Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Prisma Myristica

15
Volume 1, nomor 1, Februari 2019

PENGARUH KONSENTRASI PENYUNTIKAN FILTRAT


BUAH NENAS TERHADAP KEEMPUKAN, CITARASA DAN pH
DAGING AYAM PETELUR AFKIR DILIHAT DARI
WAKTU SETELAH PEMOTONGAN
The Effect of Concentration of Pineapple Filtrate Injections on Tenderness,
Flavour and pH of Rejected Laying Chicken Meat Seen From
The Time After Cutting

Filan O. Mandang
Universitas Prisma

ABSTRAK
Ayam petelur merupakan salah satu jenis ternak unggas, di samping sebagai penghasil telur juga sebagai sumber
daging, tetapi pada umumnya masyarakat atau konsumen kurang menyukai daging ayam petelur karena dagingnya
keras (alot) sehingga dapat menurunkan nilai ekonomis dari daging tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah pengempukan dengan menggunakan enzim proteolitik yang terdapat dalam buah nenas. Penelitian ini
menggunakan ayam petelur tua yang tidak produktif lagi, tipe Logman dengan berat hidup rata-rata 1,85 kg dan
berumur sekitar 22 bulan sebanyak 24 ekor. Bahan pengempuk yang digunakan adalah buah nenas jenis nenas Bogor
yang berumur 12 bulan, berupa filtrat murni. Bahan kimia yang digunakan adalah aseton dan aquades. Penelitian ini
dilaksanakan melalui suatu percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan pola petak terbagi
dalam waktu 2 x 4 dengan ulangan sebanyak 3 kali. Sebagai perlakuan adalah konsentrasi penyuntikan filtrat buah
nenas 3 dan 6 mg/kg berat badan dan waktu setelah pemotongan 30, 60, 90 dan 120 menit. Variabel yang diamati dalam
pengujian ini adalah keempukan, citarasa dan pH daging. Untuk keempukan dan citarasa dilakukan pengujian
organoleptik dengan menggunakan 25 panelis, sedangkan untuk pH diukur dengan menggunakan pHmeter. Untuk
organoleptik menggunakan 25 orang panelis setengah terlatih dalam meminta tanggapannya. Hasil analisa keragaman
menunjukkan konsentrasi filtrat buah nenas dan waktu setelah pemotongan memberikan pengaruh yang berbeda nyata
(P<0,01) terhadap keempukan, citarasa dan pH daging ayam petelur afkir. Berdasarkan hasil analisa data dan
pembahasan terhadap semua variabel penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan konsentrasi filtrat
buah nenas 3 dan 6 mg/kg dengan waktu sampai dengan 120 menit setelah pemotongan dapat memperbaiki tingkat
keempukan, citarasa, dan pH daging ayam petelur afkir.

Kata Kunci: ayam petelur afkir, filtrat buah nenas, waktu setelah pemotongan.

ABSTRACT
Laying hens are one of the types of poultry, besides being an egg producer as well as a source of meat, but in
general people or consumers don’t like laying chicken because the meat is hard so it cat reduce the economic value of
the meat. One of the ways that can be done is by using proteolytic enzymes contained in pineapple. This research uses
old laying hens that are no longer productive, logman type with an average living weight of 1,85 kg and around 22
months of age of 24 birds. The constituent used was 12 months of pineapple bogor, pineapple in the form of pure
filtrate. The chemicals used are acetone and distilled water. This research was carried out through an experiment using
a complete randomized design with divided patterns in 2 times 4 with replications 3 times. As a treatment concentration
of pineapple filtrate 3 and 6 mg/kg body weight and time after cutting 30, 60, 90 and 120 minutes. The variables
observed in this test were tenderness, taste, and pH of meat. For tenderness and flavor, organoleptic testing was
carried out using 25 panelist, while for pH it is measured using pHmeter. For organoleptics using 25 half-trained
panelist in asking their responses. The results of diversity analysis showed that pineapple filtrate concentration and the
time after cutting gave a significantly different effect (P<0,01) on tenderness, taste and pH of rejected laing chicken
meat. Based on the results of data analysis and discussion of all research variables, it can concluded that the use of
pineapple 3 and 6 mg/kg of filtrate concentration with up to 120 minutes after cutting can improve tenderness, taste,
and pH of rejected laying chicken meat.

Keywords: reject laying hens, pineapple filtrate,time after cutting.

Filan O. Mandang
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
16
Volume 1, nomor 1, Februari 2019
PENDAHULUAN yang sempurna dimana saluran peredaran
darah dapat membagi dosis enzim ke seluruh
Kesadaran akan pemenuhan gizi pada
jaringan tubuh sesuai dengan proporsi yang
masyarakat akhir-akhir ini semakin
diharapkan, (2) jantung hewan hidup akan
meningkat. Hal ini dikarenakan tingkat sosial,
berfungsi sebagai pemompa enzim ke seluruh
ekonomi dan pendidikan yang semakin tinggi
tubuh, (3) darah hewan dapat berfungsi
yang akhirnya mempengaruhi hal tersebut.
sebagai pengencer enzim yang telah
Kebutuhan gizi ini salah satunya dapat
disuntikkan dan apabila ternak tidak jadi
terpenuhi dengan cara mengkonsumsi daging
disembelih, ternak akan tetap hidup dan
dan produk-produk yang terbuat dari daging.
enzim akan terbuang dari tubuh ternak
Daging merupakan salah satu bahan
tersebut. Dari beberapa penelitian
pangan asal hewani yang bermanfaat bagi
menunjukkan enzim proteolitik seperti
kehidupan manusia, karena daging merupakan
bromelin memiliki kemampuan untuk
bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
mengempukkan daging.
Protein daging mengandung susunan asam
Tujuan dari penelitian ini untuk
amino yang lengkap dan seimbang di samping
mengetahui sejauh mana pengaruh
lemak, vitamin dan mineral.
konsentrasi penyuntikan filtrat buah nenas
Ayam petelur merupakan salah satu
terhadap kualitas daging ayam petelur afkir
jenis ternak unggas, disamping sebagai
dilihat dari waktu setelah pemotongan.
penghasil telur juga berpotensi sebagai
sumber daging. Pada umumnya masyarakat
atau konsumen kurang menyukai daging METODOLOGI PENELITIAN
ayam petelur karena dagingnya keras (alot)
sehingga dapat menurunkan nilai ekonomis Bahan dan alat
Bahan yang digunakan adalah ayam
dari daging tersebut. Salah satu cara yang
petelur tua yang tidak produktif lagi, tipe
dapat dilakukan adalah dengan pengempukan.
Logman dengan berat hidup rata-rata 1,85 kg
Pengempukan daging merupakan usaha
dan berumur sekitar 22 bulan sebanyak 24
di bidang teknologi pangan yang pada
ekor. Bahan pengempuk yang digunakan
dasarnya merubah salah satu sifat fisik daging
adalah buah nenas jenis nenas Bogor yang
dari keras atau alot menjadi empuk atau
berumur 12 bulan, berupa filtrat murni. Bahan
mudah dikunyah. Cara pengempukan daging
kimia yang digunakan adalah aseton dan
dapat dilakukan dengan menggunakan
aquades.
bromelin sebagai enzim pengempuk yang
Alat yang digunakan antara lain yaitu
berasal dari buah nenas. Bromelin merupakan
parutan, pisau, saringan, kain kasa steril
salah satu enzim proteolitik yang berfungsi
rangkap dua, corong buchner, pompa
menghidrolisis ikatan péptida yang terdapat
penghisap, wadah telenan, pemanas air,
pada kolagen dan elastin.
cawan petri, alat suntik, timbangan analitik,
Pengempukan yang menggunakan
kantong plastik, gelas piala, oven, pHmeter,
enzim proteolitik ini dapat dilakukan dengan
tissue, sendok, blender, piring kertas, tusuk
cara merendam potongan-potongan daging
gigi, dll.
dalam larutan enzim proteolitik atau
menyuntikkan enzim proteolitik ke dalam
tubuh ternak. Cara kedua ini dapat dilakukan Metode
Penelitian ini dilakukan melalui suatu
dengan jalan menyuntikkan larutan enzim
percobaan dengan menggunakan metode
proteolitik ke dalam daging di berbagai
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola
tempat ataupun menyuntikkan langsung ke
petak terbagi dalam waktu 2 x 4 dengan
dalam saluran darah (intravena). Kedua cara
ini dilakukan sebelum ternak dipotong ulangan sebanyak 3 kali (Stell and Torrie,
1991). Penelitian ini menggunakan 2
(antemortem).
perlakuan, perlakuan pertama adalah
Penyuntikan antemortem dianggap
konsentrasi filtrat buah nenas (Faktor A) yang
paling baik karena (1) sistema vaskuler dari
ditempatkan sebagai petak utama dan
hewan hidup merupakan sistem distribusi

Filan O. Mandang
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
17
Volume 1, nomor 1, Februari 2019
perlakuan kedua adalah waktu setelah 3 ekor setiap unit. Setiap ayam ditimbang dan
pemotongan (Faktor B) yang ditempatkan diberi kode. Selanjutnya dilakukan
sebagai anak petak. Faktor A yaitu A1 = 3 penyuntikan intervena pada vena cranialis
mg/kg berat badan, A2 = 6 mg/kg berat badan. dengan konsentrasi filtrat buah nenas sesuai
Faktor B yaitu B1 = 30 menit, B2 = 60 menit, dengan perlakuan yang ditentukan yaitu 3
B3 = 90 menit dan B4 = 120 menit. mg/kg berat badan dan 6 mg/kg berat badan.
Variabel yang akan diamati dalam Setelah semua ayam sudah disuntik,
pengujian ini adalah keempukan (tenderness) kemudian langsung dipotong. Pemotongan
dan citarasa (flavour), dilakukan uji dilakukan dengan cara pemutusan urat nadi
organoleptik dan pH daging, diukur dengan pada bagian leher. Setelah pemotongan, ayam
menggunakan pHmeter. ditempatkan ke dalam wadah-wadah yang
sudah disiapkan dan perhatikan waktu setelah
Prosedur penelitian pemotongan yaitu 30, 60, 90 dab 120 menit.
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa 3. Prosedur Analisa
tahapan sebagai berikut : a. Keempukan
1. Proses pembuatan filtrat buah nenas Dalam pengujian keempukan ini, daging
Buah nenas yang telah dibersihkan yang sudah dipotong-potong dibungkus
diparut untuk diambil sarinya. Hasil parutan dengan aluminium foil dan dimasukkan dalam
diperas dengan menggunakan kain kasa steril oven dengan suhu 120oC selama 30 menit.
rangkap dua, cairan yang terbentuk disaring setelah daging masak, selanjutnya diiris
melalui corong Buchner dengan bantuan berbentuk dadu. Kemudian diletakkan ke
pompa penghisap. Setelah itu, cairan buah piring kertas yang sudah disiapkan.
nenas dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Keempukan daging diuji secara
Kemudian disentrifuge selama 15 menit organoleptik dengan menggunakan 25 orang
dengan 3000 RPM. Diagram alir pembuatan panelis setengah terlatih dengan
filtrat buah nenas seperti pada gambar 1. menggunakan metode hedonik. Bahan
disiapkan secara acak dan setiap pindah
Buah Nenas Dibersihkan
sampel berikutnya didahului dengan
berkumur dengan air putih untuk menetralkan
alat indera dalam rongga mulut (Soekarto,
Parut 2002).
Prosedur pengujian untuk keempukan
adalah panelis mengambil daging yang telah
Peras Kain kasa disiapkan kemudian daging dirasa sesuai
tingkat kesukaan dan diisi dalam lembar
format uji. Kriteria penilaian untuk
Saring Corong Buchner keempukan daging ayam sebagai berikut: 1)
sangat empuk (skor 5), 2) empuk (skor 4), 3)
netral (skor 3), 4) tidak empuk (skor 2), 5)
sangat tidak empuk (skor 1).
Sentrifuge 15 menit
b. Citarasa
Dalam pengujian citarasa ini, daging
Filtrat murni yang sudah dipotong-potong dibungkus
dengan aluminium foil dan dimasukkan dalam
Gambar 1. Diagram alir pembuatan filtrat oven dengan suhu 120oC selama 30 menit.
buah nenas Setelah daging masak, selanjutnya diiris
berbentuk dadu. Kemudian diletakkan ke
2. Perlakuan piring kertas yang sudah disiapkan.
Sebanyak 24 ekor ayam petelur afkir Citarasa daging diuji secara
ditempatkan dalam 8 kandang dengan jumlah organoleptik dengan menggunakan 25 orang
panelis setengah terlatih dengan

Filan O. Mandang
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
18
Volume 1, nomor 1, Februari 2019
menggunakan metode hedonik. Bahan nenas dan waktu setelah pemotongan
disiapkan secara acak (Soekarto, 2002). memberikan pengaruh yang berbeda sangat
Prosedur pengujian untuk citarasa nyata (P<0,01) terhadap keempukan daging
adalah panelis mengambil daging yang telah ayam. Ini berarti konsentrasi filtrat dan waktu
disiapkan kemudian daging dirasa sesuai setelah pemotongan memberikan pengaruh
tingkat kesukaan dan diisi dalam lembar terhadap tingkat keempukan dari daging
format uji. Kriteria penilaian untuk ayam, sedangkan interaksi antar faktor
keempukan daging ayam sebagai berikut : 1) berbeda tidak nyata (P>0,01), artinya kedua
sangat enak (skor 5), 2) enak (skor 4), 3) perlakuan yang diberikan yaitu konsentrasi
netral (skor 3), 4) tidak enak (skor 2), 5) filtrat dan waktu setelah pemotongan tidak
sangat tidak enak (skor 1). mempengaruhi tingkat keempukan daging.
Hasil uji BNT menunjukkan waktu
c. pH daging
setelah pemotongan berbeda sangat nyata
Timbang sampel sebanyak 25 gr,
(P<0,01) terhadap tingkat keempukan daging
dicincang. Masukkan ke dalam blender
ayam. Konsentrasi filtrat yang digunakan
tambahkan 50 ml aquades kemudian
yaitu 3 dan 6 mg sama-sama memberikan
diblender selama 2 menit. Tuangkan ke dalam
pengaruh terhadap keempukan daging, tetapi
gelas piala 50 ml, kemudian ukur pH daging
memberikan pengaruh yang berbeda sesuai
dengan menggunakan pHmeter. Sebelum
dengan lamanya waktu setelah pemotongan.
pHmeter digunakan untuk mengukur, angka
Keempukan daging yang diperoleh dari
penunjuk harus ditata dengan larutan buffer
perlakuan waktu setelah pemotongan yang
pH 7. Kemudian eletroda pH dibilas dengan
cukup lama menghasilkan tingkat keempukan
aquades dan dikeringkan dengan kertas tissue.
yang tinggi dibandingkan dengan keempukan
Setelah angka penunjuk stabil, maka
daging ayam dari perlakuan waktu setelah
elektroda dicelupkan ke dalam daging yang
pemotongan yang cukup singkat. Hal ini
telah diblender tadi. Besarnya harga pH
menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi
adalah dengan melihat angka penunjuk yang
filtrat buah nenas yang mengandung enzim
tertera pada pHmeter konstan kedudukannya
proteolitik mampu memberikan pengaruh
(Sulistyaningrum, 1992). Dalam pengukuran
terhadap keempukan daging ayam petelur
pH ini, untuk setiap sampel dilakukan 3 kali
afkir. Reaksi yang ditimbulkan enzim
ulangan.
proteolitik yaitu bromelin ini adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN terjadinya pemutusan ikatan sulfide dari
Pengaruh Perlakuan Terhadap asam-asam amino protein daging yakni pada
Keempukan Daging Ayam asam amino yang mengandung gugus S.
Keempukan daging ayam petelur afkir Menurut Lawrie (2003), hidrolisis enzim
yang diberikan konsentrasi filtrat buah nenas proteolitik ini mengakibatkan struktur daging
yang dikaitkan dengan waktu setelah terbuka, protein miofibril dan sarkoplasma
pemotongan dapat dilihat pada Tabel 1. yang merupakan konstituen pengikat air
hancur, ikatan peptide terlepas, serabut otot
Tabel 1. Pengaruh perlakuan terhadap rataan mudah putus, akibatnya kemampuan
nilai keempukan daging ayam mengikat air menurun dan daging menjadi
Filtrat Waktu Setelah Pemotongan empuk.
Mg/kg 30 60 90 120 Rataan Hasil uji ortogonal polynomial untuk
BB Menit pengaruh tingkat keempukan menunjukkan
3 2,56a 2,52b 2,87c 3,27d 2,81a bahwa tingkat keempukan dengan waktu 120
a b c d
6 3,30 3,57 3,87 4,04 3,72b
Rataan 2,98 3,04 3,37 3,65 3,26
menit setelah pemotongan sangat nyata lebih
Keterangan : superskrip menunjukkan pengaruh tinggi (P<0,01) dibandingkan dengan tingkat
berbeda sangat nyata keempukan dari daging yang menggunakan
waktu setelah pemotongan 30, 60 dan 90
Hasil analisis keragaman (Anova) menit. Kenaikan tingkat keempukan daging
menunjukkan bahwa konsentrasi filtrat buah tersebut mengikuti respon linier dan secara

Filan O. Mandang
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
19
Volume 1, nomor 1, Februari 2019
matematik mengikuti persamaan 6 mg sama-sama memberikan pengaruh
Ŷ=2,6754+0,0078x. Dari perbandingan terhadap citarasa daging, tetapi memberikan
diatas, terlihat bahwa semakin lama waktu pengaruh berbeda sesuai dengan lamanya
setelah pemotongan akan semakin tinggi waktu setelah pemotongan. Citarasa daging
tingkat keempukan daging. Menurut Harrow yang diperoleh dari perlakuan waktu setelah
(1984) bahwa kecepatan katalis meningkat pemotongan yang cukup lama menghasilkan
pada konsentrasi enzim yang lebih besar, citarasa yang tinggi dibandingkan dengan
sehingga dengan bertambahnya jumlah citarasa daging ayam dari perlakuan waktu
molekul maka dengan substrat tertentu akan setelah pemotongan yang cukup singkat. Hal
menyebabkan kecepatan katalis senakin besar. ini menunjukkan bahwa perbedaan
Ditambahkan pula bahwa waktu yang lama konsentrasi filtrat buah nenas yang
akan menyebabkan daya kerja enzim untuk mengandung enzim proteolitik mampu
mengkatalis menjadi lebih lama, sehingga memberikan pengaruh terhadap citarasa
kerja enzim dalam mengkatalis hidrolisis daging ayam petelur afkir. Reaksi yang
kolagen, elastin dan serat otot semakin ditimbulkan bromelin terhadap citarasa
efektif. daging yaitu pada saat pemutusan ikatan
disulfide dari asam-asam amino protein
Pengaruh Perlakuan Terhadap Citarasa daging menyebabkan menguapnya zat-zat gizi
Daging Ayam pada daging yaitu karbohidrat, protein, lemak
Citarasa daging ayam petelur afkir yang dan vitamin. Citarasa berkaitan dengan
diberikan konsentrasi filtrat buah nenas yang keempukan daging. Semakin empuk daging
dikaitkan dengan waktu setelah pemotongan maka citarasa juga semakin enak. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 2. sejalan dengan pendapat Joesanto (1981),
daging akan menimbulkan rasa lezat dan
Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Rataan
nikmat apabila daging tersebut empuk.
Nilai Citarasa Daging Ayam
Hasil uji ortogonal polinomial untuk
Filtrat Waktu Setelah Pemotongan pengaruh citarasa menunjukkan bahwa
Mg/kg 30 60 90 120 Rataan citarasa dengan waktu 120 menit setelah
BB Menit pemotongan sangat nyata lebih tinggi
3 2,48a 2,44b 2,79c 3,19d 2,73a (p<0,01) dibandingkan dengan citarasa dari
6 3,31a 3,48b 3,79c 3,95d 3,63b daging yang menggunakan waktu setelah
Rataan 2,89 2,96 3,29 3,57 3,18 pemotongan 30,60 dan 90 menit. Kenaikan
Keterangan : superskrip menunjukkan pengaruh
berbeda sangat nyata citarasa daging tersebut mengikuti respon
linier dan secara matematik mengikuti
Hasil analisa keragaman (Anova) persamaan Ŷ=2,592+0,007858x. Dari
menunjukkan bahwa konsentrasi filtrat buah perbandingan diatas, terlihat bahwa semakin
nenas dan waktu setelah pemotongan lama waktu setelah pemotongan akan semakin
memberikan pengaruh yang berbeda sangat meningkat citarasa daging. Menurut Harrow
nyata (P<0,01) terhadap citarasa daging ayam. (1984) bahwa kecepatan katalis meningkat
Ini berarti konsentrasi filtrat waktu setelah pada konsentrasi enzim yang lebih besar,
pemotongan memberikan pengaruh terhadap sehingga dengan bertambahnya jumlah
citarasa dari daging ayam, sedangkan molekul maka dengan substrat tertentu akan
interaksi antar faktor berbeda tidak nyata menyebabkan kecepatan katalis semakin
(P>0,01), artinya kedua perlakuan yang besar. Ditambahkan pula bahwa waktu yang
diberikan yaitu konsentrasi filtrat dan waktu lama akan menyebabkan daya kerja enzim
setelah pemotongan tidak mempengaruhi untuk mengkatalis menjadi lebih lama,
citarasa daging. sehingga kerja enzim dalam mengkatalis
Hasil uji BNT menunjukkan waktu hidrolisis kolagen, elastin dan serat otot
setelah pemotongan berbeda sangat nyata semakin efektif.
(P<0,01) terhadap citarasa daging ayam.
Konsentrasi filtrat yang digunakan yaitu 3 dan

Filan O. Mandang
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
20
Volume 1, nomor 1, Februari 2019
Pengaruh Perlakuan Terhadap Nilai pH daging tersebut mengikuti respon linier dan
Daging Ayam secara matematik mengikuti persamaan Ŷ=
Hasil pengamatan terhadap nilai pH 6,5717+0,0018x.
daging ayam dapat dilihat pada Tabel 3. Naiknya nilai pH daging dengan
perbedaan waktu setelah pemotongan dapat
Tabel 3. Pengaruh Perlakuan Terhadap Rataan dijelaskan karena dalam waktu tersebut
Nilai pH Daging Ayam adanya reaksi dari bromelin yang
menyebabkan terjadinya pemecahan zat-zat
Filtrat Waktu Setelah Pemotongan makanan dalam daging terutama protein
Mg/kg 30 60 90 120 Rataan mejadi zat NH3 dan H2S, serta terbentuknya
BB Menit senyawa karbonil (COOH) karena proses
3 6,58a 6,69b 6,72c 6,78d 6,69a
6 6,65a 6,72b 6,74c 6,79d 6,72b oksidasi (Soeparno, 1992). Di samping itu, air
Rataan 6,61 6,70 6,73 6,79 6,71 yang terikat pada protein sudah mulai keluar
Keterangan : superskrip menunjukkan pengaruh sehingga jumlah air bebasnya meningkat yang
berbeda sangat nyata berarti kondisi daging menjadi basa dan
pHnya naik. Hal ini sejalan dengan pendapat
Hasil analisis keragaman (Anova) dari Winarno (2008) bahwa banyaknya
menunjukkan bahwa konsentrasi filtrat dan jumlah air bebas dalam daging atau proses air
waktu setelah pemotongan memberikan memberi kesempatan bagi mikroorganisme
pengaruh yang berbeda nyata (P<0,01) untuk tumbuh dan berkembang biak, sehingga
terhadap pH daging. Ini berarti konsentrasi kondisi daging menjadi rusak dan daya
filtrate dan waktu setelah pemotongan tahannya menurun diikuti dengan peningkatan
memberikan pengaruh terhadap tingkat nilai pH.
keasaman atau kebasaan daging, sedangkan
interaksi antar faktor berbeda tidak nyata KESIMPULAN
(P>0,01), artinya kedua perlakuan yang
diberikan yaitu konsentrasi filtratdan waktu Penggunaan konsentrasi filtrat buah
setelah pemotongan tidak mempengaruhi nilai nenas 3 dan 6 mg/kg berat ayam dengan
pH daging. waktu sampai dengan 120 menit setelah
Hasil uji BNT menunjukkan bahwa pemotongan dapat memperbaiki tingkat
kedua perlakuan tidak berbeda nyata keempukan, citarasa dan pH daging ayam
(P>0,01). Nilai pH daging mengalami petelur afkir.
peningkatan setelah adanya perlakuan. Hal ini
DAFTAR PUSTAKA
karena pada saat pengukuran pH terdapat air
bebas yang lebih banyak menguap karena Harrow, B. 1984. Texbook of Biochemistry.
daging berada pada suhu kamar yaitu 27- Eight Edition. W.B Saunders Company.
28oC. Soeparno (1992) menyatakan bahwa London.
daya ikat air daging menurun dengan
meningkatnya temperatur yang diikuti dengan Lawrie, R.A. 2003. Ilmu Daging. Universitas
berkurangnya grup Asidik (sejumlah asam) Indonesia. Jakarta.
yang berlanjut pada peningkatan pH daging,
sehingga titik isoelektrik (5,0-5,1) daging Soekarto, S. 2002. Penilaian Organoleptik
berubah dan berada pada pH yang lebih Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian.
tinggi. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Hasil uji ortogonal polinomial
menunjukkan bahwa pH daging dengan waktu Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging.
120 menit setelah pemotongan sangat nyata Gadjah Mada University Press.
lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan dengan Yogyakarta.
daging dengan perlakuan waktu setelah Stell, R. G dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan
pemotongan 30, 60, dan 90 menit. Ini berarti Prosedur Statistika Suatu Pendekatan
terjadi kenaikan pH daging sampai waktu 120
menit setelah pemotongan. Kenaikan pH

Filan O. Mandang
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
21
Volume 1, nomor 1, Februari 2019
Biometrik edisi kedua. Terjemahan oleh B.
Sumantri. Gramedia. Jakarta.

Sulistyaningrum, D. 1992. Pengaruh


Penggunaan Bromelin dan Lama
Perendaman terhadap Keempukan Daging
Sapi. Skripsi. Fakultas Peternakan
UNSRAT. Manado.

Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi.


Edisi Terbaru. Jakarta.

Filan O. Mandang
UNIVERSITAS PRISMA

Anda mungkin juga menyukai