Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI
“FERMENTASI TAPE”

LOGO

Disusun oleh:

Nama :

UPTD SMP NEGERI 1 GONDANG

2021
I. JUDUL
“Fermentasi Tape”

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Siswa mengetahui proses fermentasi pada tape dan mendemonstrasikan proses
pembuatan tape ketan dan tape singkong

III. TINJAUAN PUSTAKA


Tapai merupakan hasil dari proses fermentasi dari bahan-bahan yang
mengandung karbohidrat seperti beras ketan dan ubi kayu. Dalam proses
fermentasi yang melibatkan aktifitas mikroorganisme ini terjadi proses
pengubahan karbohidrat menjadi etanol, sehingga bahan makanan hasil
fermentasi menjadi lebih enak rasanya (Sutanto, 2006).
Tapai mempunyai rasa sedikit manis dengan sedikit rasa alkohol dan
aroma semerbak yang khas. Tekstur lunak dan berair serta mengasilkan cairan
yang merupakan efek dari efek fermentasi. Rasa manis pada tapai dipengaruhi
oleh kadar gula dari tapai itu sendiri. Tetapi kadang – kadang pada sejenis
tapai tertentu timbil rasa asam agak menyengat. Hal ini biasanya disebabkan
oleh perlakuan selama proses pembuatan yang kurang teliti, misalnya
penambahan ragi yang terlampau banyak, penutupan yang kurang sempurna
selama proses fermentasi berlangsung, ataupun karena proses fermentasi yang
terlalu lama (Oyon Suwaryono dan Yusti Ismaeni, 1987 dalam Santosa,
2010).
Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak
lama sejak jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah
substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan
bantuan mikroba. Bioteknologi berbasis fermentasi sebagian besar merupakan
proses produksi barang dan jasa dengan menerapkan teknologi fermentasi
atau yang menggunakan mikroorganisme untuk memproduksi makanan dan
minuman seperti: keju, yoghurt, minuman beralkohol, cuka, sirkol, acar,
sosis, kecap, dll (Nurcahyo, 2011).
Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk
mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti

1
asam-

2
asam organik, protein sel tunggal, antibiotika dan biopolimer. Fermentasi
merupakan proses yang relatif murah yang pada hakekatnya telah lama
dilakukan oleh nenek moyang kita secara tradisional dengan produk-
produknya yang sudah biasa dimakan orang sampai sekarang, seperti tempe,
oncom, tapai, dan lain-lain (Nurhayani, 2001).
Diantara bahan dasar pembuatan tapai yang sering digunakan adalah
beras ketan baik yang hitam maupun yang putih. Tapai dari beras ketan inilah
yang paling banyak dijumpai di toko-toko makanan maupun di Super Market.
Namun demikian juga belum diketahui apakah ada perbedaan kandungan
etanol dalam tapai yang dihasilkan pada pembuatan dengan kedua macam
beras ketan tersebut, sehingga dalam penelitian ini akan dipelajari perbedaan
kandungan etanol dalam tapai yang dihasilkan dari bahan dasar beras ketan
hitam dan putih dan dengan menggunakan beberapa macam pembungkus
yang berbeda yaitu dengan daun, plastik dan gelas (Sutanto, 2006).
Beras, ketan, jagung dan ketela pohon, dapat digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan tapai. Bahan-bahan tersebut dikukus hingga matang,
dihamparkan ditampah dan setelah dingin dibubuhi ragi, kemudian campuran
itu ditaruh dalam belangga, ditutup dengan daun pisang dan disimpan dalam
tempat yang sejuk. Tak lama kemudian berkhamirlah karena daya kerja
organismeorganisme yang terdapat dalam ragi (Heyne, 1987 dalam Berlian,
2016).
Pada proses pembuatan tapai, masyarakat biasanya menggunakan daun
pisang sebagai pembungkusnya. Dengan semakin sulitnya mendapatkan daun
terutama di daerah perkotaan maka masyarakat beralih ke pembungkus atau
wadah alternatif yang lebih mudah diperoleh untuk proses pembuatan tapai
seperti plastik, gelas dan wadah yang lain. Namun demikian belum diketahui
apakah wadah fermentasi dalam pembuatan tapai ini berpengaruh terhadap
kandungan etanol dalam tapai yang dihasilkan (Sutanto, 2006).
Perbedaan waktu fermentasi dapat menghasilkan perbedaan pertumbuhan
mikroorganisme. Semakin lama waktu fermentasi maka mikroorganisme
yang tumbuh semakin banyak sampai nutrisi dimedia tersebut habis. Proses
pemecahan karbohidrat dipengarhui aktivitas mikroorganisme. Dari hasil
fermentasi yang dilakukan, didapatkan pertumbuhan dan tinggi
mikroorganisme yang tertinggi adalah waktu fermentasi 9 hari. Hal ini
dikarenakan adanya aktivitas mikroorganisme yang optimal, sedangkan pada
fermentasi hari ke 0 mikroorganisme belum tumbuh dan fermentasi hari ke 3
didapatkan pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme rendah (Hidayati, 2013).
Pada proses pembuatan tapai, khamir dan kapang merupakan mikrobia
yang mengubah karbohidrat yang terkandung dalam bahan, menjadi gula.
peranan ragi dalam pembuatan tape adalah mengubah gula menjadi alkohol.
rasa manis pada tape dipengaruhi oleh kadar gula yang ada dalam tape
tersebut. dalam proses pembuatan tape, kadang-kadang sering dijumpai
adanya tape yang berasa masam. hal ini dapat disebabkan oleh adanya
kontaminasi sejenis bakteri karena proses pembuatan tape yang kurang teliti,
misalnya penambahan ragi yang berlebihan dan penutupan bahan pada saat
fermentasi berlangsung
serta waktu fermentasi yang terlalu lama (Rukamana, 2001).
Perubahan biokimia yang penting pada fermentasi tape adalah hidrolisis
pati menjadi glukosa dan maltosa yang akan memberikan rasa manis serta
perubahan gula menjadi alkohol dan asam organik. Reaksi dalam fermentasi
berbeda - beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang
dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling
sederhana, melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH).
Persamaan Reaksi Kimia:
C6H12O6 + 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
1. Kompor 1. Singkong 500 gr
2. Panci 2. Ketan putih 500 gr
3. Baki plastic 3. Ketan hitam 500 gr
4. Sendok 4. Ragi tape
5. Kain perca 5. Daun pisang
6. Air
V. CARA KERJA
Pembuatan Tape Ketan (Hitam dan Putih)
1. Beras ketan dicuci sampai bersih. Beras ketan direndam selama 15
menit, Kemudian beras ketan dikukus. Pada separuh waktu bagian
pengukusan, ketan diangkat (setengah matang) lalu disiram dengan
air kemudian dikukus kembali hingga matang.
2. Ketan yang telah tanak diangkat dan didinginkan dengan cara merata
disebarkan pada nampan yang telah diberi alas daun pisang.
3. Ragi tape curah yang dibeli dipasar biasanya dalam butiran besar atau
kepingan. Ragi tape dipotong menjadi 2 bagian lalu dihaluskan
dengan cara memasukkan ke dalam kantong plastik dan dipukul
dengan sendok.
4. Ragi halus dibungkus dengan kain perca.
5. Ragi tape secara ditaburkan merata pada ketan dengan cara
mengetukan bungkusan ragi ke seluruh bagian ketan yang telah
matang (dalam kondisi dingin).
6. Ketan yang telah diinokulasi ragi ditutup dengan rapat.
7. Tape diinkubasi pada suhu ruang 2-3 hari.
8. Setelah tape ketan jadi, uji organoleptic dilakukan meliputi warna,
rasa, tekstur, dan aroma pada tape ketan yang telah kalian buat.
9. Proses kegiatan pembuatan tape ketan didokumentasikan.
Pembuatan Tape Singkong
1. Bagian kulit umbi singkong dikupas lalu dipotong-potong dengan
Panjang ukuran 10 cm.
2. Singkong dicuci bersih lalu dikukus hingga matang.
3. Singkong diangkat dan didinginkan dengan menatanya pada nampan.
Alas daun pisang digunakan pada wadah.
4. Ragi tape curah yang dibeli dipasar biasanya dalam butiran besar atau
kepingan. Ragi tape dipotong menjadi 2 bagian lalu dihaluskan
dengan cara memasukkan ke dalam kantong plastik dan dipukul
dengan sendok.
5. Ragi halus dibungkus dengan kain perca.
6. Ragi tape ditaburkan secara merata pada singkong dengan cara
mengetukan bungkusan ragi ke seluruh bagian singkong yang telah
matang (dalam kondisi dingin).
7. Singkong yang telah diinokulasi ragi ditutup dengan rapat.
8. Tape diinkubasi pada suhu ruang 2-3 hari.
9. Setelah tape singkong jadi, Uji organoleptic dilakukan dengan
meliputi warna, rasa, tekstur, dan aroma pada tape singkong yang
telah kalian buat.
10. Proses kegiatan pembuatan tape singkong didokumentasikan.

VI. HASIL PERCOBAAN


Tabel deskripsi hasil pengamatan tape ketan dan singkong pada hari ke-3
Hal yang Tape Tape ketan Tape ketan
No
diamati singkong putih hitam
Tekstur Lembut Lembek Agak
1
lembek
Warna Kekuningan Putih Ungu
2
kehitaman
Rasa Manis Manis sedikit Sedikit
3
asam manis
4 Kadar alcohol* ++ ++ ++
*kadar alkohol: (+) sedikit (++) sedang (+++) tinggi
Tabel hasil uji organoleptik
Tabel hasil uji organoleptik tape singkong
Penilaian
Nama
No Warna Aroma Tekstur Rasa Aftertaste
Responden
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Fuadi
2 Imah
3 Mirna
4 Shifa
5 Nana
6 Euis
7 Ismat
8 Ari
9 Indra
10 Tantri
Tabel hasil uji organoleptik tape ketan putih
Penilaian
Nama
No Warna Aroma Tekstur Rasa Aftertaste
Responden
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Dadan
2 Muhibah
3 Uwais
4 Eka
5 Fadlah
6 Aziz
7 Imas
8 Dayat
9 Sani
10 Alisa

Tabel hasil uji organoleptik tape ketan hitam


Penilaian
Nama
No Warna Aroma Tekstur Rasa Aftertaste
Responden
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Nur
2 Ahdi
3 Tati
4 Ani
5 Ruba
6 Alam
7 Wati
8 Reva
9 Revi
10 Hanif

VII. PEMBAHASAN
Tapai merupakan hasil dari proses fermentasi dari bahan-bahan yang
mengandung karbohidrat seperti beras ketan dan ubi kayu. Dalam proses
fermentasi yang melibatkan aktifitas mikroorganisme ini terjadi proses
pengubahan karbohidrat menjadi etanol, sehingga bahan makanan hasil
fermentasi menjadi lebih enak rasanya (Sutanto, 2006).
Tapai mempunyai rasa sedikit manis dengan sedikit rasa alkohol dan
aroma semerbak yang khas. Tekstur lunak dan berair serta mengasilkan
cairan yang merupakan efek dari efek fermentasi. Rasa manis pada tapai
dipengaruhi oleh kadar gula dari tapai itu sendiri (Santosa, 2010).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa tapai yang telah disimpan selama 3 hari mengalami perubahan rasa
dan aroma. Jika di analisis, hal ini berkesesuaian dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Hidayati (2013) yang mengatakan bahwa “fermentasi
hari ke 3 didapatkan pertumbuhan mikroorganisme rendah”. Hasil
pengamatan menyatakan bahwa tapai memiliki aroma berbau alkohol
dengan rasa yang agak manis. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Rukmana
(2001) bahwa “Pada proses pembuatan tapai, khamir dan kapang merupakan
mikrobia yang mengubah karbohidrat yang terkandung dalam bahan,
menjadi gula. peranan ragi dalam pembuatan tape adalah mengubah gula
menjadi alkohol. rasa manis pada tape dipengaruhi oleh kadar gula yang ada
dalam tape tersebut”.
Tekstur tape ketan putih dan ketan hitam dinilai melalui cara menekan
butiran tape dengan menggunakan jari dan dikunyah. Hasil yang diperoleh
dari kedua jenis tape mengalami perubahan tekstur. Tape ketan putih
memiliki tekstur lembek, sedangkan tape ketan hitam memiliki tekstur yang
agak lembek, ini disebabkan proses pengukusan ketan hitam belum terlalu
matang, sehingga teksturnya agak lembek atau sedikit lembek. Ketan hitam
atau ketan putih yang telah matang dihidrolisis oleh mikroorganisme dengan
enzim karbohidrase dala ragi melalui proses fermentasi. Air tape yang
dihasilkan pada waktu fermentasi sangat sedikit baik pada tape ketan hitam
ataupun pada tape ketan putih, hasil ini didasarkan atas perbandingan
volume bahan tape dan air tape yang dihasilkan. Ditinjau dari aroma, tape
ketan putih dan ketan hitam sedikit beraroma daun pisang. Daun pisang
digunakan sebagai alas di bagian dalam bawah, samping dan penutup.
Fermentasi menghasilkan kenaikan suhu yang menyebabkan lisinya sel-sel
daun pisang dan mengeluarkan senyawa beraroma khas. Banyaknya
senyawa aromatic yang terakumulasi menyebabkan perubahan aroma.
Aroma tape yang
seharusnya tercium tertutupi oleh aroma daun pisang. Selain itu, kedua tape
juga mengeluarkan aroma yang normal yaitu tercium aroma manis.
Rasa manis pada tape ketan ini karena terjadi perubahan dari
karbohidrat yaitu berupa pati dihidrolisis oleh mikroorganisme dalam ragi
dipecah menjadi glukosa. Glukosa menimbulkan rasa manis pada tape
ketan. Semakin banyak glukosa yang dihasilkan maka semakin tinggi rasa
manis yang ditimbulkan. Pembentukkan glukosa merupakan tahapan suatu
rangkaian proses yang panjang. Dalam pemanfaatan proses fermentasi ini
agar mendapatkan rasa tape yang manis harus dikonsumsi pada waktu yang
tepat yaitu sekitar 2-3 hari setelah pemeraman. Mula-mula Amylomyces
rouxii akan merombak pati (amilopektin) menjadi gula kemudian
Saccharomyces cerevisiae akan mengubahgula menjadi
alkohol dan Hansenullan membentuk aroma. Jika ada
alkohol maka bakteri asam asetat akan muncul dan menjadikan tape berasa
masam (Rukmana, 2001). Cepat tidaknya tape tersebut masam
tergantung lama fermentasi dan jumlah
bakterinya.Pembuatan tape ketan ini tidak terlepas dari proses fermentasi.
Fermentasi adalah suatu proses penghasilan energi utama dari berbagai
mikroorganisme yang hidup dalam keadaan anaerob (Campbell et al. 2009).
Dalam keadaan anaerob asam piruvat tidak dirubah menjadi Asetil-KoA
tetapi akan dirubah menjadi etanol (etil alkohol) dalam 2 langkah. Langkah
pertama dengan melepaskan CO2 dari piruvat, yang diubah menjadi senyawa
asetal dehida berkarbon 2. Dalam langkah kedua, asetal dehida direduksi
oleh NADH menjadi etanol. Hal ini bertujuan untuk meregenerasi pasokan
NAD+ yang dibutuhkan untuk glikolisis. Enzim yang mengkatalisis adalah
karboksilase dan dehidrogenase. Dalam fermentasi glukosa menjadi alkohol
hanya dihasilkan 2-ATP. Respirasi dilakukan secara anaerob yang secara
umum dikatakan sebagai fermentasi seperti yang telah diungkap diatas
bahwa kandungan ketan sangat baik untuk pertumbuhan mikroba.
Saccharomyces cerevisiae dalam keadaan anaerob akan mengubah gula
menjadi senyawa etanol dan karbondioksida. Oleh bakteri Acetobacter
etanol akan dirubah
menjadi asam cuka dan air dalam keadaan aerob.
Menurut Winarno (1999), proses fermentasi gula oleh ragi misalnya
Saccharomyces cerevisiae dapat menghasilkan etanol (etil alkohol) dan
karbondioksida melalui reaksi sebagai berikut:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2.
Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi
makanan,namun reaksi fermentasi berbeda-beda tergantung bahan dasar
yang digunakan .
Persamaan Reaksi Kimia pada Tape Ketan:
2(C6H10O5)n + nH2O → n C12H22O11
Amilum/pati amilase maltosa
C12H22O11 + H2O → 2 C6H12O6
Maltosa maltase glukosa
C6H12O6 → 2 C2H5OH + CO2
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang
digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6)
yang merupakan gula paling sederhana, melalui fermentasi akan
menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi,
dan digunakan pada produksi makanan.
Hal yang sama juga dilakukan dalam pembuatan tape singkong ini yaitu
dengan melakukan Uji organoleptik. Tekstur yang diperoleh yaitu lembek,
sedikit berair/berlendir dan berwarna kuning keputih-putihan. Tekstur tape
singkong yang mulanya tidak berlendir dan tidak putih pucat berubah
menjadi demikian karena kandungan glukosa pada ketan yang dalam
keadaan anaerob telah dihidrolisis oleh khamir Saccharomyces cerevisiae
menjadi alkohol dan CO2, Air tape yang dihasilkan pada waktu fermentasi
sangat sedikit pada tape singkong ini, hasil ini didasarkan atas perbandingan
volume bahan tape dan air tape yang dihasilkan, untuk aroma dan rasa sama
percis dengan tape ketan (ketan putih dan ketan hitam) yaitu beraroma
sedikit daun pisang dan berasa manis.
Perubahan-perubahan yang terjadi secara umum berkesesuain dengan
teori yang ada, hasil tapai yang dibuat tidak maksimal karena tapai masih
memiliki tekstur yang agak keras dan belum memiliki banyak air serta rasa
yang belum terlalu manis. Hal ini dikarenakan waktu fermentasi yang
singkat yaitu hanya selama 3 hari, sedangkan menurut Hidayati (2013)
“fermentasi hari ke 3 didapatkan pertumbuhan mikroorganisme rendah dan
didapatkan pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme yang tertinggi adalah
waktu fermentasi 9 hari”.

VIII. PERTANYAAN DAN JAWABAN


Pertanyaan
1. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi pada proses pembuatan tape!
2. Mengapa dalam proses fermentasi tape wadah ditutup rapat?
3. Apa fungsi kain perca dalam pembungkus ragi tape?
4. Mengapa hasil akhir dalam proses fermentasi tape menjadi lunak dan
beralkohol?
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi kegagalan dalam proses
pembuatan tape?
Jawaban
1. Tape Singkong = C6H12O6 + 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
Tepe Ketan = 2(C6H10O5)n + nH2O → n C12H22O11
Amilum/pati amilase maltosa
C12H22O11 + H2O → 2
C6H12O6
Maltosa maltase glukosa
C6H12O6 → 2 C2H5OH +
CO2
2. Agar oksigen tidak masuk kedalam wadah yang nantinya dapat
berpengaruh terhadap proses fermentasi.
3. Sebagai pembungkus ragi dan penjaga ragi tetap dalam keadaan stabil
4. Karena jamur ragi akan memakan glukosa yang ada di dalam
singkong sebagai makanan untuk pertumbuhannya, sehingga
singkong akan menjadi lunak, jamur tersebut akan merubah glukosa
menjadi alkohol
5. Ketan tidak ditutup dengan baik sehingga udara atau oksigen dapat
masuk, tingkat keasaman pH terlalu tinggi atau terlalu rendah, suhu
terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan kinerja ragi tidak optimal (terlalu
banyak atau terlalu sedikit).

IX. KESIMPULAN
Pembuatan tape termasuk dalam bioteknologi konvensional
(tradisional) karena masih menggunakan cara-cara yang terbatas. Pada
proses pembuatan tape, jamur ragi akan memakan glukosa yang ada di
dalam singkong sebagai makanan untuk pertumbuhannya, sehingga
singkong akan menjadi lunak, jamur tersebut akan merubah glukosa menjadi
alkohol. Dalam pembuatan tape, ragi (Saccharomyces cereviceae)
mengeluarkan enzim yang dapat memecah karbohidrat pada singkong
menjadi gula yang lebih sederhana. Oleh karena itu, tape terasa manis
apabila sudah matang walaupun tanpa diberi gula sebelumnya. Kegagalan
dalam pembuatan tape biasanya dikarenakan enzim pada ragi
Saccharomyces cereviceae tidak pecah apabila terdapat udara yang
mengganggu proses pemecahan enzim tersebut.
Setelah melakukan penelitian, ternyata kami dapat menyimpulkan
bahwa fermentasi yang terjadi pada tape singkong terjadi selama 2-3 hari.
Selain itu juga, dalam proses pembuatan tape ini ada hal-hal yang harus
diperhatikan supaya proses fermentasi tersebut berlangsung secara
sempurna. Selama proses fermentasi tidak memerlukan oksigen. Oleh
karena itulah, proses fermentasi pada singkong harus tertutup rapat.
Lamanya proses fermentasi juga mempengaruhi kadar alkohol yang
dihasilkan.
X. DAFTAR PUSTAKA
Berlian, Z. (2016). Uji Kadar Alkohol Tapai Ketan Putih Singkong Melalui
Fermentasi dengan Dosis Ragi yang Berbeda. Jurnal Biota. 2(1): 17-
29 hal
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2008). Biologi Edisi
Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Hidayati, D. (2013). Pola Pertumbuhan Ragi pada Fermentasi Kulit
Singkong. Argointek. 7(1): 89-100 hal
Nurhayani. (2001). Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu
Melalui Proses Fermentasi. Agrifood. 6(1): 210-227 hal
Rukmana, Rahmat. Yuniarsih dan Yuyun. (2001). Aneka Olahan Ubi Kayu.
Yogyakarta: Kanisius
Santosa, A., dan Prakosa, C. (2010). Karakteristik Tapai Buah Sukun Hasil
Fermentasi Penggunaan Konsentrasi Ragi Yang Berbeda. Jurnal
Agrointek. 22 (73): 92-120 hal
Sutanto dan Teja D. (2006). Studi Kandungan Etanol Dalam Tapai Hasil
Fermentasi Beras Ketan Hitam Dan Putih. Jurnal Gradien. 2(1): 43-77
hal
Winarno, F.G. (1999). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
XI. LAMPIRAN
Tabel deskripsi hasil pengamatan tape ketan dan singkong pada hari ke-3
Hal yang Tape Tape ketan Tape ketan
No
diamati singkong putih hitam
Tekstur Lembut Lembek Agak
1
lembek
Warna Kekuningan Putih Ungu
2
kehitaman
Rasa Manis Manis sedikit Sedikit
3
asam manis
4 Kadar alcohol* ++ ++ ++
*kadar alkohol: (+) sedikit (++) sedang (+++) tinggi

Tabel hasil uji organoleptik


Tabel hasil uji organoleptik tape singkong
Penilaian
Nama
No Warna Aroma Tekstur Rasa Aftertaste
Responden
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Fuadi
2 Imah
3 Mirna
4 Shifa
5 Nana
6 Euis
7 Ismat
8 Ari
9 Indra
10 Tantri

Tabel hasil uji organoleptik tape ketan putih


Penilaian
Nama
No Warna Aroma Tekstur Rasa Aftertaste
Responden
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Dadan
2 Muhibah
3 Uwais
4 Eka
5 Fadlah
Penilaian
Nama
No Warna Aroma Tekstur Rasa Aftertaste
Responden
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
6 Aziz
7 Imas
8 Dayat
9 Sani
10 Alisa

Tabel hasil uji organoleptik tape ketan hitam


Penilaian
Nama
No Warna Aroma Tekstur Rasa Aftertaste
Responden
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Nur
2 Ahdi
3 Tati
4 Ani
5 Ruba
6 Alam
7 Wati
8 Reva
9 Revi
10 Hanif

Proses persiapan alat dan bahan


Proses perendaman ketan
Proses pencucian ketan Proses pendinginan ketan

Proses pengahalusan ragi Proses penyaringan ketan

Proses pengukusan ketan Proses penyajian ketan

Anda mungkin juga menyukai