Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Prisma Myristica

Volume 1, nomor 1, Februari 2019 1

ANALISIS WARNA SIRUP GLUKOSA PATI JAGUNG DENGAN


MENGGUNAKAN KOSENTRASI ARANG AKTIF 2 %
1
Christine Phaskalyena Lomo
1
Universitas Prisma
1
christine_lomo@yahoo.com

ABSTRAK
Tanaman jagung merupakan produk makanan di Sulawesi Utara, di mana produksi jagung hanya dikonsumsi sebagai
kebutuhan domestik seperti menjadi makanan pokok, untuk dibuat kue dari jagung. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat penerimaan panelis terhadap kualitas warna sirup glukosa sesuai dengan syarat mutu kualitas yang di tetapkan.
Kandungan ekstrak yang ada pada tanaman jagung tinggi sehingga secara enzim-amilase maka ekstrak sagu dapat
dipecah menjadi maltose, maltriosa dan dekstrin secara acak dan dilanjutkan dengan peran enzim glukoamilase dapat
memutuskan ikatan -1.6 glikosidik secara beraturan sehingga menghasilkan produk sirup glukosa. Analisis warna sirup
glukosa diperoleh warna putih jernih dengan nilai densitas optik (OD) serendah 0,015 pada perlakuan suhu 60 oC dan 1
jam dan nilai densitas optik tertinggi diperoleh pada 80oC selama 3 jam dengan warna yang agak putih. warna pati
jagung sirup glukosa dipengaruhi oleh konsentrasi arang aktif 2%

Kata kunci: Warna sirup Glukosa, Pati, Arang Aktif Kosentrasi 2 %

ABSTRACT
Abstract Corn Corp repiresent a food product owning individuality in north Sulawesi, where corn production only
consumed as domestic need like becoming staple food, for cake from corn corn. This study aims to see the panelists'
acceptance of the color quality of glucose syrup according to quality requirements. Obstettrical of extract which is there
are in high corn crop so that constructively enzyme-amilase hence sago extract can be broken to become ttthe maltose,
maltriosa and dekstrin at random and continued with the role of enzyme glukoamilase can break the tying -1.6
glikosidik by orderly so that yield the product of glucose syrup. The color analysis of glucose syrup obtained clear
white color with optical density value (OD) as low as 0.015 at a temperature treatment of 60 oC and 1 hour and the
highest optical density value was obtained at 80oC for 3 hours with a rather white color. the color of corn starch glucose
syrup is influenced by the concentration of activated charcoal 2%
Key Word : Colour Corn Syrup Glukose , Starch, , Charocoal Aktif Kosentrasi 2 %

I. PENDAHULUAN Dalam pembuatan sirup glukosa sering


A. Latar Belakang terikat zat warna. Menurut Widjanarko (2000),
Jagung merupakan sereal penting sesudah warna adalah salah satu parameter kualitas fisik
gandum dan padi yang termasuk dalam spesies yang penting dari sirup glukosa. Menurut Junk
Zea Mays. Di Sulawesi Utara potensi tanaman dan Pencoast (1973) warna dari sirup glukosa
jagung cukup besar. Jagung banyak diproduksi adalah putih jernih. Ini juga sesuai dengan
dan dimanfaatkan untuk keperluan sendiri syarat mutu untuk sirup glukosa yaitu tidak
seperti dibuat tepung jagung, jagung bakar, berwarna. Warna yang diperoleh dapat berubah
Jagung Rebus dan menjadi makanan pokok karena danya reaksi maillard antara asam
peganti nasi. amino dan gula reduksi dalam sirup. Perubahan
Tanaman jagung di Manado mempunyai warna dasar ini disebabkan karena adanya
kandungan pati yang tinggi sehingga dapat reaksi Maillard yang menghasilkan warna
diolah menjadi sirup glukosa. Sirup ini coklat gelap, sehingga warna dipengaruhi oleh
umumnya digunakan sebagai bahan industri suhu yang secara langsung dihubungkan
pemanis makanan dan minuman, misalnya dengan waktu pemucatan karena dengan
untuk mengawetkan buah-buahan dalam adanya suhu pemanasan akan menyebabkan
kaleng, membuat kembang gula, minuman viskositas turun sehingga terjadi kontrak antara
penambah energi untuk para olahragawan dan arang aktif dengan zat warna.
obat-obatan. Untuk menghilangkan zat warna yang
tidak diinginkan maka digunakan suatu bahan

Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 2

pemucat yang disebut adsorben, seperti Ordo : Poales


bleaching earth dan arang aktif. semakin kecil Famili : Poaceae
ukuran partikel-partikel adsorben makin tinggi Genus : Zea
daya serap dari adsorben. adsorben yang Spesies : Zea Mays
banyak digunakan dalam pemucatan sirup
glukosa adalah arang aktif. Kandungan Utama jagung adalah
Penelitian oleh Worotitjan (1995) tentang Karbohidrat (80%), dibandingkan dengan beras
pembuatan sirup glukosa dengan menggunakan kandungan proteinnya lebih tinggi (440 SI)
konsentrasi arang aktif diperoleh hasil bahwa (Hasbullah,2001), dalam Tabel 1 dapat dilihat
konsentrasi arang aktif yang baik untuk komposisi dan zat gizi per 100 gr bahan.
pemurnian sirup glukosa adalah 2%.
Tabel 1. Komposisi kimia dan zat gizi jagung
B. Tujuan
per 100 gr bahan.
Untuk Menentukan suhu dan waktu yang
tepat sehingga menghasilkan warna sirup
glukosa sesuai syarat mutu Komponen Jumlah

C. Manfaat
Kilojoule 360 kj
Diharapkan hasil penelitian ini
memberikan informasi tentang warna sirup Kalori 86 kkal
glukosa yang sesuai standar mutu Protein 3,22 g
Lemak 3,4 g
D. Tanaman Jagung Lemak Jenuh 0.182 g
Tanaman jagung merupakan produk Lemak Tak Jenuh 0.559 g
pangan penghasil pati yang termasuk spesies Ganda
Zea Mays. Daerah penghasil pati bersumber Lemak Tak Jenuh 0.347 g
dari tanaman jagung adalah daerah Manado. Tunggal
Tanaman jagung banyak diproduksi di daerah Kolesterol 0 mg
Manado karena merupakan makanan pokok Karbohidrat 19,02 g
orang Manado. Tanaman jagung dapat dilihat Serat 2,7 g
pada gambar 1 (Anonimous,2008)
Gula 3.22 g
Sodium 15 mg
Kalium 270 mg
Sumber : Anonimous 1, 2018
E. Pati
Menurut Fennema (1976) pati tersusun
oleh dua tipe molekul polisakarida, yang satu
berantai lurus disebut amilosa dan yang lain
bercabang disebut amilopektin, keduanya
disusun oleh Dekstro-glukosa.
Sumber energi terbesar pada makanan
terdapat pada pati yang disintesa secara
alamiah pada tanaman. Contoh tanaman yang
dimiliki kandungan pati yang tinggi adalah
jagung, jagung, kentang, beras, gandum dan
singkong (Wang, 2002).
Gambar 1 : Tanaman Jagung Struktur amilosa dan amilopektin dapat
dilihat pada gambar 2 dan gambar 3
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Devisi : Angiospermae
Sub Divisi : Eudicots
Kelas : Commelinids

Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 3

suatu proses terbesar dari dua proses industry


pengolahan jagung (Junk dan Pencoast, 1973)
Tahap-tahap cara wet milling antara lain
1. Pembersihan
Dimaksudkan untuk menghilangkan
Gambar 2. Amilosa kotoran-kotoran seperti besi, paku, kerikil
dan pasir.
2. Perendaman
Perendaman dilakukan selama 24 jam
dengan suhu 48°C-52°C dan direndamkan
dalam larutan Natrium metabisulfit
(Na2S2O5) 0,15%.
Tujuan perendaman Jagung adalah
1) Untuk mencegah perkecambahan dan
Gambar 3. Amilopektin pertumbuhan mikroorganisme
2) Memutihkan hasil lain seperti pati yang
akan dibuat
Pati merupakan homopolimer glukosa 3) Jagung yang telah melalui proses
dengan ikatan α-glikosidik. Berbagai macam perendaman diatas kembali direndam
pati tidak sama sifatnya tergantung dari rantai dalam larutan yang sama sampai jenuh ±
C-nya dan rantai molekulnya apakah lurus atau 20 jam
bercabang (Winarno,1990). Pati secara alami
molekulnya disusun dalam struktur granulla 3. Penghancuran
(anatomi bersusun) yang mikroskopis. Granula Untuk menghancurkan kumpulan jagung
pati biasanya mengandung amilosa sebanyak yang masih keras dengan menggunakan
15-30% dengan 500-2000 sub unit glukosa alat penggiling, dalam proses ini
dengan ikatan α-1,4 glikosidik sedang kumpulan jagung akan menjadi lebih
amilopektin mempunyai ikatan α-1,6 glikosidik halus.
menghasilkan polimer glukosa yang bercabang 4. Ekstraksi pati
pada amilopektin kira-kira satu unit sampai 25 Jagung yang sudah digiling halus,
unit glukosa tanpa percabangan (Wang,2002). kemudian direndam dalam larutan NaOH
Menurut Winarno (1990), pati tidak 0,1% sambil diaduk-aduk dan dibiarkan
mempunyai rasa manis. Rasa manis akan baru mengendap dan dicuci beberapa kali
terasa bila komponen pati yang terdiri dari dengan air bersih, dan dikeringkan dimana
uniu-unit glukosa dibebaskan dari banyak pati kadar air pati 10-12%. Pati digiling
polimernya. Pemisahan unit-unit glukosa dari kembali kemudian diayak, selanjutnya pati
polimernya dapat dilakukan dengan yang yang diperoleh dapat dijadikan bahan
menghidrolisis pati. bakun untuk produk lain seperti sirup
Pengolahan pati jagung dapat dilakukan glukosa, cairan infus, gula dan produk
dengan dua cara, yaitu: cara giling kering (dry pangan lainnya.
milling) dan cara giling basah (wet milling).
Pada tahap wet milling dilakukan untuk F. Hidrolisisi Pati
menghasilkan pati, sirup glukosa, tepung Hidrolisisi pati dapat dilakukan dengan
maizena, dan bila kita lakukan perlakuan lebih cara hidrolisis menggunakan katalisis asam,
lanjut dapat menghasilkan produk kesehatan kombinasi asam dan enzim serta kombinasi
yaitu berupa minuman kesehatan penambah enzim dengan enzim. Cara kombinasi enzim
energi dan cairan infus untuk makanan dan enzim lebih tinggi nilainnya bila dibandingkan
aplikasi industry sedangkan untuk proses dry dngan proses asam dan enzim (Junk dan
milling menghasilkan jagung, tepung jagung Pencoast, 1973). Menurut Lenny dan Shively
dan makanan sarapan pagi dan produk yang (1962) dalam Junk dan Pencoast (1973),
berkaitan lainnya. Cara wet milling adalah mendeskripsikan proses kombinasi enzim pada

Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 4

langkah pertama, hidrolisis bubur pati oleh α- terbentuk, pengukuran viskositas atau jumlah
amilase termostabil (suhu stabil) karena gula pereduksi yang terbentuk. Adanya
menggunakan suhu gelatinisasi. hidrolisa amilosa pada pati atau dekstrin dapat
kedua menggunakan enzim glukoamilase. diketahui berdasarkan warna yang terjadi bila
Gelatinisasi adalah proses kehilangan sifat diberikan iodium. Amilosa dengan iodium
kekristalan pati karena adanya panas dan air akan memberikan warna biru, sedangkan
(Hoseney, 1990). dekstrin dengan iodium berwarna coklat.
Lomo, C, P (2003) Mengatakan bahwa Sumber α-amilase sangat beragam mulai
sirup glukosa yang dibuat dari pati jagung dari tanaman, jaringan mamalia sampai
menghasilkan konsentrasi 86,96%, kadar air mikroorganisme, α-amilase yang tahan
10-12% dan menghasilkan sirup glukosa yang terhadap panas dapat diperoleh dari bakteri
sesuai dengan SII. Bila pasti dihidrolisisi species Bacillus subtilis var-
dengan enzim, maka enzim yang digunakan amyloliquuefaciens yang bersifat stabil bila
adalah enzim α-amilase dan glukoamilase yang ada ion Ca2+ dan mempunyai suhu optimum
menghasilkan polimer berantai pendek yang sekitar 65-70°C. Jenis enzim yang kedua
disebut dekstrin, kemudian disakarida, maltosa dihasilkan oleh Bacillus Licheniformis dan
dan akhirnya glukosa (Rahman, 1992). bersifat kestabilannya tidak tergantung ion
Menurut Whitaker (1972), amilase Ca2+ dengan suhu diatas 90°C (Judomidjojo,
digolonglan dalam tiga golongan enzim yaitu: dkk, 1989).
1. -amilase, yang memecah molekul pati Glukoamilase sering juga disebut
secara acak dari tengah atau bagian dalam amiloglukosidase yang mempunyai nama
molekul sehingga disebut endoamilase sistematik α-1,4-glukan glukosidase dengan
2. -amilase, yang menghidrolisisi, unit-unit kode EC 3.2.1.3. Ezim ini hanya diproduksi
gula dari ujung molekul pati disebut dari kapang terutama Apergilus seperti A.
eksoamilase. niger dan A. awamori serta Rhizopus seperti
3. Glukoamilase, yang dapat memisahkan R. delemar dan R. Javanicus (Whitaker,
glukosa dari terminal gula nonpereduksi 1972). Menurut Tjokrodikoesoemo (1986)
sehingga disebut eksoamilase. enzim ini merupaka enzim yang memecah
Menurut Judomidjojo,dkk (1989), α- ikatan polimer monosakarida pada bagian luar
amilase dari terminal ikatan 1,4 pada amilosa dan menghasilkan unit-unit glukosa dari ujung
dan menghasilkan dekstrin. Cara kerja enzim non-peruduksi rantai polimer pati. Aktivtas
ini pada amilosa dibagi dua tahap, yaitu: enzim ini akan menurun secara dratis bila
1. Tahap pertama, degdradasi secara cepat sampai pada ikatan glukosida α-1,6 seperti
amilosa menjadi maltose dan maltriosa yang terjadi pada amilopektin dan glikogen.
yang terjadi secara acak. Degradasi ini Glukoamilase bekerja dengan cara
terjadi secara cepat diikuti dengan menghidrolisisis ikatan glukosida α-1,4 dan
menurunnya viskositas yang cepat pula. mempunyai konfigurasi berlawanan dengan
2. Tahap kedua adalah, pembentukan hasil hidrolisa oleh α-amilase. Selain itu
glukosa dan maltose dengan laju lebih enzim ini dapat pula menghidrolisa ikatan α-
lambat tidak secara acak. Kerja α-amilase 1,6 dan α-1,3 tetapi dengan laju yang lebih
pada amilopektin akan menghasilkan lambat dibandingkan hidrolisa ikatan
glukosa, maltose dan berbagai jenis α- glukosida α-1,4 (Martoharsono dan Kuswanto,
limit dekstrin. Enzim amylase bekerja 1977).
pada ikatan α-1,4 glikosidik dari amilosa G. Sirup Glukosa
dan amilopektin. Sirup glukosa didefinisikan sebagai suatu
Peningkatan aktivitas enzim menyebabkan larutan cair sakarida nutritive yang telah
makin banyak ikatan glikosidik dalam dimurnikan dan dipekatkan dari pati (Gumbira,
molekul sakarida yang dapat dipecah sehingga 1987). Menurut Junk dan Pencoast (1972),
makin banyak molekul sederhana yang sirup glukosa adalah larutan konsentrasi murni
dihasilkan (Rahman, 1992). Aktivitas α- yang mengandung zat-zat sakarida dari pati dan
amilase diukur berdasarkan penurunan kadar mempunyai DE 20 atau lebih.
pati yang larut dan kadar dekstrin yang

Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 5

Menurut Tjokroadikoesoemo (1986), menjaga aktivitas dan stabilitas enzim


dekstrosa ekivalen (DE) adalah persen dari (Judomidjojo, 1992).
glukosa yang direduksi yang ada didalam sirup Menurut Gumbira (1987) suspense pati
dikalkulasi sebagai dekstrosa berat kering. ditambahkan enzim BAN 120L dan dipanaskan
Djakarsi (1987) melaporkan hidrolisis pati selama 60menit dengan suhu 85-95°C dan
jagung uyang menggunakan asam perlakuan selanjutnya dimasukkan kedalam waterbath.
pH 2,5 dan suhu 130°C diperoleh hasil DE Apabila proses ini berakhir maka pati telah
42,96 dan merupakan nilai DE yang tinggi menjadi dekstrin. Penentuan aktivitas dari α-
untuk hidrolisa asam. Hidrolisa pati dengan amilase ditentukan dengan mengukur hasil
menggunakan katalis kombinasi enzim yang degradasi dari pati. Biasanya dari kadar pati
menghasilkan sirup dengan DE sangat tinggi yang larut atau kadar dekstrinnya dengan
yaitu 95-98% dan sirup glukosa bersifat high menggunakan subtract. Sebagai uji pati,
fermentability (Lomo, C, P, 2003). Menurut digunakan larutan iodium dimana pati yang
Bello-perez, dkk (2002), dekstrosa ekivalen mengandung amilosa akan berwarna coklat
yang tinggi dapat diperoleh dengan atau merah bata.
menggunakan 3 kombinasi enzim antara lain α- Beberapa faktor yang penting diperhatikan
amilase, glukoamilase dan lysophospholipase. dalam proses likuifikasi adalah:
Berdasarkan nilai dekstrosa ekivalen, sirup 1. Pelarutan pati harus sempurna
glukosa diklasifikasikan menjadi 4 tipe 2. Hasil hidrolisa harus cukup baik agar
yaitu(Junk dan Pencoast, 1973): aktivitas glukoamilase dalam sakarida
1. Tipe I, DE 20-37 berjalan dengan baik
2. Tipe II, DE38-57 3. Hasil hidrolisa harus stabil terhadap
3. Tipe III, DE 58-72 retrogradasi
4. Tipe IV, DE >73 4. Glukosa pereduksi terminal hasil hidrolisa
Pembuatan sirup glukosa terdiri dari dua tersebut tidak terisomerisasi
tahap, yaitu: tahap likuifikasi dan sakarifikasi. 5. Tidak menggunakan konsentrasi pati yang
Proses likuifikasi adalah proses pencairan pasta terlalu.
pati dengan menggunakan enzim α-amilase Beberapa teknologi likuifikasi yang dapat
yang menghidrolisa pati menjadi molekul- diterapkan untuk menjamin sempurnanya
molekul yang lebih kecil dari oligosakarida likuifikasi adalah:
atau disebut dekstrin (Gumbira, 1987). 1. Konsentrasi suspense pati harus sekitar 20-
Menurut Judomidjojo, dkk, (1989) tahap 21°Baume
likuifikasi dilakukan sampai mencapai sekitar 2. Sedapat mungkin dilakukan penambah
10%-20% DE, atau sampai cairan berwarna pengaktif ada penstabil α-amilase
coklat kemerahan dengan larutan iodium. 3. Semua molekul pati harus dipanaskan
Tujuam dari proses ini adalah untuk secara cepat pada titik kritisnya
melarutkan pati secara sempurna, mencegah 4. pH suspensi diatur sekitar 6-6,5, karena pH
isomerisasi gugusan pereduksi dari glukosa dan tingggi menyebabkan isomerisasi gugus
mempermudah kerja enzim α-amilase untuk pereduksi terminal sedangkan pH rendah
menghidrolisis pati. menginaktifkan enzim
Dalam proses ini, bubur pati yang dibuat 5. Adanya partikel pati yang tidak larut yang
dari proses pengolahan sebelumnya, mula-mula terbentuk selama proses, dapat dihilangkan
diencerkan dalam sebuah tanki khusus yang dengan metode likuifikasi yang baik
dilengkapi dengan alat pengaduk sampai 6. Pemanasan dengan tekanan tinggi setelah
kepekatannya mencapai 18-21° Baume atau likuifikasi dan dilanjutkan dngan
30-40% berat pati kering. penambahan α-amilase untuk kedua kali
Untuk mengatur pH sesuai dengan kondisi akan memudahkan pati yang terikat
optimum yang diinginkan, kedalam suspense dengan kuat terurai (Judomidjojo,1992).
pati dibubuhkan NaOH atau CaCO3. Pada proses ini dekstrin sebagai hasil-hasil
Penambahan NaOH atau CaCO3 ini selain tahap likuifikasi dihidrolisis lebih lanjut
untuk pH suspense pati dari 4,5-5,0 menjadi 6- menjadi glukosa menggunakan enzim. Produk
6,5 sekaligus juga menyediakan kalsium untuk hidrolisa memakai enzim glukoamilase pada

Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 6

umumnya disiapkan untuk pembuatan Selanjutnya dibiarkan pada suhu 60°C


dekstrosa Kristal atau diisomerisasikan menjadi selama 40 jam atau 40-100 jam, tergantung dari
HFS (Judomidjojo,1992). dosis enzim yang diberikan. Sirup glukosa,
Menurut Judomidjojo, dkk 1989 maltose, atau dekstrosa encer yang keluar dari
mengatakan bahwa sebelum sakarifikasi proses hidrolisa ditampung dalam bak
dimulai larutaqn dekstrin yang dihasilkan pada penampung untuk disaring. Melalui
proses likuifikasi didinginkan sampai 60°C lalu penyaringan tersebut partikel-partikel kasar,
dilakukan pengaturan pH dari 6,0 sampai 4,5 serat, lemak dan protein yang mengumpal
dengan penambahan HCL 3%. Penambahan selama proses disishkan. Larutan jernih yang
enzim Glukoamilase (AMG 50L) adalah dihasilkan kemudian diberi perlakuan karbon
sebanyak 1,5 liter untuk setiap ton pati kering. aktif.
Standar nasional Indonesia untuk sirup glukosa Karbon aktif digunakan dapat berbentuk
dapat dilihat pada table 2. tepung halus yang dibubuhkan kedalam filtrate
dan diaduk pada suhu tertentu atau berbentuk
Tabel 2. Syarat mutu sirup glukosa
granular yang dimasukkan kedalam suatu
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
kolom karbon aktif. Sirup hasil perlakuan
karbon kemudian depekatkan didalam alat
1 Keadaan: peguap vakum. Alat penguap (Evaporator)
1.1.Bau Tidak yang digunakan adalah evaporator berganda
1.2. Rasa berbau yang dilengkapi dengan pemanas pendahuluan,
1.3. Warna Manis separator sentrifugal dan kondesor. Sirup yang
Tidak dihasilkan mempunyai kekentalan 35-45%
berwarna bahan kering.
2 Air, % b/b Maks. 20,0 Hipotesa yang dikemukakan oleh komaki
3 Abu, % bk Maks, 1,0 (1982) dalam Judomidjojo (1992). Sehubungan
4 Gula pereduksi dengan pembentukan oligosakarida pada waktu
dihitung Min. 30,0 sakarifikasi antara lain:
sebagai D- 1. Pembentukan isomaltosa, maltose dan
glukosa, %, oligasakarida lain dari glukosa dengan
b/b kondensasi, sebagai produk reverse
5 Pati Tidak glukoamilasae apabila glukosa tinggi.
ternyata 2. Molekul subtract yang tidak cocok bagi
6 Cemaran glukoamilase diasumsikan sebagai
Logam: Maks. 1,0 oligosakarida bercabang banyak dari
6.1 Timbul Maks. 10,0 amilopektin. Hal tersebut menyebabkan
(pb), mg/kg Maks. 25.0 kandungan glukosa atau dekstrosa
6.2 Tembaga maksimum yang dapt dicapai dngan
(Cu), mg/kg aktvitas glukoamilase 92-99% (DE 97-98)
6.3 Seng (Zn), sedangkan aktivitas reversi yang
mg/kg menurunkan DE, terjadi akibat penundaan
7 Arsen (As), Maks. 0,5 proses lanjutan terhadap hasil sakarifikasi
mg/kg tanpa menginaktifkan glukoamilase.
8 Cemaran Sebelum tercapai DE maksimum,
Mikroba: Koloni/ Maks. 500 dilakukan inaktivasi enzim pada 110°C
8.1. Angka g Maks. 20,0 selama 10 menit yang akan menyebabkan
lempeng total APM/g Maks, 3,0 reaksi pencoklatan.
8.2. Bakteri APM/g Maks, 50,0 Pemurnian sirup glukosa adalah proses
coliform Koloni/ Maks, 50,1 yang dilakukan untuk memperoleh warna sirup
8.3. E.Coli g glukosa yang sesuai dengan standar Nasional
8.4. Kapang Koloni/ Indonesia. Proses pemurnian merupakan
8.5. Khamir g bagian dari proses pemurnian yaitu dengan
Sumber :SNI. 0418-90 menggunkan bahan pemucat yang disebut

Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 7

adsorben seperti Bleaching Earth dan arang II. HASIL DAN PEMBAHASAN
aktif (Ketaren, 19860. A. WARNA
Daya adsorbs arang aktif terjadi karena Hasil Analisis warna sirup glukosa dapat
adanya perbedaan energi potensial antara dilihat tabel di bawah ini. Nilai absorban
permukaan arang dan zat yang diserap. tertinggi (0.035) diperoleh pada perlakuan suhu
Adsorben yang terlalu kering menyebabkan 80 oC dengan lama waktu 3 jam, dan nilai
daya kombinasinya dengan air yang telah absorban terendah (0.015) diperoleh pada
hilang, sehingga mengurangi daya penyerapan perlakuan suhu 60oC dengan lama waktu 1
terhadap warna (Ketaren, 1986). Menurut Jam. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi
Widjatnako (2000), warna adalah salah satu perlakuan dan lamanya pemucatan dengan
parameter kualitas fisik yang penting pada menggunakan kosentrasi arang aktif 2 %
sirup glukosa. Menurut Junk dan Pencoast mempengaruhi warna sirup glukosa.
(1972), pembentukan warna dalam sirup Tabel 4. Warna sirup glukosa
glukosa diukur dalam bentuk optical density,
Perlakuan I II III Rata-
yang merupakan bentuk transmisi cahaya
suhu dan rata
bagian metode analisa, yaitu dapat dilihat pada
waktu
table 3.
A1B1 0.017 0.0015 0.012 0.015
Tabel 3. Nilai Optical Density yang
A1B2 0.017 0.02 0.02 0.019
dihubungkan dengan warna
A1B3 0.025 0.024 0.025 0.025
Optical Density Warna A2B1 0.01 0.02 0.018 0.016
A2B2 0.025 0.023 0.027 0.025
A2B3 0.04 0.032 0.03 0.034
0,025 Putih Jernih A3B1 0.022 0.015 0.025 0.021
0,035 Agak Putih A3B2 0.017 0.035 0.033 0.028
0,050 Putih Kekuningan A3B3 0.03 0.04 0.035 0.035
0,075 Sangat Kuning Terang Menurut Junk dan Pencoast (1973), sirup
0,100 Agak Kuning Terang glukosa berwarna putih jernih dan memiliki
0,125 Kuning Terang optical density lebih besar dari 0.025.
0,150 Agak Kuning Perlakuan suhu 70 oC dan waktu 3 jam, suhu
0,200 Kuning 80 oC dengan waktu 2 dan 3 Jam menghasilkan
Sumber : Junk dan Pencoast (1973) nilai optical density lebih besar dari 0.025.
Pada pemurnian sirup glukosa, konsentrasi Worotitjan (1995) melaporkan bahwa dengan
arang aktif yang digunakan 1-2% dan hidrolisi pati ampas tapioca secara enzimatis
perlakuan suhu yang dipakai 80-85°C. Arang dengan menggunakan kosentrasi arang aktif 2
aktif dapat juga menyerap bau yang tidak % di peroleh absorbansi 0.12 dengan warna
dikehendaki (Tjkrodikoesoemo, 1986). kuning terang.
Kondisi yang mmpengaruhi warna dari Zat warna yang terbentuk pada perlakuan
sirup glukosa adalah waktu, temperature, DE, kombinasi ini lebih besar dibandingkan dengan
pH dan konsentrasi SO2. Faktor yang paling kombinasi perlakuan lain, Ini disebabkan
penting adalah temperature yang secara karena suhu yang tinggi dan waktu pemanasan
langsung dihubungkan dengan waktu. SO2 yang lama akan banyak membentuk zat warna
Adalah bahanyang normal dalam sirup glukosa. yang merupakan hasil reaksi antara gula
Ini ditambahkan selama steeping dari jagung reduksi dan asam amino. Anonimous (1987)
untuk menghambat pertumbuhan mikroba. melaporkan bahwa sirup glukosa yang
Pada tahap selanjutnya sebagian besar SO2 dihasilkan berwarna coklat, hal ini disebabkan
dikeluarkan. Konsentrasi SO2 dalam sirup karena terjadi reaksi sampingan dalam produk
glukosa menyebabkan perubahan warna. sirup glukosa.
Konsentrasi normal yang diperlukan 30-40 Perlakuan suhu 60 oC dengan waktu 1
ppm (Junk dan Pencoast, 1973). jam, 2 jam dan 3 Jam dan suhu 70 oC dengan
waktu 1 jam dan 2 Jam serta suhu 80 oC
dengan waktu 1 jam menghasilkan nilai optical

Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 8

density yang sesuai dengan nilai yang jagung, sehingga tanaman jagung bukan hanya
dikemukakan oleh Junk dan pencoast (1973) dapat dikomsumsi sebagai kebutuhan rumah
mengenai nilai optical density sirup glukosa tangga saja tetapi dapat menjadi produk yang
yaitu 0.025. Hal ini disebabkan suhu dan waktu bernilai gizi tinggi dan mengembangkan
pada kombinasi perlakuan di atas menjadi tanaman yang memiliki peranan
menghasilkan warna yang berkisar antara putih penting sebagai tanaman yang dapat
jernih dan tidak berwarna. Warna ini sesuai menghasilkan produk yang memiliki kualitas
dengan syarat mutu sirup glukosa yaitu tidak yang baik.
berwaran atau optical densitynya hampir nol.
Dari analisis sidik ragam ternyata bahwa DAFTAR PUSTAKA
perlakuan suhu dan waktu tidak memberikan
pengaruh yang nyata karena kedua perlakuan Anonimous, 2018. Informasi Gizi Jagung,
ini bersifat antogonistik. Pengukuran nilai http://www.kalori-gizi .26-05-2018
absorban warna sirup glukosa dilakukan pada Anonimous, 1987. Penelitian Pembuatan Sirup
panjang gelombang cahaya warna kuning. Glukosa Dari Jagung Baru Secara
Sehingga bila sirup glukosa berwarna kuning Enzimatis. Departemen Perindustrian
berarti sirup glukosa tersebut akan memiliki Provinsi SULUT. Manado.
absorban warna sama dengan satu, dan bila Anonimous, 1997. Daftar Komposisi Bahan
sirup glukosa tidak berwarna maka nilai Makanan. Direktorat Gizi Dan
absorban adalah nol. Kesehatan RI. Manado.
Nilai absorbansi warna tiap perlakuan dari Anonimous, 1999. Pembuatan Arang Aktif
yang tertinggi (0.035) sampai terendah (0.015) Dari Tempurung Kelapa. Pusat
sesuai optical density berkisar anatara warna Dokumentasi Informasi Ilmiah LIPI.
agak putih sampai warna putih jernih. Birtch http://www.pdiilipi.go.id
(1980) dalam widjarnako (2000) menyatakan Anonimous, 2008. Tanaman Jagung. Pusat
cara terbaik untuk mengeliminir erbetuknya Wikipedia. http://www.Pwiki.go.id. 24-
warna kuning sampai kecoklatan pada siup 10-2008
glukosa selama pengolahan adalah mebuang Bello-Perez, A.L., L. Sanchez Hernandez,E.
semua protein yang terlarut dalam dalam sirup. Moreno-Damian and J.F. Toro-Vasque.
Hal ini di pertegas dengan pendapat junk dan 2002. Laboratory Scale Production Of
pencoast (1973) bahwa terbentuknya warna Maltodeextrins And Glucose Syrup
gelap pada sirup glukosa dapat diatasi dengan From Banana Starch. Food Technology.
membuang sisa protein dalam sirup dengan Acta Cientifica Venezolana, 53: 44-48,
cara teknik penikaran ion. Ini berarti kejernihan 2002.
sirup glukosa tergantung dari proses hidrolisa Djarkasi, G.S.S.S 1987. Pengaruh pH Dan
yang digunakan dan alat yang digunakan Suhu Pemanasan Terhadap Sirup
Glukosa. Penerbit Faperta. Unsrat.
III. KESIMPULAN
Manado.
A. Kesimpulan
Gumbira, E. 1987. Bioindustri ; Penerapan
1. Perlakuan suhu dan waktu tidak
Teknologi Fermentasi Madyaparma
memberi pengaruh yang nyata terhadap
Sarana Perkasa. Jakarta.
warna sirup glukosa.
Fennema, O.R. 1967. Principle Of Food
2. Dari Kombinasi perlakuan yang ada,
Science Part I. food Chemistry. Marcel
suhu 60oC dengan waktu 1 jam
Dekker, Inc. Madison Avenue. New
menghasilkan warna putih jernih
York.
sampai tidak berwarna, dan ini sesuai
Hasbullah, M.T. 2002. Teknologi Tepay Guna
dengan syarat mutu yang di tetapkan
Industri Kecil Sumatra Barat. Penerbit
yaitu tidak berwarna
Kantor Deputi Menegristek Bidang
B. Saran
Pendayagunaan Dan Permasyarakatan
Perlu adanya kerjasama yang baik antar
Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
instansi yang terkait untuk memanfaatkan
Jakarta. http://www.ristek.go.id. 27-09-
sumber daya alam yang ada khusunya tanaman
2002

Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA
Jurnal Prisma Myristica
Volume 1, nomor 1, Februari 2019 9

Hoseney, C.R.I 1990. Principle of Cereal Asam. Jurnal Teknologi Pertanian Vol
Science And Technology : A General 1, No 2, Agustus 2000. Hal 1-5.
Reference On Cereal Foods. American Winarno, F. G. 1985. Enzim Pangan. Penerbit
Association Of Cereal Chemistry, Inc. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
St. Paul, Minnesotqa. USA. Winanrno, F. G. 1990. Kimia Pangan Dan
Judoamidjojo, M. 1992. Teknologi Fermentasi. Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka
CV. Rajawali Jakarta. Utama. Jakarta.
Judoamidjojo, M., E. Gumbira, dan YH. Withaker, J. R. 1972. Principle Of Enzymology
Liesbetini. 1989. Biokonversi. For The Food Science. Marcel Dekker,
Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Inc. New York And Buser.
Pusat Antar Universitas Bioteknologi Worotitjan, J. A. 1995. Pengaruh Pemurnian
IPB. Bogor. Dengan Arang Aktif Terhadap
Junk, W. R. and H. M. Pancoast. 1973. Hand Beberapa Sifat Mutu Sirup Glukosa
Book Of Sugars For Processors, Dari Onggok (Ampas Tapioka).
Chemist And Technologist. The Avi Fakultas Pertanian Unsrat. Manado.
Publishinh Company, Inc. USA.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan. UI. Press
Jakarta
Lomo, C. P. 2003. Pemucatan Sirup Glukosa
Pati Jagung dengan Menggunakan
Arang Aktif. Penerbit Faperta.
UNSRAT Manado
Martoharsono, S dan Kupti Rahayu Kuswanto.
1977. Enzimologi. Yayasan Fakultas
Teknologi Pertanian Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Marunduh, S. Y dan Rattu, Y. A. M 2001.
Fisiologi Metabolisme Energi dan
Pengaturan Suhu Tubuh. Penerbit
Fakultas Kedokteran UNSRAT Manado
Muljohardjo, M. 1987. Teknolgi Pengeolahan
Pati. Pusat Antar Universitas Pangan
Dan Gizi IPB. Bogor.
Rahman, A. 1992. Teknologi Fermentasi
Industrial. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi IPB. Bogor
Rattu, J. A. M. 2005. Gizi Untuk Olahragawan.
Penerbit Pasca Sarjana UNSRAT.
Manado
Suprapto. 1998. Bertanam Jagung. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Tjokroadikoesoemo, S.P. 1986. HFS dan
Industri Ubi Kayu Lainnya. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wang, S. N. 2002. Starch Hydrolys By
Amylase. Department Of Chemical
Enggineeering University Of Maryland.
2-10-2002.
Widjanarko, S. B. 2000. Karakteristik Sifat
Fisik Dan Kimia Sirup Glukosa Terbuat
Dari Tepung Tapioka Secara Hidrolisa

Christine P. Lomo
UNIVERSITAS PRISMA

Anda mungkin juga menyukai