PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia termasuk kawasan Asia Tenggara yang mempunyai kekayaan alam. Dari beberapa
kekayaan alam tersebut salah satunya yaitu tanaman buah-buahan seperti tanaman pisang.
Tanaman pisang banyak sekali ditemukan di kawasan Asia Tenggara khususnya di Indonesia.
Tanaman pisang tumbuh subur di Indonesia karena mempunyai iklim tropis, pada kenyataannya
masyarakat Indonesia pada umumnya belum mengetahui manfaat tanaman pisang selain pada
bagian buahnya saja yang dapat dikonsumsi. Pisang merupakan salah satu tanaman yang hampir
seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan, mulai dari buah dan daunnya, bahkan pada bagian kulit
pun dapat dimanfaatkan. Buahnya dapat dikonsumsi secara langsung apabila sudah matang
ataupun diolah menjadi aneka makanan yang bervariasi dan lezat. Daunnya bisa
digunakansebagai pembungkus makanan tradisional Indonesia. Tumbuhan pisang adalah suatu
tumbuhan yang dapat tumbuh secara potensial di Indonesia. Tumbuhan pisang dapat tumbuh di
daerah pantai maupun di daerah pegunungan. Hampir semua wilayah yang ada di Indonesia
dapat ditumbuhi tumbuhan pisang.
Pisang (Musa sapientum) merupakan tanaman tropis famili Musaceae yang berasal dari Asia
Selatan. Buah dengan kandungan serat yang cukup tinggi tersebut bermanfaaat mencegah
anemia, mengatasi stress, penyakit stroke, luka nanah dan sebagainya. (Anhwange et al. 2009)
telah melakukan penelitian dan menyatakan bahwa kulit pisang mengandung nutrisi dan mineral
seperti protein, karbohidrat, serat, kalium, kalsium, sodium, besi dan sebagainya, sehingga layak
dijadikan sebagai bahan makanan.
Selama ini, masyarakat selalu mengkomsumsi buah dari tumbuhan pisang. Masyarakat pada
umumnya setelah makan buah pisang lalu membuang kulitnya karena menganggap sampah
(limbah buah pisang). Hal ini tidak diimbangi dengan pengolahan limbah dari kulit pisang yang
sangat banyak jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang hanya dibuang dibiarkan menjadi limbah
organik saja atau dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti kambing, sapi dan kerbau
Menurut Besse1 jumlah dari kulit buah pisang cukup banyak, yaitu kira-kira 1/3 dari buah
pisang yang belum dikupas. Buah pisang banyak mengandung karbohidrat baik isinya maupun
kulitnya. Oleh karena itu, kulit buah pisang dapat diolah menjadi makanan tertentu. Hasil
analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90
% dan juga karbohidrat yaitu sebesar 20,10 %. Fungsi antifungal dan antibiotik ditemukan pada
kulit pisang, terutama untuk melawan Mycobacteria. Kandungan norepinefrin dan dopamin
bermanfaat meningkatkan tekanan darah, sedangkan serotonin menghambat sekresi lambung
dan merangsang otot usus. Kandungan zat besi yang tinggi dipercaya mampu menstimulasi
tubuh untuk memproduksi hemoglobin dalam darah sehingga membantu mengatasi anemia
(Ehiowemwenguan 2014).
Banyaknya manfaat dari kulit pisang yang diteliti berhubungan dengan kandungan senyawa
kimia yang terdapat pada kulit pisang. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, kulit
pisang mengandung senyawa fenolik, pektin (Hanum et al. 2012), karbohidrat dan mineral
lainnya (Mohapatra et al. 2010). Adanya kandungan senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai
antioksidan (Lee et al. 2010), dan antiinflamasi (Phuaklee et al. 2012). Selain itu, kulit pisang
memiliki antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging buahnya. Gallokatekin
merupakan golongan senyawa flavonoid yang dapat berfungsi sebagai antioksidan (Supriyati et
al 2015). Hal ini akan menimbulkan kerugian, karena kulit pisang akan terbuang sia-sia dan
bahkan hanya menjadi limbah yang akan mengganggu masyarakat.
Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai jual yang menguntungkan
apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan melalui cara pengolahan yang cukup
sederhana. Kandungan karbohidrat dalam kulit pisang yang cukup tinggi masih bisa
dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk. Oleh karena itu, maka penulis merasa tertarik
untuk mengadakan suatu penelitian mengenai pemanfaatan kulit buah pisang menjadi makanan
yang dapat dikonsumsi. Salah satu produk makananan asal kulit pisang yang memiliki prospek
baik adalah pembuatan nata.kulpis.
Pembuatan nata merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk menangani
permasalahan limbah kulit pisang yang begitu banyak dengan bantuan bakteri Acetobacter
xylinum. Nata merupakan hasil fermentasi bakteri asam asetat Acetobacter xylinum yang
memproduksi selulosa. Enzim dari bakteri tersebut mengubah gula menjadi jutaan selulosa fibril
(fiber) yang berwarna putih transparan dan padat. Fiber dengan kadar yang tinggi mampu
mereduksi kolesterol dalam darah (Widiyanti et al. 2018).Mengingat makanan nata tersebut
banyak digemari oleh dan telah mampu mendapat pasaran baik di Indonesia maupun luar negeri.
Selama ini produk nata de coco sangat menarik hati para konsumen, tetapi belum banyak
mereka yang mengetahui produk nata dari kulit pisang yaitu nata de kulpis. Padahal produk nata
de kulpis ini memilki rasa yang jauh lebih enak dengan kandungan selulosa serta karbohidratnya
yang juga lebih tinggi dari nata de coco.
Limbah kulit pisang dilihat dari kandungan unsur gizinya, mengandung karbohidrat yang
dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan nata. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa
komposisi kulit pisang mengandung air 68,90% dan karbohidrat 19,50%. Kandungan
karbohidrat yang cukup tinggi dalam kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai dasar pembuatan
nata. Adanya karbohidrat (gula) kulit pisang akan digunakan oleh Acetobacter xylinum sebagai
sumber energi, maupun sumber karbon untuk membentuk selulosa (yang membentuk nata)
(Zuhrina, 2011 ).
Di desa Krajan terdapat banyak sekali tanaman pisang, dan masayarakat pada umumnya
hanya memanfaatkan buah dan daunnya saja, tetapi kulitnya sama sekali belum dimanfaatkan.
Oleh karena itu kami ,mengusulkan Program Kreatifitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K)
di desa tersebut dengan judul “nata de kulpis” pembuatan nata dari kulit pisang .
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari program ini adalah:
1. Untuk memberi solusi menangani permasalahan banyaknya limbah kulit pisang
2. Kulit pisang dimanfaatkan secara maksimal salah satunya dengan pembuatan nata de
kulpis
. .
. .
Ehiowemwenguan, G., Emoghene, A. O. and Inetianbor, J.E. August 2014. “Antibacterial and
phytochemical analysis of Banana fruit peel”. IOSR Journal Of Pharmacy (e)-ISSN: 2250-3013,
(p)-ISSN:
Hanum, F. Tarigan, MA. Kaban, IMD. (2012). Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Pisang Kepok
(Musa Paradisiaca). J Tek Kim USU 2319- 4219 www.iosrphr.org Volume 4, Issue 8, PP. 18-25
Kristianingsing. 2004. Peningkata Kualitas Nata de Onggok Dengan Penambahan Gula Aren.
Skripsi.
Lee, E-H. Yeom, H-J. Ha, M-S. Bae, D-H. (2010). Development of banana peel jelly and its
antioxidant and textural properties. Springer Food Sci Bioctecnol. 19(2)449-445. doi:
10.1007/s/10068-010-0063-5.
Phuaklee, P. Ruangnoo, S. Itharat, A. (2012). Anti-inflammatory and antioxidant activities of
extracts from musa sapientum peel. J Med Assoc Thai. 95(1): S142-S146
Supriyanti, FMT. Suanda, H. Rosdiana, R. (2015). Pemanfaatan ekstrak kulit pisang kepok (musa
bluggoe) sebagai sumber antioksidan pada produksi tahu. Seminar nasional kimia dan pendidikan
kimia vii p.mipa fkip uns; 2015 Apr 18; Surakarta, Indonesia: F.MIPA FKIP UNS. 393-
400.Surakarta: UMS.
Tritanti, A. & Pranita, I. (2015). Limbah kulit pisang sebagai alternatif pengganti pewarna sintetis
pada bedak tabur. Jurnal pendidikan teknologi dan kejuruan, 339-349.
Zuhrina. 2011. Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja (Musa Paradisiaca) Terhadap
Daya Terima Kue Donat. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera
Utara Medan.
Widiyanti, N L P M, S Mulyadiharja, I N Sukarta, N W I Pradnyandari. 2018. “The Effect of
Addition Sucrose Concentrations Toward Weight of Nata de Lontar (Borassus Flabellifer) Linn”.
International Conference on Mathematics and Natural Sciences (IConMNS 2017). IOP Publishing.
IOP Conf. Series: Journal of Physics: Conf. Series 1040 (2018) 012006 doi :10.1088/1742-
6596/1040/1/012006