Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

LINGKUNGAN PERTANIAN DAN BIOSISTEM

Oleh:
Nama (NPM) : 1. Abella Yogi S. (240110170077)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
I. Klasifikasi Tanah di Indonesia Menurut FAO, PPT, dan USDA
Menurut Mega (2010), nama-nama tanah dalam tingkat jenis dan macam
tanah dalam sistem Pusat Penelitian Tanah yang disempurnakan sangat mirip
dengan sistem FAO/UNESCO. Walapun demikian nama-nama lama yang
sudah terkenal tetap dipertahankan, tetapi menggunakan definisi-definisi baru.

Nama-nama tanah dan definisnya yang disederhanakan :

Organosol : Tanah organik (gambut yang tebalnya lebih dari 50 cm.

Litosol : Tanah mineral yang tebalnya 20 cm atau kurang. Di


bawahnya terdapat batuan keras yang padu.

Rendzina : Tanah dengan epipedon mollik (warna gelap, kandungan


bahan organik lebih 1 %, kejenuhan basa lebih 50 %,
dibawahnya terdiri dari batuan kapur.

Tabel 1. Padanan nama Tanah menurut berbagai Sistem Klasifikasi


(disederhanakan)

No. Sistem Dudal- Modifikasi FAO/UNESCO USDA Soil

Soepraptohardjo (1956- 1978/1982 (1974) Taxonomy


1. Tanah Aluvial Tanah(PPT)
Aluvial Fluvisol Entisol
2. Andosol Andosol Andosol Inceptisol
3. Brown Forest Soil Kambisol Cambisol Andisol
4. Grumusol Grumusol Vertisol Inceptisol
5. Latosol Kambisol Cambisol Vertisol

Latosol Nitosol Inceptisol


6. Litosol Litosol Litosol Entisol
7. Mediteran Mediteran Luvisol Alfisol/Inceptisol
8. Organosol Organosol Histosol Histosol
9. Podsol Podsol Podsol Spodosol
10. Podsol Merah Kuning Podsolik Acrisol Ultisol
11. Podsol Coklat Kambisol Cambisol Inceptisol
12. Podsol Coklat Podsolik Acrisol Ultisol
Kekelabuan
13. Regosol Regosol Regosol Entisol/Inceptisol
14. Renzina Renzina Renzina Rendoll
15. - Ranker Ranker -
16. Tanah-tanah Berglei Gleisol Gleysol Aquic Sub ordo

Glei Humus Gleisol Humik Inceptisol (Aquept)


Gleisol Inceptisol (Aquept)
Glei Humus Rendah Podsolik Ultisol

Gleiik Gleyic (Aquult)


17. Hidromorf
Planosol Planosol Planosol Inceptisol (Aquept)

Grumusol : Tanah dengan kadar liat lebih dari 30 % bersifat mengembang


dan mengkerut. Kalau musim kering tanah keras dan retak-retak
karena mengkerut, kalau basah lengket (mengembang).

Gleisol : Tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau
menunjukkan sifat-sifat hidromorfik lain.

Aluvial : Tanah berasal dari endapan baru, berlapis-lapis, bahan organik


jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman. Hanya
terdapat epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan pasir
kurang dari 60 %.

Arenosol : Tanah berstektur kasar dari bahan albik yang terdapat pada
kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm dari permukaan atau
memperlihatkan ciri-ciri mirip horison argilik, kambik atau
oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur teralu kasar.
Tidak mempunyai horison penciri kecuali epipedon ochrik.

Andosol : Tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik


atau umbrik dan mempunyai horison kambik; bulk density)
kerapatan lindak kurang dari 0.85 gr/cm3; banyak mengandung
bahan amorf, atau lebih dari
60 % terdiri dari abu vuklanik vitrik, cinders, atau bahan
pryroklasik lain.

Latosol : Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal,
gembur, warna seragam dengan batas-batas horison yang
kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm),kejenuhan basa
kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan
horison kambik.

Brunizem : Seperti Latosol, tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %.

Kambisol : Tanah dengan horison kambik, atau epipedon umbrik, atau


mollik. Tidak ada gejala-gejala hidromorfik (pengaruh air).

Nitosol : Tanah dengan penumbunan liat (horison argilik). Dari horison


penimbunan liat maksimum ke horison-horison dibawahnya,
kadar liat kurang dari 20 %. Mempunyai sifat ortosik
(Kapasitas Tukar Kation kurang dari 24 me/100 gr liat).

Podsolik : Tanah dengan horison penimbunan liat (horison argilik), dan


kejenuhan basa kurang dari 50 %. Tidak mempunyai horison
albik.

Mediteran : Seperti tanah Podsolik mempunyai horison argilik tetapi


kejenuhan basa lebih dari 50 %.

Planosol : Tanah dengan horison albik yang terletak di atas horison dengan
permeabilitas lambat (misalnya horison argilik atau natrik yang
memperlihatkan perubahan tekstur nyata, adanya liat berat atau
pragipan, dan memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik sekurang-
kurangnya pada sebagaian dari horison albik.

Podsol : Tanah hosison penimbunan besi, Al oksida dan bahan oraganik


(horison spodik). Mempunyai horison albik.

Oksisol : Tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horison oksik,


yaitu horison dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah,
fraksi liat dengan aktifitas rendah, Kapasitas Tukar Kation
rendah (kurang dari 16 me/100 gr liat). Tanah ini juga
mempunyai batas-batas horison yang tidak jelas.

II. Pengertian Hernik, Fibrik, dan Saprik


Tanah gambut mempunyai kapasitas mengikat air (water holding capacity)
yang relatif sangat tinggi atas dasar berat kering sehingga tingkat kematangan
gambut dibedakan ke dalam 3 jenis, yaitu gambut saprik, hemik dan fibrik
(Notohadiprawiro, 1997).
 Gambut saprik adalah gambut yang tingkat pelapukannya sudah lanjut
(matang) dan kapasitas mengikat air maksimumnya adalah < 450 %.
 Gambut hemik adalah gambut yang mempunyai tingkat pelapukan sedang
(setengah matang), sebagian bahan telah mengalami pelapukan dan sebagian
lagi berupa serat dan kapasitas mengikat air maksimumnya adalah 450 – 850
%.
 Gambut fibrik adalah gambut dengan tingkat pelapukan awal (mentah) yang
dicirikan dengan tingginya kandungan bahanbahan jaringan tanaman atau sisa
tanaman yang masih dapat dilihat keadaan aslinya dan kapasitas mengikat air
maksimumnya adalah 580 – 3000 %.

III. Maksimum dan Minimum Tillage


Menurut Tohir (2016) pengertian dari minimum tillage dan maksimum
tillage yaitu sebagai berikut:
 Minimum Tillage
Pengolahan minimum (minimum tillage) merupakan suatu pengolahan lahan
yang dilakukan seperlunya saja (seminim mungkin), disesuaikan dengan
kebutuhan pertanaman dan kondisi tanah. Pengolahan minimum bertujuan agar
tanah tidak mengalami kejenuhan yang dapat menyebabkan tanah sakit (sick soil)
dan menjaga struktur tanah. Selain itu, dengan pengolahan minimum dapat
menghemat biaya produksi.
Dalam sistem pengolahan minimum, tanah yang diolah hanya pada spot-
spot tertentu dimana tanaman yang akan dibudidayakan tersebut ditanam.
Pengolahan tanah biasanya dilakukan pada bagian perakaran tanaman saja (sesuai
kebutuhan tanaman), sehingga bagian tanah yang tidak diolah akan terjaga
struktur tanahnya karena agregat tanah tidak rusak dan mikroorganisme tanah
berkembang dengan baik.
Pada pengolahan minimum, tidak semua lahan tidak diolah sehingga ada
spot-spot dari lahan tersebut yang diistirahatkan. Hal tersebut dapat memperbaiki
struktur tanah karena dalam lahan yang diistirahatkan, mikroorganisme tanah akan
melakukan dekomposisi bahan-bahan organik. Selain itu, mikroorganisme akan
mengimmobilisasi logam-logam berat sisa pemupukan yang ada dalam tanah
sperti Al, Fe dan Mn.
 Maksimum Tillage
Pengolahan lahan secara maksimal merupakan pengolahan lahan secara
intensif yaang dilakukan pada seluruh lahan yang akan ditanami. Ciri utama
pengolahan lahan maksimal ini antara lain adalah membabat bersih, membakar
atau menyingkirkan sisa tanaman atau gulma serta perakarannya dari areal
penanaman serta melalukan pengolahan tanah lebih dari satu kali baru ditanamai.
Pengolahan lahan maksimum mengakibatkan permukaan tanah menjadi
bersih, rata dan bongkahan tanah menjadi halus. Hal tersebut dapat
mengakibatkan rusaknya struktur tanah karena tanah mengalami kejenuhan,
biologi tanah yang tidak berkembang serta meningkatkan biaya produksi.

SUMBER PUSTAKA

Mega, I Made. 2010. Buku Ajar Klasifikasi Tanah. Universitas Udayana.


Denpasar.
Notohadiprawiro, T. 1997. Twenty-Five Years Experience in Peatland
Development for Agriculture in Indonesia. Dalam : Biodiversity and
Sustainability of Tropical Peatlands (J.O. Rieley and S.E. Page, Eds.),
Samara Publ. Ltd., Cardigan. H. 301 – 309.
Tohir. 2016. 3 Jenis Pengolahan Tanah dan Lahan Pertanian. Terdapat pada:
http://chyrun.com/jenis-pengolahan-tanah-lahan-pertanian/ (diakses pada 20
Maret 2019, pukul 21.54 WIB)

Anda mungkin juga menyukai