Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

Kulit Pisang Kepok (Musa Balbisiana Colla)

Disusun oleh :
Dian Indah Saputri (2001014)
Marta Tio Ananta BR (2001038)
Nabila Rahma Fatin (2001044)
Retno Wulandari (2001050)
Suci Anggraini (2001057)

AKADEMI FARMASI CENDIKIA FARMA HUSADA


BANDAR LAMPUNG
2021
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugrahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan
praktikum fitokimia ini dengan baik. Laporan ini berisi tentang uraian mengenai
pembuatan simplisia kulit pisang kepok.
Laporan ini kami susun dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak
diantaranya: Ibu Apt. Isna mulyani, S.Farm., M.SI dan ibu Rizki Nisfi
Ramdhini. M.SI selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Fitokimia, serta
Kelompok 9 yang telah berkontribusi secara maksimal. Oleh karena itu kami
sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan fikirannya yang telah diberikan.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan praktikum
ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir
kata Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk kelompok
kami khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya.

Bandar Lampung, 24 maret 2021

Penyusun
iii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
A. PENDAHULUAN
A.1. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
A.2. Rumusan Masalah......................................................................... 1
A.3. Tujuan Penelitian.......................................................................... 1
B. TINJAUAN PUSTAKA
B.1.Tinjauan Botani............................................................................. 2
B.2.Tinjauan Kimia.............................................................................. 4
B.3. Khasiat dan Penggunaan............................................................... 4
C. METODOLOGI
C.1. Pembuatan Simplisia.................................................................... 5
C.2.Spesifikasi dan Standarisasi Simplisia.......................................... 6
C.3. Pembuatan Ekstrak....................................................................... 9
C.4. Standarisasi Ekstrak...................................................................... 12
D. KESIMPULAN................................................................................... 14
E. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 15
1

A. Pendahuluan

A.1. Latar Belakang Masalah


Pisang merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan, mulai dari buah,
batang, daun, kulit hingga bonggolnya. Pisang tumbuhan berdaun besar
memanjang dari suku Musaceae. Iklim tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang
banyak mengandung humus memungkinkan tanaman pisang tersebar luas di
Indonesia. Saat ini hampir diseluruh daerah penghasil pisang. Kulit pisang
merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang banyak jumlahnya. Pada
umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang sebagai
limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi
dan kerbau. Kulit pisang kapok memiliki senyawa metabolit sekunder yang
berpotensi sebagai pestisida nabati yaitu senyawa flavonoid, tannin dan terpenoid.
Berbagai upaya penelitian dilakukan untuk mengungkap potensi kulit pisang
kepok agar dapat dimanfaatkan dengan baik. Perlakuan ekstrak kulit buah pisang
kapok dapat meningkatkan tingkat zona hambat dari bakteri pathogen yang
digunakan dalam percoban. Pemanfaatan kulit buah pisang kapok tidak terlepas
dari adanya kandungan fitokimia di dalamnya. Cara untuk mengetahui fitokimia
atau bahan aktif pada tumbuhan adalah melalui uji fitokimia atau skrining
fitokimia. Uji fitokimia dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
Pada penelitian ini dilakukan uji fitokimia secara kualitatif terhadap kulit
pisang kepok yang sampelnya diambil dari para pedagang penjual gorengan.
Kandungan fitokimia tanaman dari suatu daerah dapat berbeda dengan daerah
lain. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi potensi tanaman obat
diantaranya umur tanaman, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, metode
ekstraksi serta waktu panen tanaman. Pengetahuan tentang kandungan fitokimia
tanaman dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pemanfaatan lebih
lanjut dari kulit buah pisang kepok.

A.2. Rumusan Masalah


1. Cara memanfaatkan kulit pisang kepok menjadi simplisia.
2. Bagaimana mengekstrak kulit pisang kepok.

A.3. Tujuan Penelitian


1. menganalisis karakteristik dan kandungan fitokimia ekstrak kulit pisang kepok.
2. menganalisis aktivitas antioksidan ekstrak kulit pisang kepok.
2

B. Tinjauan Pustaka

B.1. Tinjauan Botani


Pisang adalah tanaman yang berasal dari Asia Tenggara (termasuk Indonesia).
Tanaman buah ini kemudian menyebarluas kekawasan Afrika (Madagaskar), Amerika
Selatan dan Amerika Tengah. Penyebaran tanaman ini kemudian hampir merata
keseluruh dunia, yakni meliputi daerah teropis dan sub tropis, dimulai dari Asia
Tengah ke Timur melalui lautan teduh sampai ke Hawai pada tahun 1000 SM. Selain
itu, tanaman pisang menyebar dari Barat melalui Samudra Atlantik, kepulauan Kanari
sampai Benua Amerika. Pisang yang ada sekarang diduga merupakan liar dan telah
mengalami domestikasi. Beberapa literature menyebutkan pusat keanekaragaman
tanaman pisang berada di kawasan Asia Tenggara.
Buah pisang juga memiliki banyak manfaat. Kandungan yang ada dalam buah
pisang antara lain karbohidrat, lemak, protein, mineral dan serat. Dengan demikian
pisang juga merupakan salah satu bahan pangan yang mampu meningkatkan gizi
masyarakat.
Investeriasi plasma nutfah pisang di Indonesia dimulai pada abad XVII.
Dalam buku yang berjudul Herbarium Ambones, telah dikenal beberapa jenis pisang
hutan dan pisang budidaya yang tedapat di kepulauan Maluku. Pengembangan
budidaya tanaman pisang pada mulanya terpusat di daerah Banyuwangi, Palembang,
dan beberapa daerah di Jawa Barat.
a) Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Pisang.
Kedudukan tanaman pisang dalam taksonomi tumbuhan adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantate
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Musaccae
Genus : Musa
Spesies : Musa Paeadisiaca L
Pisang termasuk famili Musaccaedariordo Scitaminae dan terdiri dari dua
genus, yaitu genus Musa dan Ensete. Berbagai varietas pisang yang bias dikonsumsi
secara langsung maupun olahan diantaranya adalah pisang raja bulu, pisang kepok,
pisang raja sereh, pisang barangan, pisang uli dan pisang cavendish. Diantara pisang
tersebut pisang kepok yang paling sering dijumpai. Pisang kapok ini memiliki dua
jenis yaitu pisang kepok putih dan pisang kepok kuning. Dua jenis pisang kapok
tersebut merupakan hasil pemuliaan tanaman dari varietas pisang kepok.
Tanaman pisang termasuk kedalam tanaman monokotil tahunan berbentuk
pohon yang bersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan tumpukan
pelepah daun yang tersusun secara rapat dan teratur. Percabangan tanaman bertipe
simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu buah.
3

Bagian bawah batang pisang menggelembung berbentuk umbi yang disebut bonggol,
pucuk lateral muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi
tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji atau bersifat partenokarpi.
Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada berbagai macam
topografi tanah, baik tanah datar maupun tanah miring. Produktifitas pisang yang
optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada tanahdatar, pada ketinggian 500
M diatas permukaan laut dan keasaman tanah dengan PH 4,5 – 7,5. Suhu harian
berkisar antara 250C – 280C dengan curah hujan 2000 – 3000 mm/tahun. Pisang
merupakan tanaman yang berbuah sekali kemudian mati.
Pisang merupakan tanaman semak yang berbatang semu(Pseudostem) yang
tersusun atas tumpukan pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah hingga
mencapai ketebalan 20 – 50 cm. Tinggi pohon pisang bervariasi 1 – 4 meter,
tergantung variasinya. Daunnya melebar, panjang, tulang daunnya besar, dan tepi
daunnya tidak mempunyai ikatan yang kompak sehingga mudah roboh jika tertiup
angin kencang. Daun yang paling muda terbentuk dibagian tengah tanaman, keluarnya
menggulung dan terus tumbuh memanjang kemudian secara progresif membuka
helaian. Batangnya memiliki bonggol (umbi yang besar) dan terdapat banyak mata
yang dapat tumbuh menjadi tunas anakan .Bunga tunggal, keluar pada ujung batang
dan hanya sekali berbunga selama hidupnya (monokarpik).

Pisang memiliki bunga majemuk, yang tiap kuncup bunganya dibungkus oleh
selubung berwarna merah kecoklatan. Selubung akan lepas dan jatuh ketanah jika
bunga telah membuka. Bunga tanaman pisang terdiri atas tangkai bunga, daun
penumpang bunga dan mahkota bunga. Tangkai bunga bersifat keras dan berukuran
besar dengan diameter sekitar 8 cm. Mahkota bunga sendiri memiliki warna putih dan
tersusun melintang masing – masing sebanyak dua baris. Bunga tanaman pisang
berkelamin satu dengan bunga sari berjumlah lima buah dan bakal buah berbentuk
persegi. Bunga betina akan berkembang secara normal, sedangkan bunga jantan yang
berada diujung tidak berkembang dan akan tetap menutup oleh selubung dan disebut
jantung pisang. Tiap kelompok bunga disebut sisir yang tersusun dalam tandan.
Jumlah sisir betina antara 5 – 15 buah.
4

B.2. Tinjauan Kimia


Bahan aktif atau senyawa fitokimia adalah bahan kimia yang berasal dari
tumbuhan. Dalam arti seperti istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan
sejumlah besar senyawa metabolik sekunder yang ditemukan pada tubuh. Senyawa
fitokimia atau metabolit skunder dalam tumbuhan yang berasal dari golongan fenolik
atau polifenolik, nitrogen, saponin, kuinon, tannin, steroid atau triterpenoid, saponin,
turunan senyawa asam hidroksilat, kumarin, vitamin dan asam organic dipercaya
sebagai anti oksidan.
Bahan aktif yang terdapat pada buah – buahan dapat diketahui melalui uji
fitokimia atau uji bahan aktif. Berdasarkan beberapa penelitian uji fitokimia yang
telah dilakukan, diketahui bahwa kulit pisang kepok mengandung beberapa senyawa
fitokimia berupa flavonoid, tannin, saponin, terpenoid, kuinon, alkaloid, steroid,
serotonin, dan dopamine.
B.3. Khasiat dan Penggunaan
Khasiat dari kulit pisang kepok yaitu sebagai antioksidan alami karena mengandung
provitamin A, fenolat dan senyawa amina,sebagai agen preventif ulkus gaster.Kandung gizi
dan senyawa-senyawa tersebut yang kemudian menjadi dasar penggunaan kulit pisang untuk
berbagai macam manfaat. Kulit pisang kepok dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan asam oksalat.
5

C. METODOLOGI
C1. Proses pembuatan simplisia

Pengumpulan bahan

Kulit pisang kepok bisa kita dapatkan dari pedagang penjual


pisang di pasar temple sukarame Bansar Lampung, Kulit pisang
yang digunakan yaitu yang berwarna kuning sebanyak 10 buah.

Sortasi basah

Dilakukan dengan memisahkan kulit dari daging buahnya


sehingga di dapatkan kulit pisang yang layak untuk digunakan.

Pencucian

Bersihkan kulit pisang dari kotoran yang menempel dengan


menggunakan air bersih yang mengalir.

Perajangan

Kulit pisang dirajang atau di iris kecil-kecil untuk mempercepat


proses pengeringan simplisia.

Pengeringan

Dilakukan dengan menggunakan oven dengan suhu 30-50


° c selama 1x24 jam.

Sortasi kering

Dilakukan dengan memisahkan dari benda-benda asing atau pengotor lain


yang masih menempel pada simplisia kulit pisang yang sudah kering, lalu
kulit pisang yang sudah bersih diblender hingga halus.
6

Penyimpanan

Pilih wadah yang tidak bersifat beracun dan mampu melindungi simplisia dari cemaran
mikroba lain, kotoran, serangga dan penguapan bahan aktif. Disimpan pada wadah
tertutup rapat, terlindung dari cahaya matahari dan disimpan pada suhu kamar.

C.2.Spesifikasi dan Standarisasi Simplisia

Kadar sari larut air kadarnya 17,97%

Dalam labu, berat total 5 g ekstrak etanol dalam 100 ml kloroform


air (diencerkan dengan 2,5 ml kloroform menjadi 1 liter) direndam
selama 24 jam, sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama,
kemudian didiamkan selama 18 jam. , Lalu disaring.

Menguapkan 20 ml filtrat pertama sampai kering dalam evaporator dasar datar


berbentuk kerucut, dan panaskan sisanya hingga berat tetap pada suhu 105°C.
Hitung persentase konsentrasi ekstrak larut air pada bahan kering.

Kadar sari larut etanol kadarnya 17,18% (pelarut etanol 70%) dan
15,02% (pelarut etanol 96%).

Sebanyak 8 gram ekstrak etanol kulit pisang dilarutkan dengan etanol:air (7:3)
dan diuapkan etanolnya dengan evaporator pada suhu 50ᵒC, untuk
menghilangkan pelarut etanol dan penggantian dengan air bertujuan untuk
memudahkan pemisahan analit yang terkandung didalam ekstrak kulit pisang
karena pelarut yang dugunakan untuk partisi tidak bercampur dengan air.

Pelarut yang digunakan adalah n-heksan, etil asetat dan n-butanol.Partisi berulang dengan
n-heksan menghasilkan ekstrak n-heksan sebanyak 0,45 gram. Pelarut n-heksan
digunakan dengan tujuan untuk melarutkan senyawa non-polar seperti lemak yang
terdapat pada ekstrak etanol kulit pisang. Partisi dilanjutkan dengan pelarut etil asetat dan
menghasilkan ekstrak etil asetat sebanyak 0,12 gram yang berwarna kuning kecoklatan.
7

Identifikasi kandungan kimia

Kadar Minyak Atsiri

Sebanyak 2 mL sampel ditambah dengan pereaksi Liberman-


Burchard 1 mL. Adanya senyawa terpenoid ditujukan dengan
terbentuknya warna biru tua atau hijau kehitaman.

Uji Fitokimia Senyawa Aktif dalam Kulit Pisang

Uji Flavonoid

Dilakukan dengan test wilstatter dan Bate Smitth-Metcalfe.

Sampel dilarutkan dalam 10 ml etanol 70% kemudian dibagi ke dalam tiga tabung reaksi.

Tabung pertama digunakan sebagai tabung kontrol, tabung kedua dan ketiga berturut-turut
ditambahkan NaOH, FeCL3 dan H2SO4 pekat.

Warna pada masing-masing tabung dibandingkan dengan tabung kontrol, jika terjadi
perubahan warna maka positif mengandung flavonoid.

Uji Saponin

Sejumlah sampel ditambahkan aquades, kemudian dikocok. Jika terbentuk


buih, didiamkan selama 15 menit.

Jika terdapat senyawa golongan saponin maka hasil positif bila buih stabil
setelah pengocokan.
8

Uji fenol dan Tanin

Sejumlah sampel ditambahkan 3 tetes FeCl31%. Hasil positif akan


ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna biru atau hitam

Uji Alkaloid sejumlah sampel ditambahkan 2,5mL HCl 2%. Pengujian


menggunakan 2 pereaksi yaitu pereaksi Dragendroff dan pereaksi Mayer.

Adanya golongan senyawa alkaloid terbentuknya endapan jingga pada


pereaksi Dragendroff atau endapan putih kekuningan pada pereaksi
Mayer.

- Parameter Non Spesifik

Penetapan Kadar Abu Total 15,3 %

Sebanyak 2 gram ekstrak etanol yang sudah ditumbuk dan ditimbang,


ditempatkan dalam wadah porselen berpijar dan dikupas lalu dihaluskan.

Diamkan berpijar selama 3 jam pada suhu 600°C, kemudian dilakukan


pendinginan dan penimbangan sampai diperoleh berat tetap.

Kadar abu dihitung berdasarkan bahan kering.


Gram abu
Dengan menggunakan rumus : % Abu = x 100%
Gram sampel

Penetapan Kadar Abu Tidak larut dalam asam

Abu yang diperoleh dari penentuan abu direbus dalam 25 ml asam klorida encer
selama 5 menit.

bagian asam yang tidak larut dikumpulkan, disaring dengan kertas saring bebas abu,
dan dicuci dengan air panas. kemudian didinginkan dan ditimbang hingga berat
tetap.
9

Kadar abu tidak larut asam dihitung berdasarkan bahan yang telah dikeringkan
diudara.

C.3. Pembuatan Ekstrak

Langkah-langkah Ekstraksi dan Maserasi

Mengeringkan kulit buah pisang kepok didalam oven dengan suhu 400C
hinggakering, kemudian kulit buah pisang kepok yang telah kering
diblender hingga menjadi serbuk kasar.

Proses ekstraksi dimulai dengan mencampurkan pelarut etanol pada serbuk


kasar kulit buah pisang kepok dengan perbandingan 1:2 (misalnya1 gram
serbuk dengan 2 ml etanol).

Setelah dicampurkan dengan pelarut etanol, diaduk dengan alat pengaduk


hingga homogen. Dan dilakukan perendaman larutan selama 72 jam
kemudian disaring hingga mendapatkan ekstrak yang diinginkan.

Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan alat rotary


evaporator. Kemudian setelah mendapatkan ekstrak pekat dilakukan
prosedur uji fitokimia.

Prosedur Uji Fitokimia


10

Uji fitokimia dilakukan dengan menggunakan pereaksi pendekteksi golongan pada tabung
reaksi. Uji fitokimia yang dilakukan meliputi:

a. Analisis Alkaloid

Disiapkan ekstrak kulit pisang kepok dan diambil beberapa tetes


kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi.

Pada sampel ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendroff.

Perubahan yang terjadi selama 30 menit, hasil uji dinyatakan


positif apabila terbentuk warna jingga.

b. Analisis Tanin

Disiapkan ekstrak kulit pisang kepok 1 ml.Ditambahkan beberapa tetes larutan


besi (III) Klorida 1%.

Perubahan yang terjadi diamati, terbentuknya warna birutua atau hitam


kehijauan menunjukkan adanya senyawa tanin.

c. Analisis Flavonoid

Ekstrak kulit pisang kepok dimasukkan kedalam tabung reaksi

Ditambahkan pada sampel berupa serbuk Magnesium 2 N


sebanyak 2 mg dan diberikan 3 tetes HCl pekat.

Sampel dikocok dan diamati perubahan yang terjadi,


terbentuknya warna merah, jingga ataukuning pada larutan
menunjukkan adanya flavonoid.

d. Analisis Saponin
11

Disiapkan ekstrak kulit pisang kepok dimasukkan kedalam tabung reaksi.


Ditambahkan air panas pada sampel.

Perubahan yang terjadi terhadap terbentuknya busa diamati, reaksi positif


jika busa stabil selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes
HCl 2 N.

e. Analisis Steroid

Sampel ekstrak kulit pisang kepok diambil kemudian


dimasukkan kedalam tabung reaksi.

ditambahkan 2 tetes larutan CHCl3 dan 3 tetes pereaksi


Lieberman Burchard.

Perubahan pada sampel diamati, terbentuknya warna


merah pada larutan petamakali kemudian berubah menjadi
biru dan hijau menunjukkan reaksi positif.

f. Analisis Triterpenoid

Sampel ekstrak kulit pisang kepok diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.

Sampel ditambahkan 2 tetes larutan CHCl3 dan 3 tetes pereaksi Lieberman Burchard.

Perubahan pada sampel diamati, terbentuknya warna merah ungu menunjukkan reaksi
positif.

C.4. Standarisasi Ekstrak


12

Parameter Standar Non Spesifik


Aspek parameter non spesifik yakni berfokus pada aspek kimia,mikrobiologi dan fisis
yang akan mempengaruhi keamanan konsumendan stabilitas misal kadar logam
berat,aflatoksin, kadar air dan lain-lain (Saifudin dkk., 2011). Parameter non spesifik ekstrak
menurutbuku “Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat” (DepkesRI, 2000),
meliputi:
1) Parameter Susut Pengeringan
Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperature 105˚C selama 30 menit
atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen. Dalam hal khusus (jika
sisapelarut organik menguap dan bahan tidak mengandung minyak atsiri) identik dengan
kadar air karena berada di atmosferlingkungan udara terbuka. Parameter susut pengeringan
menggambarkan batasan maksimal tentang besarnya senyawa yg hilang pada proses
pengeringan.
2) Parameter Bobot Jenis
Massa per satuan volume pada suhu kamar tertentu (25oC)yang ditentukan dengan
alat khusus piknometer atau alatlainnya. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang
diperolehdengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam piknometer.Parameter bobot
jenis menggambarkan batasan tentang besarnyamassa persatuan volume yang merupakan
parameter khusus ekstrak cair sampai ekstak pekat (kental) yang masih dapatdituang, bobot
jenis juga terkait dengan kemurnian dari ekstrakdan kontaminasi.
3) Parameter Kadar Air
Pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan,dilakukan dengan cara yang
tepat diantara cara titrasi, destilasiatau gravimetri untuk memberikan batasan minimal atau
rentangtentang besarnya kandungan air dalam bahan
4) Parameter Kadar Abu
Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan padatemperatur dimana senyawa
organik dan turunannya terdestruksidan menguap. Sehingga tinggal unsur mineral dan
anorganikyang memberikan gambaran kandungan mineral internal danekternal yang berasal
dari proses awal sampai terbentuknyaekstrak.
5) Parameter Cemaran Logam Berat
Parameter cemaran logam berat adalah penentuan kandungan logam berat seperti
timbal (Pb), arsen(As) dan merkuri (Hg) dalam suatu ekstrak secara spektroskopi serapan
atom atau cara lainnya yang lebih valid. Tujuan dari penetapan cemaran logam berat adalah
memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak boleh mengandung logam berat melebihi batas
yang ditetapkan karena berbahaya bagi kesehatan.Logam timbal (Pb) merupakan logam yang
sangat beracunyang secara alami ditemukan di tanah. Timbal tidak berbau dan tidak berasa.
Timbal dapat masuk ke dalam tubuh melaluidan makanan. Di dalam tubuh timbal
diperlakukan seperti halnya kalsium. Tempat penyerapan pertama adalah plasma dan
membran jaringan lunak. Konsumsi timbal dalam jumlah banyak secara langsung
menyebabkan kerusakan jaringan, termasuk kerusakan jaringan mukosal. Sistem yang paling
sensitif adalah sistem sintesis jaringan darah (hematopoietik) sehingga biosintesis haema
13

terganggu. Semua sel-sel yang sedang aktif berkembang sensitif terhadap timbal.Timbal juga
dapat merusak syaraf (BSN, 2009).Logam arsen (As) merupakan salah satu elemen yang
paling toksik dan merupakan racun akumulatif. Manusia terpapar arsen melalui makanan, air
dan udara. Tanaman lebih mudah menyerap arsen, sehingga memungkinkan arsen
beradadalam pangan pada konsentrasi tinggi. Efek akut arsen berlangsung lambat namun
disertai anemia hemolitik yang cepat. Efek kronis dapat menyebabkan kerusakan pada
tulang,darah, hati, pernafasan dan sistem syaraf pusat. Gejala yan gnampak pada keracunan
kronis arsen antara lain berat badan menurun, mual, diare, sembelit, pigmentasi dan kulit
mengelupas, rambut rontok dan radang syaraf perifer (BSN,2009).Logam merkuri (Hg)
merupakan salah satu logam berat yang berbahaya dan dapat terjadi secara alamiah di
lingkungan.Sebagai hasil perombakan mineral di alam melalui proses cuaca/iklim dari angin
dan air. Logam merkuri adalah unsur kimia sangat beracun, dapat bercampur dengan enzim
di dalamtubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan enzim untuk bertindak sebagai
katalisator yang berperan penting dalamfungsi tubuh.Logam Hg dapat terserap ke dalam
tubuh melalui saluran pencernaan dan kulit. Karena sifat beracun dan cukup volatil,maka uap
merkuri sangat berbahaya jika terhisap, meskipundalam jumlah yang sangat kecil. Merkuri
bersifat racun kumulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang terserap oleh tubuh dalam
jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya.Bahaya yang ditimbulkan diantaranya
kerusakan rambut.

D.KESIMPULAN
14

Berdasakan hasil penelitian kami dapat disimpulkan bahwa kulit pisang


merupakan bahan limbah yg belum banyak dimanfaatkan dan hanya dibuang begitu
aja sedangkan manfaat kulit pisang kepok ini banyak sekali salah satunya yaitu
sebagai antioksidan. Kulit pisang kepok juga memiliki senyawa metabolit sekunder
yg berpotensi sebagai peptisida nabati yaitu senyawa flavonoid, tanin, tervenoid,
saponin, kuinon, steroid dan alkaloid. Kulit pisang kepok yg digunakan yaitu yg
berwarna kuning.
Kulit pisang kepok juga dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan simplisia dan
ekstrak, dengan metode yg digunakan untuk pembuatan simplisia yaitu membuat
terlebih dahulu simplisia nya kemudian dengan Spesifikasi dan standarisasi simplisia
yg digunakan yaitu parameter spesifik dan parameter non spesifik. Parameter spesifik
meliputi: 1. Marfologi dan organoleptis, 2. Kadar sari larut air, 3. Kadar sari larut
etanol . parameter spesifik ini juga menggunakan uji fitokimia senyawa aktif yaitu 1.
Uji flavonoid 2, uji saponin 3. Uji fenol dan tanin sedangakn untuk parameter non
spessifik hanya menggunakan penentapan kadar abu total dan penetapan kadar abu
tidak larut dalam asam. Metode yg digunakan un tuk pembuatan ekstraksi yaitu ada
pembuatan ektraksi, uji fitokimia yg meliputi: analisis Alkaloid, Analisis tanin,
analisis flavonoid, analisis saponin, analisis steroid dan analisis triterpenoid. Metode
Standarisasi ekstrak myg meliputi parameter standar non spesifik: 1. Parameter susut
pengeringan, 2. Parameter bobot jenis, 3. Parameter kadar air, 4. Parameter kadar
abu, 5. Parameter cemaran logam berat.

E. DAFTAR PUSTAKA
15

Sonja V. T lumowa, Syahril bahrin. 2018. 'JUDUL'. jurnal sains dan kesehatan. Vol 1 No 9
A. Fuadi Ramdja, Dimas Adhitya P, Rendi Rusman. 2011. 'Judul'. Jurnal Teknik Kimia. Vol
17 No 5
Bunga Mari Sembiring, Sufriyadi Nasution. 2020. 'Judul'. Jurnal penelitian farmasi& herbal.
Vol 3 no 1
Wardati fauchil, 2007, potensi ekstraksi kulit pisang kepok(Musa balblsiana) sebagai
kandidat terapeutik kangker payudara seana in Vitro dengan menggunakan sel T-475, 4
Desember 2017.
Atun, S., Arianingrum, R., Handayani, S., Rudyansah, dan Garson, M., 2007,
Identifikasi Dan Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Kimia Dari Ekstrak Metanol Kulit
Buah Pisang (Musa paradisiaca Linn.), Indo. J. Chem., 7 (1): 83 – 87.
Emy Rustina, Monica.2018. Potensi Kulit Pisang Kepok Kuning Sebagai Bahan Tambahan
Pembuatan ES Krim.Yogyakarta: Universitas Santa Dharma
Potensi Kulit Pisang Kepok Kuning Sebagai Bahan Tambahan Pembuatan ES Krim.

Literatur
1. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://repository.usd.ac.id/28755/2/141434015_full.pdf&v
ed=2ahUKEwi1tPi3mI_xAhWV7XMBHV2jD1EQFjANegQIBxAC&usg=AOvVaw0PSV2HGuw
u9AUoP5tLgdeY
2. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/202974-
pemanfaatan-kulit-pisang-kepok-musa-
para.pdf&ved=2ahUKEwi1tPi3mI_xAhWV7XMBHV2jD1EQFjAMegQIGhAC&usg=AOvVaw178c
fpOwqvFW7R7083OhB1
3. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://core.ac.uk/download/pdf/298086058.pdf&ved=2ahUK
EwjftM3SmY_xAhVllOYKHcJmBZEQFjABegQIDBAC&usg=AOvVaw0aSaxhc_kIRZyTeXzGksmG
4. http://eprints.unwahas.ac.id/1533/2/BAB I.pdf
5. http://etheses.uin-malang.ac.id/10769/1/13620083.pdf
6. https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1467
16

Foto Skrining Fitokimia


 Skrining Fitokimia Uji Semipolar
Alkaloid
17

 Skrining Fitokimia Uji Non Polar


Steroid
18

 Skrining Fitokimia Uji Polar


19

-Flavonoid
-Kontrol
-Fenol
-Saponin
-Kunion

Anda mungkin juga menyukai