Anda di halaman 1dari 3

ISBN: 978-602-72245-4-4

Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas Indonesia


Gowa, 20 Agustus 2019
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb
Review Beraneka Ragam Jenis Pisang dan Manfaatnya
SURYALITA
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar
Jl. H.M. Yasin Limpo No.36, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan 92113
Email: suryalita333@gmail.com

ABSTRAK
Pisang sebagai sumber bahan pangan digolongkan sebagai sumber vitamin dan mineral. Pisang adalah salah satu
buah unggulan Indonesia. Hasil peneltian tim Universitas Kedokteran Taichung Chung Shan, Taiwan, memperlihatkan
bahwa ekstrak kulit pisang ternyata berpotensi mengurangi gejala depresi dan menjaga kesehatan retina mata. Selain kaya
vitamin B6, kulit pisang juga banyak mengandung serotonin yang sangat vital untuk menyeimbangkan mood. Selain itu,
ditemukan pula manfaat ekstrak pisang untuk menjaga retina dari kerusakan cahaya akibat regenerasi retina.

Kata Kunci: pisang, vitamin, mineral

PENDAHULUAN akan meningkatkan nilai tambah lempok


Pisang adalah salah satu buah unggulan pisang dari segi ekonomi, kesehatan, dan
Indonesia yang selalu menempati posisi kualitas produk baru berbahan baku pisang
pertama baik dalam hal luas areal panen (Deasy dkk, 2013).
maupun produksi dibandingkan dengan jenis Kadar tanin yang paling rendah
buah-buahan lainnya. Sentra produksi pisang ditunjukkan oleh perlakuan pengolahan buah
terbesar berada di Jawa Barat (Sukabumi, pisang dengan cara bakar yakni 0,155%. Hal
Cianjur, Bogor), Jawa Tengah (Demak, Pati, ini disebabkan karena pisang dibakar pada
Banyumas), Jawa Timur (Banyuwangi, suhu yang tinggi dan mengalami kontak
Malang), Sumatera Utara (Padangsidempuan, langsung dengan api sehingga senyawa tanin
Tarutung), Sumatera Barat (Sungyang, mengalami penguraian. Untuk perlakuan
Pasaman), Sumatera Selatan (OKI,), Lampung pengolahan buah pisang dengan cara goreng,
(Kayu Agung, Metro), Kalimantan, Sulawesi, kadar taninnya berkurang menjadi 0,166%, hal
Maluku, Bali, dan Nusa Tenggara Barat ini sesuai dengan pendapat Winarno (2004)
(Supriadi, 2011). bahwa minyak goreng merupakan penghantar
Pisang sebagai sumber bahan pangan panas yang baik, dimana tanin dapat dikurangi
Pisang umumnya digolongkan sebagai sumber dengan perlakuan panas. Menurut Makfoeld
vitamin dan mineral, sama halnya dengan (1992) salah satu sifat tanin adalah dapat larut
buah-buahan lainnya. Daging buah pisang dalam air, jika dikaitkan dengan perlakuan
mengandung 70% air, 27% karbohidrat, 0,5% pengolahan buah pisang dengan cara rebus dan
serat, 1,2% protein, dan 0,31% lemak. pengolahan buah pisang dengan cara kukus
Disamping itu, daging tersebut juga yang menggunakan air panas dan uap panas,
mengandung unsurunsur K, Na, serta vitamin- hal ini nyata terlihat dimana kedua perlakuan
vitamin A, C, Tiamin, ribovlavin dan niasin tersebut mengalami penurunan senyawa tanin
(Espino et al. 1991). Buah pisang disuguhkan berturut-turut menjadi 0,170% dan 0,171%
dalam aneka hidangan. Ada yang berupa buah (Tetelepta dkk, 2015).
segar, pisang goreng, pisang rebus, kripik
pisang dan ada pula yang disuguhkan dalam Manfaaat Buah Pisang
bentuk kue (Djakky, 2002). Manfaat buah pisang sudah diketahui,
Deptan Lumajang menjelaskan, dari baik kelezatannya maupun kandungan gizi
330.000 tanaman pisang, 220.000 menjadi yang dikandungnya. Namun, tentang khasiat
tanaman rakyat sedangkan 11.100 ton buah dan manfaat kulit pisang, masih banyak orang
terbuang akibat hama penyakit hingga belum mengetahui. Hasil peneltian tim
membusuk tanpa ada usaha pengawetan. Universitas Kedokteran Taichung Chung
Pisang dapat diolah menjadi lempok, makanan Shan, Taiwan, memperlihatkan bahwa ekstrak
tradisional terbuat dari daging buah yang kulit pisang ternyata berpotensi mengurangi
dicampur dengan gula. Penambahan madu gejala depresi dan menjaga kesehatan retina

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 99


ISBN: 978-602-72245-4-4
Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas Indonesia
Gowa, 20 Agustus 2019
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb
mata. Selain kaya vitamin B6, kulit pisang juga bahwa pelarut HCl memiliki daya ekstrak
banyak mengandung serotonin yang sangat pektin yang lebih banyak daripada pelarut
vital untuk menyeimbangkan mood. Selain itu, H2SO4. Baik HCl maupun H2SO4 termasuk
ditemukan pula manfaat ekstrak pisang untuk ke dalam golongan asam kuat, namun H2SO4
menjaga retina dari kerusakan cahaya akibat memilki valensi 2 yang menempatkan H2SO4
regenerasi retina (Purwanto, 2012). pada tingkat keasaman yang lebih tinggi
Tanaman pisang terdiri dari bunga, buah, daripada HCl. Tingkat keasaman yang tinggi
kulit, daun, bonggol, dan batang pisang. ini tidak baik dalam proses ekstraksi pektin
Bagian tanaman pisang yang dapat digunakan karena akan menyababkan kecenderungan
untuk zat warna tekstil adalah batangnya. Jenis terjadinya degradasi pektin menjadi asam
batang pisang yang dapat dimanfaatkan untuk pektat sehingga membuat perolehan kadar
zat warna alam misalnya batang pisang kepok pektin yang semakin sedikit (Tuhuloula dkk,
dan batang pisang susu. Priosoeryanto (2006) 2013).
melaporkan bahwa batang pisang mengandung Kulit pisang sebagai salah satu biomasa
beberapa jenis metabolit sekunder yaitu merupakan sumber potensial karena secara
saponin, kemudian flavonoid dan tanin. umum mengandung karbohidrat sebesar
Dengan adanya kandungan tersebut maka 18,50% yang merupakan sumber gula
batang pisang kepok dan batang pisang susu (Sharrock dan Lusty, 1999). Menurut Dewati
dapat dijadikan zat warna alam untuk tekstil. (2008), kulit pisang dapat dimanfaatkan
Salah satu contoh penggunaan pisang dalam menjadi etanol, asam asetat, nata, obat
pewarnaan tekstil adalah pada proses tradisional dan kerupuk. Asam asetat yang
pewarnaan kain tenun geringsing, dimana dihasilkan merupakan hasil dari proses
pisang dipakai sebagai bahan campuran pada fermentasi dua tahap menggunakan starter
pencelupan warna biru. Selain pisang bahan dengan proses dua macam kultur sekaligus
lain yang digunakan adalah daun taum (simultaneous inoculation process) (Ilham,
dicampur kapur, pisang, dan nangka (Wayan 2014).
dkk, 2011). Pati merupakan polisakarida yang terdiri
Pisang ambon menghasilkan kadar dari amilosa dan amilopektin. Hidrolisis
pektin yang lebih tinggi daripada pisang molekul pati dapat menghasilkan maltosa, bila
kepok. Hal ini dikarenakan dari bentuk maltosa mengalami hidrolisis maka akan
fisiknya, pisang ambon memiliki bentuk yang menghasilkan monosakaida Dglukosa
lebih besar daripada pisang kepok sehingga, (Winarno, 2004). Hasil sidik ragam
kandungan karbohidrat yang terdapat pada menunjukkan bahwa tingkat kematangan buah
kulit pisang ambon menjadi lebih banyak dari berpengaruh nyata tehadap kadar pati tepung
pada karbohidrat yang terdapat dalam kulit pisang yang dihasilkan. Rata-rata kadar pati
pisang kepok. Oleh karena banyaknya dalam tepung pisang kepok dari berbagai
kandungan karbohidrat yang terdapat pada tingkat kematangan setelah uji lanjut DNMRT
kulit pisang ambon, maka semakin banyak pada taraf 5% (Harefa, 2017).
pula protopektin yang terhidrolisis menjadi Hasil rata-rata kadar air dari berbagai
pektin. Penggunaan pelarut HCl pada proses varietas bonggol pisang menunjukkan varietas
ekstraksi juga menghasilkan kadar pektin yang bonggol pisang kepok memiliki kadar air
lebih banyak dibandingkan dengan ekstraksi terendah yaitu 0,99%, dan varietas pisang raja
yang menggunakan pelarut H2SO4. Pada memiliki nilai tertinggi yaitu 1,41%.
ekstraksi dari kulit pisang ambon dengan Kandungan air merupakan komponen penting
waktu ekstraksi selama 2 jam dengan dalam bahan makanan karena air
menggunakan pelarut HCl menghasilkan mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita
pektin sebesar 14,89%, sedangkan ketika rasa makanan (Winarno,2008). Menurut Danik
menggunakan pelarut H2SO4, kadar pektin (2009) kadar fisikokimia tepung terigu untuk
yang diperoleh hanya sebesar 13,54%. Dari kadar air pada tepung terigu sebesar 7,80%,
perolehan kadar pektin ini dapat diketahui dan menurut SNI 01-3751-2006 disebutkan

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 100
ISBN: 978-602-72245-4-4
Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas Indonesia
Gowa, 20 Agustus 2019
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb
bahwa kadar air pada tepung terigu maksimal Madu) “ Jurnal Pangan dan
sebesar 14,5%. Kadar abu pada pisang kepok Agroindustri. 1 No.1 (2013). h.101-114.
juga lebih tinggi dibandingkan dengan jenis Tetelepta Gilian, Talahatu Josefina, dan
pisang lainnya. Kadar abu umumnya Palijama Syane. “Pengaruh Cara
mengindikasikan kandungan mineral yang Pengolahan Terhadap Sifat Fisikokimia
lebih tinggi pada bahan pangan tersebut. Pisang Tongka Langit (Musa
Menurut Rudito et al., (2010) kadar abu suatu troglodytarum)”. Agritekno. Jurnal
bahan dipengaruhi oleh faktor kultur teknis di Teknologi Pertanian. 4 No. 1( 2015). h.
lapangan selama budidaya atau penanaman, 14-18.
diantaranya ialah komposisi dan intensitas Purwanto Agus. “Produksi Nata Menggunakan
pemupukan, jenis tanah, dan iklim. Kadar abu Limbah Beberapa Jenis Kulit Pisang”.
tepung bonggol pisang pada penelitian ini Jurnal Pangan dan Agroindustri. I no. 3
secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan (2012).h. 210-224.
dengan kadar abu pada tepung terigu sebesar Wayan I Suarsa, Suarya Putu, dan Kurniawati
1,83%. Hasil rata-rata daya serap air Ika. “Optimasi Jenis Pelarut Dalam
menunjukkan varietas bonggol pisang kepok Ekstraksi Zat Warna Alam Dari Batang
memiliki daya serap air tertinggi yaitu 260%, Pisang Kepok (Musa Paradiasiaca L. Cv
dan untuk daya serap air terendah pada varietas Kepok) Dan Batang Pisang Susu (Musa
pisang raja yaitu 166%. Hal ini diduga karena paradiasiaca L. cv susu)”. Jurnal Kimia.
kadar air yang terdapat di dalam bahan 5 no. 1(2011). h. 72-80.
mempengaruhi kemampuan tepung untuk Supriati Yati .”Efisiensi Mikropropagasi
menyerap air. Kemampuan daya serap air pada Pisang Kepok Amorang melalui
berbagai jenis tepung berbeda-beda. Modifikasi Formula Media dan
Kemampuan daya serap air berkurang bila Temperatur”. Jurnal AgroBiogen . 6 no.
kadar air dalam tepung terlalu tinggi atau 2 (2011).h. 91-100.
tempat penyimpanannya lembab(Saragih, Tuhuloula Abubakar, Budiyarti Lestari, Nur
2013). Etha Fitriana.”Karakterisasi Pektin
Dengan Memanfaatkan Limbah Kulit
KESIMPULAN Pisang Menggunakan Metode
Tanaman pisang terdiri dari bunga, buah, Ekstraksi”. Jurnal Konversi. 2 no. 1
kulit, daun, bonggol, dan batang pisang yang (2013). h. 21-27.
masing-masing memiliki manfaat. Selain kaya Ilham, Itnawita, Andi Dahliaty. “Potensi
vitamin B6, kulit pisang juga banyak Limbah Kulit Pisang Kepok (Musa
mengandung serotonin yang sangat vital untuk Paradisiaca) Sebagai Bahan Baku
menyeimbangkan mood. Selain itu, ditemukan Pembuatan Asam Asetat Menggunakan
pula manfaat ekstrak pisang untuk menjaga Berbagai Macam Starter”. Jom Fmipa. 1
retina dari kerusakan cahaya akibat regenerasi No. 2 (2014). h. 1-11.
retina Harefa Wasnidar dan Pato Usman. “Evaluasi
Tingkat Kematangan Buah Terhadap
DAFTAR PUSTAKA Mutu Tepung Pisang Kepok Yang
Djekky R. Djoht. “Etnobotani Pisang Suku Dihasilkan”. Jom Faperta. 4 No. 2
Karon: Studi tentang Ekologi Pangan (2017). h. 1-12.
Pokok”. Jurnal Antropologi Papua . 1. Saragih Bernatal.”Analisis Mutu Tepung
No. 2 (2002). h. 16-24. Bonggol Pisang Dari Berbagai Varietas
Deasy Ardhia Rosita Dewi dan Hadi Wahono Dan Umur Panen Yang Berbeda”. Jurnal
Susanto. “Pembuatan Lempok Pisang TIBBS Teknologi Industri Boga dan
(Kajian Jenis Pisang Dan Konsentrasi Busana. 9 no. 1 (2013). h. 22-29.

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 101

Anda mungkin juga menyukai