PENGERINGAN
Hasil pertanian merupakan bahan biologi yang pada saat dipanen
merupakan bahan yang masih hidup. Dalam proses pengolahan hasil
pertanian banyak cara yang dapat ditempuh dan salah satu cara adalah
pengeringan yang secara umum dapat diartikan sebagai upaya untuk
mengurangi kandungan air bahan pangan dengan jalan penguapan
sampai batas aman untuk disimpang lama. Dengan pengeringan ini
merupakan kegiatan themis dan mikrobiologis yang dapat menurunkan
kadar air sehingga produk pertanian dapat dipertahankan mutunya.
Diperkirakan 40 sampai 60 persen dari tanaman serelia dan
kacang-kacangan
di
Negeri
ASEAN
dipanen
pada
musim
hujan.
susut
pasca
panen
karena
pengeringan
di
Indonesia
adalah
merupakan
suatu
proses
penghantaran
massa dan panas dengan perpindahan dari cairan bahan menjadi uap
dan dihantarkan ke udara, juga karena adanya perbedaan suhu dai
dalam dan di luar bahan.
Beberapa pengertian yang berkaitan dengan proses pengeringan
adalah:
1. Pengeringan adalah pengurangan/penurunan kadar air sampai
dengan
keadaan
yang
seimbang
dengan
udara
luar
(lingkungan)
2. Dehidrasi adalah penguapan/penurunan kadar air sampai
dengan kering mutlak
panas
sinar
matahari.
Untuk
mencegah
Alas
terpal/plastik
penjemuran.
dapat
Beberapa
juga
dipakai
keuntungan
untuk
alas
penggunaan
alas
terpal/plastik adalah :
o Memudahkan pengumpulan untuk pengarungan gabah pada
akhir penjemuran.
o
Memudahkan
penyelamatan
gabah
bila
pada
waktu
dengan
menggunakan
Flat
Bed
Dryer
Api
dari
sumber
panas
akan
dihembuskan
ke
motor
penggerak,
dan screw
conveyor
discharge.
dengan
continuous
flow
dryer
dilakukan
Proses
pengeringan
merupakan
penguapan
kandungan
air
sesuatu bahan dari kadar air semula menjadi kadar air yang aman
disimpan. Kadar air suatu bahan terdapat 3 macam yaitu
1. Kadar air permukaan,
2. Kadar air antar sel
3. Kadar air di dalam sel
Proses penguapan akan dimulai dari kadar air permulaan,
kemudian terjadi pengaliran air di atara sel-sel dalam butiran biji
menuju permukaan. Proses pengaliran ini harus berlahan-lahan agar
tidak terjadi keretakan antara sel satu dengan lainnya. Kadar air di
dalam sel adalah jumlah cairan sel dalam butiran biji dan akan mengalir
keluar setelah prosentase kadqar air antara sel menjadi lebih kecil
(rendah). Proses pengaliran air secara osmosis ini, memakan waktu
yang lama, tergantung pada besarnya kadar air mula-mula dan suhu
panas yang dipergunakan. Agar supaya hubungan antara sel satu
dengan lainnya tidak patah (rusak), proses pengeringannya tidak
berlangsung
terus-menerus
dengan
tujuan
supaya
terjadi
keseimbangan kadar air antara bagian luar dengan bagian yang lebi
dalam dari butiran biji. Guna mencapai keseimbangan kadar air, bahan
yang dikeringkan tidak diberi udara panas melainkan alirkan udara
biasa dan waktu yang dipergunakan selama proses ini disebut istirahat
atau tempering priod. Waktu pengeringan adalah jumlah waktu
pengaliran udara panas ditambah dengan waktu istirahat seluruhnya.
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan secara langsung dengan penjemuran
sinar matahari, pengaliran panas dengan paksaan (rekayasa) atau gabungan diantara
keduanya.
Untuk
mencegah
bercampurnya
kotoran,
kehilangan,
memudahkan
pengumpulan dan menghasilkan penyebaran panas yang merata, maka penjemuran harus
dilakukan dengan menggunakan alas. Penggunaan alas untuk penjemuran telah
berkembang dari anyaman bambu kemudian menjadi lembaran plastik/terpal dan terakhir
lantai dari semen/beton.
b. Pengeringan buatan
Pengeringan buatan merupakan alternatif cara pengeringan padi bila penjemuran
dengan matahari tidak dapat dilakukan. Secara garis besar pengeringan buatan dibagi atas
3 bentuk, yaitu tumpukan datar (Flat Bed), Sirkulasi (Recirculation Batch) dan kontinyu
(Continuous-Flow Dryer).
Produk pangan yang dikeringkan dengan pengering tipe lemari diletakkan pada
tray-tray yang selanjutnya dipindahkan kedalam suatu ruang pengering tempat
dimana produk tersebut diekspose pada udara pengering..
b) Pengering Lorong
Pada pengering tipe lorong ini, produk yang akan dikeringkan diletakkan pada
tray-tray, tray tersebut kemudian disusun per unit tumpukan seperti pada pengering
tipe lemari,
2) Pengeringan Bed Bergerak
Perbedaan utama sistem pengeringan tipe ini dengan sistem pengeringan tipe
tray tetap adalah adanya pergerakan produk yang menciptakan efek pengadukan
sehingga membantu proses pengeringan yang terjadi.
a) Conveyor Drying
Pada pengeringan tipe ini produk yang akan dikeringkan diletakkan
sebagai suatu lapisan pada suatu konveyor bergerak yang berlubang pada
bagian dasarnya. Udara panas pengeringan melewati lubang-lubang tersebut
bisa dengan arah dari bawah keatas atau sebaliknya. Biasanya pengering ini
hanya dipakai untuk mengeringkan produk hingga kadar air sekitar 27%,
selanjutnya diteruskan dengan alat pengering lain.
b) Belt Drying
Pengadukan pada sistem pengering tipe ini tercipta karena gerakan belt
selama pengeringan, sehingga partikel produk pangan yang dikeringkan lebih
seragam keringnya.
4) Pengeringan Drum
System Pengeringan Drum dipakai untuk mengeringkan bahan pangan
berbentuk bubur. Drum berbentuk silinder dipanaskan dan berputar pada suatu
poros. Bahan berbentuk bubur akan mengering bila dijatuhkan melekat pada
permukaan drum tersebut, yang selanjutnya setelah kering di kerat dengan aksi
sebuah pisau untuk mendapatkan produk keringnya. Ada dua tipe, single atau
double drum dryer . Drum pada double drum dryer akan bergerak berlawanan arah,
jarak antara kedua drum dipakai untuk mengontrol ketebalan lapisan yang
dikeringkan
c. Pengeringan gabungan
System pengeringan adalah merupakan gabungan antara penjemuran
dengan pengeringan buatan, sehingga kalau matahari cerah maka dipakai
penjemurannya dan apabila hujan dipakai sumber panas lain, baik dari listrik
maupun sumber api.
mengalami
keseimbangan
hygroskopis
dengan
lingkungan
Wm2
Wd
= berat
kering (kg)
Wd
lengas yang diucapkan (kg)
Wd
WE
= berat
Bila : M1, M2 = kadar air awal dan akhir berat dasar kering (%)
m1, m2 = kadar air awal dan akhir berat dasar basah (%)
maka :
Wm 1
m1 =
X 100 %
Wm 1 + Wd
Wm 2
m2 =
X 100 %
Wm 2 + Wd
Wm 1
M1 =
X 100 %
Wd
m1
X 100 %
100 - m 1
Wm 2
M2 =
X 100 %
Wd
m2
X 100 %
100 - m 2
WE
m 1 - m2
=
Wm1
100 m 2
WE
100 M1
m 1 - m2
=
Wm2
M 1 M2
=
M 1 M2
=
100 m1
100 M2
atau
Qa (0,24 + 0,45 H1)(t2 t1) T = Wd {(tg2 tg1) + Cw(tg2 tg1) M1
+ (M1 - M2) hfg}
Wd {(tg2 tg1) + Cw (tg2 tg1) M1 + (M1 - M2) hfg}
Qa =
(0,24 + 0,45 H1)(t2 t1) T
Keterangan :
Cw = panas sepesifik air, kkal/kg 0C
Cg = panas sepesifik bahan, kkal/kg 0C
0
tg1 = suhu awal bahan,
C
0
tg2 = suhu akhir bahan,
C
H1 =humudity udara pengering masuk ke dalam dryer
H2O/kg udara kering)
hfg = rerata panas laten penuapan air dari bahan
kkal/kg
T
= waktu pengeringan
(jam)
(kg
mv
H=
=
Massa udara kering
ma
Pv . V
mv =
Pv . V
,
ma =
Ra . T
Rv . T
H = (Ra/Rv) X (Pv/Pa)
Rv = G/Mv
Ra = G/Ma
= volume udara
= suhu udara
kkal/kg0C
Keterangan :
0,24 = kalor spesifik udara kering
0,45 = kalor spesifik rerata uap air
kkal/kg0C
kkal/kg0C
4. Entalpi
(h)
Entalpi dari udara kering dan uap air yaitu merupakan jumlah
kandungan panas dari 1 kg udara kering denga uap airnya. Bila
sebagai suhu dasar 00C dan tekanan 1 atm, maka entalpi pada
t0C adalah :
h = Cp tdb + H hs
hs = tdb + Ldp + 0,45 (tdb tdp)
h = Cp tdb + H {tdb + Ldp + 0,45 (tdb tdp)}
Keterangan :
kkal/kg0C
Cp
tdb
hs
kkal/kg
tdp
Ldp
= 597 kkal/kg0C
Sehingga :
h = 0,24 tdb + H (597 + 0,45 tdb)
5. Volume spesifik
(v)
)}
m3/kg
= suhu
(0C)
6. Volume jenuh
Volume jenuh adalah volume 1 kg udara kering dan udara
basah
7. Titik embun
Titik embun adalah suhu dimana campuran udara dan uap air
didinginkan sampai mencapai titik jenuh.
Dari hal tersebut di atas merupakan perhitungan secara impiris,
untuk memudahkan dalam perhitungan dapat digunakan drafig yang
disebut PSYCHROMETRIC CHART. Dalam menggunakan grafik
psychrometric chart ini minimal kita ketahui 2 unsur utama, terutama
suhu yaitu suhu bola basah (wet bulb) dan bola kering (dry bulb). Suhu
bola kering adalah suhu udara yang diukur dengan termometer biasa.
Sedangkan suhu bola basah adalah suhu dari udara yang diukur dengan
termometer biasa diselubungi dengan kain yang basah.
Suhu bola basah pada psychrometric chart adalah condong ke
atas kiri dan sejajar garis entalpi. Sedankang suhu bola kering adalah
merupakan garis tegak lurus, udara lembab (kelembaban relatif) adalah
merupakan garis cekung ke atas kanan, volume spesifik membentuk
garis lebih tajam daripada garis suhu bola basah, titik embun persis
pada kelembaban 100 % (ujung suhu bola basah kiri atas dengan
kelembaban relatifnya yang 100 %), dan kelembaban absolut (humidity
absolut) merupakan garis horizontalnya.
TONTOH SOAL
Udara dengan tekanan 1 atm pada kondisi suhu dry bulb (tdb) 260C
dan kelembaban absolut = 0,01 kg H2O/kg udara kering.
Tentukan dengan perhitungan, tdw,
Psychrometric Chart
, s, h, v, dengan memakai
RH
Jawab :
Dik.
P = 1 atm.
tdb = 260 C
H = 0,01 kg H2O/kg udara kering.
tdb
Pv = 0,0161
kg/cm2
1 Pv
RH = (Pv/Ps) X 100 %
pada tabel uap air
Ps = 0,03426
kg/cm
0,0161
RH
=
X 100%
= 46,9 %
0,03426
Entropi (s)
kkal/kg0C
S = 0,24 + 0,45 H
S = 0,24 + 0,45 X 0,01 = 0,2445
kkal/kg0C
Entalpi (h)
h = 0,24 tdb + H (597 + 0,45 tdb)
= 0,24 X 26 + 0,01 (597 + 0,45 X 26) = 12,327 kkal/kg ------1 kkal = 4,2 Kj, maka :
h = 51,773 Kj/kg
)}
273
273 + 26
V = {(0,77 + 1,22 H)(
= 0,86 m3/kg
)}
273
= 0,24 kkal/kg0C
= 51 Kj/kg
= 0,87 m3/kg
a. Pindah Panas
Pindah panas adalah sebuah operasi yang sering terjadi berulang-ulang pada
industri pangan. Pindah panas adalah proses yang dinamis yaitu panas dipindahkan
secara spontan dari satu badan lain ke badan lain yang lebih dingin. Kecepatan pindah
panas tergantung pada perbedaan suhu antara kedua badan, makin besar perbedaan,
makin besar kecepatan pindah panas.
Perbedaan suhu antara sumber panas dan penerima panas merupakan gaya tarik
dalam pindah panas. Peningkatan perbedaan suhu akan meningkatkan gaya tarik
sehingga meningkatkan kecepatan pindah panas. Panas yang melalui satu badan dari
badan lain, pindah menembus beberapa perantara, yang pada umumnya memberikan
penahanan pada aliran panas. Kedua faktor ini, yaitu perbedaan suhu dan penahan aliran
panas, mempengaruhi kecepatan pindah panas.
Faktor-faktor ini dihubungi oleh persamaan :
Kecepatan pindah = gaya tarik / penahan
Untuk pindah panas :
Laju pindah panas = perbedaan suhu / penahan perantara aliran panas
Selama pengolahan, suhu banyak berubah, sehingga laju pindah panas akan
berubah. Hal ini disebut pindah panas tidak tetap, sebagai lawan pindah panas tetap, yaitu
suhu selama proses tidak berubah. Pindah panas tidak tetap jauh lebih kompleks, karena
adanya penambahan variabel waktu masuk ke dalam persamaan kecepatan
Konduktivitas Panas
Konduktvitas panas merupakan jumlah panas yang dilewatkan secara konduksi
setiap unit waktu melalui satu unit ketebalan dengan satu gradien suhu pada ketebalan
tersebut (W/(m. o C)). Semakin tinggi kadar air produk pangan, maka konduktivitas
1. Konduksi (Hantaran)
Konduktivitas panas
Konduktivitas panas adalah parameter yang menunjukan kemampuan bahan untuk
mentransmisikan panas dari satu titik ke titik lainnya dari bahan tersebut dalam satuan
waktu tertentu. Pengetahuan dari sifat ini bermanfaat untuk berbagai aplikasi, di antaranya
untuk menentukan waktu sterilisasi dari proses pengalengan bahan pangan, menentukan
besarnya energi yang digunakan dalam proses pemanasan atau pendinginan, dan
menentukan lama pendinginan/pembekuan. Besarnya nilai konduktivitas panas dari suatu
bahan bergantung pada struktur fisik, densitas, temperatur, komposisi kimia (air, protein,
lemak, dan sebagainya), dan fase bahan (padat, cair, atau gas).
Secara umum, konduktivitas diilustrasikan dengan persamaan:
di mana,
adalah panas yang diberikan (Joule),
adalah waktu (detik),
adalah temperatur (K),
adalah panjang atau tebal (m),
( T1 -
T1
R
T2
T2
T1
X
k.A
kA
T1
T3
kC
kB
T2
T2
T4
T1
X
X
T2
T4
kB . A
kC . A
X
B
kA . A
k A . AA
kB . A B
kC . AC
k = V S kS + VL kL + -------- + Vn kn
A
B
1
Vn
VS
=
+
k
+
kS
VL
+ ----kL
kn
2. Konveksi (Aliran)
Yaitu perpindahan energi yang terjadi saat molekul
tingkat tinggi yang berpindah ke bagian lain pada sistem tersebut. Gerakan konstan
yang terjadi karena molekul berpindah dari satu posisi dan digantikan posisinya
oleh molekul lainnya dinamakan konveksi alami. Sedangkan jika perpindahan
molekul dipengaruhi oleh gerakan atau dorongan dari luar dinamakan konveksi
paksa.
Q = h x A x T
T1
T2
A1
R3
A2
T3
R1
T4
T3
R2
T1
T2
T4
1
1
X
h.A
k. A
h.A
Pada berbagai bahan yang tersusun, diperoleh :
T 1 - T4
Q=
1
H . A1
X
k.A
h . A2
3. Radiasi (Pancaran)
Yaitu perpindahan energi dari materi yang satu ke materi yang lainnya dengan
menggunakan gelombang elektromagnetik. Tidak ada kontak antar molekul
dalam hal perpindahan panas dengan cara radiasi.
E = e A T4.
dimana : konstanta Boltzmann : 5,67 x 10-8 W/ m2 K4.
e : emitansi (0 e 1)
b. Sifat Thermal Pangan
1. Panas Spesifik
Bahan pertanian dipanaskan dengan pemanasan listrik. Energi listrik yang
dikeluarkan dibandingkan dengan perbedaan panas yang didapatkan bahan pertanian.
Persamaam umum yang digunakan yaitu:
Dengan
adalah panas yang dihasilkan (Joule, J),
adalah panas jenis (kJ/kg K),
adalah massa sampel (kg),
adalah perubahan temperatur (K),
adalah tegangan listrik (Volt),
adalah kuat arus listrik (ampere),
adalah waktu pemanasan (detik), dan
adalah efisiensi pemanasan.
Jumlah panas yang bertambah atau hilang dari produk pangan setiap ada perubahan
satu unit suhu tanpa terjadinya perubahan bentuk (J/(kg. o C)). Panas spesifik ini
merupakan fungsi dari beberapa komponen dari produk pangan, diantaranya adalah
kadar air, suhu dan tekanan.
Panas spesifik bahan pangan tidak sama satu dengan yang lainnya, tergantung dari
komposi masing-masing bahan pangan, secara impiris dapat ditentukan dengan
persamaan yaitu :
- Panas spesifik menurut Seibel (1892) adalah sebagai berikut:
dimana Xf adalah fraksi lemak, Xs adalah fraksi padatan bukan lemak dan
-
=
m s / s
m w / w
vs
ms
m3
=fraksi air kg
NO.
KUNDUKTIVITAS THERMAL
(W/m.K
UDARA
0,025
PROTEIN
0,20
KARBOHIDRAT
0,245
PADATAN
0,26
LEMAK
0,18
AIR
0,6
ES
2,24
Contoh
1. Panjang sebuah pipa air panas yang terbuat dari tembaga adalah 2 m dan
tebalnya adalah 0,004 m dan mempunyai luas permuakaan sebesar 0,12
2
m .
kamar adalah 15
w/m k
Tentukan hantaran panas melalui dinding pipa tersebut :
DIK. L = 2 M
X = 0,004 m
2
A = 0,12 m
k = 400 W/m K
T1
= 80 = 353 K
T2
= 15 = 288 K
DIT. Q =
PENYLESAIAN.
k.A
Q=
( T1 - T2)
X
(400 W/m K)(0,12
m2 )
Q=
= ( 353 K - 288 K)
0,004 m
4
= 780.000 W = 78 X 10
2. Suatu ikan mempunyai komposisi 0,844 air dan 0,156 padatan (fraksi massa) dan
3
densitas ikan 1000 kg/ m
3
untuk air dan 1590 kg/ m
mw
= 1000 kg/ m
ms
= 0,844
3
= 0,156
3
= 1590 kg/ m
DIT. k = ..
untuk padatan.
m s / s
mw / w
0,156 1590
vs
kg/ m
=
0,156/1590 kg/ m
+ 0,844/1000 kg/ m
= 0,104
Sedangkan fraksi volume airnya adalah
vW
vs
=1
= 1 0,104
= 0,896
SEHINGGA KONDUKTIVITAS THERMAL BAHAN PANGAN ADALAH :
1. Untuk aliran panas sejajar ikan adalah untuk menentukan konduktivitas
thermal masing-masing komposisi konduktivitas thermal bahan pangan dapat
dilihat pada tabel 1. yaitu :
ks
= 0.26 W/m K
kW
= 0,6 W/m K
SEHINGGA :
k IKAN
vs
ks
vW
kW
k ikan
vs
ks
vw
kw
0,104
=
0,896
+
k ikan
0,26 W/m K
0,6 W/m K
= 0,528 W/m K
SEHINGGA KONDUKTIVITAS THERMAL IKAN RATA-RATA ADALAH
(0,565 + 0,528) W/m K
k ikan
=
2
= 0,540 W/m K
3. Suatu bahan pangan yang mempunyai massa 10 kg akan diproses mula-mula
mempunyai temperatur 27 dan setelah proses berlanjut temperaturnya naik
menjadi 127 .
Xw = 80 %
T1 = 27
Xp = 2 %
T2 = 127
Xc = 16 %
Xf = 0,1 %
Xa = 0,9 %
PENY.
1. MODEL SIEBEL
= 1,242 X 0,16 + 1,549 X 0,02 + 1,675 X 0,001 + 0,937 X 0,009 + 4,187 X 0,8
= . kJ/kg
SEHINGGA :
Q = m Cp T
= 10 kg X . kJ/kg X (127 27)
= .. kJ
1.
perlakuan pemindahan,
pengaliran dan pengangkutan bahan
perlakuan pemanasan,
pendinginan sampai dengan pencampuran bahan baik yang mencakup
a. perubahan phisik,
b. mekanis ,
c. kimia dan
d. mikrobiawi bahan.
Karakteristik Ukuran
Pengecilan ukuran bahan digolongkan dalam 3 kelas (Muljohardjo, 1987):
a. Kisaran Dimensi/ dimension range (ukuran terkecil 3,125 mm)
b. Kisaran Ayakan/ sieve range(0,07-3,125 mm)
c. Kisaran Mikroskopis (kurang dari 0,07 mm)
Ukuran yang digunakan dinyatakan dengan mesh maupun mm. Mesh
adalah jumlah lubang yang terdapat dalam satu inchi persegi (square inch),
jika dinyatakan dalam mm maka angka yang ditunjukkan merupakan besar
material yang diayak.
2.
Pengayakan
a. Proses pemisahan partikel yang berdasarkan atas ukuran partikel terutama
dalam keadaan kering dan dikenakan terhadap bahan-bahan yang bersifat
heterogen padat.
b. Bahan yang lolos ayakan disebut oversize atau overflow
c. Ayakan Tyler
d. Salah satu cara penentuan kelembutan butiran hasil penggilingan
e. Mesin pengayak disebut Rotap memiliki gaya ayakan tertentu dan dapat
diatur waktu pengoperasiannya
3. Modulus Kehalusan (Fineness Modulus, FM)
a. Menyatakan keseragaman bahan (tingkat kehalusan) dengan jumlah berat
bagian yang tertinggal pada tiap-tiap ayakan/saringan yang digunakan dibagi
100.
Jumlah % bahan tertinggal kumulatif
FM =
100
b. Ukuran rata-rata sebuah bahan (D) dinyatakan dalam inchi dengan
menggunakan rumus:
D = 0,0041 (2)FM
c. Perhitungan hasil pengayakan
Mesh. No
%Bahan Tertinggal
% Tertinggal Kumulatif
3/8
X1
X1
X2
X1+X2
X3
X1+X2+X3
14
X4
X1+X2+X3+X4
30
X5
X1+X2+X3+X4+X5
50
X6
X1+X2+X3+X4+X5+X6
100
X7
X1+X2+X3+X4+X5+X6+X7
Pan
X8
Total
100
Jumlah Total
1.
Pemotongan
Partikel
yang
dihasilkan
memiliki
deformasi
minimum
dan
sesungguhnya
diperlukan.
Operasi
ini
dilakukan
untuk
lebih menguntungkan.
Sifat dan Fungsi Tepung
a.
Sifat kimia
Sifat kimia pada bahan pangan menunjukkan perubahan
komposisi
kimia
yang
terkandung
setelah
mengalami
proses
pati,
dan
kimia
juga
1)
Rendemen
Rendemen merupakan perbandingan berat produk yang
diperoleh
terhadap
berat
bahan
baku
yang
digunakan.
tepung
pengolahan
menyatakan
sehingga
dapat
nilai
efisiensi
dari
jumlah
tepung
diketahui
proses
yang
Starch Damage
Starch
damage
terjadi
terutama
diakibatkan
oleh
gaya
3)
Densitas kamba
Densitas kamba menunjukkan perbandingan antara berat
Nilai pH
pati. Pati jagung mempunyai ukuran yang cukup besar dan tidak
homogen yaitu untuk viskositas yang cenderung tinggi dan tetap
dipertahankan atau meningkat selama pemanasan.
c.
Sifat fungsional
Sifat fungsional merupakan sifat fisikokimia yang mempengaruhi
perilaku
komponen
tersebut
dalam
makanan
selama
persiapan,
yang
mempengaruhi
tinggi.
kemudahan
Kapasitas
dalam
penyerapan
air
menghomogenkan
juga
adonan
2)
Kapasitas emulsi
Kapasitas
emulsi
merupakan
kemampuan
larutan
atau
dihasilkan.
Emulsifier
berfungsi
mengontrol
kohesivitas,
bagian
dari
mineral
atau
Kristal
dari
Kompresi tekanan)
Impak (pukulan)
Atrisi (gesekan)
Pemotongan
Kompresi umumnya digunakan utnuk pemecahan kasar zat
hasil
halus.Berdasarkan
yang
ukuran
berukuran
zat
padat
kasar,
yang
sedang
akan
dan
dikecilkan
1.
2.
1 sampai 3 inchi
3.
Pemecah halus, yaitu menghasilkan padatan dengan ukuran
0,25 sampai 0,5 inchi
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan
secara
mekanik
berdasarkan
perbedaan
ukuran
partikel.
maka
perlu
dilakukan
pengayakan.
Pada
proses
4. Ukuran ayakan
5. Waktu pengayakan
6. Sifat bahan yang akan diayak
Tujuan dari proses pengayakan ini adalah:
1. Mempersiapkan produk umpan (feed) yang ukurannya sesuai
untuk beberapa proses berikutnya.
2. Mencegah masuknya mineral yang tidak sempurna dalam
peremukan (Primary crushing) atau oversize ke dalam proses
pengolahan berikutnya, sehingga dapat dilakukan kembali
proses peremukan tahap berikutnya (secondary crushing).
3. Untuk meningkatkan spesifikasi suatu material sebagai produk
akhir.
4. Mencegah masuknya undersize ke permukaan
Pengayakan biasanya dilakukan dalam keadaan kering dan
dalam keadaan basah
Permukaan ayakan yang digunakan pada screen bervariasi, yaitu:
1. Plat yang berlubang (punched plate, bahan dapat berupa baja
ataupun karet keras.
2. Anyaman kawat (woven wire), bahan dapat berupa baja, nikel,
perunggu, tembaga, atau logam lainnya.
3. Susunan batangan logam, biasanya digunakan batang baja
(pararel
rods).
lingkaran,
Penggunaan
bentuk
persegi
ataupun
bukaan
ini
persegi
tergantung
dari
panjang.
ukuran,
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kecepatan
material
untuk
2.
4.
Kandungan air
Kandungan air yang banyak akan sangat membantu tapi bila
hanya sedikit akan menyumbat screen.
Alat Ayakan
Berdasarkan gerak pengayak, alat ayakan dibagi menjadi 2 jenis:
Stationary screen
Dynamic screen.
4. Oscillating
5. Reciprocating
6. Tromel/Revolving
Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan screen:
1. kapasitas, kecepatan hasil yang diinginkan.
2. Kisaran ukuran ( size range),
3. Sifat bahan : densitas, kemudahan mengalir (flowability),
4. Unsur bahaya bahan : mudah terbakar, berbahaya, debu yang
ditimbulkan.
5. Ayakan kering atau basah.
Pemilihan screen berdasarkan ukuran.
Kapasistas Screen
Kapasitas screen secara umum tergantung pada:
1. Luas penampang screen
2. Ukuran bahan
3. Sifat dari umpan seperti; berat jenis,
kandungan
temperature
4. Tipe mechanical screen yang digunakan.
Randemen hasil pengecilan bahan pangan
Randemen hasil pengecilan bahan pangan dapat diperoleh dengan persamaan :
Berat awal berat akhir
Randemen =
X 100 %
Berat akhir
Berat awal berat akhir
Randemen mesh =
Berat awal
X 100 %
air,
4. Filtrasi
Proses pemisahan suatu campuran homogen, prinsipnya merupakan pemisahan dari
terbentuknya suatu fase baru sehingga campuran menjadi suatu campuran heterogen yang
mudah dipisahkan. Fasa baru terjadi / terbentuk dari adanya perbedaan sifat fisik dan
kimiawi masing-masing komponen.
Campuran memang adalah materi yang tersusun dari dua jenis zat murni atau lebih
dan masih memiliki sifat-sifat dari zat penyusunnya. Kebanyakan materi yang berada di
alam ini tidak murni, melainkan masih berupa campuran. Seperti halnya udara yang kita
hirup setiap hari sampai air laut yang berada di samudera. Udara sendiri terdiri dari
beberapa macam zat seperti oksigen, nitrogen, uap air dan yang lainnya. Sedangkan air
terdiri dari air, garam, dan zat yang lainnya.
Untuk memperoleh zat murni, kita harus memisahkannya dari campurannya.
Prinsip pemisahan campuran didasarkan pada perbedaan sifat-sifat fisis zat penyusunnya,
diataranya seperti wujud zat, ukuran partikel, titik leleh, titik didih, sifat magnetik,
kelarutan, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah beberapa metode dalam memisahkan
campuran.
Berbagai metode tujuh digunakan untuk terjadinya suatu fase baru sehingga
campuran homogen dapat dipisahkan adalah:
1. Corong pisah
2. Filtrasi (penyaringan)
3. Dekantasi
4. Sentrifugasi
5. Evaporasi (penguapan)
6. Destilasi (penyulingan)
7. Kristalisasi
8. Sublimasi
9. Kromatografi
10. Ekstraksi
a. Leaching
b. Ekstraksi cair-cair
c. Ekstraksi padat-cair
11. Traksi
12. Adsorpsi
1. Corong Pisah
Corong pisah atau corong pemisah adalah peralatan laboratorium yang
digunakan untuk memisahkan komponen-komponen suatu campuran yang tersusun oleh
dua jenis cairan yang tidak saling melarutkan. Contohnya memisahkan campuran air
dan minyak.
Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola. Corong ini
mempunyai penyumbat di bagian atas dan keran di bagian bawah. Corong pemisah
yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat
dari kaca ataupun Teflon. Untuk memakai corong ini, campuran dimasukkan ke dalam
corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian ditutup dan
digoyang dengan kuat supaya larutan tercampur. Corong kemudian didiamkan agar
terjadi pemisahan komponen penyusun campuran. Penyumbat dan keran corong
kemudian dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.
2. Filtrasi (penyaringan)
Dekantasi dapat digunakan sebagai salah satu alat alternatif selain filtrasi untuk
memisahkan cairan dan padatan. Dekantasi dilakukan dengan cara menuang cairan
secara perlahan-lahan, dengan demikian padatan akan tertinggal di dalam wadah
tersebut. Metode jenis memang terbilang lebih cepat daripada filtrasi, namun hasilnya
masih kurang efektif. Hasil akan menjadi lebih efektif bila ukuran zat padat jauh lebih
besar, misalnya campuran air dengan kerikil.
4. Sentrifugasi
Metode jenis ini sering dilakukan sebagai pengganti filtrasi bila partikel
padatan sangat halus dan jumlah campurannya lebih sedikit. Metide sentrifugasi
digunakan secara luas untuk memisahkan sel-sel darah dan sel-sel darah putih dari
plasma darah. Dalam hal ini, padatan adalah sel-sel darah dan akan mengumpul di
dasar tabung reaksi, sedangkan plasma darah berupa cairan berada di bagian atas.
5. Evaporasi (penguapan)
Penguapan
merupakan
suatu
teknik
untuk
dapat
bisa
Selama
sebagai residu
Penyulingan (destilasi)
Penyulingan ialah suatu teknik dalam suatu pemisahan
campuran yang terjadi berdasarkan pada perbedaan suatu titik didih
yang terdiri dari masing-masing komponen yang ada dalam suatu
campuran. Proses pemisahan campuran ini dilakukan dengan
caradengan cara penyulingan dilakukan dengan dua cara, yaitu
yang pertama adalah dengan cara penguapan pengembunan.
Campuran itu mula-mula dipanaskan sampai di atas titik didih zat
yang akan dipisahkan. Karena titik didih zat yang akan dipisahkan
lebih rendah dari titik didih campuran maka zat tersebut akan
menguap lebih dahulu. Uap yang terbentu: selanjutnya didinginkan
sehingga menjadi cairan.
7. Kristalisasi
9. Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu tekniik dalam pemisahan suatu
campuran dengan cara menguraikan partikel yang berwarna. Dalam
campuran tersebut penguraian partikel tersebut berubah menjadi
komponen-komponen penyusunnya. Kromatografi biasa digunakan
dalam industri makanan yang berguna untuk mengetahui suatu
pewarna makanan berbahaya atau tidak bagi kesehatan.
10. Ekstraksi
cara melarutkan zat tersebut pada pelarut yang sesuai. Ekstraksi biasanya
dilakukan pada industri teh botol.
11.
Traksi
Straksi ialah pemisahan dalam suatu zat dari campurannya
1. Pendahuluan
Setiap makanan atau produk pangan pasti memiliki warna, bau dan rasa. Demikian
pula mereka masing-masing memiliki sifat mekanis yang unik, bisa keras atau lunak, liat
atau empuk, lembut atau kasar, rapuh, renyah, mudah dan tidak mudah mengalir, dan
seterusnya.
Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menguji sifat mekanis produk pangan.
Pertama, menggunakan indera manusia, dengan cara menyentuh, memijit, menggigit,
mengunyah, dan sebagainya, selanjutnya kita sampaikan apa yang kita rasakan. Ini yang
disebut dengan analisa sensori. Karena reaksi kita sebagai manusia yang menguji berbedabeda, maka diperlukan analisa statistik untuk menyimpulkan skala perbedaan ataupun
tingkat kesukaan penguji terhadap produk tersebut. Cara uji kedua dengan pendekatan
fisik, menggunakan instrument atau peralatan tertentu, hasilnya dinyatakan dengan unit
satuan meter (m), kilogram (kg) dan detik (dt). Pendekatan fisik untuk mempelajari sifat
mekanis bahan disebut rheology. RHEOLOGY adalah suatu cabang ilmu fisik yang
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perubahan bentuk suatu mat erial. Gesekan
antara bahan padat, sifat alir material bentuk tepung, bahkan pengecilan ukuran suatu
partikel seperti pada proses penggilingan, proses emulsifikasi dan atomisasi juga
termasuk.
Mengapa kita mempelajari Rheology ?
Ada beberapa alasan utama kenapa kita mempelajari sifat reologi suatu bahan.
Pertama, Kita bisa melihat lebih dalam struktur suatu bahan. misalnya hubungan antara
ukuran molekul dan bentuk nya dalam suatu larutan terhadap kekentalan, hubungan antara
tingkat cross-linkage polymers dengan elastisitasnya. Kedua, test reologi sering
diterapkan untuk mengontrol bahan dasar dan mengontrol proses suatu pengolahan.
Contohnya: sifat reologi adonan tepung gandum pada pengolahan roti. Ketiga,
pengetahuan reologi diperlukan didalam mendesain alat tertentu seperti pompa, pipa-pipa
aliran. dan lainnya. Desain akan lebih efektif bila reologi bahan yang menggunakan
pompa atau melalui pipa alir tersebut diketahui. Keempat, Penerimaan konsumen terhadap
suatu produk dipengaruhi oleh sifat reologinya. Misalnya, mudah tidaknya jam atau selai
dioleskan, liat dan empuknya daging, dan sebagainya.
Kendala dalam mempelajari reologi suatu produk pangan secara garis besar
disebabkan oleh: pertama, sangat bervariasinya produk pangan, ada yang bersifat padat,
cair atau gas, dan ada yang dalam bentuk-bentuk antaranya. Kedua, disebabkan karena
masing-masing produk tersebut mempunyai sifat berbeda pada kondisi yang berbeda.
Contohnya, sebuah batu bersifat sebagai bahan padat, tapi kumpulan batu bisa
dikatagorikan bersifat sebagai bahan cair. Kapankah hal ini terjadi?
Referensi
Karena bervariasinya sifat reologi bahan, maka ahli reologi mendefinisikan
bentuk-bentuk bahan ideal. Bahan padat ideal dan bahan cair ideal. Artinya kalaupun ada
bahan-bahan padat yang pada kondisi tertentu bisa bersifat sebagai bahan cair yang bisa
mengalir, tidak demikian halnya bahan padat ideal, yang selalu sebagai bahan padat, tidak
pernah tidak. Bahan padat ideal disebut juga Hooked Solid atau Hookean untuk
mengenang Robert Hooke (1635-1705) pencetusnya, seorang arsitek dari Inggris. Bahan
cair ideal disebut Newton Liquid atau sering juga disebut Newtonian untuk mengenang
pencetusnya Sir Isaac Newton (1642-1726) seorang ahli matematik dari Inggris. Jadi
didunia ini tidak ada bahan yang lebih padat dari pada Hooked Solid dan tidak ada yang
pernah lebih cair dari pada Newton Liquid. Kedua bahan ini tidak mempunyai struktur
dan bersifat isotropik, artinya bersifat sama kesemua arah, dan mengikuti hukumnya
sebagai bahan padat dan bahan cair. Tentu saja kedua bahan ideal ini tidak pernah ada
nyata didunia ini.
Dengan mengkombinasi kedua model reologi ideal ini dikenal Bingham Model
yang mewakili material ideal plastik. Model Maxwell merupakan model ideal viscoelastic liquid dan model Kevin-Voigt mewakili suatu bahan padat.
2. Reologi Bahan Pangan Padat
Dalam mempelajari reologi bahan pangan padat kita perlu mempelajari konsep
mendasar tentang stress dan strain.
STRESS
1. Force adalah suatu beban atau gaya yang dikenakan pada suatu benda yang
mengakibatkan terjadinya deformasi, biasanya tercatat berunit g, kg atau Newton
(1 kg f = 9.807 N).
2. Stress adalah intensitas beban force pada suatu luas permukaan.
stress = (beban force)/luas lintang permukaan
Artinya beban force yang sama dikenakan pada luas lintang permukaan
yang lebih kecil akan memberikan stress yang lebih besar. Contoh: sebuah balok
segi empat dengan ukuran tinggi 2 cm, tebal 1 cm, panjang balok 4 cm, ditekan
dengan beban force 4 N pada salah satu ujungnya, maka stress pada setiap titik
didalam balok tersebut adalah sebesar:
s = ( 4 N) / (0.02 m x 0.01 m) = 20 000 N/m 2 = 20 000 Pa = 20 kPa
3. Satuan Stress. Stress didefinisikan sebagai beban force per satuan luasan, seperti
halnya tekanan. Tekanan hidrostatik pada kenyataannya adalah satu contoh bentuk
stress, satuannya pun sama dengan satuan stress.
4. Compressive Stress. Contoh terapan compressive stress bila kita menekan bola atau
suatu adonan roti misalnya dengan kedua telapak tangan kita.
5. Tensile Stress.Contoh terapan tensile stress terjadi bila kita menarik atau meregang
karet gelang.
6. Normal Stress. Didalam perhitungan, baik compressive maupun tensile stress yang
arah sumbu force nya tegak lurus atau bersudut 90 derajat terhadap lintang
permukaannya disebut dengan normal stress.
7. Shear Stress
Didalam perhitungan, shear stress ini disebut sebagai tangential stress
8. Isotropic Stress adalah stress yang seragam pada semua arah, seperti halnya pada
tekanan hidrostatis.
STRAIN
1. Deformasi. Bila suatu bahan padat dikenakan beban stress, maka satu atau lebih
dimensinya akan berubah. Perubahan dimensi ini mengakibatkan apa yang disebut
dengan deformasi.
2. Strain. Strain adalah perubahan dimensi relatif terhadap dimensi awal.
3. Satuan Strain. Strain merupakan perbandingan antara dua dimensi panjang,
karenanya tidak memiliki satuan.
4. Axial Strain dan Lateral Strain.
5. Poisson's ratio adalah perbandingan antara lateral strain dan axial strain.
6. Volumetric Strain
7. Shear Strain
HUBUNGAN STRESS and STRAIN
1. Bahan Elastik. Objek padat yang dikenai stress akan mengalami deformasi. Bila
stress tersebut dihilangkan bahan kemungkinan akan kembali atau mungkin tidak
akan kembali kepada kekeadaan atau bentuk semula. Bila kembali ke bentuk atau
kekeadaan semula, maka objek padat tersebut merupakan bahan elastik ideal.
2. Hooked's Law. Hukum Hooked ini mengatakan bahwa strain yang terjadi
berbanding langsung dengan stress yang dikenakan.
3. Modulus Young ( E ) Konstanta E pada Hukum Hooked disebut dengan Modulus
Young, yang merupakan ketahanan material terhadap deformasi.
4. Bulk modulus ( K )
5. Shear modulus ( G ) adalah the ratio antara shear stress dan shear strain.
Jadi sifat reologi bahan padat dikaraterisasikan oleh 4 konstanta yaitu Modulus Young
( E ), Modulus Shear (G ), Poisson's ratio ( ) dan Bulk Modulus ( K ). Keempat
konstanta ini dihubungkan dengan persamaan
E = 3K(1-2 ) = 2(1 + )G
Artinya, hanya 2 konstanta yang perlu ditentukan melalui percobaan. Untuk
bahan padat dengan nilau = 0,5 maka persamaan bisa disederhanakan
menjadi :
E=3G
Reologi Bahan Pangan Likuid dan Bahan Pangan Semi Padat
Bahan pangan likuid seperti susu, madu, sari buah dan minuman lainnya
serta minyak sayur menunjukkan sifat alir yang sederhana. Bahan pangan likuid
yang leih kental seperti saus salad, saus tomat dan mayonais mempunyai sifat yang
lebih rumit. Bahan pangan semipadat seperti selai kacang dan margarin beraksi
diantara bahan padat dan likuid, Hampir semua bahan pangan ini dialirkan dengan
pompa pada suatu tahap pengolahan ataupun pengemasannya, oleh karena itu
karakteristik sifat alirnya penting untuk menentukan kebutuhan tenaga pada proses
pemompaan, untuk menentukan ukuran pipa yang digunakan. Pengangkutan bahan
pangan likuid dengan pemompaan ini ditentukan oleh massa jenis dan
viskositasnya.
VISKOSITAS
FLUIDA NEWTONIAN IDEAL
Untuk fluida newtonian ideal shear stress merupakan fungsi linear shear rate,
dengan konstanta merupakan dynamic viscosity.
? = - (dv/dy)
Beberapa bahan pangan likuid seperti susu, jus apel, jus jeruk, bir dan wine
menunjukkan bahwa mereka adalah bahan pangan likuid Newtonian. Satuan viskositas
DAFTAR FUSTAKA
1. Lewis, M, J,. 1987, Physical Properties of Foods and Food Processing
Systems, England.
2. Normab, W. Desrosier, Ph.D, Penerjemah Muchji Muljohardjo, 1988,
Teknologi Pengawetan Pangan, Edisi Ke tiga, Pen. Universitas Indonesia,
Jakarta
3. Smith, P.G. (2011). Introduction to Food Process Engineering, 2nd ed .
Springer. ISBN 978-1-4419-7661-1. Diakses tanggal 19 September 2013
4. S. M. Hendarson, M.S and. R.L Perry, M.E, 1982. Agricultural Process
Engineering, Third Edision, USA.
5. http://ekaandrians.blogspot.com/2014/09/penghancuran-dan-pengayakan.html
6. https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/tampilajar.php?
ver=11&idmateri=607&mnu=Materi3&kl=7
7. https://fitriaeko81.wordpress.com/kimia-kelas-ix-2/4-pemisahan-campuran/
8. https://bisakimia.com/2012/12/04/macam-macam-pemisahan-campuran/
9. https://id.wikipedia.org/wiki/Proses_pemisahan