Anda di halaman 1dari 5

INOVASI PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG

(Musa paradisiaca) SEBAGAI OBAT DIARE

Wieke Helma Anjelina

Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret

wiekehelma25@gmail.com

ABSTRAK

Pisang adalah buah yang mudah didapatkan karena tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini berarti
jumlah pisang sangat banyak di Indonesia. Banyaknya buah pisang ini mengakibatkan adanya limbah kulit pisang.
Limbah kulit pisang ini biasanya hanya dibuang atau digunakan sebagai pakan ternak. Sebenarnya limbah kulit
pisang ini bermanfaat jika dapat mengolahnya dengan tepat. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah
kulit pisang sebagai obat diare. Penelitian ini dilakukan dengan metode ekstraksi untuk mendapatkan pektin yang
dapat diolah lagi menjadi tablet sebagai obat diare. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kulit pisang dapat
meminimalisir diare dengan kandungan pektin didalamnya. Kandungan pektin ini dapat menyerap air dalam jumlah
banyak untuk menormalisasi fungsi usus.

Kata Kunci : limbah, kulit pisang, diare, pektin

ABSTRACT

Bananas are fruits that are easily obtained because they are spread almost in all regions of Indonesia. This means
that there are a lot of bananas in Indonesia. This large amount of bananas results in the existence of banana peel
waste. This banana peel waste is usually only discarded or used as animal feed. Actually this banana peel waste is
useful if it can process it properly. This research aims to utilize banana peel waste as diarrhea medicine. This
research was conducted by extraction method to get pectin which can be processed again into tablets as diarrhea
medicine. The results showed that banana peel can minimize diarrhea with pectin content in it. The contents of this
pectin can absorb large amounts of water to normalize bowel function.

Keywords : waste, banana peels, diarrhea, pectin

PENDAHULUAN
Pisang adalah tanaman yang berasal dari kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Tanaman buah ini lalu menyebar luas ke kawasan Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan, dan
Amerika Tengah. Penyebaran ini hampir merata ke seluruh dunia meliputi daerah tropik dan
subtropik dari Asia Tenggara ke timur melalui Lautan Teduh sampai ke Hawai. Selain itu juga
menyebar ke barat melalui Samudra Atlantik, Kepulauan Kanari, sampai Benua Amerika. (Suyanti
dan Supriyadi, 2008, hlm 5)

Tanaman pisang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan. Selain


buahnya, bagian tanaman yang lain juga dimanfaatkan. Dengan demikian apabila masyarakat
mengetahui manfaat tiap bagian dari tanaman pisang maka tidak ada bagian tanaman yang
terbuang. Salah satu bagian dari pisang yang jarang dimanfaatkan adalah kulit pisang. Bagi
kebanyakan orang, kulit pisang dianggap sebagai sampah yang tidak berguna. Namun, sebenarnya
kulit pisang memiliki kandungan yang bermanfaat.

Di dalam kulit pisang terdapat kandungan vitamin C, vitamin B, protein, kalsium, dan
lemak yang cukup. Berdasarkan hasil analisis kimia menunjukkan komposisi kulit pisang
mengandung air 68,9 % dan karbohidrat 18,5 %. Sisanya berupa lemak, protein, kalsium, fosfor,
besi, vitamin B, dan vitamin C.

Selain kandungan tersebut, kulit pisang juga mengandung senyawa pektin yang cukup
besar. Pektin adalah polimer asam D-galakturonat yang dihubungkan oleh ikatan _-1,4 glikosidik.
Pada polimer pektin sebagian gugus karboksil mengalami esterifikasi dengan metil menjadi gugus
metoksil. Senyawa ini yaitu pektin atau asam pektinat yang bersama asam dan gula akan
membentuk gel pada suhu tinggi. Semakin banyak jumlah gugus karboksil yang teresterifikasi
dengan metil atau semakin tinggi derajat metilasi maka akan semakin tinggi pula suhu
pembentukan gel. Pektin yang diekstrak wujudnya adalah bubuk putih hingga coklat terang.
(Kumalaningsih, 2014, hlm 121)

Pektin memiliki banyak manfaat antara lain bahan dasar industri makanan, minuman, dan
farmasi. Saat ini Indonesia masih mengimpor pektin dari luar negeri sebagai bahan baku indutri.
Padahal hampir seluruh wilayah Indonesia ditanami pisang. Banyaknya pisang tersebut
menghasilkan limbah kulit pisang yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pektin.
Cara mendapatkan pektin yaitu dengan metode ekstraksi. Pektin dapat larut dalam beberapa pelarut
seperti pelarut organik, asam, dan air.
Bila suatu zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut diekstraksi ke dalam suatu pelarut
lain maka proses ini disebut ekstraksi pelarut. Dalam laboratorium, ekstraksi pelarut dapat
dilaksanakan dalam sebuah corong pisah. Dua cairan yang tidak dapat bercampur diletakkan dalam
corong, kemudian suatu zat terlarut dilarutkan dalam cairan atas. Kedua cairan diguncang bersama
– sama lalu didiamkan sehingga lapisan cairan itu akan memisah. Zat terlarut lalu berpindah ke
dalam cairan bawah yang kemudian dikeluarkan dari corong lewat keran. (Keenan, et al., 1984,
hlm 379)

Dalam ekstraksi pelarut berlaku hukum distribusi yang menyatakan bahwa jika pada suatu
sistemyang terdiri dari dua lapisan cairan yang tidak dapat bercampur keduanya lalu ditambahkan
senyawa ketiga maka senyawa tersebut akan terdistribusi ke dalam cairan tersebut. (Sulistyani, et
al., 2019, hlm 56)

Hasil perpaduan pektin dengan kaolin dapat digunakan untuk mengatasi diare. Kaolin
semacam tanah liat yang digunakan secara efektif untuk mengatasi diare dan juga peradangan
kulit. Kaolin terkadang juga digunakan untuk mengobati bisul, lecet, dan peradangan kulit. Cara
kerja kaolin dalam mengatasi diare yaitu dengan proses penyerapan toksin dan berbagai zat yang
dapat membuat iritasi pada lambung. (Arnot, 2009, hlm 144)

METODE PENELITIAN

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit pisang, asam klorida, asam sulfat, etanol
dan air.

Alat

Alat yang digunakan antara lain blender, statif, klem, pemanas, kondensor, thermometer, labu
tiga leher, pengaduk magnetik dan kertas saring.

Prosedur kerja

Kulit pisang dicuci dan dikeringkan kemudian dihancurkan dengan blender. Kulit pisang yang
telah hancur dimasukkan ke dalam labu leher tiga lalu ditambahkan pelarut asam klorida dan
asam sulfat. Kemudian menghidupkan pemanas dan mengekstraksi larutan tersebut. Hasil
ekstraksi disaring menggunakan kertas saring untuk mendapatkan filtrat. Filtrat tersebut
ditambah etanol dengan perbandingan yang sama lalu mengaduknya sehingga terbentuk endapan
pektin. Endapan pektin ini kemudian dipisahkan dari etanol dengan cara disaring menggunakan
kertas saring. Proses pemurnian pektin dengan etanol ini dapat dilakukan secara berulang-ulang
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Setelah itu mengeringkan pektin di dalam oven
sehingga dihasilkan bubuk pektin. Selanjutnya pektin ini dicampur dengan kaolin dengan
perbandingan pektin lebih sedikit dari kaolin.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Limbah kulit pisang dapat diubah menjadi obat untuk meminimalisir diare karena kandungan
pektin didalamnya. Pektin diperoleh dengan metode ekstraksi kemudian dicampur dengan kaolin.

Penggunaan limbah kulit pisang sebagai obat diare dapat dijelaskan dengan fitochemical,
aktivitas farmakologikal, dan aktivitas antibakteri.

Fitohemical

Kulit pisang memiliki kandungan selulosa, hemiselulosa, arginin, asam aspartat,asam glutamate,
leukin, valin, phenylalanine dan threonin. Kandungan fitochemical natural (flavonoid,
phytosterol, tanin) juga berperan dalam aktivitas antidiare.

Aktivitas farmakologikal

Kandungan pektin yang terdapat dalam pisang memiliki peranan dalam proses penyerapan usus.
Pektin dapat meyerap air dalam jumlah banyak sehingga menormalkan pergerakan usus.

Aktivitas Antibakteri

Ekstrak etanol Musa paradisiaca memilii aktivitas antibakteri. Dalam aktivitas inhibisi, ekstrak
Musa paradisiaca dapat menginhibisi bakteri dalam kategori kuat, sedang, dan lemah.

SIMPULAN

1. Di dalam kulit pisang terdapat kandungan pektin yang dapat diperoleh dengan cara ekstraksi
2. Pektin dapat menyerap racun di saluran pencernaan serta dapat menurunkan keasaman pada
lambung sehingga dapat mengurangi efek perih bila terdaat iritasi.
3. Hasil perpadun pektin dan kaolin dapat dijadikan obat diare karena kaolin juga dapat
menyerap racun dan bakteri yang mengakibatkan iritasi pada saluran pencernaan.
DAFTAR PUSTAKA

Suyanti, & Supriyadi, A. (2008). Pisang, Budi Daya, Pengolahan, dan Prospek Pasar (2nd ed).
Jakarta : Penebar Swadaya.

Kumalaningsih, Sri. (2014). Pohon Industri Komoditi Hasil Pertanian Pada Sistem Agroindustri.
Malang : UB Press.

Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., & Wood, J.H. (1984). Kimia Untuk Universitas. Jakarta :
Erlangga.

Sulistyani, N., Nurkhasanah, Salamah, N., Prasasti, D., & Narwanti, I., Petunjuk Praktikum
Kimia Farmasi Dasar. Yogyakarta : Laboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi
UAD.

Arnot, D. (2009). Pustaka Kesehatan Populer Mengenal Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta :


PT Bhuana Ilmu Populer.

Anda mungkin juga menyukai