Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROINDUSTRI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

(ANEKA PRODUK BERBASIS BUAH PISANG)

DISUSUN OLEH :

FHOSA MARISA WULANDARI


2016340023

LABORATORIUM REKAYASA PROSES


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
2019
LAPORAN PRAKTIKUM
AGROINDUSTRI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PEMBUATAN NATA DE BANANA SKIN

DISUSUN OLEH :

FHOSA MARISA WULANDARI


2016340023

LABORATORIUM REKAYASA PROSES


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
2019
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan bagian dari kawasan Asia Tenggara yang memiliki
kekayaan alam. Diantara kekayaan alam tersebut adalah tanaman buah-buahan antara
lain tanaman pisang. Tanaman pisang banyak sekali terdapat di kawasan Asia
Tenggara terutama di Indonesia. Tanaman pisang tumbuh subur di Indonesia yang
memiliki iklim tropis, tapi masyarakat Indonesia pada umumnya masih kurang begitu
mengetahui manfaat tanaman pisang selain sebagai buah untuk dikonsumsi.
Pisang merupakan salah satu tanaman yang hampir seluruh bagiannya dapat
dimanfaatkan, mulai dari buah dan daunnya, bahkan ternyata kulitnyapun dapat
dimanfaatkan. Buahnya dapat langsung dikonsumsi apabila sudah matang ataupun
diolah kembali menjadi makanan yang lezat. Daunnya dapat digunakan sebagai
pembungkus makanan tradisional Indonesia.
Tumbuhan pisang adalah suatu tumbuhan yang dapat tumbuh secara potensial di
Indonesia. Tumbuhan pisang dapat tumbuh di daerah pantai maupun di daerah
pegunungan. Hampir semua wilayah yang ada di Indonesia dapat ditumbuhi
tumbuhan pisang. Selama ini, masyarakat selalu mengkomsumsi buah dari tumbuhan
pisang. Konsumen pada umumnya setelah makan buah pisang lalu membuang
kulitnya karena menganggap sampah (limbah buah pisang).
Menurut Besse (2000) 1 jumlah dari kulit buah pisang cukup banyak, yaitu kira-
kira 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas. Buah pisang banyak mengandung
karbohidrat baik isinya maupun kulitnya. Oleh karena itu, kulit buah pisang dapat
diolah menjadi makanan tertentu.
Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak
mengandung air yaitu 68,90 % dan juga karbohidrat yaitu sebesar 20,10 %. Hal ini
akan menimbulkan kerugian, karena kulit pisang akan terbuang sia-sia dan bahkan
hanya menjadi limbah yang akan mengganggu masyarakat.
Pisang merupakan salah satu produk hortikultura yang mudah mengalami
kerusakan, untuk mencegah hal tersebut maka prlu dilakukan usaha-usaha salah
satunya memanfaatkan kulit pisang dalam pembuatan Nata De Banana Skin
Pembuatan produk seperti ini selain untuk mencegah proses kerusakan juga bertujuan
dapat meningkatkan nilai ekonomis dari buah dan kulit pisang.

1.2 Tujuan
1. Dapat membuat dan memanfaatkan limbah pisang berupa kulit pisang untuk
dijadikan nata.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Pisang
Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari
kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Pisang umumnya dapat tumbuh di
dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000 m dpl. Pisang dapat
tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan panas dengan curah hujan optimal adalah
1.520–3.800 mm/tahun dengan dua bulan kering (Rismunandar, 1990).

Taksonomi tanaman pisang adalah sebagai berikut :


Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Sub. Devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyle
Bangsa : Musales
Suku : Musaceae
Marga : Musa
Jenis : Musa paradisiacal

Tanaman pisang yang utuh memiliki bagian-bagian yang penting diantaranya


daun, batang, buah, jantung, dan bagian umbi atau bonggol pisang. Bagian-bagian
tersebut memiliki berbagai macam manfaat misalnya, buah pisang sebagai sumber
berbagai macam mineral dan vitamin yang bermanfaat. Pelepah batang pisang juga
memiliki manfaat yakni dijadikan serat untuk bahan baku kertas uang, kertas chaque
dan berbagai kertas yang termasuk sequrity papers lainnya, kertas sigaret, kantongteh
celup, dan lain-lain.

2.2 Kulit Pisang


Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak
jumlahnya. Menurut Basse (2000) jumlah kulit pisang adalah 1/3 dari buah pisang
yang belum dikupas. Produksi pisang di Indonesia pada tahun 2011 mencapai
6.189.052 ton, sedangkan produksi pisang di Lampung pada tahun 2011 mencapai
687.761 Ton (BPS, 2012). Dilihat dari jumlah produksi pisang di Indonesia maka
jumlah kulit pisang mencapai 2.063.017 ton/tahun. Pada umumnya kulit pisang belum
dimanfaatkan secara nyata dan hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau
digunakan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit
pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa
dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan (Susanti, 2006).

2.3 Nata
Nata adalah bahan menyerupai gel (agar- agar) yang terapung pada medium yang
mengandung gula dan asam hasil bentukan mikroorganisme Acetobacter xylinum.
Nata pada dasarnya merupakan selulosa. Apabila dilihat dibawah mikroskop akan
tampak sebagai suatu massa fibril tidak beraturan yang menyerupai benang atau kapas. Proses
pembuatan nata memerlukan bantuan bakteri Acetobacter xylinum untuk mensintesis
kandungan gula dalam media menjadi selulosa. Untuk memperoleh hasil yang baik,
media harus disesuaikan dengan syarat tumbuh bakteri tersebut. Untuk menghasilkan

2
nata dengan produksi dan kualitas yang tinggi, sifat fisikokima media harus sesuai
dengan syarat tumbuh dari bakteri A.xylinum.
Nata yang diperoleh dari fermentasi Acetobacteri xylinum dipengaruhi oleh
konsentrasi gula, lama fermentasi, sumber nitrogen, kandungan nutrient dalam media
pertumbuhan yang bersangkutan. Lapuz (1967) menjelaskan penambahan sumber
nitrogen anorganikatau organik akan meningkatkan aktivitas Acetobacter xylinum
dalam produksi nata.
Selulosa yang terbentuk berupa benang-benang yang bersama-sama dengan
polisakarida berlendir membentuk suatu jalinan secara terus-menerus menjadi lapisan
nata. Terbentuknya pelikel (lapisan tipis nata)mulai dapat terlihat di permukaan media
cair setelah 24 jam inkubasi, bersamaan dengan terjadinya proses penjernihan cairan
di bawahnya. Jaringan halus yang transparan yang terbentuk di permukaan membawa sebagian
bakteri terperangkap di dalamnya. Gas CO2 yang dihasilkan secara lambat oleh
Acetobacter xylinum menyebabkan pengapungan kepermukaan (Muchtadi, 1997).

2.4 Nata De Banana


Nata de banana adalah nata yang dibuat dari kulit pisang. Limbah kulit pisang cukup
baik digunakan untuk substrat pembuatan Nata de Banana. Dalam kulit pisang
terdapat berbagai nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil Nata de Banana.
Nutrisi yang terkandung dalam kulit pisang antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber
mineral yang beragam antara lain Mg2+ 3,54 gr/l, serta adanya faktor pendukung
pertumbuhan (growth promoting factor) merupakan senyawa yang mampu
meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata (Acetobacter xylinum) (Evi Rossi,
2008).

3
BAB III. CARA KERJA
A. Pembuatan Nata De Banana Skin
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Waskom
2. Pisau
3. Belnder
4. Timbangan
5. Pengaduk
6. Kompr gas
7. Panci
8. Saringan
9. Bak fermentasi
10. Kertas perkamen
11. Karet gelang

b. Bahan
1. Kulit pisang : 2 kg
2. Gula pasir : 200 gram
3. Asam asetat (cuka) : 144 ml
4. Asam sitrat : 9 gram
5. Pupuk NPK : 5,4 gram
6. Air Panas
7. Air : 2 liter

3.2 Cara Pembuatan


1. Timbang kulit pisang sebanyak 2 kg, dicuci, dipotong-potong kemudian
diblender sampai halus
2. Kulit pisang yang telah lembut kemudian disaring untuk diambil sarinya
dengan menggunakan kain saring
3. Sari kulit pisang kemudian dididihkan selama 30 menit
4. Setelah mendidih kemudian ditambahkan gula pasir, asam asetat, asam
sitrat, NPK dan ZA dan di didihkan selama kurang lebih lima menit
5. Sari kulit pisang kemudian dituang di bak fermentasi, masing-masing bak
diisi sebanyak 1 – 2 liter kemudian didinginkan selama satu malam sambil
bak ditutup dengan menggunakan kertas perkamen
6. Setelah media cair dingin lalu diinokulasi dengan Acetobacter xylinum
kemudian difermentasi selama 7 – 14 hari
7. Nata de Banana Skin siap dipanen dan diolah

4
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Nata De Banana Skin
a. Hasil
No. Pengamatan Hasil
1. Berat nata 310 gram
2. Ketebalan nata 4,3 cm
3. Warna nata Putih
4. Harga Pokok Produksi (HPP)

No. Bahan Volume Harga(Rp)


1. Kulit Pisang 2 kg 10.000
2. Gula Pasir 200 gr 3.500
3. Asam asetat (cuka) 1 botol kecil 5.000
4. Pupuk NPK 1 kg 5.000
Total 23.500

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
HPP = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑅𝑝 23.500
= 310
= Rp 75,80/gram

5. Peta Prose Operasi


Nama : Nata De Banana Skin
No. Peta :1
Dipetakan oleh : Fhosa Marisa Wulandari
Tanggal dipetakan : 7 Desember 2019

5
Bumbu Sari Kulit Pisang Kulit Pisang

01 Pemotongan
1

02 Pencucian

03
Penimbangan

04 Penggilingan

05 Penyaringan

Gula pasir, asam


asetat, asam sitrat dan
ZA

06 Pendidihan

07 Penuangan

08 Pendinginan

09 Fermentasi
(Acetobacter
xylium)
Nata de Banana Skin

Proses Jumlah

6
6. Diagram Alir
Kulit Pisang

Pemotongan

Pencucian

Penimbangan

Penggilingan (blender)

Penyaringan (sari
kulit pisang Ampas pisang

Gula pasir, asam asetat,


Pendidihan (30 menit)
asam sitrat, dan ZA )
Penuangan (bak
fermentasi, 1-2 liter)

Pendinginan

Diinokulasi (Acetobacter
xylium), 7-14 hari

Nata de Banana Skin

b. Pembahasan
Ketebalan nata dipengaruhi oleh jenis kulit pisang yang digunakan, karena
setiap kulit pisang mempunya kandungan komposisi kimia yang berbeda-beda.
Masing-masing kulit pisang berpengaruh terhadap ketebalan Nata de Banana Skin.
Kandungan pektin merupakan salah satu yang menyebabkan perbedaan tersebut,
sebab kandungan pektin yang terdapat didalam kulit pisang sangat berpengaruh
dalam pembentukan gel pada waktu pembentukan nata. Sumber nutrisi yang
diperlukan A. xylinum dan berpengaruh terhadap ketebalan nata dalam proses
fermentasi, antara lain sebagai sumber karbon, nitorigen, dan pH. Semakin lama
waktu fermentasi maka semakin tebal lapisan selulosa yang terbentuk.
Peningkatan selulosa pada fermentasi nata disebabkan oleh adanya aktivitas
bakteri Acetobacter xylinum.

7
Warna pada nata de banana skin dipengaruhi oleh lamanya waktu fermentasi,
karena semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak fibriler yang
terbentuk, sehingga menyebabkan warna nata semakin pekat.

8
DAFTAR PUSTAKA
Basse. 2000. Compost Engineering, An Arbour Science, London.

Budi, dan Hieronymous.2005. Aneka Olahan Pisang .Kanisius. Yogyakarta.

Dienazola, R. 208. Pengaruh Sekat Dalam Kemasan Terhadap Umur Simpan Dan Mutu Buah
Lapuz, et al (1967) ― The Natta Organism Cultural Requirements, Characteristics and
Identity‖. Phillip J Sci. 96. 291-108 Muchtadi, T.R, 1997. Teknologi Proses Pengolahan
Pangan. IPB-Press. Bogor.

Pisang Raja Bulu. Skripsi. Fakultas Pertanian. Instiut Pertanian Bogor.


Rossi, E., Pato, U.,Damanik, S.R., 2008. Optimalisasi pemberian ammonium sulfat terhadap
produksi nata de banana skin. Sagu Vol. 7 No. 2: 30-36

Prabawati. S, Suyanti dan Setyabudi, 2008, Teknologi Pasca Panen dan Teknik Pengolahan
Buah Pisang, Balai Besar Penelitan dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan
Penelitan dan Pengembangan Pertanian (Juknis Pisang)
Ramada, A, 2008. Kulit Pisang Jangan Dibuang.
Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru. Bandung.

Rukmana, R. 199. Usaha Tani Pisang .Kanisius. Yogyakarta

Susanti, Lina. 2006. Perbedaan Penggunaan Jenis Kulit Pisang Terhadap Kualitas Nata
Dengan Membandingkan Kulit Pisang Raja Nangka, Ambon Kuning Dan Kepok Putih
Sebagai Bahan Baku. Tugas Akhir. Semarang: UNNES.

9
Lampiran:
Pembuatan Nata De Banana Skin

Kulit Pisang Penggilingan Ampas Kulit Pisang Penyaringan

Sari Kulit Pisang Pendidihan Penuangan Fermentasi


Acetobacter xylium

10
LAPORAN PRAKTIKUM
AGROINDUSTRI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PEMBUATAN SAUS PISANG

DISUSUN OLEH :

FHOSA MARISA WULANDARI


2016340023

LABORATORIUM REKAYASA PROSES


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
2019

11
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan bagian dari kawasan Asia Tenggara yang memiliki
kekayaan alam. Diantara kekayaan alam tersebut adalah tanaman buah-buahan antara
lain tanaman pisang. Tanaman pisang banyak sekali terdapat di kawasan Asia
Tenggara terutama di Indonesia. Tanaman pisang tumbuh subur di Indonesia yang
memiliki iklim tropis, tapi masyarakat Indonesia pada umumnya masih kurang begitu
mengetahui manfaat tanaman pisang selain sebagai buah untuk dikonsumsi.
Pisang merupakan salah satu tanaman yang hampir seluruh bagiannya dapat
dimanfaatkan, mulai dari buah dan daunnya, bahkan ternyata kulitnyapun dapat
dimanfaatkan. Buahnya dapat langsung dikonsumsi apabila sudah matang ataupun
diolah kembali menjadi makanan yang lezat. Daunnya dapat digunakan sebagai
pembungkus makanan tradisional Indonesia.
Menurut Nugroho ( 2008 ), selain buah pisang digunakan sebagai konsumsi setelah
makan, selain itu buah pisang diolah dalam bentuk lain, seperti keripik pisang, pisang
goreng, sale pisang, kolak pisang, roti pisang dan masih banyak lagi produk-produk
olahan dari pisang yang telah umum ditemui selain itu buah pisang juga bisa diolah
menjadi saos.
Tumbuhan pisang adalah suatu tumbuhan yang dapat tumbuh secara potensial di
Indonesia. Tumbuhan pisang dapat tumbuh di daerah pantai maupun di daerah
pegunungan. Hampir semua wilayah yang ada di Indonesia dapat ditumbuhi
tumbuhan pisang.
Pisang merupakan salah satu produk hortikultura yang mudah mengalami
kerusakan, untuk mencegah hal tersebut maka prlu dilakukan usaha-usaha seperti
memanfaatkan memanfaatkan buah pisang dalam pembuatan saus berbahan dasar
pisang. Pembuatan produk seperti ini selain untuk mencegah proses kerusakan juga
bertujuan dapat meningkatkan nilai ekonomis dari buah dan kulit pisang.

1.2 Tujuan
1. Memanfaatkan buah pisang dalam pembuatan saus berbahan dasar pisang.

1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Pisang
Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari
kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Pisang umumnya dapat tumbuh di
dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000 m dpl. Pisang dapat
tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan panas dengan curah hujan optimal adalah
1.520–3.800 mm/tahun dengan dua bulan kering (Rismunandar, 1990).

Taksonomi tanaman pisang adalah sebagai berikut :


Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Sub. Devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyle
Bangsa : Musales
Suku : Musaceae
Marga : Musa
Jenis : Musa paradisiacal

Tanaman pisang yang utuh memiliki bagian-bagian yang penting diantaranya


daun, batang, buah, jantung, dan bagian umbi atau bonggol pisang. Bagian-bagian
tersebut memiliki berbagai macam manfaat misalnya, buah pisang sebagai sumber
berbagai macam mineral dan vitamin yang bermanfaat. Pelepah batang pisang juga
memiliki manfaat yakni dijadikan serat untuk bahan baku kertas uang, kertas chaque
dan berbagai kertas yang termasuk sequrity papers lainnya, kertas sigaret, kantongteh
celup, dan lain-lain.

2.2 Buah Pisang


Buah pisang tersusun dalam tandan. Tiap tandan terdiri atas beberapa sisir,dan tiap
sisir terdiri dari 6-2 buah pisang atau tergantung pada varietasnya. Buahpisang pada
umumnya tidak berbij atau disebut 3n (triploid), kecuali pada pisangbatu(klutuk)
bersifat diploid (2n). Proses pembuahan tanpa menghasilkan bij disebut partenokarpi
(Rukmana, 1999).
Buah pisang umumnya dipanen pada umur 18 bulan setelah tanam atau 80-10 hari
setelah tanaman berbunga jika berada pada kondisi yang optimum. Panen buah pisang
pada umumnya dilakukan berdasarkan tujuan pemasaran. Buah yang akan dipasarkan
di daerah yang dapat dicapai dalam waktu kurang dari satu hari dari daerah produksi
dipanen sat buah sudah matang penuh.
Buah yang akan dipasarkan untuk daerah yang dicapai dalam waktu lebih dari satu
hari dari daerah produksi dipanen sat stadia kematangan tiga perempat penuh
(kematangan 75%), yaitu stadia kematangan dimana pada individu buah masih
terdapat siku-siku yang jelas dan masih terdapat warna hijau pada kulit buah
(Dienazola, 2008). Stadia kematangan ini berumur sekitar 70-98 hari setelah
pembungan seperti pada pisang raja bulu (Nakasone & Paul, 198).

2
2.3 Saus
Saus adalah salah satu bahan pelengkap makanan yang berbentuk cairan kental
dan pada umumnya be3rfungsi sebagai bahan penyedap dan penambah cita rasa
masakan. Pengertian lain saus ialah produk makanan berbentuk pasta yang terbuat
dari bahan baku sayuran maupun buah dan mempunyai aroma serta rasa yang enak.
Saus yang umum diperjual belikan di Indonesia adalah saus tomat dan saus cabai atau
saus sambal. Namun demikian, terdapat juga produsen yang memproduksi saus
berjenis pepaya, akan tetapi biasanya pepaya hanya sebagai bahan dari pembuatan
saus (Erliza, 2007).
Standar Nasional Indonesia (SNI) No-01-2976 Tahun 2006, menyebutkan saus
cabai atau saus sambal adalah saus yang dibuat dengan bahan utama cabai (Capsicum
Sp), yang bisa diolah dengan penambahan bumbu-bumbu dan bahan makanan yang
diizinkan, atau tanpa penambah makanan lain. Saus tomat adalah saus yang dibuat
dengan campuran bubur tomat atau padatan tomat yang didapat dari tomat yang sudah
masak dan diolah dengan bumbu bumbu dengan atau tanpa bahan tambahan lain yang
diizinkan (SNI 01-3546-2004).

3
BAB III. CARA KERJA
B. Pembuatan Saus Pisang
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Pisau
2. Waskom
3. Blender
4. Kompr gas
5. Wajan
6. Sutil

b. Bahan
1. Buah pisang kupas yang telah matang dan masih segar 1 kg
2. Tapioka 1,25 gram
3. Asam asetat 4 ml
4. Gula pasir 15 gram/100 gram
5. Bawang putih 3 gram/100 gram (dihaluskan)
6. Lada 1 gram/100 gram (dihaluskan)
7. Kayu manis 0,2 gram/100 gram
8. Garam 5 gram/100 gram
9. Zat Pewarna 0,5 gram/100 gram
10. Air

3.2 Cara Pembuatan


1. Buah pisang dikupas, dikukus, dipotong-potong lalu dihaluskan dengan
menggunakan blender sampai membentuk bubur
2. Bubur pisang dimasak dengan ditambahkan bumbu-bumbu (bawang putih,
lada, garam, kayu manis, gula pasir, asam asetat) lalu ditambahkan juga
pektin, natrium benzoat dan zat pewarna. Diaduk terus sampai agak mengental
3. Saus yang telah matang didinginkan kemudian dikemas.

4
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Saus Pisang
a. Hasil
No. Pengamatan Hasil
1. Berat Awal Bahan 2.336 gram
2. Berat Akhir Bahan 1.300 gram
3. Rendemen Gram = Berat Awal - B. Akhir
= 2.336 – 1.300
= 1.036 gram
Berat Awal−Berat Akhir
%= x 100%
Berat Awal
2.336−1.300
= x 100%
2.336
1.036
= 2.336 𝑥 100%
= 44%
4. Uji Organoleptik
- Warna Pink-kemerahan
- Tekstur Kental
- Aroma Aroma Khas Saus
5. Peta Prose Operasi
Nama : Saus Pisang
No. Peta :2
Dipetakan oleh : Fhosa Marisa Wulandari
Tanggal dipetakan : 7 Desember 2019

5
Bumbu Bubur Pisang Pisang

01 Pengupasan
1

02 Pemotongan

03
Pengukusan

04 Penggilingan

Bawang putih, lada,


garam, kayu manis,
gula pasir
(dihaluskan)

05 Pendidihan

06 Pendinginan

Saus Pisang
07

Proses Jumlah

6
6. Diagram Alir
Pisang

Pengupasan

Pemotongn

Pengukusan

Penggilingan (blender)

Bubur Pisang
Bumbu (bawang putih,
lada, garam, kayu manis,
gula pasir) asam asetat, Pendidihan
tapioca dan zat pewarna.
Pendinginan

Saus Pisang

7. Harga Pokok Produksi (HPP)

No. Bahan Volume Harga(Rp)


1. Buah Pisang 1 kg 15.000
2. Pektin - 5.000
3. Gula pasir ¼ kg 3.500
4. Bawang putih - 2.000
5. Lada - 1.000
6. Kayu manis - 4.000
7. Garam - 2.500
8. Zat pewarna - 2.000
Total 35.000
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
HPP =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑅𝑝 35.000
= 1.300
= Rp 26,92/gram

7
b. Pembahasan
Saus tomat yang dihasilkan memiliki karakteristik warna pink-kemrahan. Hal ini
disebabkan oleh pemberian warna yang salah.
Berdasarkan hasil pengamatan, penambahan tepung tapioka pada pembuatan
saus pisang menyebabkan tekstur pada saus pisang menjadi kental. Hal ini
dikarenakan makin tinggi jumlah kosentrasi tepung tapioka yang ditambahkan,
maka nilai viskositas yang dihasilkan semkain meningkat.
Aroma khas pada saus pisang disebabkan oleh buah dan rempah-rempah yang
digunakan.

8
DAFTAR PUSTAKA
Basse. 2000. Compost Engineering, An Arbour Science, London.

Budi, dan Hieronymous.2005. Aneka Olahan Pisang .Kanisius. Yogyakarta.

Dienazola, R. 208. Pengaruh Sekat Dalam Kemasan Terhadap Umur Simpan Dan Mutu Buah
Pisang Raja Bulu. Skripsi. Fakultas Pertanian. Instiut Pertanian Bogor.

Erliza. 2007. Sejarah Saus Sambal.

Muchtadi, T.R, 1997. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. IPB-Press. Bogor

Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CABI Publishing. New York. 445 p.
Prabawati. S, Suyanti dan Setyabudi, 2008, Teknologi Pasca Panen dan Teknik Pengolahan
Buah Pisang, Balai Besar Penelitan dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan
Penelitan dan Pengembangan Pertanian (Juknis Pisang).

Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru. Bandung.

9
Lampiran:
Pembuatan Saus Pisang

Buah Pisang Pemasakan Saus Pisang

10

Anda mungkin juga menyukai