KELOMPOK 3
ANGGOTA :
NUR SAFITRI
NURHASANAH
NUR INSANIA
NURUL ANDRIYANI
NURUL KHAIRIYAH
RADIYATAN MARDIYAH
RESTI AULIA
SHOFYATUN ZAHRA
WULAN JUNIARTI
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di
dunia dengan tingkat kebutuhan energi yang besar. Semakin bertambahnya jumlah
populasi di dunia dan meningkatnya jenis kebutuhan manusia seiring dengan
berkembangnya zaman, mengakibatkan kebutuhan akan energi semakin
meningkat sehingga persediaan energi khususnya energi yang tidak dapat
diperbarui (Unrenewable Energy) semakin berkurang kuantitasnya, bahkan lama-
kelamaan akan habis. Produksi minyak Indonesia tahun 2006 sebanyak 322,2 juta
barel, dan pada tahun 2009 menurun menjadi 301,8 juta barel. Pada tahun 2012
produksi minyak Indonesia kembali mengalami penurunan menjadi 279,4 juta
barel, hal ini menunjukan bahwa teori di atas adalah benar. Indonesia sendiri
merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi di dunia namun sejak tahun
2003 sampai saat ini masih mengimpor bahan bakar minyak (BBM) untuk
mencukupi kebutuhan nasional (Yuhals 2013).
Untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya energi konvensional
bahan bakar fosil (minyak/gas bumi dan batu bara) sebagai sumber energi yang
tidak terbarukan dengan segala permasalahannya, terutama kenaikan harganya
(price escalation) secara global setiap terjadinya krisis energi sebagai akibat dari
faktor-faktor seperti cadangan yang berkurang sesuai dengan umur eksploitasinya,
permintaan yang meningkat, jaminan pasokan (supply security) yang terbatas dan
pembatasan produksi serta penilaian dampak lingkungan yang ketat terhadap
pemanasan global (global warming), yang semuanya dikaitkan dengan
kepentingan politik maka negara-negara pengguna bahan bakar fosil manapun
termasuk Indonesia, tentu akan melihat kepada sumber-sumber energi lainnya
sebagai bahan bakar alternatif atau pengganti asalkan potensi sumber dayanya
mudah diperoleh secara lokal supaya harganya lebih murah dan terjangkau.
Bioetanol adalah sebuah bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan,
dimana memiliki keunggulan mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18
%. Menurut Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) ada 3 kelompok tanaman sumber
bioetanol: tanaman yang mengandung pati (seperti singkong, kelapa sawit,
tengkawang, kelapa, kapuk, jarak pagar, rambutan, sirsak, malapari, dan
nyamplung), bergula (seperti tetes tebu atau molase, nira aren, nira tebu, dan nira
surgum manis) dan serat selulosa (seperti batang sorgum, batang pisang, jerami,
kayu, dan bagas). Seluruh bahan baku itu semuanya ada di Indonesia. Bahan yang
mengandung pati, glukosa, dan serat selulosa ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan
bakar. Kulit pisang merupakan limbah yang banyak mengandung serat selulosa
sehingga lebih efisien digunakan dari pada buahnya yang memiliki nilai jual yang
tinggi. Dari hal tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk berusaha
mencoba pengadaan sumber energi alternatif yang ramah terhadap lingkungan.
B. Perumusan Masalah
Kulit pisang seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan bioetanol karena banyak mengandung selulosa. Selulosa yang terdapat
pada kulit pisang jika difermentasikan dengan bakteri Saccharomyces akan
menghasilkan etanol. Proses ini dilakukan dengan variabel waktu dan suhu
pemasakan, konsistensi atau perbandingan antara kulit pisang dan larutan yang di
tambahkan dalam proses pemasakan, konsentrasi asam pada proses fermentasi.
Perlakuan ini dimaksudkan untuk memanfaatkan kondisi operasi yang optimal
sehingga didapatkan hasil yang maksimal. Karena pembentukan bioetanol ini
dipengaruhi oleh waktu peleburan dan juga dipengaruhi oleh konsentrasi glukosa,
maka dari itu peneliti akan memvariasikan waktu fermentasi selulosa tersebut.
C. Batasan Masalah
Penelitian ini pernah dilakukan sebelumnya dengan cara dan metode yang
berbeda, sehingga penelitian ini hanya menitik beratkan pada hasil bioetanol yang
dihasilkan dengan memvariasikan waktu fermentasi dan yeast yang digunakan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Memanfaatkan bioetanol dari kulit pisang kepok sehingga dapat
dijadikan alternatif bahan bakar premium.
2. Mengetahui berapa persen bioetanol yang dihasilkan dari dari bahan
baku kulit pisang kepok.
3. Menguji bioetanol yang dihasilkan menggunakan kendaraan bermotor.
E. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
potensi kulit pisang kepok sebagai bahan baku pembuatan bioetanol.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan masyarakat agar
mengembangkan bioetanol dari kulit pisang kepok sebagai salah satu
sumber energi alternatif untuk mengantisipasi mahalnya minyak premium
di pasaran.
3. Sebagai bahan referensi dan informasi pada penulis lainnya yang tertarik
untuk mengkaji dan meneliti proses pembuatan bioetanol yang ramah
lingkungan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bioetanol
Bioetanol adalah sebuah bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan,
dimana memiliki keunggulan mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18 %. Ada 3
kelompok tanaman sumber bioetanol: tanaman yang mengandung pati (seperti
singkong, kelapa sawit, tengkawang, kelapa, kapuk, jarak pagar, rambutan, sirsak,
malapari, dan nyamplung), bergula (seperti tetes tebu atau molase, nira aren, nira
tebu, dan nira surgum manis) dan serat selulosa (seperti batang sorgum, batang
pisang, jerami, kayu, dan bagas) (M. Arif 2011). Bahan yang mengandung pati,
glukosa, dan serat selulosa ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Tidak ada perbedaan antara etanol biasa dengan bioetanol yang
membedakannya hanyalah bahan baku pembuatan dan proses maupun
olahan. Buah pisang yang dimakan segar sebagian besar berasal dari golongan
Emusa, yaitu Musa acuminata dan Musa balbisiana (Rizal 2013).
Tanaman pisang termasuk dalam golongan tanaman monokotil tahunan
berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan
tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman
bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu
buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut
pembuatannya. maupun olahan. Buah pisang yang dimakan segar sebagian besar
berasal dari golongan Emusa, yaitu Musa acuminata dan Musa balbisiana (Rizal
2013).
Tanaman pisang termasuk dalam golongan tanaman monokotil tahunan
berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan
tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman
bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu
buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut
bonggol. Pucuk lateral muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya
tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji atau bersifat
partenokarpi. Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada
berbagai macam topografi tanah, baik tanah datar ataupun tanah miring.
Produktivitas pisang yang optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada
tanah datar pada ketinggian di bawah 500 m di atas permukaan laut (dpl) dan
0 0
keasaman tanah pada pH 4.5-7.5. Suhu harian berkisar antara 25 C-27 C
dengan
curah hujan 2000-3000 mm/tahun (Rizal 2013).
Kingdom : Fungi
Subkingdom : Dikarya
Phylum :
Ascomycota
Subphylum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Order : Saccharomycetales
Family :
Saccharomycetaceae Genus :
Saccharomyces
Species : Saccharomyces cerevisiae
2. Bahan:
Kulit pisang raja
Bakteri Saccharomyces cereviseae
Larutan H2SO4 0,5 N
Ammonium sulfat
Urea
PEMBAHASAN
A. CARA KERJA
3. Fermentasi
100 mL filtrat
Dimasukkan dalam erlenmeyer
Tambahkan 6 gr amonium sulfat
Tambahkan 6 gr urea
Pasteurisasi pada suhu 1200C selama 15 menit
Dinginkan
Inkolum awal ke dalam medium fermentasi
Inkubasi pada 27-300C
Ulangi dengan waktu dan berat pati bervariasi
Analisis kadar bioetanolnya
2.9 PEMBAHASAN
Dalam pratikum mandiri kali ini kami mengangkat sebuah judul yaitu mengenai
“Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Pisang Raja”, kulit pisang raja ini mengandung serat
kasar dengan karbohidrat yang tinggi yaitu, senyawa sellulosa. Bioetanol ini dibuat
melalui proses anaerob dengan bantuan mikroba yaitu Saccharomyses cerevisiae dengan
teknik fermentasi.
Proses pembuatan etanol ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu yang pertama
tahap pengambilan pati dari kulit pisang raja tersebut, dimana kulit pisang ini dipotong
kecil-kecil dan diblender, kemudian disaring dan diambil filtratnya. Filtrat tersebut
kemudian diendapkan dan dikeringkan pada oven dengan suhu 45-500 C, sehingga
diperoleh pati pisang raja.
Selanjutnya tahap kedua yaitu hidrolisis pati dari kulit pisang raja. Hidrolisis
merupakan suatu reaksi kimia antara air dengan suatu zat lain yang menghasilkan zat
baru :
(C6H10O5)n + nH2O n(C6H12O6)
Pati air glukosa
dimana pati kulit pisang raja tadi ditambahkan H 2SO4 0,5 N sebanyak 50 ml sebagai
katalisator karena reaksi air dengan pati berlangsung sangat lambat. Kemudian campuran
tadi direfluks sampai suhu 1000C selama 2,5 jam, setelah itu didinginkan sampai suhu
ruangan dan disaring sehingga diperoleh filtrat.
Tahap ketiga dari percobaan ini adalah tahap fermentasi, fermentasi adalah suatu
proses oksidasi karbohidrat yang bersifat anaerob. Dimana fermentasi ini mengubah
glukosa menjadi bioethanol oleh sel-sel Saccharomyces cereviseae dengan reaksi :
C6H12O6 saccharomyces cereviseae C2H5OH + 2CO2
Glukosa enzim zimosa etanol
dimana langkahnya filtrat hasil hidrolisis dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
ditambahkan 3 gram amonium sulfat dan 3 gram urea sebagai nutrisi bagi
mikroorganisme yang akan digunakan untuk fermentasi nantinya. Kemudian disterilkan
dalam autoklav selama 15 menit, dan dikondisikan pada suhu 27-300 C.
Selanjutnya filtrat yang telah disterilkan tadi dibagi menjadi dua, dengan volume
yang sama. Kemudian masing-masing filtrat tadi ditambahkan bakteri saccharomyces
cerevisiae dengan volume yang berbeda, volume tabung pertama dimasukkan 50 ml
biakan bakteri dan tabung yang kedua dengan 30 ml biakan bakteri pula. Biakan bakteri
ini menggunakan media cair yaitu yang terbuat dari glukosa, yeast ekstrak dan pepton
yang dicampur menggunakan aquadest sampai volume 100 ml, dimana campuran ini
berfungsi untuk nutrisi bagi bakteri yang akan ditanam untuk berkembang pada media.
Semua campuran itu dimasukkan kedalam erlenmeyer, dan ditutup serapat mungkin agar
bakteri ini tidak terkontaminasi oleh bakteri lain, selanjutnya dimasukkan kedalam
autoklav dengan tekanan 15 lb selama 15 menit dan didinginkan. Sehingga sudah siap
untuk ditanamkan bibit saccharomyces. Setelah media ini ditanamkan bibit bakteri, agar
bakteri dapat berkembang dengan baik, media ini dishaker selama 3 jam dengan beberapa
kali sampai 4 hari. Setelah dilakukan fermentasi, dibiarkan selama 7 hari pada suhu
ruangan, untuk mengubah glukosa menjadi ethanol.
Setelah dianalisa secara kualitatif untuk uji alkohol yaitu dengan cara
penambahan 1 ml natrium bikromat 1% dengan katalis H2SO4 terhadap1 ml bioetanol
yang terbentuk diperoleh hasil negatif ditandai dengan tidak berubahnya warna orange
menjadi warna hijau. Reaksi yang seharusnya terjadi untuk uji positif adanya ethanol
adalah sebagai berikut:
3CH3CH2OH(aq) + Na2Cr2O7(aq) + 4H2SO4(l) 3CH3COOH(aq)+ Cr2(SO4)3(aq) +
Na2SO4(aq) + 7H2O(l)
Praktikum ini tidak berhasil dikarenakan oleh beberapa faktor, yang pertama
proses fermentasi ini berlangsung secara anaerob yang tidak membutuhkan oksigen,
sedangkan pada saat dilakukan pratikum tepatnya pada penutupan fermentasi tidak
dilakukan secara rapat sehingga ada kemungkinan oksigen dapat masuk kedalam
fermentasi sehingga memicu tumbuhnya jamur sehingga mengganggu kerja bakteri untuk
mengubah glukosa menjadi etanol. Kesalahan yang kedua yaitu rentang dilakukannya
refluk dan fermentasi sangat renggang sehingga ada kemungkinan hasil hidrolisisnya
sudah rusak, sehingga ada kemungkinan tidak ada glukosa yang terbentuk yang akan
diubah oleh bakteri menjadi ethanol. Dan kemungkinan terakhir bahwa bakteri
Sacchromyces tidak tumbuh dalam media akibat terganggu mikroorganisme lain.
Menurut teori ada beberapa faktor yang mempengaruhi fermentasi bioetanol yaitu
media, suhu, nutrisi, pH, volume starter, waktu fermentasi, dan konsentrasi gula. pH
untuk media fermentasi adalah 4-6 sedangkan pada percobaan tidak ditentukan pH nya,
waktu fermentasi yang normal yaitu 3-14 hari, jika waktunya terlalu cepat, bakteri
Saccharomyces cerevisiae masih dalam masa pertumbuhan, sedangkan pada percobaan
hanya dilakukan selama 7 hari, ada kemungkinan bakteri masih dalam proses
pertumbuhan.
Jika bahan yang digunakan kulit pisang raja dan kepok maka:
Bahan yang digunakan yaitu kulit pisang raja dan kepok masing – masing
sebanyak 4 Kg. Bahan – bahan lain yang digunakan antara lain HCl 7%,NaOH,
aquadest,ragi. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah: gelas beker, botol 500ml, alat
destilasi, timbangan analitik, pH meter, kromotografi gas, panci, pengaduk.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan pola faktorial 3 × 4 dengan 3 kali
pengulangan (triplo). Jenis pisang tersebut terdiri dari 2 macam yaitu kepok dan raja.
Faktor I ialah variasi jumlah ragi (3 gram, 5 gram dan 7 gram) dan faktor II adalah
variasi waktu fermentasi (2 hari, 4 hari, 6 hari, 8 hari). Dari dua faktor tersebut diperolah
rancangan penelitian seperti pada tabel berikut:
Kadar bioetanol tertinggi didapat pada sampel kulit pisang kepok ragi 7 gram
pada waktu 8 hari senilai 17.05%. Sedangkan kadar bietanol terkecil didapat pada sampel
kulit pisang kepok dengan ragi sebanyak 3 gram pada waktu 2 hari senilai 8.30%.
1. Pembuatan Bioetanol dari kulit pisang raja ini dibuat melalui proses anaerob dengan
bantuan mikroba yaitu saccharomyses cerevisiae dengan teknik fermentasi.
2. Proses pembuatan etanol ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu tahap pertama
pengambilan pati dari kulit pisang raja, tahap kedua yaitu hidrolisis pati dari kulit pisang
raja dan tahap ketiga adalah tahap fermentasi.
3. Hidrolisis merupakan suatu reaksi kimia antara air dengan suatu zat lain yang
menghasilkan zat baru, pada percobaan ini di ubah pati menjadi glukosa.
4. Proses fermentasi yang dilakukan pada percobaan adalah mengubah glukosa menjadi
bioethanol oleh saccharomyces cereviseae.
5.Uji analisa etanol pada percobaan ini adalah negatif (tidak menghasilkan etanol). Ini
disebabkan oleh beberapa kesalahan, diantaranya pengaturan pH yang tidak dilakukan,
jarak waktu refluks dengan fermentasi terlalu lama, dll.
6.Proses pengolahan kulit pisang menjadi bioetanol yaitu dengan tahap – tahap proses
penghalusan, hidrolisis, fermentasi dengan ragi masing – masing sebanyak 3, 5, 7 gram
dengan lama waktu 2, 4, 6, 8 hari, destilasi.