I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Natar adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Lampung.
Memiliki banyak keunggulan dan kekhasan dalam berbagai bidang, seperti :
1. Bidang Perkebunan : Kopi, lada, kelapa dan kelapa sawit,
2. Bidang Hortikurtura : Aneka macam sayur-sayuran, sawi, kacang panjang,
kembang kol dll
3. Bidang Kerajinan Tangan : Tenun Lampung
Melimpahnya sumber daya alam hayati berupa batang pisang memotivasi penulis
untuk memanfaatkannya sebagai bahan dasar pengolahan makanan. Bagian tengah
dari batang pisang yang sering dikenal dengan sebutan umbut pisang ternyata
sudah lama dimanfaatkan orang sebatas untuk sayur dan lalapan saja. Dari sini
penulis terinspirasi untuk memanfaatkan umbut pisang yang semula tidak
berharga menjadi suatu produk olahan pangan yang mempunyai nilai tambah
(added value), mudah cara pengolahannya, tidak menggunakan teknologi yang
rumit, yaitu dengan mengolahnya menjadi dodol. Dengan membuat umbut
pisang menjadi dodol diharapkan dapat meningkatkan keanekaragaman produk
olahan pangan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan dapat dijadikan
oleh-oleh khas Natar khususnya, dan di Indonesia pada umumnya.
1
1.3 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan dan keterampilan mengolah produk olahan
pangan sekaligus turut memecahkan permasalahan di lingkungan
terutama batang pisang yang merupakan salah satu sumber daya
alam hayati,
b. Melatih bersikap peka terhadap lingkungan sekitar,
c. Memupuk jiwa kewirausahaan sebagai bekal hidup dimasa depan.
2. Bagi Masyarakat
a. Memberikan wawasan tentang produk lokal serta nilai guna dari
kulit batang pisang sebagai bahan pembuatan produk olahan
pangan,
b. Memberikan solusi kepada masyarakat untuk memperoleh
penghasilan tambahan dengan modal kecil tetapi mendatangkan
keuntungan yang cukup besar,
c. Menciptakan kreativitas masyarakat dalam memanfaatkan
sumber daya alam yang melimpah di lingkungan sekitar.
2
BAB. II
LANDASAN TEORI
2.1 Umbut Pisang
Umbut pisang diperoleh dari penebangan batang pisang, menurut sistem binomial
pisang diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Liliopsida
Genus : Musa
Spesies : Musa sp.
Batang Pisang merupakan komponen utama dalam pohon pisang yang memiliki
beberapa lapisan kulit dan tumbuh vertikal tanpa cabang. Batang pisang
mengandung air yang banyak dan ada ruang udara didalamnya. Di bagian tengah
batang pisang adalah bagian tisu lembut berwarna putih yang disebut sebagai
umbut pisang atau empulur pisang. Umbut Pisang tersedia dengan memotong
batang pisang. Untuk penggunaan sendiri batang pisang dipotong sepanjang 1.0 -
1.5 meter dan dibuang bagian kulit luar berwarna coklat kehitaman selapis demi
selapis sehingga sampai kebahagian umbut pisang dibagian tengah yang berwarna
putih cerah. Umbut pisang cocok untuk dijadikan lalapan (
http://ms.wikipedia.org/wiki/Pisang ).
3
gula merah, santan kelapa dan beberapa bahan tambahan lain ( Rahman dan
Hindasah, 2008).
Umbut pisang dapat digunakan sebagai bahan baku dodol yang dicampur dengan
bahan baku lain (tepung ketan, gula) menjadi suatu adonan dan diolah dengan
pemanasan, sehingga membentuk suatu masa yang mempunyai kekenyalan
tertentu.
Umbut pisang yang akan dibuat dodol sebaiknya dipilih yang masih muda,
sehingga menghasilkan tekstur yang kenyal dan tidak berserat, serta mempunyai
rasa khas umbut bisang. Pada pembuatan dodol, peranan atau fungsi gula masih
tetap menonjol, disamping juga peranan tepung dan santan kelapa. Bahan-bahan
ini sangat berperan dalam menentukan rasa dan tekstur (kekenyalan). Selain itu,
berbagai jenis umbut pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat dodol. Namun
pada kesempatan ini kami menggunakan umbut pisang kepok, karena selain
getahnya lebih sedikit juga akan dihasilkan sifat organoleptik yang lebih optimal.
Semakin banyak getah akan mempengaruhi warna dari umbut pisang. Getah
umbut pisang menyebabkan terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis, yaitu
terbentuknya warna coklat atau ungu kehitaman pada umbut pisang.
Dodol dikelompokkan sebagai pangan semi basah, mempunyai kadar air antara 10
sampai 40 persen dengan aktivitas air (αw) antara 0,65 sampai 0,9. Pada
penggunaannya, produk ini dapat langsung dimakan tanpa mengalami rehidrasi,
serta mempunyai bentukan yang cukup kering sehingga stabil dalam
penyimpanan. Standar mutu dodol menurut SNI 01-2986-1992 dapat dilihat pada
Tabel 1.
4
Tabel1. Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk Dodol
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan (normal, rasa, dan warna - Normal
2 Air % Maks. 20
3 Abu % Maks. 1,5
4 Gula dihitung sebagai sakarosa % Min. 40
5 Protein % Min. 3
6 Lemak % Min. 7
7 Serat kasar % Maks. 1,0
8 Pemanis buatan - Tidak boleh ada
9 Logam berbahaya ( Cu, Pb, dan Hg) - Tidak nyata
10 Arsen - Tidak nyata
11 Kapang - Tidak boleh ada
Sumber : Anonim, 1992
5
BAB. III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
1. Pisau
2. Blender
3. Wajan
4. Kompor
5. Loyang atau cetakan
6. Pengaduk
7. Panci
8. Literan
9. Saringan
10. Solet
11. Timbangan
3.2 Bahan
1. Umbut pisang : 1 kg
2. Gula pasir : 500 g
3. Kelapa parut : 1 butir
4. Tepung beras ketan : 50 g
5. Agar bubuk : 60 g
6. Garam : secukupnya
7. Daun pandan : 2 lembar
6
BAB. IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
Dari analisa secara organoleptik terhadap tingkat kesukaan Panelis,
diketahui bahwa panelis pada umumnya menyukai warna, rasa dan aroma
dodol umbut pisang, namun untuk teksturnya banyak yang tidak
menyukainnya.
Sel penerima rasa terletak pada papila fungiform (berbentuk jarum) dan
berada di bagian ujung dan tengah lidah bagian atas dan papila sirkumvalat
7
di bagian belakang lidah. Dalam seluruh papila terdapat kuncup rasa yang
bila terangsang akan meneruskan rangsangan tersebut ke otak. Kepekaan
rasa manis dapat mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung
pinggir lidah, rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian
belakang lidah (Kartika dkk., 1988). Rasa dodol umbut pisang banyak
disukai oleh Panelis. Rasa manis pada dodol dikarenakan adanya gula
(sakarosa) yang ditambahkan ke dalam adonan. Selain memberikan rasa
manis, gula disini juga bermanfaat dalam memperpanjang umur simpan
dodol. Dengan pemakaian gula dalam konsentrasi tinggi dan pemasakan
yang memakan waktu lama menyebabkan dodol menjadi lebih tahan lama.
Dari hasil pengamatan, aroma dodol umbut pisang disukai oleh Panelis.
Sebenarnya untuk aroma umbut pisang murni mungkin kurang disukai,
namun dengan pemberian aroma alami pandan dapat menetralisir aroma
umbut pisang yang kurang sedap sehingga menghasilkan aroma khas umbut
pisang yang disukai Panelis. Aroma (bau) didefinisikan sebagai suatu yang
dapat diamati dengan indera pembau. Bau dari suatu produk dapat diamati
dengan cara membau atau merasakan. Ada dua cara mengamati bau, yaitu
lewat indera pembau dan lewat mulut terutama bagi mereka yang sukar
mengamati lewat hidung (Kartika, dkk., 1988).
8
3.3 Prospek dan Manfaat Produk Untuk Peningkatan Pendapatan
Masyarakat
Usaha dodol umbut pisang di masa mendatang sangat menjanjikan karena
dapat memberikan nilai tambah dibandingkan dalam bentuk asalnya.
Khususnya untuk masyarakat pedesaan, dimana sumber daya alam
melimpah maka dengan mengolah umbut pisang menjadi dodol, selain
mendatangkan pemasukan juga menambah diversifikasi produk olahan
makanan. Harapan Penulis, dodol umbut pisang kedepannya dapat dijadikan
sebagai snak atau camilan yang dapat dijadikan oleh-oleh khas/ciri khas
Kabupaten Lampung Selatan khususnya, dan Provinsi Lampung pada
umumnya. Selain itu, dengan membuat dodol umbut pisang masyarakat
dapat membantu menangani limbah panen pisang sehingga limbah batang
pisang tidak menumpuk dan menjadi sumber penyakit.
9
3.5 Tekno Ekonomi
a. Dasar Perhitungan
- Jumlah bahan baku umbut pisang = 1 kg/hari
- Kapasitas produksi = 16 kemasan/hari
- Hari kerja/bulan = 24 hari
- Harga umbut = Rp 500,00/kg
b. Produksi/bulan
16 x 24 = 384 kemasan
c. Modal Tetap
Nama Alat Jumlah Harga Jumlah Umur Penyusutan/
(satuan) satuan (Rp) alat/th bln
(Rp)
Pisau 1 5.000 5.000 2 208
Blender 1 300.000 300.000 5 5.000
Wajan 1 50.000 50.000 3 1.388
Kompor gas+ 1 500.000 500.000 5 8.333
tabung LPG
Loyang 1 7.000 7.000 3 194
Pengaduk 1 5.000 5.000 1 416
Panci 1 50.000 50.000 3 1.388
Literan 1 5.000 5.000 3 138
Saringan 1 2.000 2.000 1 167
Solet 1 1.500 1.500 1 125
Timbangan 1 40.000 40.000 5 667
Total 1.035.500 18.024
10
e. Harga Pokok Produksi (HPP)/Harga Jual
Biayaproduksi
1) HPP = Unitprodukyangdihasilkan
Rp 791. 624 , 00
= 384 = Rp 2.062,00/kemasan
2) Harga Jual
Target keuntungan 25% = 25% x Rp 2.062,00
= Rp 516,00
Jadi harga jual = Rp 2.062,00 + Rp 516,00 = Rp 2.578,00
~ Rp 3.000,00
3) Perhitungan Keuntungan
Hasil penjualan = 3.000 x 384 = Rp 1.152.000,00
Biaya produksi = Rp 791.624,00
Keuntungan perbulan = Rp 360.376,00
totalbiayaproduksi¿
totalpendapatan¿ ¿
4) R / C = ¿
Rp 1.152.000,00
= Rp791.624,00 = 1,4 ( Layak)
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa R/C ratio pada usaha dodol
umbut pisang senilai 1,4. Artinya dari setiap satuan modal yang
dikeluarkan akan diperoleh hasil (pendapatan) sebanyak 1,4 kali
lipatnya. (interpretasi; usaha ini layak untuk dijalankan)
11
6) Analisa Waktu Pengambilan Modal
Modaltetap Rp1.035.500
POT = Keuntunganpertahun = Rp 4 .324.512,00 = 0,24
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh POT 0,24 tahun. Hal ini
berarti dalam waktu sekitar 0,24 tahun modal usaha dodol umbut
pisang akan kembali.
12
BAB. III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penggunaan umbut pisang dalam pembuatan dodol dapat diterima
oleh panelis,
2. Dari uji kesukaan terhadap sifat organoleptik dodol pisang diketahui
bahwa Panelis menyukai dodol umbut pisang karena warna putih
keabu-abuan, rasa dan aroma manis, namun untuk teksturnya kurang
disukai karena padat dan lunak,
3. Limbah batang pisang dapat dijadikan produk olahan pangan yang
memiliki nilai ekonomi tinggi,
4. Usaha pengolahan dodol pisang memberi peluang usaha agroekonomi
bagi masyarakat,
5. Dengan mengolah umbut pisang menjadi dodol dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat terutama dalam bidang ekonomi,
6. Usaha pengolahan dodol umbut pisang dapat dikembangkan dengan
modal yang terbatas dengan daya kreasi dan optimalisasi kualitas
produk.
3.2 Saran
Pengolahan umbut pisang menjadi dodol mempunyai potensi besar untuk
dikembangkan sebagai snak atau camila sehingga perlu dikaji lebih lanjut
tentang kandungan gizi umbut pisang,
13
DAFTAR PUSTAKA
http://ma.wikipedia.org/wiki/pisang.
Kartika dkk., 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan
Gizi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
14
15
Lampiran 1
Nama :
Tanggal :
Bahan : Dodol Umbut Pisang
TTD :
Berikan penilaian Saudara dengan mengisi nilai pada tempat yang telah
disediakan dengan skala sebagai berikut:
1. Sangat suka
2. Suka
3. Agak suka
4. Tidak suka
5. Sangat tidak suka
KOMENTAR :
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
16
Lampiran 2
Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑
111 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 35
121 3 4 2 2 3 4 4 3 3 3 31
131 2 2 4 2 3 2 4 3 2 3 27
141 2 3 2 4 4 2 4 3 3 3 30
211 2 3 4 4 4 2 4 3 2 2 30
212 2 4 2 2 4 2 4 3 3 3 29
213 2 1 4 3 3 2 4 3 3 3 28
214 2 1 2 4 4 3 3 3 3 2 27
∑ 18 22 24 25 29 20 31 24 22 22 237
Perhitungan :
(237)2 56169
Faktor Koreksi = 8 x 10 = 80 = 702,1
( 35) 2+( 31 )2+(27 )2+.. .+(27 )2
−702, 1
JK sampel = 10
= 4,8
(18)2+(22 )2+(24 )2+. ..+(22)2
−702 , 11
JK panelis = 8
= 42,3
JK total = (32+42+42+...+22) – 702,1 = 54,89
JK error = 54,89 – 4,8 – 42,26 = 7,83
Tabel Anava
17
F hitung sampel > F tabel Ada beda nyata
Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑
111 2 4 4 2 3 4 2 2 1 2 26
121 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 21
131 2 1 2 3 3 2 2 2 1 2 20
141 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 22
211 2 2 4 3 2 2 2 2 3 3 25
212 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19
213 2 1 5 2 3 4 3 2 4 2 28
214 2 1 2 2 2 4 2 2 3 1 21
∑ 16 15 23 18 20 22 17 16 16 19 182
Perhitungan :
(182)2 33124
Faktor Koreksi = 8 x 10 = 80 = 414,05
( 26 )2+( 21 )2+(20)2+.. .+(28 )2
−414 , 05
JK sampel = 10
= 6,95
(16)2+(15 )2+(23)2+.. .+(16 )2
−414 ,05
JK panelis = 8
= 33,45
JK total = (22+42+42+...+12) – 414,05 = 47,95
JK error = 47,95 – 6,95 – 33,45 = 7,55
Tabel Anava
Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑
111 2 3 3 2 3 4 4 2 2 3 28
121 2 2 2 2 2 4 4 2 3 3 26
131 2 2 4 2 3 4 4 2 2 3 28
141 2 2 2 2 2 4 4 2 2 3 25
211 2 2 4 3 3 4 4 2 1 3 28
212 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 23
213 2 2 3 2 2 4 4 2 3 2 24
18
214 2 3 2 2 2 4 2 2 2 2 23
∑ 16 18 22 17 20 31 29 16 17 21 207
Perhitungan :
(240)2 57600
Faktor Koreksi = 8 x 10 = 80 = 720
(32) 2+(30 )2+(36 ) 2+.. .+(21 )2
−720
JK sampel = 10
= 12,6
( 22) 2+( 30 )2+( 23)2+ .. .+(22 )2
−720
JK panelis = 8
= 16
Tabel Anava
Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑
111 4 2 5 4 4 3 1 3 2 4 32
121 4 4 2 3 3 4 2 3 2 3 30
131 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 36
141 2 4 1 4 2 4 4 3 2 3 29
211 2 4 2 3 2 5 4 3 1 4 30
212 2 4 4 4 4 3 2 3 2 2 30
213 2 4 3 4 2 3 5 3 4 2 32
214 2 4 2 2 2 2 1 3 2 1 21
∑ 22 30 23 28 23 28 23 24 17 22 240
(207)2 42849
Faktor Koreksi = 8 x 10 = 80 = 535,6
19
= 3,1
Tabel Anava
20