ABSTRAK
Tanaman jagung merupakan produk makanan di Sulawesi Utara, di mana produksi jagung hanya dikonsumsi sebagai
kebutuhan domestik seperti menjadi makanan pokok, untuk dibuat kue dari jagung. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat penerimaan panelis terhadap kualitas warna sirup glukosa sesuai dengan syarat mutu kualitas yang di tetapkan.
Kandungan ekstrak yang ada pada tanaman jagung tinggi sehingga secara enzim-amilase maka ekstrak sagu dapat
dipecah menjadi maltose, maltriosa dan dekstrin secara acak dan dilanjutkan dengan peran enzim glukoamilase dapat
memutuskan ikatan -1.6 glikosidik secara beraturan sehingga menghasilkan produk sirup glukosa. Analisis warna sirup
glukosa diperoleh warna putih jernih dengan nilai densitas optik (OD) serendah 0,015 pada perlakuan suhu 60 oC dan 1
jam dan nilai densitas optik tertinggi diperoleh pada 80oC selama 3 jam dengan warna yang agak putih. warna pati
jagung sirup glukosa dipengaruhi oleh konsentrasi arang aktif 2%
ABSTRACT
Abstract Corn Corp repiresent a food product owning individuality in north Sulawesi, where corn production only
consumed as domestic need like becoming staple food, for cake from corn corn. This study aims to see the panelists'
acceptance of the color quality of glucose syrup according to quality requirements. Obstettrical of extract which is there
are in high corn crop so that constructively enzyme-amilase hence sago extract can be broken to become ttthe maltose,
maltriosa and dekstrin at random and continued with the role of enzyme glukoamilase can break the tying -1.6
glikosidik by orderly so that yield the product of glucose syrup. The color analysis of glucose syrup obtained clear
white color with optical density value (OD) as low as 0.015 at a temperature treatment of 60 oC and 1 hour and the
highest optical density value was obtained at 80oC for 3 hours with a rather white color. the color of corn starch glucose
syrup is influenced by the concentration of activated charcoal 2%
Key Word : Colour Corn Syrup Glukose , Starch, , Charocoal Aktif Kosentrasi 2 %
Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 2
C. Manfaat
Kilojoule 360 kj
Diharapkan hasil penelitian ini
memberikan informasi tentang warna sirup Kalori 86 kkal
glukosa yang sesuai standar mutu Protein 3,22 g
Lemak 3,4 g
D. Tanaman Jagung Lemak Jenuh 0.182 g
Tanaman jagung merupakan produk Lemak Tak Jenuh 0.559 g
pangan penghasil pati yang termasuk spesies Ganda
Zea Mays. Daerah penghasil pati bersumber Lemak Tak Jenuh 0.347 g
dari tanaman jagung adalah daerah Manado. Tunggal
Tanaman jagung banyak diproduksi di daerah Kolesterol 0 mg
Manado karena merupakan makanan pokok Karbohidrat 19,02 g
orang Manado. Tanaman jagung dapat dilihat Serat 2,7 g
pada gambar 1 (Anonimous,2008)
Gula 3.22 g
Sodium 15 mg
Kalium 270 mg
Sumber : Anonimous 1, 2018
E. Pati
Menurut Fennema (1976) pati tersusun
oleh dua tipe molekul polisakarida, yang satu
berantai lurus disebut amilosa dan yang lain
bercabang disebut amilopektin, keduanya
disusun oleh Dekstro-glukosa.
Sumber energi terbesar pada makanan
terdapat pada pati yang disintesa secara
alamiah pada tanaman. Contoh tanaman yang
dimiliki kandungan pati yang tinggi adalah
jagung, jagung, kentang, beras, gandum dan
singkong (Wang, 2002).
Gambar 1 : Tanaman Jagung Struktur amilosa dan amilopektin dapat
dilihat pada gambar 2 dan gambar 3
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Devisi : Angiospermae
Sub Divisi : Eudicots
Kelas : Commelinids
Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 3
Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 4
langkah pertama, hidrolisis bubur pati oleh α- terbentuk, pengukuran viskositas atau jumlah
amilase termostabil (suhu stabil) karena gula pereduksi yang terbentuk. Adanya
menggunakan suhu gelatinisasi. hidrolisa amilosa pada pati atau dekstrin dapat
kedua menggunakan enzim glukoamilase. diketahui berdasarkan warna yang terjadi bila
Gelatinisasi adalah proses kehilangan sifat diberikan iodium. Amilosa dengan iodium
kekristalan pati karena adanya panas dan air akan memberikan warna biru, sedangkan
(Hoseney, 1990). dekstrin dengan iodium berwarna coklat.
Lomo, C, P (2003) Mengatakan bahwa Sumber α-amilase sangat beragam mulai
sirup glukosa yang dibuat dari pati jagung dari tanaman, jaringan mamalia sampai
menghasilkan konsentrasi 86,96%, kadar air mikroorganisme, α-amilase yang tahan
10-12% dan menghasilkan sirup glukosa yang terhadap panas dapat diperoleh dari bakteri
sesuai dengan SII. Bila pasti dihidrolisisi species Bacillus subtilis var-
dengan enzim, maka enzim yang digunakan amyloliquuefaciens yang bersifat stabil bila
adalah enzim α-amilase dan glukoamilase yang ada ion Ca2+ dan mempunyai suhu optimum
menghasilkan polimer berantai pendek yang sekitar 65-70°C. Jenis enzim yang kedua
disebut dekstrin, kemudian disakarida, maltosa dihasilkan oleh Bacillus Licheniformis dan
dan akhirnya glukosa (Rahman, 1992). bersifat kestabilannya tidak tergantung ion
Menurut Whitaker (1972), amilase Ca2+ dengan suhu diatas 90°C (Judomidjojo,
digolonglan dalam tiga golongan enzim yaitu: dkk, 1989).
1. -amilase, yang memecah molekul pati Glukoamilase sering juga disebut
secara acak dari tengah atau bagian dalam amiloglukosidase yang mempunyai nama
molekul sehingga disebut endoamilase sistematik α-1,4-glukan glukosidase dengan
2. -amilase, yang menghidrolisisi, unit-unit kode EC 3.2.1.3. Ezim ini hanya diproduksi
gula dari ujung molekul pati disebut dari kapang terutama Apergilus seperti A.
eksoamilase. niger dan A. awamori serta Rhizopus seperti
3. Glukoamilase, yang dapat memisahkan R. delemar dan R. Javanicus (Whitaker,
glukosa dari terminal gula nonpereduksi 1972). Menurut Tjokrodikoesoemo (1986)
sehingga disebut eksoamilase. enzim ini merupaka enzim yang memecah
Menurut Judomidjojo,dkk (1989), α- ikatan polimer monosakarida pada bagian luar
amilase dari terminal ikatan 1,4 pada amilosa dan menghasilkan unit-unit glukosa dari ujung
dan menghasilkan dekstrin. Cara kerja enzim non-peruduksi rantai polimer pati. Aktivtas
ini pada amilosa dibagi dua tahap, yaitu: enzim ini akan menurun secara dratis bila
1. Tahap pertama, degdradasi secara cepat sampai pada ikatan glukosida α-1,6 seperti
amilosa menjadi maltose dan maltriosa yang terjadi pada amilopektin dan glikogen.
yang terjadi secara acak. Degradasi ini Glukoamilase bekerja dengan cara
terjadi secara cepat diikuti dengan menghidrolisisis ikatan glukosida α-1,4 dan
menurunnya viskositas yang cepat pula. mempunyai konfigurasi berlawanan dengan
2. Tahap kedua adalah, pembentukan hasil hidrolisa oleh α-amilase. Selain itu
glukosa dan maltose dengan laju lebih enzim ini dapat pula menghidrolisa ikatan α-
lambat tidak secara acak. Kerja α-amilase 1,6 dan α-1,3 tetapi dengan laju yang lebih
pada amilopektin akan menghasilkan lambat dibandingkan hidrolisa ikatan
glukosa, maltose dan berbagai jenis α- glukosida α-1,4 (Martoharsono dan Kuswanto,
limit dekstrin. Enzim amylase bekerja 1977).
pada ikatan α-1,4 glikosidik dari amilosa G. Sirup Glukosa
dan amilopektin. Sirup glukosa didefinisikan sebagai suatu
Peningkatan aktivitas enzim menyebabkan larutan cair sakarida nutritive yang telah
makin banyak ikatan glikosidik dalam dimurnikan dan dipekatkan dari pati (Gumbira,
molekul sakarida yang dapat dipecah sehingga 1987). Menurut Junk dan Pencoast (1972),
makin banyak molekul sederhana yang sirup glukosa adalah larutan konsentrasi murni
dihasilkan (Rahman, 1992). Aktivitas α- yang mengandung zat-zat sakarida dari pati dan
amilase diukur berdasarkan penurunan kadar mempunyai DE 20 atau lebih.
pati yang larut dan kadar dekstrin yang
Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 5
Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 6
Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 7
adsorben seperti Bleaching Earth dan arang II. HASIL DAN PEMBAHASAN
aktif (Ketaren, 19860. A. WARNA
Daya adsorbs arang aktif terjadi karena Hasil Analisis warna sirup glukosa dapat
adanya perbedaan energi potensial antara dilihat tabel di bawah ini. Nilai absorban
permukaan arang dan zat yang diserap. tertinggi (0.035) diperoleh pada perlakuan suhu
Adsorben yang terlalu kering menyebabkan 80 oC dengan lama waktu 3 jam, dan nilai
daya kombinasinya dengan air yang telah absorban terendah (0.015) diperoleh pada
hilang, sehingga mengurangi daya penyerapan perlakuan suhu 60oC dengan lama waktu 1
terhadap warna (Ketaren, 1986). Menurut Jam. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi
Widjatnako (2000), warna adalah salah satu perlakuan dan lamanya pemucatan dengan
parameter kualitas fisik yang penting pada menggunakan kosentrasi arang aktif 2 %
sirup glukosa. Menurut Junk dan Pencoast mempengaruhi warna sirup glukosa.
(1972), pembentukan warna dalam sirup Tabel 4. Warna sirup glukosa
glukosa diukur dalam bentuk optical density,
Perlakuan I II III Rata-
yang merupakan bentuk transmisi cahaya
suhu dan rata
bagian metode analisa, yaitu dapat dilihat pada
waktu
table 3.
A1B1 0.017 0.0015 0.012 0.015
Tabel 3. Nilai Optical Density yang
A1B2 0.017 0.02 0.02 0.019
dihubungkan dengan warna
A1B3 0.025 0.024 0.025 0.025
Optical Density Warna A2B1 0.01 0.02 0.018 0.016
A2B2 0.025 0.023 0.027 0.025
A2B3 0.04 0.032 0.03 0.034
0,025 Putih Jernih A3B1 0.022 0.015 0.025 0.021
0,035 Agak Putih A3B2 0.017 0.035 0.033 0.028
0,050 Putih Kekuningan A3B3 0.03 0.04 0.035 0.035
0,075 Sangat Kuning Terang Menurut Junk dan Pencoast (1973), sirup
0,100 Agak Kuning Terang glukosa berwarna putih jernih dan memiliki
0,125 Kuning Terang optical density lebih besar dari 0.025.
0,150 Agak Kuning Perlakuan suhu 70 oC dan waktu 3 jam, suhu
0,200 Kuning 80 oC dengan waktu 2 dan 3 Jam menghasilkan
Sumber : Junk dan Pencoast (1973) nilai optical density lebih besar dari 0.025.
Pada pemurnian sirup glukosa, konsentrasi Worotitjan (1995) melaporkan bahwa dengan
arang aktif yang digunakan 1-2% dan hidrolisi pati ampas tapioca secara enzimatis
perlakuan suhu yang dipakai 80-85°C. Arang dengan menggunakan kosentrasi arang aktif 2
aktif dapat juga menyerap bau yang tidak % di peroleh absorbansi 0.12 dengan warna
dikehendaki (Tjkrodikoesoemo, 1986). kuning terang.
Kondisi yang mmpengaruhi warna dari Zat warna yang terbentuk pada perlakuan
sirup glukosa adalah waktu, temperature, DE, kombinasi ini lebih besar dibandingkan dengan
pH dan konsentrasi SO2. Faktor yang paling kombinasi perlakuan lain, Ini disebabkan
penting adalah temperature yang secara karena suhu yang tinggi dan waktu pemanasan
langsung dihubungkan dengan waktu. SO2 yang lama akan banyak membentuk zat warna
Adalah bahanyang normal dalam sirup glukosa. yang merupakan hasil reaksi antara gula
Ini ditambahkan selama steeping dari jagung reduksi dan asam amino. Anonimous (1987)
untuk menghambat pertumbuhan mikroba. melaporkan bahwa sirup glukosa yang
Pada tahap selanjutnya sebagian besar SO2 dihasilkan berwarna coklat, hal ini disebabkan
dikeluarkan. Konsentrasi SO2 dalam sirup karena terjadi reaksi sampingan dalam produk
glukosa menyebabkan perubahan warna. sirup glukosa.
Konsentrasi normal yang diperlukan 30-40 Perlakuan suhu 60 oC dengan waktu 1
ppm (Junk dan Pencoast, 1973). jam, 2 jam dan 3 Jam dan suhu 70 oC dengan
waktu 1 jam dan 2 Jam serta suhu 80 oC
dengan waktu 1 jam menghasilkan nilai optical
Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 8
density yang sesuai dengan nilai yang jagung, sehingga tanaman jagung bukan hanya
dikemukakan oleh Junk dan pencoast (1973) dapat dikomsumsi sebagai kebutuhan rumah
mengenai nilai optical density sirup glukosa tangga saja tetapi dapat menjadi produk yang
yaitu 0.025. Hal ini disebabkan suhu dan waktu bernilai gizi tinggi dan mengembangkan
pada kombinasi perlakuan di atas menjadi tanaman yang memiliki peranan
menghasilkan warna yang berkisar antara putih penting sebagai tanaman yang dapat
jernih dan tidak berwarna. Warna ini sesuai menghasilkan produk yang memiliki kualitas
dengan syarat mutu sirup glukosa yaitu tidak yang baik.
berwaran atau optical densitynya hampir nol.
Dari analisis sidik ragam ternyata bahwa DAFTAR PUSTAKA
perlakuan suhu dan waktu tidak memberikan
pengaruh yang nyata karena kedua perlakuan Anonimous, 2018. Informasi Gizi Jagung,
ini bersifat antogonistik. Pengukuran nilai http://www.kalori-gizi .26-05-2018
absorban warna sirup glukosa dilakukan pada Anonimous, 1987. Penelitian Pembuatan Sirup
panjang gelombang cahaya warna kuning. Glukosa Dari Jagung Baru Secara
Sehingga bila sirup glukosa berwarna kuning Enzimatis. Departemen Perindustrian
berarti sirup glukosa tersebut akan memiliki Provinsi SULUT. Manado.
absorban warna sama dengan satu, dan bila Anonimous, 1997. Daftar Komposisi Bahan
sirup glukosa tidak berwarna maka nilai Makanan. Direktorat Gizi Dan
absorban adalah nol. Kesehatan RI. Manado.
Nilai absorbansi warna tiap perlakuan dari Anonimous, 1999. Pembuatan Arang Aktif
yang tertinggi (0.035) sampai terendah (0.015) Dari Tempurung Kelapa. Pusat
sesuai optical density berkisar anatara warna Dokumentasi Informasi Ilmiah LIPI.
agak putih sampai warna putih jernih. Birtch http://www.pdiilipi.go.id
(1980) dalam widjarnako (2000) menyatakan Anonimous, 2008. Tanaman Jagung. Pusat
cara terbaik untuk mengeliminir erbetuknya Wikipedia. http://www.Pwiki.go.id. 24-
warna kuning sampai kecoklatan pada siup 10-2008
glukosa selama pengolahan adalah mebuang Bello-Perez, A.L., L. Sanchez Hernandez,E.
semua protein yang terlarut dalam dalam sirup. Moreno-Damian and J.F. Toro-Vasque.
Hal ini di pertegas dengan pendapat junk dan 2002. Laboratory Scale Production Of
pencoast (1973) bahwa terbentuknya warna Maltodeextrins And Glucose Syrup
gelap pada sirup glukosa dapat diatasi dengan From Banana Starch. Food Technology.
membuang sisa protein dalam sirup dengan Acta Cientifica Venezolana, 53: 44-48,
cara teknik penikaran ion. Ini berarti kejernihan 2002.
sirup glukosa tergantung dari proses hidrolisa Djarkasi, G.S.S.S 1987. Pengaruh pH Dan
yang digunakan dan alat yang digunakan Suhu Pemanasan Terhadap Sirup
Glukosa. Penerbit Faperta. Unsrat.
III. KESIMPULAN
Manado.
A. Kesimpulan
Gumbira, E. 1987. Bioindustri ; Penerapan
1. Perlakuan suhu dan waktu tidak
Teknologi Fermentasi Madyaparma
memberi pengaruh yang nyata terhadap
Sarana Perkasa. Jakarta.
warna sirup glukosa.
Fennema, O.R. 1967. Principle Of Food
2. Dari Kombinasi perlakuan yang ada,
Science Part I. food Chemistry. Marcel
suhu 60oC dengan waktu 1 jam
Dekker, Inc. Madison Avenue. New
menghasilkan warna putih jernih
York.
sampai tidak berwarna, dan ini sesuai
Hasbullah, M.T. 2002. Teknologi Tepay Guna
dengan syarat mutu yang di tetapkan
Industri Kecil Sumatra Barat. Penerbit
yaitu tidak berwarna
Kantor Deputi Menegristek Bidang
B. Saran
Pendayagunaan Dan Permasyarakatan
Perlu adanya kerjasama yang baik antar
Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
instansi yang terkait untuk memanfaatkan
Jakarta. http://www.ristek.go.id. 27-09-
sumber daya alam yang ada khusunya tanaman
2002
Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 9
Hoseney, C.R.I 1990. Principle of Cereal Asam. Jurnal Teknologi Pertanian Vol
Science And Technology : A General 1, No 2, Agustus 2000. Hal 1-5.
Reference On Cereal Foods. American Winarno, F. G. 1985. Enzim Pangan. Penerbit
Association Of Cereal Chemistry, Inc. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
St. Paul, Minnesotqa. USA. Winanrno, F. G. 1990. Kimia Pangan Dan
Judoamidjojo, M. 1992. Teknologi Fermentasi. Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka
CV. Rajawali Jakarta. Utama. Jakarta.
Judoamidjojo, M., E. Gumbira, dan YH. Withaker, J. R. 1972. Principle Of Enzymology
Liesbetini. 1989. Biokonversi. For The Food Science. Marcel Dekker,
Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Inc. New York And Buser.
Pusat Antar Universitas Bioteknologi Worotitjan, J. A. 1995. Pengaruh Pemurnian
IPB. Bogor. Dengan Arang Aktif Terhadap
Junk, W. R. and H. M. Pancoast. 1973. Hand Beberapa Sifat Mutu Sirup Glukosa
Book Of Sugars For Processors, Dari Onggok (Ampas Tapioka).
Chemist And Technologist. The Avi Fakultas Pertanian Unsrat. Manado.
Publishinh Company, Inc. USA.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan. UI. Press
Jakarta
Lomo, C. P. 2003. Pemucatan Sirup Glukosa
Pati Jagung dengan Menggunakan
Arang Aktif. Penerbit Faperta.
UNSRAT Manado
Martoharsono, S dan Kupti Rahayu Kuswanto.
1977. Enzimologi. Yayasan Fakultas
Teknologi Pertanian Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Marunduh, S. Y dan Rattu, Y. A. M 2001.
Fisiologi Metabolisme Energi dan
Pengaturan Suhu Tubuh. Penerbit
Fakultas Kedokteran UNSRAT Manado
Muljohardjo, M. 1987. Teknolgi Pengeolahan
Pati. Pusat Antar Universitas Pangan
Dan Gizi IPB. Bogor.
Rahman, A. 1992. Teknologi Fermentasi
Industrial. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi IPB. Bogor
Rattu, J. A. M. 2005. Gizi Untuk Olahragawan.
Penerbit Pasca Sarjana UNSRAT.
Manado
Suprapto. 1998. Bertanam Jagung. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Tjokroadikoesoemo, S.P. 1986. HFS dan
Industri Ubi Kayu Lainnya. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wang, S. N. 2002. Starch Hydrolys By
Amylase. Department Of Chemical
Enggineeering University Of Maryland.
2-10-2002.
Widjanarko, S. B. 2000. Karakteristik Sifat
Fisik Dan Kimia Sirup Glukosa Terbuat
Dari Tepung Tapioka Secara Hidrolisa
Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA