DISUSUN OLEH :
DISUSUN OLEH :
1.2 Tujuan
1. Dapat membuat dan memanfaatkan limbah pisang berupa kulit pisang untuk
dijadikan nata.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Pisang
Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari
kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Pisang umumnya dapat tumbuh di
dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000 m dpl. Pisang dapat
tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan panas dengan curah hujan optimal adalah
1.520–3.800 mm/tahun dengan dua bulan kering (Rismunandar, 1990).
2.3 Nata
Nata adalah bahan menyerupai gel (agar- agar) yang terapung pada medium yang
mengandung gula dan asam hasil bentukan mikroorganisme Acetobacter xylinum.
Nata pada dasarnya merupakan selulosa. Apabila dilihat dibawah mikroskop akan
tampak sebagai suatu massa fibril tidak beraturan yang menyerupai benang atau kapas. Proses
pembuatan nata memerlukan bantuan bakteri Acetobacter xylinum untuk mensintesis
kandungan gula dalam media menjadi selulosa. Untuk memperoleh hasil yang baik,
media harus disesuaikan dengan syarat tumbuh bakteri tersebut. Untuk menghasilkan
2
nata dengan produksi dan kualitas yang tinggi, sifat fisikokima media harus sesuai
dengan syarat tumbuh dari bakteri A.xylinum.
Nata yang diperoleh dari fermentasi Acetobacteri xylinum dipengaruhi oleh
konsentrasi gula, lama fermentasi, sumber nitrogen, kandungan nutrient dalam media
pertumbuhan yang bersangkutan. Lapuz (1967) menjelaskan penambahan sumber
nitrogen anorganikatau organik akan meningkatkan aktivitas Acetobacter xylinum
dalam produksi nata.
Selulosa yang terbentuk berupa benang-benang yang bersama-sama dengan
polisakarida berlendir membentuk suatu jalinan secara terus-menerus menjadi lapisan
nata. Terbentuknya pelikel (lapisan tipis nata)mulai dapat terlihat di permukaan media
cair setelah 24 jam inkubasi, bersamaan dengan terjadinya proses penjernihan cairan
di bawahnya. Jaringan halus yang transparan yang terbentuk di permukaan membawa sebagian
bakteri terperangkap di dalamnya. Gas CO2 yang dihasilkan secara lambat oleh
Acetobacter xylinum menyebabkan pengapungan kepermukaan (Muchtadi, 1997).
3
BAB III. CARA KERJA
A. Pembuatan Nata De Banana Skin
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Waskom
2. Pisau
3. Belnder
4. Timbangan
5. Pengaduk
6. Kompr gas
7. Panci
8. Saringan
9. Bak fermentasi
10. Kertas perkamen
11. Karet gelang
b. Bahan
1. Kulit pisang : 2 kg
2. Gula pasir : 200 gram
3. Asam asetat (cuka) : 144 ml
4. Asam sitrat : 9 gram
5. Pupuk NPK : 5,4 gram
6. Air Panas
7. Air : 2 liter
4
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Nata De Banana Skin
a. Hasil
No. Pengamatan Hasil
1. Berat nata 310 gram
2. Ketebalan nata 4,3 cm
3. Warna nata Putih
4. Harga Pokok Produksi (HPP)
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
HPP = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑅𝑝 23.500
= 310
= Rp 75,80/gram
5
Bumbu Sari Kulit Pisang Kulit Pisang
01 Pemotongan
1
02 Pencucian
03
Penimbangan
04 Penggilingan
05 Penyaringan
06 Pendidihan
07 Penuangan
08 Pendinginan
09 Fermentasi
(Acetobacter
xylium)
Nata de Banana Skin
Proses Jumlah
6
6. Diagram Alir
Kulit Pisang
Pemotongan
Pencucian
Penimbangan
Penggilingan (blender)
Penyaringan (sari
kulit pisang Ampas pisang
Pendinginan
Diinokulasi (Acetobacter
xylium), 7-14 hari
b. Pembahasan
Ketebalan nata dipengaruhi oleh jenis kulit pisang yang digunakan, karena
setiap kulit pisang mempunya kandungan komposisi kimia yang berbeda-beda.
Masing-masing kulit pisang berpengaruh terhadap ketebalan Nata de Banana Skin.
Kandungan pektin merupakan salah satu yang menyebabkan perbedaan tersebut,
sebab kandungan pektin yang terdapat didalam kulit pisang sangat berpengaruh
dalam pembentukan gel pada waktu pembentukan nata. Sumber nutrisi yang
diperlukan A. xylinum dan berpengaruh terhadap ketebalan nata dalam proses
fermentasi, antara lain sebagai sumber karbon, nitorigen, dan pH. Semakin lama
waktu fermentasi maka semakin tebal lapisan selulosa yang terbentuk.
Peningkatan selulosa pada fermentasi nata disebabkan oleh adanya aktivitas
bakteri Acetobacter xylinum.
7
Warna pada nata de banana skin dipengaruhi oleh lamanya waktu fermentasi,
karena semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak fibriler yang
terbentuk, sehingga menyebabkan warna nata semakin pekat.
8
DAFTAR PUSTAKA
Basse. 2000. Compost Engineering, An Arbour Science, London.
Dienazola, R. 208. Pengaruh Sekat Dalam Kemasan Terhadap Umur Simpan Dan Mutu Buah
Lapuz, et al (1967) ― The Natta Organism Cultural Requirements, Characteristics and
Identity‖. Phillip J Sci. 96. 291-108 Muchtadi, T.R, 1997. Teknologi Proses Pengolahan
Pangan. IPB-Press. Bogor.
Prabawati. S, Suyanti dan Setyabudi, 2008, Teknologi Pasca Panen dan Teknik Pengolahan
Buah Pisang, Balai Besar Penelitan dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan
Penelitan dan Pengembangan Pertanian (Juknis Pisang)
Ramada, A, 2008. Kulit Pisang Jangan Dibuang.
Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru. Bandung.
Susanti, Lina. 2006. Perbedaan Penggunaan Jenis Kulit Pisang Terhadap Kualitas Nata
Dengan Membandingkan Kulit Pisang Raja Nangka, Ambon Kuning Dan Kepok Putih
Sebagai Bahan Baku. Tugas Akhir. Semarang: UNNES.
9
Lampiran:
Pembuatan Nata De Banana Skin
10
LAPORAN PRAKTIKUM
AGROINDUSTRI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
DISUSUN OLEH :
11
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan bagian dari kawasan Asia Tenggara yang memiliki
kekayaan alam. Diantara kekayaan alam tersebut adalah tanaman buah-buahan antara
lain tanaman pisang. Tanaman pisang banyak sekali terdapat di kawasan Asia
Tenggara terutama di Indonesia. Tanaman pisang tumbuh subur di Indonesia yang
memiliki iklim tropis, tapi masyarakat Indonesia pada umumnya masih kurang begitu
mengetahui manfaat tanaman pisang selain sebagai buah untuk dikonsumsi.
Pisang merupakan salah satu tanaman yang hampir seluruh bagiannya dapat
dimanfaatkan, mulai dari buah dan daunnya, bahkan ternyata kulitnyapun dapat
dimanfaatkan. Buahnya dapat langsung dikonsumsi apabila sudah matang ataupun
diolah kembali menjadi makanan yang lezat. Daunnya dapat digunakan sebagai
pembungkus makanan tradisional Indonesia.
Menurut Nugroho ( 2008 ), selain buah pisang digunakan sebagai konsumsi setelah
makan, selain itu buah pisang diolah dalam bentuk lain, seperti keripik pisang, pisang
goreng, sale pisang, kolak pisang, roti pisang dan masih banyak lagi produk-produk
olahan dari pisang yang telah umum ditemui selain itu buah pisang juga bisa diolah
menjadi saos.
Tumbuhan pisang adalah suatu tumbuhan yang dapat tumbuh secara potensial di
Indonesia. Tumbuhan pisang dapat tumbuh di daerah pantai maupun di daerah
pegunungan. Hampir semua wilayah yang ada di Indonesia dapat ditumbuhi
tumbuhan pisang.
Pisang merupakan salah satu produk hortikultura yang mudah mengalami
kerusakan, untuk mencegah hal tersebut maka prlu dilakukan usaha-usaha seperti
memanfaatkan memanfaatkan buah pisang dalam pembuatan saus berbahan dasar
pisang. Pembuatan produk seperti ini selain untuk mencegah proses kerusakan juga
bertujuan dapat meningkatkan nilai ekonomis dari buah dan kulit pisang.
1.2 Tujuan
1. Memanfaatkan buah pisang dalam pembuatan saus berbahan dasar pisang.
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Pisang
Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari
kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Pisang umumnya dapat tumbuh di
dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000 m dpl. Pisang dapat
tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan panas dengan curah hujan optimal adalah
1.520–3.800 mm/tahun dengan dua bulan kering (Rismunandar, 1990).
2
2.3 Saus
Saus adalah salah satu bahan pelengkap makanan yang berbentuk cairan kental
dan pada umumnya be3rfungsi sebagai bahan penyedap dan penambah cita rasa
masakan. Pengertian lain saus ialah produk makanan berbentuk pasta yang terbuat
dari bahan baku sayuran maupun buah dan mempunyai aroma serta rasa yang enak.
Saus yang umum diperjual belikan di Indonesia adalah saus tomat dan saus cabai atau
saus sambal. Namun demikian, terdapat juga produsen yang memproduksi saus
berjenis pepaya, akan tetapi biasanya pepaya hanya sebagai bahan dari pembuatan
saus (Erliza, 2007).
Standar Nasional Indonesia (SNI) No-01-2976 Tahun 2006, menyebutkan saus
cabai atau saus sambal adalah saus yang dibuat dengan bahan utama cabai (Capsicum
Sp), yang bisa diolah dengan penambahan bumbu-bumbu dan bahan makanan yang
diizinkan, atau tanpa penambah makanan lain. Saus tomat adalah saus yang dibuat
dengan campuran bubur tomat atau padatan tomat yang didapat dari tomat yang sudah
masak dan diolah dengan bumbu bumbu dengan atau tanpa bahan tambahan lain yang
diizinkan (SNI 01-3546-2004).
3
BAB III. CARA KERJA
B. Pembuatan Saus Pisang
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Pisau
2. Waskom
3. Blender
4. Kompr gas
5. Wajan
6. Sutil
b. Bahan
1. Buah pisang kupas yang telah matang dan masih segar 1 kg
2. Tapioka 1,25 gram
3. Asam asetat 4 ml
4. Gula pasir 15 gram/100 gram
5. Bawang putih 3 gram/100 gram (dihaluskan)
6. Lada 1 gram/100 gram (dihaluskan)
7. Kayu manis 0,2 gram/100 gram
8. Garam 5 gram/100 gram
9. Zat Pewarna 0,5 gram/100 gram
10. Air
4
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Saus Pisang
a. Hasil
No. Pengamatan Hasil
1. Berat Awal Bahan 2.336 gram
2. Berat Akhir Bahan 1.300 gram
3. Rendemen Gram = Berat Awal - B. Akhir
= 2.336 – 1.300
= 1.036 gram
Berat Awal−Berat Akhir
%= x 100%
Berat Awal
2.336−1.300
= x 100%
2.336
1.036
= 2.336 𝑥 100%
= 44%
4. Uji Organoleptik
- Warna Pink-kemerahan
- Tekstur Kental
- Aroma Aroma Khas Saus
5. Peta Prose Operasi
Nama : Saus Pisang
No. Peta :2
Dipetakan oleh : Fhosa Marisa Wulandari
Tanggal dipetakan : 7 Desember 2019
5
Bumbu Bubur Pisang Pisang
01 Pengupasan
1
02 Pemotongan
03
Pengukusan
04 Penggilingan
05 Pendidihan
06 Pendinginan
Saus Pisang
07
Proses Jumlah
6
6. Diagram Alir
Pisang
Pengupasan
Pemotongn
Pengukusan
Penggilingan (blender)
Bubur Pisang
Bumbu (bawang putih,
lada, garam, kayu manis,
gula pasir) asam asetat, Pendidihan
tapioca dan zat pewarna.
Pendinginan
Saus Pisang
7
b. Pembahasan
Saus tomat yang dihasilkan memiliki karakteristik warna pink-kemrahan. Hal ini
disebabkan oleh pemberian warna yang salah.
Berdasarkan hasil pengamatan, penambahan tepung tapioka pada pembuatan
saus pisang menyebabkan tekstur pada saus pisang menjadi kental. Hal ini
dikarenakan makin tinggi jumlah kosentrasi tepung tapioka yang ditambahkan,
maka nilai viskositas yang dihasilkan semkain meningkat.
Aroma khas pada saus pisang disebabkan oleh buah dan rempah-rempah yang
digunakan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Basse. 2000. Compost Engineering, An Arbour Science, London.
Dienazola, R. 208. Pengaruh Sekat Dalam Kemasan Terhadap Umur Simpan Dan Mutu Buah
Pisang Raja Bulu. Skripsi. Fakultas Pertanian. Instiut Pertanian Bogor.
Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CABI Publishing. New York. 445 p.
Prabawati. S, Suyanti dan Setyabudi, 2008, Teknologi Pasca Panen dan Teknik Pengolahan
Buah Pisang, Balai Besar Penelitan dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan
Penelitan dan Pengembangan Pertanian (Juknis Pisang).
9
Lampiran:
Pembuatan Saus Pisang
10