Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH BIOENERGI

PROSES PEMBUATAN BIOETANOL DARI KULIT PISANG KEPOK


(Musa acuminate B.C) SECARA FERMENTASI

Oleh:
Ani Sofiana (151810301013)
Pungky Vidya Jayanti (151810301019)
Nuril Laili Mujidah (151810301029)
Desyawati Irnasari (151810301058)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak
sehingga konsumsi energi juga tinggi. Jumlah penduduk Indonesia pada Tahun
2016 mencapai 261 juta jiwa dengan konsumsi energi 175 MTOE (Million Tones
Oil Equivalent) yang terdiri dari 41.5% minyak bumi, 35.8% batu bara, 19.38%
gas alam, 1.87% tenaga air, dan 1.46% energi terbarukan (BP Statistical Review
of World Energy, 2018). Kebutuhan energi yang semakin meningkat berbanding
terbalik dengan sumber energi yang semakin berkurang. Cadangan minyak dan
gas bumi Indonesia cenderung menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Cadangan minyak Indonesia pada Tahun 2016 menurun sebesar 53.92 MMSTB
dibandingkan pada Tahun 2015, dan cadangan gas Indonesia menurun sebesar
7.27 TSCF (Badan Statistika Minyak dan Gas Bumi, 2016). Hal ini menjadi
permasalahan besar yang harus segera diselesaikan. Pemerintah berusaha
mengurangi konsumsi energi fosil yang tidak dapat diperbarui dengan beralih ke
sumber energi alternatif baru dan terbarukan (EBT).
Bioetanol merupakan salah satu sumber bahan bakar alternatif yang diolah
dari tumbuhan, dimana memiliki keunggulan mampu menurunkan emisi CO2
hingga 18 %. hingga 18 %. Menurut Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) ada 3
kelompok tanaman sumber bioetanol: tanaman yang mengandung pati (seperti
singkong, kelapa sawit, tengkawang, kelapa, kapuk, jarak pagar, rambutan, sirsak,
malapari, dan nyamplung), bergula (seperti tetes tebu atau molase, nira aren, nira
tebu, dan nira surgum manis) dan serat selulosa (seperti batang sorgum, batang
pisang, jerami, kayu, dan bagas). Kulit pisang merupakan limbah yang banyak
mengandung serat selulosa sehingga sangatefisien digunakan dari pada buahnya
yang memiliki nilai jual yang tinggi. Menurut Balai Besar Teknologi Pati (B2TP)
ada 3 kelompok tanaman sumber bioetanol: tanaman yang mengandung pati
(seperti singkong, kelapa sawit, tengkawang, kelapa, kapuk, jarak pagar,
rambutan, sirsak, malapari, dan nyamplung), bergula (seperti tetes tebu atau
molase, nira aren, nira tebu, dan nira surgum manis) dan serat selulosa (seperti
batang sorgum, batang pisang, jerami, kayu, dan bagas) (Wusnah dkk, 2016).
Pisang merupakan salah satu tanaman yang banyak ditemui di Indonesia.
Pisang dapat tumbuh di sebagaian besar wilayah Indonesia. Pisang yang tumbuh
di Indonesia ada banyak macamnya seperti pisang raja, pisang susu, pisang
nangka, pisang ambon, pisang kapok dan masih banyak lagi. Pisang dapat
dikonsumsi dengan cara dimakan langsung atau diolah menjadi makanan atau
minuman untuk meningkatkan cita rasa dari pisang itu sendiri. Selama ini
pengolahan pisang hanya dimanfaatkan pada daging buahnya saja sedangkan kulit
pisang dibuang sebagai sampah. Kulit pisang banyak mengandung serat selulosa
sehingga sangat efisien digunakan dari pada buahnya yang memiliki nilai jual
yang tinggi. Kulit pisang dengan kandungan selulosa yang tinggi dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan bioethanol sebagai bahan bakar alternatif. Kulit
pisang yang diguanakan untuk pembuatan biortanol ini adalah kulit pisang kepok
(Wusnah dkk, 2016).
Menurut penelitian dari Nityasa (2009), pembuatan biotenaol dari kulit pisang
kapok dilakukan dengan metode ekstraksi dengan 5 gram kulit pisang yang
dijadikan bubur. Bubur kemudian dihidrolisis dengan HCl 10% pada suhu 60ᵒC
dan difermentasi dengan Saccharomyces cereviceae pada temperatur 32ᵒC
sehingga dihasilkan 15% etanol per 1,5 L jumlah bubur. Penelitian yang sama
menggunakan kulit pisang kepok juga dilakukan oleh Asteria (2013), dimana kulit
pisang dihidrolisis dengan larutan HCl 37% pada pH 1. Hidrolisis divariasi pada
suhu 50,60,70,dan 80ᵒC selama 1 jam kemudian difermentasi dengan
Saccharomyces cereviceae dengan variasi nutrient diamonium fosfat 10, 20, dan
30 gram/liter selama 12 hari. Hasil optimal diperoleh pada saat suhu 70ᵒC selama
1 jam pada fermentasi hari ke-8 didapakan bioethanol sebesar 314,46 gram
etanol/kg kulit pisang kering.

Kulit pisang kepok kering dilakukan hidrolisis menggunakan asam sulfat


(H2SO4 0,5 N). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama fermentasi
semakin banyak dihasilkan etanol sampai pada waktu tertentu dan semakin
banyak ragi yang ditambahkan akan dihasilkan etanol semakin rendah. Pada
variasi waktu fermentasi diperoleh waktu optimum fermentasi pada waktu 144
jam dengan kadar etanol 13,5406%. Pada variasi penambahan berat ragi diperoleh
kadar etanol 13,5353% dengan berat ragi 0,0624 gram (Dyah, 2011).

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian pembuatan bioethanol


menggunakan bahan limbah kulit pisang kepok yang memiliki banyak kandungan
karbohidrat sebanyak 18,50%. Karbohidrat ini dapat dikonversi menjadi glukosa
untuk pembuatan bioethanol. Penelitian ini mengguanakan variasi lamanya waktu
fermentasi dan penambahan starter. Hidrolisis dilakukan dengan menggunakan
HCl 5% pada suhu 100ᵒC selama 1 jam (Wusnah dkk, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Bagaimana proses pembuatan bioethanol dari kulit pisang kepok?
2. Bagaimana pengaruh waktu fermentasi terhadap bioethanol yang
dihasilkan?
3. Bagaimana pengaruh penambahan starter terhadap bioethanol yang
dihasillkan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengaetahui proses pembuatan bioethanol dari kulit pisang kepok
2. Mengatahui pengaruh variasi waktu fermentasi terhadap bioethanol yang
dihasilkan
3. Mengatahui pengaruh variasi penambahan starter terhadap bioethanol yang
dihasilkan.

1.4 Manfaat
Manfaaat dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Memberikan solusi pengolah dan pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai
bahan baku pembuatan bioethanol
2. Memberikan informasi mengenai proses pembuatan bioethanol dari kulit
pisang kepok yang dipengaruhi oleh lamanya waktu fermentasi dan
penambahan starter.
Daftar Pustaka

Asteria, Apriliani.S, Franky, Agustinus. 2013. “Pembuatan Etanol Dari Kulit


Pisang Secara Fermentasi”, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro,Semarang.

BP Statistical Review Of Energy 67th Edition. 2018.

Dyah, Tri Retno. Wasir, Nuri,. 2011. “Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Pisang”,
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri
UPN“Veteran”,Yogyakarta.

Nityasa M H Y T, Hafidh Frian P, Nur Hasanah, Dr. Widyastuti, S.Sc., M.Sc.


2006. “Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai Bahan Baku Bioetanol Berbasis
Fermentasi”.Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.

Statistik Minyak dan Gas Bumi. 2016. Direktoral Jenderal Minyak dan Gas
Bumi:Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Wusnah, Samsul Bahri. Dwi Hartono,. 2016. “Proses Pembuatan Bioetanol dari
Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate B.C) secara Fermentasi” Jurnal
Teknologi Universitas Malikussaleh. Vol:5, No:1. Universitas
Malikussaleh:Aceh.

Anda mungkin juga menyukai