keseimbangan antara kadar
air bahan dengan suhu dan kelembapan udara sekelilingnya. Jika suatu bahan
pangan dengan kadar air bahan tertentu ditempatkan dalam lingkungan dengan
suhu dan kelembapan tertentu, maka kadar air bahan tersebut akan berubah
sampai tercapai kadar air keseimbangan antara air dalam bahan dengan air di
udara. Bahan akan melepaskan atau menyerap air untuk mencapai kadar air
keseimbangan. Bahan yang dapat melepaskan dan menyerap air disebut bahan
higroskopis. (Zain, 2005)
2.4 Pengeringan
Proses pengeringan di dalam industri pertanian merupakan salah satu
tahapan yang cukup penting dari beberapa proses lainnya dalam penanganan
bahan hasil pertanian. Pengeringan dapat membantu menghambat kerusakan yang
terjadi pada bahan hasil pertanian, karena bahan yang telah dipanen masih
melakukan proses respirasi sehingga apabila disimpan dalam waktu yang lama
akan mengalami pembusukan. Dengan proses pengeringan, kadar air bahan hasil
pertanian dapat dikurangi sampai tingkat kadar air kesetimbangan dengan kondisi
udara luar normal atau tingkat kadar yang setara dengan aktivitas air sehingga
bahan hasil pertanian akan aman dari kerusakan mikrobiologi, enzimatis dan
kimiawi. (Zain, 2005).
Tujuan pengeringan bahan hasil pertanian adalah untuk mengurangi
kandungan air bahan sampai dengan kadar air aman, baik untuk proses
pengolahan maupun penyimpanan. Menurut Henderson (1976), pengeringan
adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari
bahan dengan menggunakan media pengering (udara, cair, padat) sampai pada
tingkat kadar air kesetimbangan (equilibrium moisture content = EMC) dengan
kondisi udara luar (atmosfer) normal atau tingkat kadar air yang setara degnan
nilai aktivitas air (aw) yang aman dari kerusakan oleh mikrobiologi, enzimatis, dan
kimia. (Zain, 2005)
Proses pengeringan dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu periode laju
pengeringan tetap dan periode laju pengeringan menurun. Laju pengeringan tetap
akan berhenti pada saat air bebas dipermukaan habis dan laju pengurangan kadar
air akan berkurang secara progresif. Kadar air dimana laju pe geringan tetap
berhenti disebut kadar air kritis. Laju pengeringan menurun dibatasi oleh EMC
dari kurva kadar air antara nol dan mendekeati RH 100%.
Penanganan bahan hasil pertanian dikatakan tepat jika penanganan tersebut
mampu mengelola hubungan antara faktor-faktor yang dimiliki bahan hasil
pertanian diantaranya struktur bahan biologis dan retensi air dengan lingkungan
dimana bahan hasil pertanian berada. Untuk dapat memilih teknik penanganan
hasil pertanian yang tepat perlu dipahami pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap
kualitas bahan hasil pertanian.(Zain,2005)
(Mb−Mc)gram
Kadar air basis kering (Ka db) = (Mc−Ma)gramx 100%
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Tabel
Tabel 1. Hasil Pengukuran Suhu dan RH (Relative Humidity).
Pengukuran Ruangan Refrigerator Oven
RH (%) T(℃) RH (%) T(℃) RH (%) T(℃)
1 50 26,3 42 5,7 53 62,4
2 51 26,5 43 4,9 57 65,2
3 52 24,7 41 7,5 57 61,4
Rata-rata 51 25,83 42 6,03 55,67 63
4.2 Perhitungan
4.2.1 Rumus perhitungan
a. Perhitungan Kadar Air Basis Basah (Wet Basis)
𝑀𝑏−𝑀𝑐
Wb = 𝑥 100%
𝑀𝑏−𝑀𝑎
b. Perhitungan Kadar Air Basis Kering (Dry Basis)
𝑀𝑏−𝑀𝑐
Db = 𝑥 100%
𝑀𝑐−𝑀𝑎
= 6,291 %
(9,4057−9,0888)
b. Kadar Air Basis Kering (DB) = 𝑥 100%
(9,0888−4,3688)
= 6,7139 %
= 7,27 %
(9,9744 − 9,6102)
b. Kadar Air Basis Kering (DB) = 𝑥 100%
(9,6102−4,9650)
= 7,84 %
4.2.3 Perhitungan kelompok 3
(9,3908−9,0849)
a. Kadar Air Basis Basah (Wb) = 𝑥 100%
(9,3908−4,3107)
= 6,0215 %
(9,3908−9,0849)
b. Kadar Air Basis Kering (DB) =
(9,0849−4,3107)
𝑥 100%
= 6,4073 %
4.2.4 Perhitungan kelompok 4
(10,4943−10,1817)
a. Kadar Air Basis Basah (Wb) =
(10,4943−5,4925)
𝑥 100%
= 6,48 %
(10,4943−10,1817)
b. Kadar Air Basis Kering (DB) = 𝑥 100%
(10,1817−5,4925)
= 6,666 %
4.2.5 Perhitungan kelompok 5
(9,2931 − 8,9768)
a. Kadar Air Basis Basah (Wb) = 𝑥 100%
(9,2968 − 4,2875)
= 6,31 %
(9,2931 - 8,9768)
b. Kadar Air Basis Kering (DB) = 𝑥 100%
(8,9768 - 4,2875)
= 6,745 %
4.3 Grafik
9
8.9
8.8
Kadar Air %
8.7
8.6
8.5 y = -0.0257x + 9
R² = 0.9643
8.4
0 5 10 15 20 25
Waktu
Gambar 2. Grafik Waktu Terhadap Penurunan Kadar Air Kelompok 1
14
12 y = 0.2929x + 6.75
R² = 0.8929
10
8
Kadar Air %
6
4
2
0
0 5 10 15 20 25
Waktu
16
14
12
Kadar Air %
10
8
6
4
2
0
0 5 10 15 20 25
Waktu
12
Kadar Air %
10
8
6
4
2
0
0 5 10 15 20 25
Waktu
7.5
5 10 20
Waktu
PROSES PENDINGINAN
9.6
9.4
Kadar Air (%)
9.2
9
8.8 KADAR AIR
8.6 PENDINGINAN
8.4
5 10 20
Waktu
9.6
9.5
9.4
9.3
Kadar Air (%)
9.2
9.1
9
8.9
8.8
8.7
8.6
0 5 10 15 20 25
Waktu
11.3
11.2
11
10.9
10.8
10.7
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)
10.5
Penurunan Kadar
10 Air Kacang Tanah
9.5 Linear
(Penurunan Kadar
Air Kacang Tanah)
9
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)
Gambar 10. Grafik Waktu Terhadap Penurunan Kadar Air Kelompok 5
10.8
10.6 Peningkatan Kadar
10.4 Air Kacang Tanah
10.2
10
9.8 Linear
(Peningkatan
9.6
Kadar Air Kacang
9.4 Tanah)
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)
Gambar 11. Grafik Waktu Terhadap Peningkatan Kadar Air Kelompok 5
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengukuran kadar air dari
bahan hasil pertanian yaitu biji-bijian. Praktikan mendapatkan kacang hijau untuk
mengukur kadar air nya dengan dua perlakuan, yaitu dipanaskann didalam oven
dan didinginkan di dalam kulkasPengambilan sampel dilakukan dalam rentang
waktu 5, 10, dan 20 menit. Sebelum sampel dimasukkan ke refrigerator dan oven,
terlebih dahulu sampel diukur kadar air awalnya. Kadar air rata-rata awal kacang
hijau yaitu sebesar 9,63.
sampel dari refrigerator dan satu sampel dari oven dikeluarkan secara
bersamaan pada menit ke 5, lalu diukur kadar airnya akan tetapi sampel dari oven
didiamkan kurang lebih 15 menit didalam desikator terlebih dahulu. Fungsi dari
desikator adalah untuk mengeringkan dan mendinginkan sampel yang akan
digunakan untuk diuji kadar airnya. Pengujian pada alat ini dilakukan sebanyak
tiga kali agar didapatkan hasil yang maksimal. Hal yang sama juga dilakukan pada
sampel yang telah didiamkan pada refrigerator dan oven pada menit ke 10 dan 20.
berdasarkan hasil yang diperoleh, hasil kadar air yang didapatkan semakin
tinggi seiring dengan lamanya sampel berada didalam refrigerator. Dalam hal ini
dapat disimpulkan proses pendinginan dapat membuat kadar air pada bahan
semakin bertambah karena suhu dingin. Sedangkan pada proses penurunan kadar
air dengan menggunakan oven beberapa data juga didapatkan kadar air yang
bertambah. Hal ini kemungkinan terjadi akibat adanya kesalahan pada saat
praktikum ataupun kesalahan pada alat sehingga dihasilkan data yang tidak akurat
bahkan error, selain itu sifat higrokopis dari bahan sangat mempengaruhi kadar air
dari bahan karena higrokopis merupakan kemampuan dari suatu bahan dalam
menyerap air di udara.
Pada praktikum kali ini terdapat beberapa kendala yang mempengaruhi hasil
praktikum kali ini yaitu kerusakan atau kesalahan yang terjadi pada alat sehingga
beberapa data nilainya error serta seringnya desikator dibuka seiring dengan
masuknya sampel dari kelompok lain memungkinkan mempengaruhi data yang
didapatkan. Sifat higrokopis dari suatu bahan juga mempengaruhi hasil
pengukuran apabila dilakukan di ruangan yang lembab maka ada kemungkinan
kadar air akan naik karena sifat ini. Perubahan kadar air ini dipengaruhi oleh
tingkat kekerasan bahan, komposisi dari dalam bahan itu sendiri. Kurang
akuratnya hasil percobaan pada nilai penurunan dan peningkatan dikarenakan
bahan bisa saja menyesuaikan kembali dengan lingkungan karena pengukuran
kadar air dengan menggunakan moisture tester harus dilakukan bergantian karena
keterbatasan alat yang hanya ada 1 di laboratorium.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1. Nilai kadar air pada sampel kacang hijau hanya diperoleh karena
kesalahan pada alat.
2. Kandungan air di dalam bahan hasil pertanian dinyatakan dalam
persentase basis basah (m) dan persentase basis kering (M).
3. Semakin lama waktu pemanasan yang diiringi tingginya suhu
penyimpanan menyebabkan penurunan kadar air yang semakin tinggi.
4. Semakin lama waktu pendinginan yang diiringi rendahnya suhu
penyimpanan menyebabkan peningkatan kadar air yang semakin tinggi.
6.2 Saran
Saran untuk praktikum adalah:
1. Sebelum praktikum sebaiknya dilakukan pengecekan alat yang akan
dipakai sehingga tidak terjadi kesalahan pada alat yang mempengaruhi
hasil dari praktikum.
2. Praktikan sebaiknya lebih teliti dalam melakukan perhitungan untuk
mendapatkan hasil percobaan praktikum yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA