Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Bosaparis: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Volume 9, Nomor 3, November 2018

STUDI EKSPERIMEN PENGOLAHAN TEPUNG UMBI SUWEG

Ida Ayu Satya Dwikandana, Damiati, Ni Made Suriani

Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik dan Kejuruan


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail : dayuchaca0108@gmail.com, damiati@undiksha.ac.id,


made.suriani@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan proses pembuatan tepung umbi suweg (2) mengukur
kandungan zat gizi tepung umbi suweg (3) mendeskripsikan kualitas tepung umbi suweg dilihat dari segi
warna, aroma, dan tekstur. Objek dalam penelitian ini adalah proses pembutaan tepung umbi suweg,
kandungan gizi tepung umbi suweg, dan kualitas tepung umbi suweg dilihat dari segi warna, aroma, dan
tekstur. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode observasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis
data, ditemukan bahwa (1) proses pembuatan tepung umbi suweg melalui 8 tahapan yaitu
pengupasan;pengirisan, pencucian tahap I, perendaman, pencucian tahap II, pengukusan, penjemuran,
penggilingan;pengayakan, dan pengemasan.(2) kandungan zat gizi tepung umbi suweg meliputi air 11,98%,
abu 4,32%, protein 5,44%, lemak 1,80%, karbohidrat 76,42%, pati 56,07% dan kalori 343,79kkal.
(3) kualitas tepung umbi suweg dilihat dari segi warna berada pada kategori baik dengan warna yang sesuai
dengan yang diharapkan yaitu putih kecoklatan. Dari segi aroma berada pada kategori baik dengan hasil
sesuai yaitu khas aroma umbi suweg. Dari segi tekstur berada pada kategori baik dengan hasil halus.

Kata kunci : kandungan gizi, tepung, umbi suweg

Abstract

This research is aimed to find out: (1) described the prosess of making suweg tuber flour, (2) measured
nutrient content of suweg tuber flour, (3) described the quality of suweg tuber flour in terms of color,
flavor dan texture. The object in this research was making processed of suweg tuber flour, nutrient
content of suweg tuber flour, and quality of suweg tuber flour in terms of color, flavor dan texture. The
design of this research was laboratory experiment research. The method of this research was
observation method. Data analysis techniques used are quantitative descriptive. The results of the
research are: (1) the proses of making suweg tuber flour through eight steps that is stripping;incision, first
washing, soaking, second washing, steaming, drying, grinding;sifting, and packaging, (2) nutrient content
of suweg tuber flour is 11,98% of water; 4,32% of ash; 5,44% of protein; 1,80% of fat; 76,42% of
carbohydrate; 56,07% of starch and 343,79kkal of calories, (3) the quality of suweg tuber flour in terms of
color, it is in a good category with colors that are as expected, namely brownish white. In terms of flavor,
it is in a good category too with flavor that are as expected, namely unique of suweg tuber. And the last,
in terms of texture. From the texture suweg tuber flour is in a good point with smooth texture.

Keywords : flour, nutrient content, suweg tuber

166
Jurnal Bosaparis: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Volume 9, Nomor 3, November 2018

PENDAHULUAN Suweg merupakan famili Araceae


Indonesia merupakan salah satu yang merupakan tumbuhan semak (herba)
Negara yang terdiri dari berbagai macam dengan umbi di dalam tanah. Suweg
pulau yang memiliki keanekaragaman budaya banyak tumbuh di hutan karena hanya
serta kekayaan alam. Jika di lihat dari kondisi memerlukan penyinaran matahari 50-60 %
alam di Indonesia, Negara kita memiliki sehingga sangat cocok untuk tanaman di
potensi yang cukup besar dalam hal hasil bawah naungan.
buminya. Suburnya tanah di Indonesia Umbi suweg merupakan salah satu
menjadikan Negara ini sangat berlimpah hasil bumi yang cukup di gemari di desa-
dengan hasil pertanian ataupun desa, namun tidak cukup di kenal di daerah
perkebunanya. Tugas kita sebagai Warga perkotaan. Tak banyak pula pedangang-
Negara Indonesia adalah menjaga, pedangang yang menjual jenis umbi yang
memanfaatkan serta mengolah hasil bumi satu ini. Biasanya umbi suweg hanya di
tersebut dengan efisien dan tentunya konsumsi di lingkungan keluarga saja yang
bermanfaat di masyarakat. Hasil bumi pada kebetulan kebunnya di tumbuhi oleh
bidang perkebunan sangat bermacam- tanaman suweg ini. Umbi suweg dalam
macam mulai dari berbagai jenis sayuran, keadaan segar umumnya diolah dengan
buah-buahan, kacang-kacangan, umbi- cara dikukus kemudian disajikan bersama
umbian dan lain sebagainya. Salah satu dengan kelapa parut. Selain dengan cara
jenis umbi-umbian yang cukup mudah dikukus, belum banyak ditemui varian
ditemui namun tidak umum digunakan pengolahan dari umbi suweg itu sendiri.
sebagai bahan makanan yaitu umbi suweg. Sehingga, pemanfaatan umbi suweg
Suweg yang dalam bahasa latinnya sebagai alternatif bahan pangan belum
disebut Amorphophallus paeoniifolius, banyak ditemui dan belum dimanfaatkan
tanaman yang biasa tumbuh liar di secara maksimal karena pengolahan yang
Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh di umum digunakan hanya dengan cara
hutan, kebun-kebun, lereng-lereng gunung dikukus saja dan tidak diolah menjadi jenis
di atas tanah pada ketinggian 1 sampai 700 bahan pangan lainnya.
meter di atas permukaan laut. Tanaman ini Jika di lihat dari kandungan gizi umbi
hidup di bawah tegakan pohon lain seperti suweg segar dan jika dibandigkan dengan
di bawah rumpun bambu, di bawah jati, kandungan gizi umbi talas kimpul segar,
atau di bawah mahoni. maka dapat dilihat, bahwa :

Tabel 1. Kandungan gizi umbi suweg dan umbi talas kimpul

Umbi talas kimpul


Umbi suweg *)
**)
Analisis
per 100g (Umbi per 100g
segar) (Umbi segar)
Energy 74
Protein 1,40 2,81
Lemak 0,10 0,08
Karbohidrat 17,20 28,66
Kalsium 42,00 -
Posfor 46 -
Iron 1,30 -
Vit B1 0,04 -
Vit C 2,3 -
Air - 67,26
Abu - 1,19

167
Jurnal Bosaparis: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Volume 9, Nomor 3, November 2018

Berdasarkan tabel tersebut, maka yang berasal dari umbi, dapat diolah
dapat dilihat bahwa kandungan gizi talas menjadi tepung.
kimpul lebih tinggi dan kandungan pati Sehingga, berdasarkan data-data
diantara keduannya memiliki perbedaan diatas dan perbedaan kandungan pati
sekitar 2,43%, dimana kandungan pati talas sekitar 2,43% lebih kecil dari umbi talas
kimpul lebih tinggi. kimpul, umbi suweg memiliki kemungkinan
Disamping itu, berdasarkan penelitian dapat diolah menjadi tepung, yang nantinya
yang dilakukan oleh Desak Nyoman Kartika juga dapat dijadikan bahan pangan
dari Universitas Pendidikan Ganesha pada alternatif sebagai pengganti tepung terigu
tahun 2017, Penelitian yang dilakukan adalah atau tepung yang lainnya untuk diolah
“Substitusi Tepung Talas Kimpul Menjadi Kue menjadi kue. Kandungan pati yang terbilang
Kering Sagon”, dimana dalam penelitian ini tinggi menjadikan umbi suweg berpotensi
juga menggunakan bahan makanan berjenis untuk diolah menjadi tepung
umbi-umbian. Penelitian ini memperkuat
bahwa jenis bahan makanan

Tabel 2. Standar nasional tepung singkong

No Jenis Uji Satuan Persyaratan


1 Keadaan -
1.1 Bau - Khas Singkong
1.2 Rasa - Khas Singkong
1.3 Warna - Putih
2 Benda Benda Asing - Tidak boleh ada
3 Serangga - Tidak boleh ada
4 Jenis Pati - Khas singkong
5 Abu, % b/b - Maks. 1.5
6 Air, % b/b - Maks. 12
7 Derajat Putih, % b/b - Min. 85
(BaSO4 =100%)
8 Serat Kasar - Maks. 4
9 Derajat asam - Maks. 3
ml N NaOH/100g
10 Asam sianida mg/kg Maks. 40
11 Kehalusan (lolos ayakan 80 - Min. 80
mesh), %
12 Pati, % b/b - Mn. 75
13 Bahan tambahan makanan - Sesuai SNI 01-0222-1995
(bahan pemutih dan
pematang tepung)
14 Cemaran logam -
14.1 Timbal (Pb) mg/kg
14.2 Tembaga (cu) mg/kg Maks 10,0
14.3 Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0
14.4 Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,05
15 Arsen (As) mg/kg Maks. 0,5
16 Cemaran Mikroba
g
16.1 Angka lempeng Koloni/g Maks. 1.0 x 10
16.2 16E Coli Koloni/g Maks. 10
4
16.3 Kapang Koloni/g Maks. 1.0 x 10

168
Jurnal Bosaparis: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Volume 9, Nomor 3, November 2018

Berdasarkan tabel diatas, maka umbi METODE


suweg, memenuhi standar untuk diolah Dalam hal ini penelitian yang dilakukan
menjadi tepung, dimana kandungan yang adalah Penelitian Eksprimen . Penelitian
harus diperhatiakan adalah jenis protein, eksperimen adalah suatu metode penelitian
abu, air, dan pati. yang dilakukan melalui suatu percobaan
Tepung adalah hasil dari proses sehingga didapatkan hasil berupa
penggilingan yang menghasilkan serbuk pengetahuan yang baru atau data baru serta
halus. Setiap proses pembuatan tepung kebenaran yang diperoleh melalui
membutuhkan penanganan yang berbeda- percobaan.
beda. Tepung yang berasal dari biji-bijian Penelitian ini diawali dengan penentuan
tentu berbeda penanganannya dengan masalah yang ingin diangkat kemudian
tepung yang berasal dari umbi-umbian. dilanjutkan dengan tahap perumusan
Sehingga diperlukan cara yang berbeda. masalah. Setelah permasalahan selesai
Dalam proses pembuatan tepung umbi dirumuskan, langkah berikutnya yaitu
suweg ini disesuaikan dengan karakteristik observasi awal kemudian dilanjutkan dengan
dari umbi suweg tersebut. pengumpulan data-data pendukung. Setelah
Kandungan gizi yang jelas juga data terkumpul maka dilakukan tahap
merupakan penentu dari kualitas bahan berikutnya yaitu menentukan langkah
makanan. Menurut Chairinniza K. Graha eksperimen dan pembutaan instrumen
mengemukakan tentang pengertian gizi penelitian. Kemudian, tahap berikutnya yang
yang berarti gizi merupakan unsur yang dilakukan yaitu mengumpulkan bahan utama
terkandung dalam makanan dimana unsur- yang dibutuhkan dalam penelitian dan
unsur tersebut dapat memberikan manfaat dilanjutkan dengan tahap pra eksperimen.
bagi tubuh yang mengkonsumsinya Dalam tahap pra eksperimen ini dilakukan
sehingga menjadi sehat. Oleh karena itu dengan mengacu pada penelitian yang
diperlukan rincian yang jelas mengenai dilakukan oleh Desak Nyoman Kartika pada
kandungan gizi yang terdapat pada umbi tahun 2017 dari Universitas Pendidikan
suweg, agar nantinya dapat menjadi bahan Ganesha tentang proses pembuatan tepung
pertimbangan dalam dunia pangan. talas kimpul dan juga proses pembuatan
Pada umumnya tepung digunakan sebagai tepung singkong yang dilakukan oleh
bahan dasar pada pembuatan berbagai SEAFAST Center.
jenis kue dan juga roti. Tepung yang umum Setelah melaksanakan pra ekperimen
digunakan adalah tepung terigu, tepung pengolahan umbi suweg menjadi tepung
beras, tepung tapioka, tepung ketan dan umbi suweg, dilakukan tahap evaluasi guna
tepung maizena. Berdasarkan hal tersebut mengetahui kekurangan pada saat
maka pemilihan umbi suweg sebagai bahan melakukan langkah ekperimen. Setelah
dasar pembuatan tepung umbi suweg, tahap evaluasi selesai dilanjutkan dengan
menjadi hal yang tepat karena akan tahap eksperimen. Setelah itu dilakukan
meningkatkan jenis bahan pangan alternatif proses pengambilan data. Tepung umbi
dalam dunia boga. Penulis mencoba suweg yang telah jadi akan diuji
membuat tepung umbi suweg dan mencari laboratorium untuk mengetahui kandungan
kualitas tepung umbi suweg ditinjau dari gizinya menggunakan lembar uji
segi aroma, warna, dan tekstur sehingga laboratorium. Kemudian, tepung umbi
nantinya tepung umbi suweg dapat suweg diuji kualitasnya dari aspek warna,
digunakan sebagai tepung pengganti dalam aroma dan tekstur melalui lembar uji
pembuatan aneka kue. kualitas. Lembar uji kualitas di diisi oleh
panelis, kemudian jika data telah terkumpul
akan dijabarkan secara sistematis dengan
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.
Tahap akhir yaitu pengambilan kesimpulan.

169
Jurnal Bosaparis: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Volume 9, Nomor 3, November 2018

Dalam penelitian ini yang menjadi berperan dalam pengindraan adalah mata,
variabel adalah (1) Proses pengolahan tepung telinga, indra pencicip, indra pembau dan
umbi suweg, (2)Kandungan gizi tepung umbi indra perabaan atau sentuhan. Pada uji
suweg (3) Kualitas tepung umbi suweg dari organoleptik ini digunakan uji mutu hedonik,
segi warna, aroma dan tekstur. yaitu menyatakan kesan tentang baik atau
Metode pengumpulan data yang buruk. Uji mutu hedonik ini digunakan untuk
digunakan dalam penelitian ini adalah mengetahui tanggapan panelis megenai
metode observasi.Metode observasi dilakukan kualitas tepung umbi suweg dilihat dari
untuk mengumpulkan data mengenai umbi aspek warna, aroma dan tekstur.
suweg. Metode observasi ini juga digunakan Panelis yang digunakan dalam
untuk mengumpulkan data dari para panelis penelitian ini adalah panelis terbatas terdiri
terhadap kualitas tepung umbi suweg dilihat dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan
dari aspek warna, aroma, dan tekstur. tinggi. Panelis ini mengenal dengan baik
Disamping itu, metode ini digunakan pula faktor-faktor dalam penilaian organoleptik
untuk pengambilan data berupa kandungan dan mengetahui cara pengolahan dan
gizi yang terdapat pada tepung umbi suweg pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir.
melalui uji laboratorium. Dalam penelitian ini, penulis memilih 5
Pada penelitian ini digunakan uji orang panelis, dengan cara memberikan
laboratorium, yaitu uji pada laboratorium check list (v) sesuai kriteria yang telah
untuk mengetahui kandungan gizi pada ditetapkan pada uji kualitas tepung umbi
tepung umbi suweg. Instrumen yang suweg berdasarkan skala mutu hedonik.
digunakan adalah lembar uji laboratorium. Instrumen yang di gunakan adalah lembar
Serta digunakana juga uji organoleptik, yaitu uji kualitias.
pengujian yang didasarkan pada proses Nilai yang diberikan pada setia panelis
pengindraan. Bagian organ tubuh yang adalah :

Tabel 3.
Skala Mutu Hedonik dan Skala Numerik

Skala Mutu Hedonik Skala Numerik

Baik 3
Cukup 2
Buruk 1
Σx
M=
Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode analisis deskriptif
kuantitatif. Metode analisis deskriptif
Keterangan Rumus :
kuantitatif adalah suatu cara pengolahan
M = Mean ( rata-rata )
data yang dilakukan dengan jalan
∑x= Jumlah masing-masing skor
menyusun angka secara sistematis dalam
N = Jumlah subyek/sampel
bentuk presentase mengenai suatu objek
yang akan diteliti, sehingga diperoleh
Untuk menentukan kualitas tepung
kesimpulan umum.
umbi suweg dianalisis berdasarkan mean
Dalam penelitian ini digunakan
(M) dan standar deviasi (SD) dengan
pedoman penghitungan menurut Arikunto
(2002 : 264 ) sebagia berikut : mengkonversikan rata-rata presentase ke
dalam kriteria sebagai berikut:

170
Jurnal Bosaparis: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Volume 9, Nomor 3, November 2018

M = Mean atau rata-rata yang dicari dengan Keterangan Rumus :


rumus :
M = 12x (skor maks. + skor min.)
M = Mean (rata-rata)
SD = Standar deviasi yang dicari dengan SD = Standar Deviasi
rumus :
SD = 16 x (skor maks. – skor min.)

Bedasarkan rumus pedoman konversi


Skor maksimum :3
PAN dengan skala 3 maka diperoleh :
Skor minimum :1
2,33 – 3,00 = Baik
Berdasarkan rumus diatas, maka data
1,67 – 2,32 = Cukup
yang sudah terkumpul akan dicari
1,00 – 1,67 = Buruk
konversinya. Sehingga mendapatkan hasil
sebagai berikut :
M = 12 x (skor maks. + skor min.)
M = 12 x ( 3 + 1 )
M = 12 x 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
M=2 Penelitian yang dilaksanakan oleh
SD = 16 x (skor maks. + skor min.) penulis ini dilaksanakan di Laboratorium
SD = 1 x ( 3 - 1 ) 6
Produksi Jurusan Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga Program Studi Tata Boga dan di
Laboratorium Fakultas Teknologi Pangan
Universitas Udayana. Metode yang digunakan
SD = 0,33
dalam penelitian ini adalah metode observasi
Acuan pengambilan keputusan yang dan hasil pengolahan umbi suweg menjadi
digunakan untuk menentukan kualitas tepung umbi suweg akan diuji melalui uji
tepung umbi suweg dari segi warna, aroma laboratorium dan uji kualitas (Organoleptik)
dan tekstur berdasarkan rumus pedoman yang dilihat dari segi warna, aroma dan juga
konversi skala tiga adalah sebagai berikut: tekstur. Dalam pelaksanaan uji kualitas ini
(Koyan, 2008:122) diperlukan adana beberapa orang panelis,
dimana panelis yang digunakan yaitu panelis
terbatas yang berjumlah 5 orang. Panelis ini
terdiri dari 3 orang Dosen dan 2 orang Guru.
Rumus pedoman konvensi skala 3 (Tiga)
Pengumpulan data pada penelitian ini
M + 1 SD M + 3 SD (Baik) dilaksanakan di Jurusan PKK UNDIKSHA
M – 1 SD M + 1 SD (Cukup) Singaraja dan juga di Jurusan Tata Boga
M – 3 SD M – 1 SD (Buruk) SMK PGRI 4 Denpasar. Pengumpulan data
dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus
2018 sampai 18 Agustus 2018. Istrumen
pengumpulan data yang digunakan adalah
lembar uji kualitas tepung umbi suweg.
Hasil dari penelitaian ini adalah tepung
umbi suweg yang di uji laboratorium dengan
parameter kandungan zat gizi karbohidrat,
lemak, protein, air, abu, dan juga pati.
Sedangkan dalam uji kualitas yaitu warna,
aroma dan tekstur. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis menggunakan teknik
analisis kuantitatif, sehingga diperoleh
kesimpulan pada proses pembuatan tepung
umbi suweg, kandungan gizi pada tepung
umbi suweg, dan kualitas tepung

171
Jurnal Bosaparis: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Volume 9, Nomor 3, November 2018

umbi suweg dari segi warna, aroma dan pengemasan. (Desak Kartika, 2017).
juga tekstur. Dalam hal ini digunakan skala Sedangkan dalam proses pembuatan
hutu hedonik yaitu dengan kriteria baik, tepung umbi suweg, selain 7 tahapan yang
cukup dan buruk. beracuan pada pembuatan tepung talas
Tepung umbi suweg yang diuji kimpul, ada langkah yang ditambahkan
kualitasnya dari segi warna, aroma, dan yaitu proses pengukusan.
juga tekstur merupakan hasil eksperimen Sebelum memasuki tahap pengukusan,
laboratorium yang dilaksanakan mengacu ada beberapa langkah yang harus dilakukan.
pada resep standar proses pembuatan Yang pertama yaitu proses pencucian dan
tepung talas kimpul (Desak Kartika, 2017) perendaman, dimana dalam proses
dan proses pembuatan tepung singkong pencuciannya harus menggunakan air yang
(Southeast Asian Food And Agricultural mengalir dan proses pencucian dilakukan
Science and Technology (SEAFAST) sebanyak 2 kali, sedangkan dalam
Center) yang telah ditetapkan setelah proses perendamannya ditambahkan
melakukan uji coba pendahuluan (pra larutan garam dengan tujuan untuk
Eksperimen) yang telah diuraikan pada bab menetralkan kandungan zat-zat yang ada
III. pada umbi suweg, menghilangkan rasa
Adapun resep standar tersebut, yaitu: gatal serta menghilangkan getah pada umbi
(1) persiapan bahan. Bahan yang digunakan suweg. Proses perendaman ini dilakukan
dalam pembuatan tepung umbi suweg antara selama satu malam, atau sekurang-
lain umbi suweg segar, air, garam. (2) kurangnya selama 12 jam (Drajat, 1987).
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam Setelah mengalami proses
penelitian pembuatan tepung umbi suweg ini perendaman dan pencucian tahap 2,
harus dipastikan alat-alat yang dibutuhkan langkah berikut yang dilakukan yaitu proses
dalam keadaan yang bersih dan steril. pengukusan, dimana hal ini dilakukan
Pastikan pula peralatan yang digunakan karana bertujuan untuk menyesuaikan
terbebas dari debu dan kotoran lainnya. karakter dari umbi suweg yang sedikit
Peralatan harus dicuci terlebih dahulu kurang aman jika diproses tanpa dimasak
kemudian di keringkan dengan lap yang terlebih dahulu (Affy,2010). Meskipun hasil
bersih dan bisa menyerap air. Peralatan yang olahan ini nantinya akan mengalami proses
digunakan antara lain pisau, talenan, waskom, pemasakan juga ketika akan diolah menjadi
tray, blender, ayakan, panci kukusan dan produk makanan, tetapi penulis menginginkan
timbangan. produk bahan makanan ini benar-benar
Proses pembuatan tepung umbi terjaga kualitas hieginenya serta produk yang
suweg ini mengacu pada proses pembuatan dihasilkan benar-benar aman dari zat-zat
tepung talas kimpul yang dilakukan oleh yang berbahaya bagi tubuh sehingga harus
Desak Nyoman Kartika dari Universitas dinetralkan dengan jalan melalui proses
Pendidikan Ganesha serta proses pengukusan. Prinsip proses pengukusan juga
pembuatan tepung singkong (SEAFAST). akan menurunkan aktifitas bahkan mematikan
Acuan ini diambil karena talas kimpul, mikroorganisme berbahaya. Pada Umbi
singkong dan umbi suweg merupakan suweg, proses pengukusan ini juga
bahan pangan yang sama-sama berasal berpengaruh pada pati yang nantinya akan
dari kelompok umbi-umbian. dihasilkan, dimana pada proses pengukusan
Berdasarkan penelitain tersebut, akan meningkatkan kadar pati yang dihasilkan
peneliti mengambil acuan pada langkah- (Affy,2010). Disamping itu, Pada saat proses
langkah pembuatannya. Dalam penelitian perendaman hanya menggunakan air
tersebut, langkah-langkah pembuatan bersama dengan larutan garam, sehingga
tepung terdiri dari 7 tahapan yaitu setelah proses perendaman perlu dilakukan
pengupasan;pengirisan, pencucian tahap I, proses pegukusan lagi, agar racun dan juga
perendaman, Pencucian tahap II, rasa gatal yang ada pada umbi suweg benar-
penjemuran, penggilingan;pengayakan, dan

172
Jurnal Bosaparis: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Volume 9, Nomor 3, November 2018

benar hilang. Proses penghantaran panas bertujuan untuk menghilangkan rasa gatal.
yang terjadi pada saat proses pengukusan (4) pencucian tahap II. Dalam tahapan ini
akan membantu zat-zat berhaya yang pencucian kembali dilakukan, pencucian
terkandung pada umbi suweg benar-benar dilakukan dengan air yang mengalir yang
larut. (Drajat, 1987). dilakukan untuk menghilangkan bekas larutan
Setelah melalui proses pemasakan, garam pada umbi suweg. (5) tahap
langkah berikutnya yang dilakukan adalah pengukusan. Tahap ini dilakukan dengan
proses penjemuran. Proses penjemuran tujuan agar zat-zat yang berbahaya pada
dilakukan dibawah sinar matahari langsung umbi suweg dapat larut atau hilang. Tahap
selama 3-4 hari, untuk menghasilkan prosuk pengukusan dilakukan selama kurang lebih
yang benar-benar kering. Jika dalam 25-30 menit. (6) tahap penjemuran. Tahap
keadaan matahari kurang terik, proses ini penjemuran umbi suweg dilakukan dengan
bias berlangsung selama 7 hari. Proses memanfaatkan sinar matahari langsung.
pengeringan ini dilakukan untuk Apabila matahari terik, maka cukup diperlukan
mengurangi/menghilangkan kadar air yang waktu selama kurang lebih 2-4 hari. (7)
terkandung pada umbi suweg. Setelah umbi Setelah umbi suweg benar-benar kering,
suweg benar-benar kering, prsos maka sudah siap untuk ditumbuk atau digiling.
selanjutnya yaitu penggilingan/penghalusan Kemudian diayak dengan ayakan tepung agar
umbi suweg kering. Dalam tahap ini alat mendapatkan hasil tepung yang maksimal. (8)
yang digunakan adalah blender, serta Setelah tepung umbi suweg diayak dan sudah
saringan yang digunakan berukuran 600 mendapatkan hasil yang maksimal maka
mesh agar menghasilkan butiran-butiran tahap berikutnya adalah tahap pengemasan.
tepung yang halus dan terbebas dari Tepung umbi suweg dikemas dengan
kotorang-kotoran. menggunakan plastik atau wadah yang
Cara pembuatan pembuatan tepung tertutup rapat untuk menjaga kualitas tepung
umbi suweg, antara lain: (1) Tahap umbi suweg.
Pengupasan dan Pengirisan. Umbi suweg Dari hasil pembuatan tepung umbi
dikupas kulitnya dan dibersihkan dari akar- suweg ini, didapatkan hasil yaitu warna
akarnya. Setelah itu umbi suweg diiris tipis- tepung umbi suweg putih kecoklatan, aroma
tipis. yang bertujuan untuk mempercepat yang dihasilkan yaitu aroma yang kuat dan
proses pengeringan ketika dijemur. (2) Proses aroma khas dari umbi suweg, serta tekstur
pencucian tahap I. Pada proses ini dilakukan tepung umbi suweg halus.
proses pencucian umbi suweg yang sudah Berdasarkan hasil uji laboratorium
dikupas dan diiris yang berfungsi untuk yang dilaksanakan di Fakultas Teknologi
menghilangkan sisa kotoran yang menempel Pangan Universitas Udayana yang meliputi
pada umbi suweg. (3) proses perendaman. parameter air, abu, proksimat (protein,
Berikutnya umbi suweg yang telah dicuci, lemak, karbohidrat), pati dan kalori,
direndam dengan larutan air garam dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
selama 1 malam yang

173
Jurnal Bosaparis: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Volume 9, Nomor 3, November 2018

Tabel 4. Kandungan gizi tepung umbi suweg

NO ANALISIS KANDUNGAN (%)


(per 100 g )
1 Air 11,98 %
2 Abu 4,32 %
3 Protein 5,44 %
4 Lemak 1,80 %
5 Karbohidrat 76,42 %
6 Pati 56,07 %
7 Kalori 343,7886 kkal
Sumber : Uji Laboratorium Universitas Udayana Teknologi Pangan 2018

Berikut ini disajikan hasil uji kualitas konversi skala 3. Hasil dapat dilihat pada
tepung umbi suweg dari segi warna, aroma tabel 5 dan 6 berikut ini.
dan tekstur. Dan hasil rumus pedoman

Tabel 5. Hasil tabulasi data uji kualitas

Panelis Warna Aroma Tekstur


1 3 3 3
2 3 3 2
3 3 3 3
4 2 3 3
5 3 2 3
Total 14 14 14

Tabel 6. Hasil Uji Kualitas Tepung Umbi Suweg

Aspek yang dinilai Hasil Kategori

Warna 2,8
Baik
Tekstur 2,8
Baik
Aroma 2,8
Baik

Berdasarkan hasil uji kualitas tepung yaitu berwarna coklat muda, b) kualitas
umbi suweg serta berdasarkan pedoman tepung umbi suweg dilihat dari segi aroma
konversi skala 3, maka di peroleh hasil memperoleh hasil yaitu sebesar 2,8 dengan
bahwa : a) kualitas tepung umbi suweg berada pada kategori baik dan dengan tolok
dilihat dari segi warna memperoleh hasil ukur yang sesuai yaitu memiliki aroma yang
yaitu sebesar 2,8 dengan berada pada kuat dan khas dari umbi suweg, c) kualitas
kategori baik dengan tolok ukur yang sesuai tepung umbi suweg dilihat dari segi tekstur

174
Jurnal Bosaparis: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Volume 9, Nomor 3, November 2018

memperoleh hasil yaitu sebesar 2,8 dengan yaitu sebesar 2,8 dengan berada pada
berada pada kategori baik dan dengan tolok kategori baik dengan warna yang sesuai
ukur yang sesuai yaitu memiliki tekstur yang yaitu berwarna putih kecoklatan.
halus. Sedangkan untuk hasil uji kualitas tepung
umbi suweg dilihat dari segi aroma
SIMPULAN DAN SARAN memperoleh hasil yaitu sebesar 2,8 dengan
Proses pembuatan tepung umbi berada pada kategori baik dan dengan
suweg diawali dengan proses persiapan aroma yang sesuai yaitu memiliki aroma
bahan-bahan dan juga alat yang digunakan. yang kuat dan khas dari umbi suweg.
Tapah awal pada saat pengolahan yaitu Namun terdapat beberapa kritik pada aroma
pengupasan dan juga pengirisan yang tepung umbi suweg ini yaitu aroma tepung
bertujuan untuk menghilangkan bagian kulit umbi suweg yang dihasilkan sangan kuat
umbi suweg dan juga mengiris umbi suweg namun mengacu pada hal yang kurang baik
agar mempermudah proses atau tahan- karena aroma khas yang dihasilkan kurang
tahap berikutnya. Setelah itu dilakukan sedap. Hal ini merupakan faktor bawaan
proses pencucian yang pertama untuk dari karakteristik umbi suweg tersebut.
menghilangkan kotoran-kotoran yang masih Kemudian, hasil uji kualitas tepung umbi
menempel pada umbi suweg. Setelah dicuci suweg dilihat dari segi tekstur memperoleh
bersih, proses berikutnya yang dilakukan hasil yaitu sebesar 2,8 dengan berada pada
adalah proses perendaman dengan air kategori baik dan dengan tekstur yang
garam dengan tujuan untuk menghilangkan sesuai yaitu memiliki tekstur yang halus.
dan menetralisir kandungan-kandungan Berdasarkan kesimpulan tersebut
yang tidak baik dikonsumsi oleh manusia. maka dapat diajukan beberapa saran yaitu :
Proses perendaman ini dilakuakan selama (1) Untuk memperoleh hasil tepung yang
satu malam atau 24 jam. Setelah didiamkan maksimal maka perlu diperhatikan pada saat
selama semalam, proses berikutnya yaitu proses pengeringan. Disamping itu
pencucian tahan 2 untuk menghilangkan memahami karakteristik dasar dari bahan
sisa-sisa garam saat perendaman. Setelah pangan yang digunakan juga sangat penting
itu dilakukan proses pengukusan untuk agar pada saat proses pengolahan dilakukan
meyakinkan bahwa mikroorganisme metode dan penangan yang tepat dan sesuai.
berbahaya yang ada pada umbi suweg Diperlukannya teknik yang benar dan juga
telah mati. Kemudian tahap berikutnya yaitu bahan tambahan yang tepat agar benar-benar
penjemuran untuk mengurangi kadar air dapat dipastikan bahwa tepung umbi suweg
umbi suweg. Penjemuran dilakukan dengan tidak memiliki racun serta rasa gatal yang
bantuan sinar matahari langsung., lalu berbahaya bagi tubuh. Misalnya dengan
dilakukan proses penggilingan dan juga perendaman dengan air garam yang lebih
pengayakan untuk mendapatkan tekstur lama dan juga air pada saat proses
tepung yang baik. Terakhir proses yang perendaman diganti secara berkala. (2)
dilakukan yaitu pengemasan. Tepung umbi suweg memiliki kandungan
Hasil uji laboratorium yang dilakukan di protein yang rendah. Sehingga tepung umbi
Universitas Udayana mendapatkan hasil yang suweg dapat digolongkan pada tepung protein
baik. Kandungan gizi pada tepung umbi rendah, dimana tepung dengan kadar protein
suweg terdiri dari kandungan air sebanyak rendah cocok diolah menjadi aneka macam
11,98%, kandungan abu sebanyak 4,32%, kue kering. Jika ingin mengolah kue dengan
kandungan protein sebanyak 5,44%, memerlukan protein sedang, maka tepung
kandungan lemak sebanyak 1,8%, umbi suweg dapat disubstitusikan dengan
kandungan pati sebanyak 56,07%, tepung terigu protein sedang, dengan takaran
kandungan karbohidrat 76,42% dan kalori yang disesuaikan.
sebanyak 343,7886 kkal. (3) Warna yang dihasilkan oleh tepung umbi
Hasil uji kualitas tepung umbi suweg suweg adalah berwarna putih kecoklatan.
dilihat dari segi warna memperoleh hasil Sedangkan pada umumnya tepung

175
Jurnal Bosaparis: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Volume 9, Nomor 3, November 2018

berwarna putih bersih. Sehingga diperlukan Fitri Mey, 2014. “Pemanfaatan Tepung Umbi
teknik yang sedikit berbeda pada Garut Sebagai Pengganti Tepung
pengolahannya sehingga dapat dihasilkan Terigu Dalam Pembuatan Biskuit
warna yang lebih putih. Hal ini dapat Tinggi Energi Protein Dengan
dilakukan dengan cara merendam umbi Penambahan Tepung Kacang Merah”.
suweg lebih dari 1 malam, yaitu sekitar 3-4
Universitas Sebelas Maret Volume 3
hari lamanya, agar didapatkan hasil warna
tepung yang lebih putih. No 1. Surabaya
Juran, Herlambang.2016. “ Dimensi Kualitas
Makanan” Yogyakarta: PT Kanisius
DAFTAR PUSTAKA Kadek Harumini, 2015. “ Uji Kualitas
Agung, A.A.G. 1999. Metodologi Tepung Singkong”. Universitas
Penelitian Pendidikan. Pengantar Pendidikan Ganesha. Volume 3 No 3
Ringkas. Singaraja: Sekolah Tinggi (hlm 26-28) Tersedia dalam
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Http://ejournal.undiksha.ac.id
Singaraja. (diakses pada tanggal 07 April 2018)
Ani Isnawati, 2016 “ Pusat Biomedis dan Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran.
Teknologi Dasar Kesehatan” Terdapat Jilid II. Edisi Kesebelas. Alih Bahasa
dalam Benyamin Molan. Jakarta. : Indeks
Http://www.litbang.depkes.go.id Koyan, 2008. Asesmen Dalam
(akses 07 April 2018) Pendidikan Singaraja. Singaraja:
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Universitas Pendidikan Ganesha
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Nuraini, dkk. 2013. Petunjuk Praktikum
Yogyakarta: Rineka Cipta. Evaluasi Sensori. PS Ilmu dan
Badan Standarisasi Nasional (SNI 19-0428- Teknologi Pangan : Purwokerto
1989) (diakses tanggal 07 April 2018). Purwo Djatmiko, 2014. Kamus Bahasa
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Indonesia Lengkap. Surabaya:
Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Anugerah
Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Raharjo. 2001. Penilaian Organoleptik.
Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Bharata Karya Aksara : Jakarta
Kencana. Risa,2018. Almaendah’s blog Htm.
Mengenal Bunga Bangkai
Desak Kartika, 2017. “Substitusi Tepung (Amorphophallus) dan Jenisnya.
Talas Kimpul Menjadi Kue Kering Sagon Diakses pada tanggal 06 Mei 2018
“. Universitas Pendidikan Setyaningsih , Dwi, dkk. 2010. Analisis
Ganesha. Tersedia dalam Evaluasi Sensori Untuk Industri
Http://ejournal.undiksha.ac.id Pangan dan Agro. IPB Press : Bogor
(diakses pada tanggal 07 April 2018) Sidik, Prayitno, 1979. “Unsur-
Unsur Seni Rupa”. Terdapat
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I. pada
2016. Karakteristik umbi t a l a s k i Soekarto, S. T. 1985. Penilaian
mpul Organoleptik. Bharata Karya Aksara :
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I. Jakarta
2016. Kandungan gizi karbohidrat. Southeast Asian Food And Agricultural
Emzir. 2015. Metodologi Penelitian Science and Technology (SEAFAST)
Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Center. Diakses pada tanggal 06 Mei
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2018

176
Jurnal Bosaparis: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Volume 9, Nomor 3, November 2018

Sri Wahyuni, ni kadek. 2017. “Proses


Pembuatan Tepung Gadung Secara
Tradisional”. Universitas Pendidikan
Ganesha.Singaraja
Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian
Pendidikan Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Sutomo, B, 2008. Umbi Suweg – Potensial
sebagai Pengganti
Tepung Terigu.
http://myhobbyblogs.com; diakses
pada tanggal 06 mei 2018
Utomo, Y.S dan S.S Antarlina,. 1997.
Proseding Seminar Teknologi Pangan
1997 Kajian Sifat Fisiko Kimia Pati
Umbi-Umbian Selain Ubi Kayu.
Balitbang: Kendalpayan Malang.
Vinsensia, dkk, 2013. “Pemanfaatan Tepung
Umbi Gadung dan Tepung MOCAF
Sebagai Bahan Substitusi Dalam
pembuatan Mie Basah, Mie Kering
dan Mie Instan”. Universitas
Diponegoro Volume 2 No 2 (hlm 246-
256). Semarang.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pngan dan
Gizi.PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Laboratorium Universitas Pendidikan
Ganesha.2018

177

Anda mungkin juga menyukai